Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa

Volume 4 Nomor 3,Agustus 2021


e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SMART HOSPITAL BED DALAM MENGATASI


STRES AKIBAT COVID-19
Moch Denny Rosyid1, Ayu Cetiya Mahayekti1, Rahma Nur Fitriani2, Muhammad Nazhif Dzikrur
Rohman3, Muhammad Dwi Nur Afini3, Heni Dwi Windarwati4*
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang, Jawa
Timur 65145, Indonesia
2
Departemen Teknik Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang, Jawa
Timur 65145, Indonesia
3
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang, Jawa Timur
65145, Indonesia
4
Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang, Jawa Timur
65145, Indonesia
*henipsik.fk@ub.ac.id

ABSTRAK
Adanya konfirmasi pandemi Covid-19 oleh WHO mengakibatkan banyak aspek dalam kehidupan
yang terdampak. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan adalah kesehatan mental. Tujuan
dari pengembangan teknologi Smart Hospital Bed dalam mengatasi stres akibat Covid-19 ini adalah
untuk membuat rancang bangun, prototipe, cara kerja, dan cara pemakaian teknologi Smart Hospital
Bed beserta aplikasi SMOOTH. Perancangan dan pembuatan alat dilaksanakan secara blended yaitu
secara daring dan luring mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September. Dalam tahapan
pelaksanaan terdiri dari tiga bagian yang terdiri dari Pembuatan Desain Sistem Instrumentasi dan
Prosedur Kerja, dan Perancangan Prototipe. Hasil yang didapatkan adalah rancangan prototipe Smart
Hospital Bed yang memiliki 6 komponen dimana 3 komponen merupakan komponen pendeteksi dan 3
komponen lainnya adalah komponen yang melakukan intervensi. Komponen pendeteksi seperti;
sensor pulse heart rate, sensor DS18B20, dan sensor MPX5050. Komponen yang akan melakukan
intervensi adalah kipas aromaterapi, speaker untuk terapi musik, dan pemijat atau massager.

Kata kunci: aromaterapi; covid-19; pijatan; sensor ds18b20; sensor pulse heart rate; sensor tekanan
darah mpx5050; stres; terapi musik

THE DEVELOPMENT OF SMART HOSPITAL BED TECHNOLOGY IN


OVERCOMING STRESS DUE TO COVID-19

ABSTRACT
The confirmations of Covid-19 pandemic from WHO caused many aspects of life were affected. One
important aspect that must be considered is mental health. The purpose of developing Smart Hospital
Bed technology in dealing with stress due to Covid-19 is to create designs, prototypes, working
methods, and how to use Smart Hospital Bed technology along with the SMOOTH application. The
design and manufacture of tools is carried out in a blended manner, namely online and offline starting
from June to September. In the implementation stage, it consists of three parts consisting of the
Making of Instrumentation System Design and Work Procedures, and Prototype Design. The results
obtained are a prototype design of Smart Hospital Bed which has 6 components where 3 components
are detecting components and 3 other components are components that intervene. Detection
components such as pulse heart rate sensor, DS18B20 sensor, and MPX5050 sensor. The components
that will intervene are aromatherapy fans, speakers for music therapy, and masseurs or massagers.

Keywords: aroma therapy; blood pressure sensor; covid-19; ds18b20 temperature sensor; massage;
mpx5050; music therapy; pulse heart rate sensor; stress

525
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

PENDAHULUAN
Pada tanggal 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO) mendapatkan informasi
mengenai kasus pneumonia yang terjadi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Kasus ini
dikonfirmasi oleh WHO sebagai Penyakit Novel Coronavirus 2019 (Covid-19). Covid-19
adalah penyakit menular disebabkan oleh Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menyebabkan
sindrom pernapasan akut yang parah. Penularan virus ini dapat melalui droplet ketika
seseorang bersin, batuk, berbicara, dan bernafas (Ng, 2020). Prevalensi kasus terkonfirmasi
Covid-19 di berbagai belahan dunia sangat beragam. Menurut WHO, pada akhir bulan
Agustus 2021, kasus terkonfirmasi Covid-19 pada kawasan benua Amerika tercatat sebanyak
77.423.354 kasus, benua Afrika 5.002.239 kasus, benua Eropa 60.410.495 kasus,dan Asia
Tenggara 38.589.683 kasus. Pada Negara Indonesia sendiri, update kasus pasien terkonfirmasi
Covid-19 tanggal 4 Agustus telah bertambah sebanyak 3.496.700 (WHO, 2021). Peningkatan
kasus pasien terkonfirmasi Covid-19 di belahan dunia kian bertambah setiap harinya.

