PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, dapat
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana jenis dan jumlah pakan serta
perlakuan khusus yang diberikan kepada kerbau Sumbawa karapan.
1.3.1Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah pakan serta
perlakuan khusus yang diberikan kepada kerbau Sumbawa karapan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
kerbau, yaitu kerbau yang senang berkubang di lumpur (Swamp Buffalo), dan
kerbau yang senang mandi dan berenang di air (River buffalo). Ternak kerbau
dijinakkan dan dipelihara oleh manusia, mengakibatkan kerbau piara
mempunyai sifat yang berbeda dengan kebiasaan aslinya yang suka
merendam diri (Rukmana, 2003).
Lebih lanjut Rukmana (2003) mengemukakan, untuk membedakan kerbau
di antara turunan jenis kerbau tersebut, akhirnya orang memperhatikan
kriteria yang didasarkan pada tampilan dan perkembangan tanduknya saja.
Dikenal adanya kerbau yang bertanduk besar dan panjang, serta kerbau yang
bertanduk pendek. Kerbau yang bertanduk panjang dan besar dikenal
dengan nama Bubalus indikus macroceros, yang banyak terdapat di India
Belakang, Tiongkok Selatan, kepulauan Pasifik dan Indonesia. Sementara
kerbau bertanduk pendek atau disebut Bubalus indicus btactyeros, banyak
terdapat di tiongkok Utara, Jepang dan Mesir.
4
tersendiri dibandingkan sapi, yakni mampu hidup pada kawasan yang relatif
‘sulit’ terutama bila pakan yang tersedia berkualitas rendah. Pada kondisi
kualitas pakan yang tersedia relatif jelek, setidaknya pertumbuhan kerbau
dapat menyamai atau bahkan lebih baik daripada sapi, dan masih dapat
berkembangbiak dengan baik. Selain itu kerbau memiliki kapasitas yang
cukup tinggi untuk mengatasi tekanan dan perubahan lingkungan yang
ekstrim. Sebagai contoh, kerbau mampu bertahan hidup dengan baik meski
terjadi perubahan temperature (heat load) dan perubahan vegetasi padang
rumput. Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, kerbau adalah salah satu
ternak yang potensial untuk dikembangkan, pengembangan usaha
peternakan kerbau dan wilayah agribisnis kerbau sangat luas, hampir
meliputi seluruh agroekosistem dan sosio-budaya yang ada (Hasanatun,
2009).
5
2.4 Jenis Ternak Kerbau di NTB
Kerbau yang ada sekarang dibagi atas dua tipe yaitu Kerbau Lumpur
(Swamp Buffalo) dan Kerbau sungai (River Buffalo). Kerbau lumpur pada
umumnya digunakan sebagai penghasil daging dan tenaga kerja seperti
Kerbau Belang. Kerbau sebagai penghasil susu seperti, Kerbau Murrah,
Kerbau Surti, Kerbau Nili, dan Kerbau Ravi. Sedangkan kerbau lumpur yang
banyak terdapat di daerah tropis seperti Kerbau Belang dari Toraja
(Anonimous, 1998).
Melihat karakteristiknya sampai sekarang, kerbau masih tergolong hewan
primitif yang memiliki leher relatif panjang, sanggup hidup dengan makanan
sederhana, cenderung hidup dan berkembang biak dengan baik di daerah yang
cukup air dan memiliki warna abu-abu. Ciri-ciri khas kerbau yang mencolok
adalah pertumbuhan tanduk sangat cepat, telinga besar, sungut panjang,
rambut/bulu jarang, kaki pendek dengan teracak besar, serta jari-jari belakang
tumbuh subur (Murtidjo, 1989).
