Anda di halaman 1dari 9

TUGAS UTS HEALTH POLICY ANALYSIS &

ADVOCATION
dr. Antono Surjoputro MPH., Ph.D.
INTAN HARDIAN PUTRI
25000121410056 – AKK
intanhp@students.undip.ac.id

TUGAS INDIVIDU
ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN
TAHUN 2022

Output: Rekomendasi konsep kebijakan pencegahan penyebaran dan


penanggulangan COVID 19, dengan langkah2 sbb:

1. Cari data covid 19 sejak awal Maret 2020 sp sekarang


2. Lakukan analisa epidemologi terkait dgn penambahan kasus dan sebaran,
angka kematian, angka kesembuhan dan segmen populasinya (jenis kelamin,
umur)
3. Identifikasi dan analisis berbagai penyebab masalah/faktor resiko yg
menjadikan Covid 19 begitu cepat meningkat dan menyebar kasusnya
4. Identifikasi dan anallisis berbagai kebijakan yg diterapkan dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan covid 19 (aspek posiif dan negatif dari
pelaksanaan kebijakan tsb)
5. Dengan melihat hasil analisis tersebut buatlah rekomendasi kepada Pusat,
pemprop atau pemkot mengenai kebijakan apa yang harus dilakukan disertai
alasan/argumentasi berdasarkan fakta yg ada

Tugas dikerjakan dirumah


Dikumpulkan secara kolektif melalui kormat se-lambat2nya tgl 17 Juni 2022
TUGAS UTS HEALTH POLICY ANALYSIS &
ADVOCATION
dr. Antono Surjoputro MPH., Ph.D.
INTAN HARDIAN PUTRI
25000121410056 – AKK
intanhp@students.undip.ac.id

JAWAB :

1. Cari data COVID 19 sejak awal Maret 2020 sampe sekarang

Sumber: https://www.worldometers.info/coronavirus/country/indonesia/

Sumber: https://www.worldometers.info/coronavirus/country/indonesia/
TUGAS UTS HEALTH POLICY ANALYSIS &
ADVOCATION
dr. Antono Surjoputro MPH., Ph.D.
INTAN HARDIAN PUTRI
25000121410056 – AKK
intanhp@students.undip.ac.id

Sumber: https://www.worldometers.info/coronavirus/country/indonesia/

2. Lakukan analisa epidemologi terkait dgn penambahan kasus dan sebaran,


angka kematian, angka kesembuhan dan segmen populasinya (jenis kelamin,
umur)
Jawab :
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Kasus COVID-19 pertama kali di laporkan
di Kota Wuhan, Provinsi Hubei di China pada tanggal 31 Desember 2018. Kasus
pertama dan kedua di Indonesia adalah pada tanggal 14 Maret 2020. Setelah di
temukan nya kasus di Indonesia, Saat itu juga mulai ditemukan banyak imported
cases lain, dari warga Indonesia yang pulang dari bepergian ke luar negeri.
Namun Apa yang tampaknya sederhana di kasus awal, ditemukan belakangan
bahwa ia hanya merupakan puncak gunung es karena pertumbuhan kasus-kasus
baru bermunculan secara cepat. Hingga mencapai jumlah kasus 1000 secara
nasional, lebih dari 50 persen kasus positif berada di Jakarta. Kemudian
menyebar hingga ke seluruh provinsi yang ada di Indonesia, hingga akhirnya
TUGAS UTS HEALTH POLICY ANALYSIS &
ADVOCATION
dr. Antono Surjoputro MPH., Ph.D.
INTAN HARDIAN PUTRI
25000121410056 – AKK
intanhp@students.undip.ac.id

Indonesia menempati posisi 5 besar negara tertinggi di dunia dengan kasus Covid
19.
Hingga tanggal 31 Oktober 2020, berdasarkan data worldmeter, jumlah kasus
global terkonfirmasi 45.954.446 kasus, dengan kasus sembuh 22.275.706 dan
kasus kematian 1.194.485. Proses penularang wabah COVID-19 yang cepat
membuat WHO menetapkan bahwa COVID-19 sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang meresahkan dunia dan lalu di tetapkan sebagai Pandemi.