Pandemi yang disebabkan oleh Coronavirus-2 ini memiliki dampak terhadap masyarakat
umum. Dampak tersebut dapat berupa dampak fisik, sosial, dan psikologis. Bagi seseorang
yang tidak terinfeksi, dampak secara fisik dapat berupa kondisi medis seperti diabetes,
penyakit jantung, dan obesitas karena kurangnya aktivitas fisik (Al‐Sabah et al., 2020). Pada
pasien yang terkonfirmasi dampak fisik yang dialami dapat berupa perubahan tanda-tanda
vital meliputi tekanan darah meningkat, suhu tubuh meningkat, pernapasan menjadi cepat dan
nafas pendek, serta terjadi tekanan pada daerah dada dan sensasi tercekik. Selain dampak
fisik, dampak lainnya yang sangat penting untuk diperhatikan adalah psikologis.
Permasalahan psikologis dapat dirasakan oleh masyarakat yang tidak terkonfirmasi Covid-19
maupun yang telah terkonfirmasi. Dampak psikologis ini dapat berupa stres dan cemas akibat
tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari.

Pasien Covid-19 tidak hanya rentan terhadap dampak fisik penyakit yang dideritanya. Ada
dampak psikologis yang berperan dalam mengganggu kehidupan pasien hingga berakibat
fatal. Para ilmuwan dari Oxford Health Biomedical Research Centre kini menemukan, Covid-
19 bisa memicu masalah psikologis pada sekitar 20% yang terinfeksi. Terutama isolasi bisa
memicu depresi, rasa takut tidak beralasan dan tidak bisa tidur, demikian hasil riset para
peneliti yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah "Lancet Psychiatry”. Dalam jajak pendapat
yang dilakukan oleh Harris atas nama American Psychological Association, hampir 8 dari 10
orang dewasa mengatakan bahwa pandemi yang disebabkan oleh Covid-19 merupakan
sumber stres yang signifikan dalam hidup mereka. Bahkan di negara maju seperti Amerika
Serikat, prevalensi gejala depresi di kalangan orang dewasa telah meningkat dari 8,5%
populasi sebelum pandemi Covid-19 menjadi 27,8% di tengah-tengah pandemi. Para peneliti
dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menemukan bahwa 40% responden
dari survei yang dilakukan pada bulan Juni 2020 mendukung setidaknya satu kondisi
kesehatan mental atau perilaku yang merugikan termasuk gejala depresi, kecemasan, stres
pasca trauma, dan peningkatan penggunaan narkoba untuk mengatasi stres atau emosi terkait
COVID-19 (Jaworski et al., 2021).

Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam penanganan dan pencegahan
penyebaran Covid-19. Salah satunya adalah upaya preventif seperti memakai masker,
mencuci tangan, dan menjaga jarak saat berada di kerumunan. Pemerintah juga melakukan
upaya penanganan untuk pasien yang terkonfirmasi Covid-19, yaitu dengan cara isolasi. Hal-
hal di atas merupakan berbagai contoh upaya penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-
19 secara fisik, tetapi upaya penanganan dampak pandemi secara psikologis belum banyak
dilakukan dan sangat terbatas.

526
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk mengatasi dampak
psikologis yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 berupa konseling online (memberikan
edukasi bagaimana mengelola stres dan coping strategi yang adaptif) (Deliviana et al., 2021),
Layanan Bantuan Konsultasi Psikologi Kesehatan Jiwa (SEJIWA) oleh pemerintah (Winurini,
2020), pernapasan dalam, relaksasi otot progresif, visualisasi, meditasi mindfulness, gerakan
berirama, yoga, sofrologi, meditasi (Aufar and Raharjo, 2020), terapi musik (Erina, Novitasari
and Wirakhmi, 2020), dan Battle Buddies (dukungan teman sebaya) (Handayani, 2020).
Namun, dari beberapa upaya tersebut, belum didapatkan adanya upaya untuk menurunkan
stres pada pasien di rumah sakit secara langsung.

Terbatasnya penanganan kesehatan psikologis akibat dampak pandemi Covid-19 mendorong


kami untuk membuat sebuah inovasi teknologi tepat guna yang ditawarkan untuk mengatasi
permasalahan pasien yang mengalami stres akibat terkonfirmasi Covid-19 saat isolasi di unit
rawat inap. Teknologi ini adalah Smart Hospital Bed yang didesain khusus untuk mengurangi
stres pada pasien Covid-19. Alat tersebut berupa bed pasien yang dirancang agar dapat
menghasilkan gerakan berupa massage atau pijatan yang nyaman bagi pasien, dapat
menghasilkan aromaterapi, dan terapi musik. Selain itu, bed ini bisa mendeteksi suhu, nadi,
dan tekanan darah pasien. Smart Hospital Bed ini nantinya akan membantu tenaga kesehatan
untuk memantau keadaan pasien Covid-19 terutama tanda-tanda vital pasien. Alat ini akan
terhubung dengan aplikasi smartphone atau IoS yang tersambung melalui WiFI.

METODE
Perancangan dan pembuatan alat dilaksanakan secara blended yaitu secara daring dan luring.
Pelaksanaan secara luring dilaksanakan di Laboratorium Elektronika dan Laboratorium
Sistem Digital, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya dengan
mengikuti protokol kesehatan Covid-19 oleh Kementrian Kesehatan RI. Proses pembuatan
alat ini dilaksanakan selama empat bulan pengerjaan mulai dari bulan Juni sampai dengan
bulan September.

Dalam tahapan pelaksanaan terdiri dari tiga bagian yang terdiri dari Pembuatan Desain Sistem
Instrumentasi dan Prosedur Kerja, dan Perancangan Prototipe.
Pada tahapan sistem instrumentasi dilakukan perangkaian alat Smart Hospital Bed dengan
bagan berikut:

Wemos D1 Mini ESP8266


Baterai 12 V

Relay

Motor
Sensor DS18B20 DF player mini MP3
Titik
MAX30100, player module Aromaterap
pijatan
MPX2100DP i
Gambar 1. Sistem Instrumentasi Smart Hospital Bed

Sistem instrumentasi meliputi piranti cerdas yaitu wemos D1 sebagai mikrokontroler atau
pengolah data, sensor DS18B20, sensor max30100, Mpx2100DP sebagai inputan, kemudian
DF player mini MP3, titik pijatan, dan spray aroma terapi sebagai output tindakan.

527
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Prosedur kerja dari pembuatan alat Smart Hospital Bed diawali dengan studi literatur dari
berbagai database seperti Pubmed, IEEE Xplore, ScienceDirect, Proquest dan Google
Cendikia. Setelah itu dilakukan perancangan alat dengan aplikasi Fritzing dan Sketchup.
Tahapan berikutnya adalah pembuatan alat, pengecekan kondisi alat, dan uji coba serta
evaluasi alat

Studi Literatur Pembuatan Uji Coba dan Evaluasi


Alat

Perancangan Alat Pengecekan Kondisi Alat

Gambar 2. Prosedur Kerja Smart Hospital Bed

Perancangan prototipe dilakukan dengan tiga aktivitas diantaranya Penentuan Cara Kerja,
Penentuan Rancangan Pembuatan, Penentuan Efektivitas. Untuk menentukan cara kerja,
dilakukan penetapan indikasi pengguna, yaitu: Gangguan tidur, gangguan konsentrasi,
gangguan fungsi sosial dan/atau pekerjaan, adanya masalah fisik, periode singkat ketakutan
yang intens dan perasaan yang akan datang, nyeri dada, pusing (tekanan darah tinggi), sesak
nafas (respiratory rate tinggi), dan terkadang demam (Adwas, Jbireal and Azab, 2019). Selain
indikasi, kita juga dapat menetapkan kontraindikasi pengguna Smart Hospital Bed seperti:
Penggunaan ventilator atau alat bantu nafas lainnya, adanya masalah psikologis berat, pasien
yang tidak dapat tirah baring, kerusakan integritas kulit dan jaringan pasien pada bagian
punggung, tangan, kaki, leher, dan kepala, dan pasien dengan disabilitas pendengaran atau
penciuman parah. Setelah menetapkan indikasi dan kontraindikasi, tahapan selanjutnya adalah
menetapkan rancangan operasional yang disusun sebagai berikut:

Start

Pasang Matras di Atas


Bed

Tekan tombol Terapi Musik


ON/FF
Massage
Sambungkan gawai ke
WiFi
Aromaterapi
Aplikasi
Smooth Tanda-tanda
vital
Penurunan tingkat stres

End

Gambar 3. Rancangan Operasional

528
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Bagian terakhir dalam menentukan cara kerja adalah melakukan literature review mengenai
lagu-lagu dan jenis essential oil yang direkomendasikan untuk terapi musik dan aromaterapi.
Berikut adalah lagu-lagu yang direkomendasikan: Canon In D major oleh Pachelbel, Fur Elise
dan adagio revision oleh Beethoven, Water music oleh Handel, Frédéric Traumerei Scene
oleh Robert Schumann, Nocturne In E A flat Major oleh Frederic Chopin, a String Quartet
oleh f. j. Haydn, Andante Sonata In C oleh Mozart, The Four Session Winter RV 267 oleh
Antonio Vivaldi, dan Sonata for Two Pianos in D major oleh Mozart (Ardi and Fauziyyah,
2018). Jenis essential oil yang akan direkomendasikan untuk aromaterapi adalah eucalyptus
oil, garlic oil, lavender oil, thyme oil, citrus oil, patchouli oil, geranium oil, dan lemon oil
((Tshibangu et al., 2020)

Tahapan selanjutnya setelah melakukan penentuan cara kerja adalah menentukan rancangan
pembuatan Smart Hospital Bed dengan beberapa tahap seperti: Pembuatan konsep dan desain,
penentuan efisiensi dan spesifikasi, serta metode kalibrasi alat. Konsep dan desain dari Smart
Hospital Bed dilengkapi oleh 3 sensor, yaitu sensor pendeteksi suhu, sensor pendeteksi nadi,
dan sensor pendeteksi tekanan darah yang terletak dan direkatkan pada bed pasien. Selain itu,
Smart Hospital Bed juga dilengkapi dengan pengeras suara dan kipas aromaterapi.

Spesifikasi dari bed ini terletak pada komponen elektronika yang dibutuhkan dalam rancangan
bangun Smart Hospital Bed. Sensor DS18B20 berfungsi sebagai pendeteksi suhu. Sensor
MAX30100 berfungsi sebagai pendeteksi nadi. Sensor MPX2100DP berfungsi sebagai
pendeteksi tekanan darah. Pada rangkaian elektronika tersebut, terdapat pengolah sinyal
ketiga sensor yaitu Wemos D1 Mini ESP8266 yang merupakan module development board
yang berbasis WiFi. Smart Hospital Bed ini memiliki ukuran 168x61x7 cm, dengan berat bed
4 kg dan berat komponen elektronika 230 gram, berbahan spon, dan berwarna silver. Smart
Hospital Bed ini memiliki tegangan 220V dan 90W. Selain itu, Smart Hospital Bed ini
dilengkapi dengan pengeras suara dan kipas aromaterapi. Pengolah perintah play musik akan
diatur oleh Modul Mp3 SD Card.

Efisiensi dari Smart Hospital Bed ini diketahui berdasarkan simulasi yang dilakukan. Simulasi
yang digunakan, yaitu simulasi instruksi. Deteksi sensor suhu, nadi, dan tekanan darah dapat
disimulasikan dengan software SMOOTH. Selain itu, software SMOOTH dapat mengatur
musik dan aromaterapi agar terhubung dengan pengeras suara dan kipas yang ada di bed.
Software SMOOTH dapat terhubung dengan bed melalui WiFi. Simulasi instruksi dilakukan
untuk mengetahui alat dapat berjalan sesuai dengan kondisi yang terjadi dan waktu yang
tepat. Smart Hospital Bed ini didesain untuk menampilkan instruksi pertama setelah alat ini
aktif. Instruksi ini berisikan perintah kepada perawat untuk menghidupkan bed ini dengan
menggunakan software agar bisa memantau suhu, nadi, dan tekanan darah korban dari jarak 3
meter sampai 5 meter. Setelah hasil pemantauan muncul, alat ini akan melanjutkan ke
instruksi berikutnya yaitu mengatur musik dan menghidupkan kipas aromaterapi. Simulasi ini
dilakukan dengan menggunakan software SMOOTH.

Metode kalibrasi dilakukan pada sensor DS18B20, sensor MAX30100, dan sensor
MPX2100DP. Metode kalibrasi dilakukan pada sensor DS18B20, sensor MAX30100, dan
sensor MPX2100DP. Kalibrasi sensor DS18B20 dilakukan dengan membandingkan
DS18B20 Waterproof dengan alat ukur Thermo 300. Semakin tinggi suhu yang diukur maka
tingkat kesalahan akan semakin tinggi sebaliknya semakin rendah suhu yang diukur maka
tingkat kesalahannya akan semakin rendah. Kalibrasi yang kedua adalah dengan cara
membandingkan antara DS18B20 dengan thermometer air raksa. Setelah mengukur dengan
kedua alat tersebut, dilakukan pengecekan error dengan harapan eror 0. Kalibrasi sensor

529
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

MAX30100 dilakukan dengan membandingkan data heart rate yang dibaca oleh sensor
MAX30100 dengan penghitungan detak jantung secara manual. Penghitungan detak jantung
manual dilakukan dengan menghitung jumlah detak jantung pada pergelangan tangan kiri
subjek dengan waktu perhitungan selama 15 detik.

BPM = (60/waktu perhitungan) x jumlah detak jantung


Dengan nilai:
Waktu perhitungan = waktu yang digunakan saat penghitungan detak jantung
Jumlah detak jantung = jumlah detak jantung yang diperoleh dalam waktu perhitungan
Tujuan kalibrasi adalah untuk mengetahui selisih rata-rata 10 nilai yang diperoleh sensor
dengan rata-rata pengukuran manual dalam 60 detik . Selisih nilai yang didapat kemudian
digunakan untuk menghitung nilai Akurasi dalam bentuk persentase menggunakan
persamaan:
Nilai akurasi (%) = 100% - (Selisih/Manual) x 100%

Kalibrasi sensor MPX2100DP dilakukan dengan cara memberi variasi tekanan pada
MPX210DP. Persamaan karakteristik sensor diperoleh dengan cara membandingkan nilai
tegangan keluaran dari MPX2100DP dengan tekanan terukur pada manometer analog.

HASIL
Hasil yang didapatkan melaui metode Pembuatan Desain Sistem Instrumentasi dan Prosedur
Kerja, dan Perancangan Prototipe berupa Prototipe atau Rancangan Alat, Cara Kerja Alat,
Cara Pembuatan Alat, Beserta Efektivitas Alat.

Smart Hospital Bed memiliki 6 komponen utama dimana 3 komponen merupakan komponen
pendeteksi dan 3 komponen lainnya adalah komponen yang melakukan intervensi. Komponen
pendeteksi seperti sensor pulse heart rate, sensor DS18B20, dan sensor MPX5050.
Komponen yang akan melakukan intervensi adalah kipas aromaterapi, speaker untuk terapi
musik, dan pemijat atau massager.
Sensor DS18B20

Sensor Pulse Heart Kipas


Rate Aromaterapi

Tombol Speaker
ON/OFF Terapi Musik

Pemijat/Massager

MPX5050
Pressure Sensor

Gambar 4. Komponen Smart Hospital Bed

Spesifikasi dari Smart Hospital Bed dapat dilihat dari ukuran maupun berat setiap komponen
serta kinerja alat. Smart Hospital Bed memiliki panjang 168 cm dan lebar 61 cm. Berat
keseluruhan dari Smart Hospital Bed 4230 gram dengan rincian: berat matras pemijat 4000
gram atau 4 kg dan berat komponen lainnya adalah 230 gram. Alat ini akan mengeluarkan
musik untuk terapi musik dengan ketentuan suara yaitu 60-80 beats/menit, 60 decibel, dan 12-

530
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

25 Hz. Selain itu, Smart Hospital Bed juga mengeluarkan aromaterapi menggunakan kipas.
Area yang dijangkau oleh aromaterapi ini adalah 30m 2 dengan spray time 100 ml/1 jam.
Perbandingan air dan essential oil yang digunakan dalam 1 jam adalah 60:1.

68cm

61cm 100cm

Gambar 5. Ukuran Smart Hospital Bed

Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan untuk membuat alat Smart Hospital Bed,
diantaranya:
1. Tahapan pertama dalam pembuatan alat adalah persiapan alat dan bahan seperti baterai
12V, solder, Sensor DS1820, Sensor Pulse Heart Rate, Sensor MPX5050, Wemos D1,
Resistor 4.7k, Relay 4 Channel, DF Player Mini, Speaker, Kipas, Motor, Timah, Kabel
jumper
2. Siapkan rangkaian yang telah dibuat pada aplikasi fritzing dan sketchup sebagai panduan.
Gambar dapat dilihat pada Gambar 6.
3. Menghubungkan Vcc sensor pada sumber tegangan di Wemos 5VDC, hubungkan GND
pada sensor dengan GND di Wemos, kemudian outputan sensor MPX5050 di hubungkan
pada input analog (A0) di Wemos, output sensor pulse heart rate di hubungkan pada
input digital (D8), kemudian hubungkan resistor 4.7k antara kabel vcc dan kabel output
sensor DS1820, kemudian outputan tersebut dihubungkan pada input digital (D5) di
Wemos.
4. Menghubungkan Vcc DF Player Mini pada sumber tegangan di Wemos 5VDC,
hubungkan GND pada sensor dengan GND di Wemos, hubungkan TX di DF Player Mini
pada RX Wemos D1, hubungkan RX di DF Player Mini pada TX Wemos D1.
Hubungkan Output SPK 1 dengan VCC Speaker1 dan hubungkan output SPK2 pada
Netral Speaker1 kemudian parallel dengan Speaker 2.
5. Menghubungkan Vcc relay pada sumber tegangan di Wemos 5VDC, hubungkan GND
pada relay dengan GND di Wemos.
a. Menghubungkan input digital D3 pada Wemos D1 dengan output relay.
b. Menghubungkan coil relay pada sumber 12V.
c. Menghubungkan contact NO dengan vcc motor1.
d. Menghubungkan input digital D4 pada Wemos D1 dengan output relay.
e. Menghubungkan coil relay pada sumber 12V.
f. Menghubungkan contact NO dengan vcc kipas angin1.
g. Menghubungkan contact Netral kipas angin dengan GND.