Menurut Hardjosubroto dan Astuti (1992), dibanding dengan sapi, kerbau
mempunyai tulang-tulang yang lebih besar dengan kaki dan kuku yang lebih
kuat tidak berpincut dan tidak bergelambir. Pada waktu kecil mempunyai
bulu yang tebal, kaku dan panjang, tanduk pipih, lebar dan melengkung ke
belakang membentuk setengah lingkaran. Pada jenis kerbau tertentu seperti
kerbau Murrah mempunyai tanduk yang sangat melengkung. Ternak kerbau
yang dikembangkan di Indonesia dibedakan atas tiga jenis yaitu kerbau
Lumpur, kerbau murrah dan kerbau lokal (Rukmana, 2003).
6
yang tersedia menyebabkan terbatasnya pakan, sehingga produktivitas
ternak akan semakin menurun.
Pada ternak kerbau di Sumbawa sistem tata laksana pemeliharaan
pada umumnya dilakukan secara ekstensif tradisional, yaitu di lepaskan
begitu saja di padang pengembalaan (Lar sebutan penduduk setempat)
ataupun lahan setelah panen dan atau ada pula dilepas namun pada sore
harinya dikandangkan (Muthalid, 2005).
LAR dalam bahasa Sumbawa berrarti suatu tempat atau lokasi
melepas ternak yang berada diluar batas lahan pertanian milik
masyarakat pada suatu wilayah tertentu. Kebiasaan masyarakat Sumbawa
khususnya dalam memelihara ternaknya yang jumlah kepemilikannya
pada tahun 80 sampai 90-an, rata-rata peternak mempunyai ternak lebih
kurang 100 ekor, sedangkan pada tahun 90 sampai saat ini berkurang
menjadi 30 ekor, sehingga sangatlah wajar jika pola pemeliharaan ternak
dilakukan dengan cara dilepas di area Lar (Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kabupaten Sumbawa, 2014).
Pemeliharaan ternak dengan sistem LAR merupakan tradisi
masyarakat Kabupaten Sumbawa. Selain sudah menjadi tradisi turun
temurun, juga merupakan kearifan lokal yang tidak terdapat di daerah
lain. Dengan pola ini juga memberikan ruang gerak kepada peternak
untuk mengerjakan usaha tani lainnya. Sehingga bagi para peternak kecil
memelihara ternak di LAR adalah pilihan terbaik dan efisien. Luas LAR
di Kabupaten Sumbawa lebih kurang 26.776 Ha yang tersebar di 56
lokasi (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sumbawa,
2016).
b. Kandang
Menempatkan kerbau di tempat terbuka seperti hamparan rumput
yang luas ternyata juga tidak selamanya baik, karena ini akan
mengakibatkan kerbau cepat stres karena terpaan sinar matahari pagi
hingga siang hari. Apalagi panas matahari siang bukanlah sahabat yang
baik untuk kulit kerbau. Oleh karena itu, kita harus menempatkan dalam
kandang agar kerbau bisa bernaung dari panas matahari dan terhindar
7
dari kehujanan. Memang panas matahari diperlukan untuk kulit kerbau,
tapi jangan sampai membuat kerbau justru jatuh sakit dan mengalami
stres. Kandang yang lebar dan luas pun sangatlah dibutuhkan. Tidak lupa
kebersihan menjadi andalan untuk mendapatkan kerbau yang sehat dan
dapat menghasilkan daging serta susu yang optimal.
8
2.7 Pakan Serta Perlakuan Khusus Sapi Karapan Madura
Sapi harus dipilih dari bibit yang unggul. Merawatnya harus ulet, telaten,
sabar, dan ahli. Oleh karena itu, pemilik sapi harus mengupah perawat yang
ahli dan telah paham benar dengan karakter sapi. Diantara perawatannya
adalah, setiap hari sapi dimandikan, dijemur di bawah terik matahari pagi,
dipijat, diberi makan dan jamu-jamuan. Makanan utamanya adalah rumput
dan daun jagung muda yang selalu harus dalam keadaan segar.
BAB III
METODE PENELITIAN
9
dilaksanakan menggunakan kuesioner untuk mewawancarai sejumlah pelaku
karapan kerbau di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat.
3.2 Variabel yang diperlukan
3.2.1 Variabel utama
Adapun variabel utama yang diamati dalam penelitian ini yaitu jenis dan
jumlah pakan serta perlakuan khusus (hijauan,konsentrat, dan jamu-
jamuan/suplemen).
3.2.2 Variabel Penunjang
Adapun variabel penunjang yang diamati dalam penelitian ini meliputi
identitas responden, strategi pemeliharaan kerbau karapan, penanganan
kesehatan kerbau karapan dan lain-lain.
BAB IV
10
merupakan kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten Sumbawa pada tanggal
18 Desember 2003 berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2003
tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Secara geografis, Kabupaten ini terletak diantara 116°42’ BT - 117°05’
BT dan 08°08’ LS - 09°07’ LS. Kabupaten Sumbawa Barat memiliki luas
sebesar 1.849,02 km 2. Bila dilihat dari segi topografinya, permukaan tanah di
wilayah Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat tidak rata atau cenderung
berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter diatas
permukaan air laut.
11
50-54 12 12
55-59 2 2
60-64 7 7
70-74 1 1
2 Jenis kelamin
L 91 91
P 9 9
3 Pendidikan
Tidak Sekolah (TS) 1 1
SD 20 20
SLP 18 18
SLA 45 45
PT 16 16
4 Mata Pencarian
Petani/tani 57 57
Buruh Tani 0 0
Pegawai Negeri 8 8
Pegawai Swasta 2 2
Pedagang/Wirausaha 21 21
Pelajar 12 12
12
responden, namun belum banyak. Sehingga dapat dikatakan dalam olahraga ini
sudah mulai ada kesetaraan gender, dimana wanita sudah mulai axis di bidang
peternakan. Sedangkan mata pencaharian dari pelaku karapan kerbau tidak
hanya bertani dan berternak saja tetapi ada juga yang berwira usaha yaitu
sebanyak 21% responden dan PNS sebanyak 12% responden. Hal ini
menggambarkan bahwa tingkat ekonomi masyarakat sudah mulai meningkat.
1. Lama beternak
<5 2 2
5-10 41 41
>10 57 57
2 Tujuan beternak
Sumber Pendapatan 40 40
Tabungan hidup 16 16
Tradisi budaya 44 44
Ta
be
Sumber : Data Primer Di Olah (2021)
l
3.
Uraian Jumlah Persentase (%)
Je
ni
s
Pa
ka
n
K
er
ba
u
K
ar
ap
an
Su
13
m
ba
wa
No
1. Pakan Utama (kg)
Dactyloctenium Aegyptium (L)
Richt 11 24,40
Arthraxon Hispidus
4 8,90
Cynodon Dactylon
4 8,90
2. Pakan tambahan
Dedak padi 1 3
3. Pakan Khusus
Telur 23 95,8
Madu 10 41,7
Jahe 3 12,5
Gula Merah 18 75,0
Asam Sumbawa 12 50,0
Air Putih 24 100,0
Kratingdaeng 1 4,1
Kopi 3 12,5
Kerbau-kerbau yang dikarapan pada saat ini diternakkan khusus untuk karapan
kerbau, jadi perawatannya beda dari kerbau pada umumnya. Karapan kerbau
sekarang bersifat bersaing dan kerbau karapan dilatih dengan tujuan menjadi
pemenang. Masing-masing pemilik kerbau karapan mempunyai cara tersendiri
14
untuk meningkatkan performa kerbaunya. Pemilik kerbau di Sumbawa dan
Sumbawa Barat melakukan perawatan dan pemberian makanan yang pada
umumnya sama yaitu ada beberapa jenis rumput seperti rumput tapak jalak
(Dactylotenium Aegyptium (L) Richt) dengan jumlah pemberian 24,40%, rumput
belulang (Eleusine indica gaertn) dengan jumlah pemberian 13,30%, rumput
deccan (Echinocholoa Colona) dengan jumlah pemberian 13,30%, rumput
deertongue (Dichanthelium klandestinum) dengan jumlah pemberian 11,10%,
rumput abadi (Leersia Oryzoides ) dengan jumlah pemberian 8,90%, rumput
benggala (Meganthirsus Maximus) dengan jumlah pemberian 8,90%, rumput
karpet kecil (Arthraxon hispidus) dengan jumlah pemberian 8,90%, rumput
bermuda (Cynodon Dactylon) dengan jumlah pemberian 8,90% dan jerami padi
(rice straw) yang diberikan sebanyak 2,20%. Pakan diberikan 1-2 karung /hari
dengan berat 1 karung 45 kg. Selain pemberian rumput ada sebanyak 3% peternak
yang memberikan pakan tambahan berupa dedak halus (rise bran) dengan jumlah
pemberian 1kg.
Selain pakan utama dan pakan tambahan ada juga sebanyak 24% responden yang
memberikan pakan khusus berupa jamu yang diberikan pada sore hari sebelum
bertanding, menggunakan pipa plastik atau yang terbuat dari bambu. Campuran
jamu ini terdiri dari macam-macam bahan. Masing-masing pemilik kerbau
mempunyai resep jamunya sendiri yang rahasia, tetapi ada beberapa bahan umum
yang biasanya dipakai. Bahan-bahan ini termasuk telur ayam kampung, jahe, gula
merah, asam Sumbawa, minuman bertenaga seperti kratingdaeng, dan kopi hitam
kemudian semua bahan tersebut dicampurkan dengan air secukupnya. Dari semua
bahan yang digunakan persentase penggunaan telur ayam kampung adalah yang
paling tinggi yaitu sebanyak 95,8%, peternak banyak yang memberikan telur
ayam kampung untuk ternaknya dikarenakan telur ayam kampung mengandung
zat makanan yang makanan yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein dengan
asam amino yang lengkap, lemak vitamin, mineral serta memiliki daya cerna yang
tinggi (Sulistiati, 2003). Sedangkan persentase penggunaan gula merah mencapai
75,0%, Menurut Karnosuharjo (1981), gula merah mengandung 66.187% sukrosa
yang merupakan bagian dari karbohidrat yang fungsi utamanya sebagai penghasil
energi. Tujuan pemberian gula merah adalah untuk menambah sumber
15
nutrisi/sumber energi untuk kerbau karapan melalui air minum agar mudah
diserap dan stamina kerbau karapan dapat meningkat. Selanjutnya adalah buah
asam Sumbawa yang memiliki banyak kandungan zat aktif yang berkhasiat untuk
meyembuhkan berbagai macam penyakit dan juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri (Faradiba et al., 2016), dengan persentase penggunaan
50,0%, selanjutnya adalah penggunaan madu yang bermanfaat untuk
menghasilkan energi,meningkatkan daya tahan tubuh dan stamina. Madu
mendukung pembentukan darah serta membersihkan darah. Selain itu, juga ada
efek positif dalam mengatur dan membantu peredaran darah tetap lancar
(Shaikh,2015). Bahan selanjutnya yang digunakan adalah biji kopi yang memiliki
kandungan nutrisi yaitu kandungan energi 352 kkl, protein 17,4 gr, lemak 1,3 gr,
karbohidrat 69 gr, kalsium 296 mg, fosfor 368 mg dan zat besi 4 mg yang
berfungsi sebagai sumber nutri/gizi pada hewan ternak dengan persentase
penggunaan 12,5%,sedangkan penggunaan jahe bertujuan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh ternak terhadap penyakit, kerena jahe memiliki antioksidan yang
sama dengan vitamin C (Ahmed et al.,2000), dan air digunakan untuk melarutkan
semua bahan tersebut sehingga menjadi satu larutan yang homogen.
1 Sistem pemeliharaan
Ekstensif 3 3
Intensif 90 90
16
Semi intensif 7 7
2 Kepemilikan kandang
Sendiri 78 78
Komunal 15 15
Padang pengembalaan 7 7
3 Pemberian Tanda
Ya 14 14
Tidak 86 86
4 Pemberian obat/vitamin
Pernah 96 96
Tidak 4 4
Penyakit yang sering menyerang
5
kerbau karapan
SE (ngorok) 1 1
Mencret 10 10
Kembung 15 15
6 Metode Pengobatan
Tangani sendiri 55 52
Memanggil Teman yang
1 1
Berpengalaman
Memanggil Menteri/dokter
47 47
hewan
17
umumnya. Kerbau karapan dipelihara secara intensif di dalam kandang yang
dibangun khusus untuknya, dan secara terus-menurus dibersihkan oleh
perawatnya, karena kerbau kebanyakan waktunya dihabiskan didalam
kandangnya, jadi kandang harus tetap bersih guna menjamin kesehatan ternak
supaya tidak mudah terserang penyakit. Selain itu ada juga peternak yang
memelihara kerbaunya secara ekstensif dan semi intensif namun tidak banyak.
Kebanyakan peternak memelihara kerbaunya secara intensif karena merupakan
aset penting yang harus diperhatikan semua aspek kesehatannya.Walaupun
demikian ternak kerbau juga sering mengalami kurangnya nafsuh makan, hal
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah cuaca ekstream
yang sering melanda pulau Sumbawa yang menyebabkan ternak kebanyakan
minum daripada makan, hal ini dapat menyebabkan ternak mudah terserang
penyakit seperti mencret dan kembung yang dapat mengakibatkan daya tahan
tubuh melemah sehingga mudah terjangkit penyakit menular seperti SE
(ngorok) yang disebabkan oleh bakteri (Pastuerella Multocida).Dari hasil
penelitian penanganan yang dilakukan oleh peternak adalah dengan cara
menghubungi dokter hewan, namun sebagian besar peternak memilih
menangani sendiri ternaknya apabila terserang penyakit. Hal ini dilakukan
berdasarkan pelaman beternak yang sudah lama dijalani sehingga peternak
menjadi trampil dalam menyelesaikan masalah ternaknya.
BAB V
18
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis
dan jumlah pakan serta perlakuan khusus yang diberikan pada kerbau
sumbawa karapan meliputi 8 jenis rerumputan yaitu rumput tapak jalak
(Dactylotenium Aegyptium (L) Richt) dengan jumlah pemberian 24,40%,
rumput belulang (Eleusine indica gaertn) dengan jumlah pemberian 13,30%,
rumput deccan (Echinocholoa Colona) dengan jumlah pemberian 13,30%,
rumput deertongue (Dichanthelium klandestinum) dengan jumlah pemberian
11,10%, rumput abadi (Leersia Oryzoides ) dengan jumlah pemberian 8,90%,
rumput benggala (Meganthirsus Maximus) dengan jumlah pemberian 8,90%,
rumput karpet kecil (Arthraxon hispidus) dengan jumlah pemberian 8,90%,
rumput bermuda (Cynodon Dactylon) dengan jumlah pemberian 8,90% dan
jerami padi (rice straw) yang diberikan sebanyak 2,20%, yang diberikan 1-2
karung /hari dengan berat 1 karung 45 kg. Selain pemberian rumput ada
sebanyak 3% peternak yang memberikan pakan tambahan berupa dedak halus
(rise bran) dengan jumlah pemberian 1kg dan Sebanyak 24% responden
memberikan pakan khusus berupa jamu dengan bahan baku utama berupa
telur ayam kampung, kopi hitam, madu, jahe, gula merah, asam sumbawa dan
minuman bertenaga (keratingdaeng).
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis merekomendasikan
kebutuhan ternak. Selain dianggap lebih efisien secara ekonomi , hal ini juga
19