Sumber : https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/16/angka-kematian-covid-
19-indonesia-nomor-dua-tertinggi-di-asia
TUGAS UTS HEALTH POLICY ANALYSIS &
ADVOCATION
dr. Antono Surjoputro MPH., Ph.D.
INTAN HARDIAN PUTRI
25000121410056 – AKK
intanhp@students.undip.ac.id

Berdasarkan data angka kematian Pandemi COVID-19, angka kematian akibat


COVID-19 di Indonesia mencapai 152.745 jiwa per 16 Maret 2022. Kasus ini
bertambah 308 jiwa dari hari sebelumnya. Total kasus ini menempatkan
Indonesia di posisi kedua angka kematian tertinggi di Asia.
Berdasarkan data WHO, menyebutkan bahwa terdapat 3 penyakit penyerta
terbanyak yang di temukan pada kasus positif COVID-19. Diantaranya adalah,
Pnemonia, Hipertensi dan Diabetes.

Sumber : Satuan Satgas Covid-19 (2022) Analisis Data Covid-19 di Indonesia


TUGAS UTS HEALTH POLICY ANALYSIS &
ADVOCATION
dr. Antono Surjoputro MPH., Ph.D.
INTAN HARDIAN PUTRI
25000121410056 – AKK
intanhp@students.undip.ac.id

Sumber : Satuan Satgas Covid-19 (2022) Analisis Data Covid-19 di Indonesia

Angka kematian COVID-19 berdasarkan kategori umur, umur ≥60 tahun memiliki
angka kematian tertinggi yaitu 9.250 pasien/ 11.88% pasien positif COVID-19
dengan Usia ≥ 60 yang meninggal dunia. Tentu saja hal tersebut di sertai dengan
penyakit penyerta. WHO menyebutkan bahwa usia ≥60 tahun juga beresiko
menyebabkan keparahan dari COVID-19. Berdasarkan data WHO, menyebutkan
bahwa terdapat 3 penyakit penyerta terbanyak yang di temukan pada kasus
kematian COVID-19. Diantaranya adalah, Hipertensi, Hati dan Gangguan Imun.

3. Identifikasi Dan Analisis Berbagai Penyebab Masalah/Faktor Resiko Yg


Menjadikan Covid 19 Begitu Cepat Meningkat Dan Menyebar Kasusnya

Berdasarkan situs Centers for Disease Control (CDC), seluruh kelompok usia
dengan kondisi berikut beresiko tinggi untuk terpapar COVID-19 yang lebih
parah, di antaranya :
1) Kanker
2) Penyakit Ginjal Kronis
3) Penyakit Hati
4) Penyakit Jantung
TUGAS UTS HEALTH POLICY ANALYSIS &
ADVOCATION
dr. Antono Surjoputro MPH., Ph.D.
INTAN HARDIAN PUTRI
25000121410056 – AKK
intanhp@students.undip.ac.id

5) Immunocompromised
6) Overweight
7) Obesitas Berat
8) Penyakit Sel sabit
9) Merokok
10) Diabetes Melitus tipe 1 dan 2
11) Asma
12) Penyakit Serebroveskuler
13) Fibrosis Kistik
14) Hipertensi
15) Fibrosis paru
16) Thalassemia
Selain itu, WHO menyebutkan bahwa usia >60 tahun juga beresiko menyebabkan
keparahan dari COVID-19. Namun walau demikian, siapapun bisa saja terpapar
COVID-29 dan menyebabkan kematian pada kelompok usia berapapun.

4. Identifikasi Dan Anallisis Berbagai Kebijakan Yg Diterapkan Dalam Rangka


Pencegahan Dan Penanggulangan Covid 19 (Aspek Posiif Dan Negatif Dari
Pelaksanaan Kebijakan tsb)
Dalam penanganan COVID-19, WHO telah menerbitkan pedoman operasional
strategis untuk kesiapsiagaan dan penanganan COVID-19 yang meliputi
(1) Koordinasi, perencanaan, dan pemantauan;
(2) Komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat;
(3) Surveilans, tim gerak cepat, dan investigasi kasus;
(4) Pintu masuk, perjalanan internasional, dan transportasi;
(5) Laboratorium nasional;
(6) Pencegahan dan pengendalian infeksi, dan tatalaksana kasus;
(7) Isolasi kasus;
TUGAS UTS HEALTH POLICY ANALYSIS &
ADVOCATION
dr. Antono Surjoputro MPH., Ph.D.
INTAN HARDIAN PUTRI
25000121410056 – AKK
intanhp@students.undip.ac.id