531
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

h. Menghubungkan input digital D7 pada Wemos D1 dengan output relay.


i. Menghubungkan coil relay pada sumber 12V.
j. Menghubungkan contact NO dengan vcc motor2.
k. Menghubungkan input digital D6 pada Wemos D1 dengan output relay.
l. Menghubungkan coil relay pada sumber 12V.
m. Menghubungkan contact NO dengan vcc kipas angin2.
n. Menghubungkan contact Netral kipas angin dengan GND.
6. Setelah komponen telah dirangkai, hubungkan Wemos D1 kesumber melalui kabel USB.
7. Kemudian coding program sesuai keinginan.
8. Setelah pengcodingan selesai dicompile menggunakan software Arduino IDE kemudian
program di transfer ke mikrokontoller untuk menjalankan program sesuai keinginan.
9. Siapkan aplikasi android untuk menampilkan hasil dari pengukuran Smart Hospital Bed.
10. Smart Hospital Bed siap digunakan.

Gambar 6. Rangkaian Elektronika Smart Hospital Bed

Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengoperasikan alat ini.
1. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang memberikan asuhan keperawatan langsung 24 jam
pada pasien akan menjelaskan terlebih dahulu bagaimana penggunaan alat ini baik
manfaat, tujuan, dan cara kerja secara singkat. Setelah pasien memahami dan menyetujui
penggunaan alat ini perawat akan meletakkan dan melekatkan alat di atas tempat tidur
pasien di rumah sakit
2. Setelah alat terpasang di atas tempat tidur, perawat menghidupkan tombol on/off di bagian
samping alat untuk menyalakan semua komponen elektronika pada alat sekaligus
menghidupkan WiFi pada alat. Untuk mengatur penggunaan alat, perawat menghidupkan
gawai dan mengaktifkan WiFi. Pada layar gawai akan terlihat perangkat yang tersedia
yaitu “Smart Hospital Bed” kemudian tekan dan alat akan tersambung dengan aplikasi
pada gawai.
3. Aplikasi akan berisi beberapa fitur. Fitur pertama adalah Infrared Massager yang berfungsi
sebagai pemijat pada pasien. Titik-titik pemijatan akan dilakukan pada leher, tangan, dan
punggung. Penentuan titik pemijatan dilakukan oleh perawat melalui aplikasi SMOOTH.
Fitur kedua adalah terapi musik. Lagu yang digunakan pada terapi musik akan keluar
melalui speaker yang ada pada bagian atas kanan dan kiri alat. Pasien memiliki peran
untuk memilih lagu yang diinginkan, namun perawat juga menyediakan lagu yang
direkomendasikan.

532
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

4. Fitur selanjutnya pada aplikasi adalah pemantauan tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital
yang dipantau merupakan gambaran dari keadaan atau kondisi kecemasan pasien yang
terdiri dari tekanan darah, suhu, dan laju pernafasan.

PEMBAHASAN
Smart Hospital Bed memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi tanda-tanda vital pada
pasien dengan Covid-19. Tanda-tanda vital yang akan diukur adalah tekanan darah, denyut
nadi, dan suhu. Pengukuran tanda-tanda vital ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
tingkat stres yang dialami setelah mendapatkan terapi dari Smart Hospital Bed. Terapi yang
didapatkan oleh pasien ketika menggunakan Smart Hospital Bed ini adalah berupa terapi
musik, aromaterapi, dan terapi pijatan. Kecemasan dan stres akan berpengaruh terhadap
tanda-tanda vital seseorang. Tanda-tanda vital yang dapat berubah karena adanya stres atau
kecemasan adalah tekanan darah yang tinggi. Dengan pijatan pada bagian telapak tangan ke
bahu dan kemudian di kaki dari telapak kaki kaki ke otot paha depan femoris tanpa fokus
pada titik tertentu selama 5 menit pada setiap organ dengan total 20 menit tekanan darah dapat
diatasi sehingga kembali pada batas yang normal(Alimohammad et al., 2018).

Terapi musik merupakan jenis terapi dengan menggunakan musik yang disukai oleh pasien
atau musik relaksasi. Terapi musik diketahui dapat membantu menurunkan tingkat stres dan
kecemasan pada diri seseorang dengan meningkatkan kerja sistem saraf simpatis. Jenis musik
santai klasik disebutkan secara signifikan dapat menurunkan kecemasan, stres, kemarahan,
dan dapat meningkatkan relaksasi dibandingkan dengan dengan mendengarkan musik yang
berat (Kurnianingsih, Suroso and Muhajirin, 2015). Terapi musik ini diterapkan pada pasien
Covid-19 dengan tujuan untuk menghindari pasien dari Stress Related Disorder dengan cara
memberikan rasa nyaman, serta menurunkan stres dan kecemasan. Musik yang akan
digunakan dalam terapi ini adalah jenis musik klasik yang bersifat non dramatis, dinamikanya
bisa diprediksi, memiliki nada yang lembut, dan harmonis.

Aromaterapi adalah salah satu praktik pengobatan komplementer dan alternatif paling umum
yang telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir untuk meredakan gejala
kesehatan mental dan hubungannya dengan stres. Aromaterapi dapat dipraktikkan dengan
berbagai cara seperti penghirupan, pemijatan, mandi dengan bahan herbal, mineral, dan
kompres. Aromaterapi yang akan digunakan dalam terapi pada pasien Covid-19 yang cemas
adalah aromaterapi penghirupan dimana metode ini menggunakan minyak esensial yang
dihirup oleh pasien sehingga dapat mengurangi stres, kecemasan, dan depresi (Ebrahimi et al.,
2021).

Aromaterapi yang akan digunakan untuk mengurangi stres pada pasien Covid-19 adalah
aromaterapi lavender. Suatu penelitian menyatakan bahwa aromaterapi lavender dapat
menurunkan tekanan darah sekitar 10 mmHg setelah pemakaian selama semalam. Penurunan
tekanan darah ini dapat menjadi salah satu indikator berkurangnya tingkat kecemasan dan
stres seseorang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aromaterapi menggunakan lavender
efektif dan konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tekanan darah
sistolik turun setelah menghirup aroma minyak esensial (Cho, Lee and Hur, 2017).

Komponen aromaterapi, terapi musik, pemijat, dan pendeteksi tanda-tanda vital akan
tersambung ke aplikasi melalui WIFI sehingga tenaga kesehatan dapat memantau keadaan
pasien secara real-time dan dapat memberikan intervensi cepat dengan menggunakan terapi
yang telah disediakan. Smart Hospital Bed dapat bermanfaat dalam bidang sosial yaitu
meningkatkan interaksi sosial pasien dengan tenaga kesehatan sehingga meningkatkan rasa

533
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

percaya pasien terhadap tenaga kesehatan dalam memberikan intervensi untuk kesembuhan
pasien. Smart Hospital Bed juga mengatasi gangguan fungsi sosial dan atau pekerjaan dengan
mengatasi ansietas terhadap masalah sosial yang dihadapi selama menjadi pasien Covid-19.
Selain itu, Smart Hospital Bed dapat bermanfaat dalam aspek ekonomi karena dapat
meningkatkan sistem imun sehingga mengurangi lama masa rawat inap pasien Covid-19 dan
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan. Dalam aspek pendidikan Smart Hospital Bed
memiliki peran meningkatkan pengetahuan perawat dan tenaga kesehatan lain dalam
pemanfaatan teknologi dan meningkatkan kemampuan pasien untuk mengatasi kecemasan
secara mandiri.

SIMPULAN
Prototipe atau rancangan alat Smart Hospital Bed dibuat dengan menggunakan aplikasi
Fritzing dan Sketchup. Prototipe dan rancangan alat terdiri dari rancangan komponen
elektronika dan rancangan alat Smart Hospital Bed itu sendiri. Cara pembuatan alat Smart
Hospital Bed dilakukan dengan beberapa tahapan seperti mempersiapkan alat dan bahan,
membuat rancangan, membuat rangkaian elektronika, melakukan coding, dan mempersiapkan
aplikasi. Cara kerja alat Smart Hospital Bed ditentukan menggunakan bagan rancangan
operasional. Setelah itu diterapkan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang ada di rumah
sakit.

DAFTAR PUSTAKA
Adwas, A. A., Jbireal, J. M. and Azab, A. E. (2019) „Anxiety: Insights into Signs, Symptoms,
Etiology, Pathophysiology, and Treatment‟, East African Scholars Journal of Medical
Sciences, 2(October), pp. 80–91. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/336738068_Anxiety_Insights_into_Signs_Sy
mptoms_Etiology_Pathophysiology_and_Treatment.
Al‐Sabah, S. et al. (2020) „COVID‐19: Impact of obesity and diabetes on disease severity‟,
Clinical Obesity. doi: http://dx.doi.org/10.1111/cob.12414.
Alimohammad, H. S. et al. (2018) „Effect of hand and foot surface stroke massage on anxiety
and vital signs in patients with acute coronary syndrome: A randomized clinical trial‟,
Complementary Therapies in Clinical Practice, 31, pp. 126–131. doi:
10.1016/j.ctcp.2018.01.012.
Ardi, Z. and Fauziyyah, S. A. (2018) „The exploration classical music contribution to improve
children‟s memory abilities‟, Educational Guidance and Counseling Development
Journal, 1(2), p. 52. doi: 10.24014/egcdj.v1i2.5609.
Aufar, A. F. and Raharjo, S. T. (2020) „Kegiatan Relaksasi Sebagai Coping Stress Di Masa
Pandemi Covid-19‟, Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 2(2), p. 157. doi:
10.24198/jkrk.v2i2.29126.
Cho, E. H., Lee, M.-Y. and Hur, M.-H. (2017) „The Effects of Aromatherapy on Intensive
Care Unit Patients‟ Stress and Sleep Quality: A Nonrandomised Controlled Trial‟,
Evidence - Based Complementary and Alternative Medicine, 2017, p. 10. doi:
http://dx.doi.org/10.1155/2017/2856592.
Deliviana, E. et al. (2021) „Pengelolaan Kesehatan Mental Mahasiswa Bagi Optimalisasi
Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-19‟, Jurnal Selaras : Kajian Bimbingan
dan Konseling serta Psikologi Pendidikan, 3(2), pp. 129–138.

534
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Ebrahimi, H. et al. (2021) „The effects of Lavender and Chamomile essential oil inhalation
aromatherapy on depression, anxiety and stress in older community-dwelling people: A
randomized controlled trial‟, Explore, 000. doi: 10.1016/j.explore.2020.12.012.
Erina, Novitasari, D. and Wirakhmi, I. N. (2020) „Efektivitas Terapi Musik Terhadap
Penurunan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Harapan
Ibu Purbalingga Pada Masa Pandemi Covid-19‟, Viva Medika, 14(1), pp. 110–119.
Handayani, R. T. (2020) „KONDISI DAN STRATEGI PENANGANAN KECEMASAN
PADA TENAGA‟, Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 13(3), pp. 365–374. doi:
10.1016/j.ijans.2020.100233.
Jaworski, B. K. et al. (2021) „Exploring usage of COVID coach, a public mental health app
designed for the COVID-19 pandemic: Evaluation of analytics data‟, Journal of
Medical Internet Research, 23(3), pp. 1–14. doi: 10.2196/26559.
Kurnianingsih, D., Suroso, J. and Muhajirin, A. (2015) „Efektifitas Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Stres Kerja Perawat Igd Di Rsud Dr . R . Goetheng‟, Prosiding
Konferensi Nasional, pp. 166–172.
Ng, J. Y. (2020) „Global research trends at the intersection of coronavirus disease 2019
(COVID-19) and traditional, integrative, and complementary and alternative medicine:
a bibliometric analysis‟, BMC Complementary Medicine and Therapies, 20, pp. 1–9.
doi: http://dx.doi.org/10.1186/s12906-020-03151-8.
Tshibangu, D. S. T. et al. (2020) „Possible Effect of Aromatic Plants and Essential Oils
against COVID-19: Review of Their Antiviral Activity‟, Journal of Complementary and
Alternative Medical Research, 11(1), pp. 10–22. doi: 10.9734/jocamr/2020/v11i130175.
Winurini, S. (2020) „Permasalahan Kesehatan Mental Akibat Pandemi COVID-19‟, Info
Singkat: Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis, 12(15), pp. 13–18.
WHO. (2021) „WHO Coronavirus (COVID-19) Dashboard‟ https://covid19.who.int/

535
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 525 – 536, Agustus 2021
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

536

Anda mungkin juga menyukai