(8) Dukungan operasional dan logistik;


(9) Mempertahankan layanan kesehatan dan sistem esensial serta
pertimbangan khusus dalam kondisi transmisi komunitas dan kondisi
kapasitas rendah dan kemanusiaan.
Indonesia telah mengadopsi rencana respon strategi COVID-19 ke dalam rencana
operasional COVID-19. Dalam rangka penanggulangan wabah COVID-19, maka
Mentri Kesehatan telah mengeluarkan Keputusan Mentri Kesehatan Nonor
HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang penetapan infeksi Novel Coronavirus
sebagai jenis penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan upaya
penanggulangannnya. Penetapan di dasari oleh pertimbangan bahwa infeksi
COVID-19 telah di nyatakan WHO sebwagai kedaruratan Kesehatan Masyarakat
yang Meresahkan Dunia. Selain itu meluasnya penyebaran COVID-19 ke berbagai
negara dengan resiko penyebaran ke Indonesia, salah satu penyebabnya adalah
people movement, untuk mencegah hal ini perlu dilakukan upaya pencegahan
dan penanggulangan untuk menghambat penyebaran virus lebih banyak lagi.
Kebijakan dan penanggulangan COVID-19 diatur oleh :
1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
2) Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular
3) Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1501/Menke/Per/X/2010 tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan
upaya penanggulangan

5. Dengan Melihat Hasil Analisis Tersebut Buatlah Rekomendasi Kepada Pusat,


Pemprop Atau Pemkot Mengenai Kebijakan Apa Yang Harus Dilakukan Disertai
Alasan/Argumentasi Berdasarkan Fakta yg ada
Pembuatan kebijakan oleh pemerintah mesti berdampak langsung pada
penanganan masalah dan peningkatan kesejahteraan warga negara secara
TUGAS UTS HEALTH POLICY ANALYSIS &
ADVOCATION
dr. Antono Surjoputro MPH., Ph.D.
INTAN HARDIAN PUTRI
25000121410056 – AKK
intanhp@students.undip.ac.id

keseluruhan. Dalam hal penerapan kebijakan pembatasan sosial (social


distancing) untuk mencegah penularan COVID-19, akan menimbulkan biaya
sosial dan risiko ekonomi yang harus ditanggung oleh pemerintah. Oleh karena
itu, opsi penerapan kebijakan pembatasan sosial harus didukung oleh
kemampuan negara dalam memberikan jaminan sosial dan ekonomi bagi warga
terdampak. Pada konteks wabah COVID-19, pemerintah dalam membuat
kebijakan harus memperhatikan segala aspek kehidupan agar tidak menimbulkan
kecemasan, keresahan dan kegaduhan dalam masyarakat. Dalam kondisi darurat,
pemerintah dituntut untuk melakukan sesuatu yaitu membuat kebijakan untuk
mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan warganya.
Suasana krisis pandemi atau tidak, pemerintah selaku pembuat kebijakan
seharusnya membuat kebijakan yang dapat menjawab tantangan dan persoalan
zaman, memenuhi kebutuhan masyarakat, serta mensejahterakan masyarakat
secara keseluruhan. Disadari atau tidak, dampak psikososial dari kebijakan
pemerintah yang kontroversial tersebut sangat besar terhadap kondisi
psikososial individu dan keluarga serta dapat menyebabkan kecemasan dan
kebisingan di masyarakat.
Karena kebijakan pemerintah yang kurang memperhatikan kondisi psikologis
warga, dibuat secara tergesa-gesa dan tanpa koordinasi dengan stakeholders
lain, membuat warga menjadi gelisah, cemas, panik, protes, merasa tidak aman,
tidak nyaman, tidak sehat, dan tidak sejahtera, sehingga warga melawan dengan
caranya masing-masing, sebagai bukti penolakan terhadap kebijakan pemerintah
yang kontroversial. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan jaminan
perlindungan sosial, ketenangan, keamanan, kenyamanan, kesehatan,
kebahagiaan, dan kesejahteraan kepada masyarakat utamanya kelompok
masyarakat kurang mampu dan miskin. Kebijakan pemerintah yang baik
(common good) pada akhirnya akan menjamin peningkatan imunitas tubuh dan
kesejahteraan masyarakat di tengah perjuangan melawan wabah COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai