Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Budidaya Kambing dan Jenis Kambing Ternakan di Indonesia

Asia adalah pusat domestikasi kambing. Diperkirakan domestikasi ternak kambing terjadi
9.000 sampai 11.000 tahun yang lalu. Kambing merupakan hewan ternak yang pertama kali
dijinakkan atau nomor dua setelah anjing. Nenek moyang ternak kambing tersebut diyakini
berasal dari hewan bezoar atau kambing jinak (C. aegragus hircus) yang merupakan subspecies
dari Capra aegragus (kambing liar aegragus).
Para ahli menggolongkan ternak kambing menjadi 6 kelompok, yaitu berdasarkan daerah
asal, kegunaan, ukuran tubuh, bentuk telinga, panjang telinga, serta tanduk. Penggolongan
berdasarkan daerah asal memberi petunjuk kemampuan adaptasi terhadap iklim dan kondisi
lingkungan tertentu. Berdasarkan kegunaannya, kambing diklasifikasikan atas produk yang
dihasilkan, yaitu susu (kambing perah), daging (kambing potong), dan bulu (khasmier).
Perbedaan ukuran tubuh kambing umumnya ditentukan dengan menggunakan tinggi
pundak. Dengan cara ini kambing digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok besar (di
atas 65 cm), kecil (51-65 cm), dan kerdil atau mini (<50 cm). Kambing kelompok besar (berat
tubuh 20-63 kg) untuk produksi daging dan/atau susu. Kelompok kecil (berat tubuh 19-37 kg)
dan kelompok mini (berat tubuh 18-25 kg) dipelihara untuk produksi daging. Bentuk telinganya
digolongkan berdasarkan daun telinga (terbuka lebar atau melipat) dan ukuran panjang telinga
(pendek, sedang, dan panjang) yang sangat spesifik untuk setiap breed tertentu. Bentuk telinga
sering menjadi faktor yang mempengaruhi harga ternak bersangkutan. Hal yang sama juga
terjadi pada tanduk yang digolongkan menjadi panjang, pendek, atau tidak bertanduk.
Kambing merupakan bagian penting dari sistem usahatani bagi sebagian petani gurem di
Indonesia, bahkan di beberapa negara Asia. Di Indonesia, populasi kambing terbanyak terdapat
di Sumatera dan Jawa – Madura (83 persen) dipelihara oleh mereka yang memiliki lahan
terbatas, bahkan tidak mempunyai lahan seperti para buruh atau penggarap. Sebaliknya di negara
maju, telah menjadi industri pertanian yang mendatangkan devisa, berbasis pada padang
penggembalaan (pastura) dengan penguasaan lahan yang luas dan jumlah pemilikan ternak yang
besar.

Jenis kamibing ternakan yang ada atau pernah ada di Indonesia, di antaranya sebagai
berikut.
a) Kambing kacang
Kambing kacang banyak dijumpai di Indonesia, Malaysia, dan Thailand bagian selatan.
Asal mula kambing kacang tidak diketahui secara pasti. Indonesia dan Malaysia sama-
sama menyatakan bahwa kambing kacang adalah kambing lokal masing-masing.
Kambing kacang berukuran kecil dan pendek, telinga kecil dan tegak, lehernya pendek,
serta badan bagian belakang meninggi. Jantan dan betina kambing kacang bertanduk
dengan tinggi badan 55-65 cm. Adapun berat badan dewasa untuk kambing jantan sekitar
25 kg, sedangkan berat badan betina 20 kg.

b) Kambing Etawa
Kambing etawa atau disebut juga kambing Jamnapari adalah kambing yang didatangkan
dari India. Tinggi kambing jantan berkisar antara 90 sentimeter hingga 127 sentimeter
dan yang betina hanya mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91
kilogram, sedangkan betina hanya mencapai 63 kilogram. Telinganya panjang dan
terkulai ke bawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk
pendek. Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.
c) Kambing Peranakan Etawa
Kambing PE (Peranakan Etawa) merupakan hasil persilangan antara kambing etawa dari
India yang memiliki iklim tropis/subtropis dan kering dengan kambing kacang. Dengan
demikian kambing PE telah beradaptasi dengan baik pada lingkungan Indonesia. Menurut
tipenya, kambing PE termasuk kambing dwiguna yaitu penghasil daging dan susu.
Kambing PE menghasilkan susu rata-rata 1 liter/hari/ekor.
Kambing PE memiliki ciri-ciri atau morfologi yang tidak jauh berbeda dengan kambing
etawa, yaitu postur tubuh yang besar, telinga panjang menggantung, muka cembung, dan
bulu di bagian paha belakang yang panjang. Kambing PE betina berukuran relatif lebih
besar dibanding kambing lokal lainnya dan memiliki puting yang panjang.
Kambing ini memiliki jambul di daerah dahi dan hidung khusus untuk jantan, warna
rambut yang khas yaitu hitam atau coklat hanya pada bagian kepala sampai leher dan
putih diseluruh tubuh, memiliki gelambir, tanduk yang kecil, telinga yang panjang 20-25
cm dan melipat keluar. Tinggi badan kambing PE dewasa antara 60-120 cm, dan berat
badan dewasa antara 25-100 kg. Selain itu, kambing PE memiliki kemampuan adaptasi
yang lebih baik terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan.
d) Kambing Marica
Kambing marica adalah hasil adaptasi kambing kacang yang dibudidayakan secara
turun-temurun dan berkembang biak di Provinsi Sulawesi Selatan. Umumnya ukuran
tubuh kambing marica lebih kecil dari kambing kacang.

e) Kambing Kosta
Kambing Kosta didapatkan dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir
banyak ditemukan di sekitar Jakarta dan Banten.
Kambing Kosta yang sangat cocok untuk kategori pedaging ini memiliki tubuh relatif
sedang, bertanduk dan berbulu pendek, dan hidung yang cenderung rata. Kambing Kosta
memiliki ciri khas yang mudah dikenali, yaitu adanya motif garis sejajar di kiri dan kanan
muka kambing. Berat badan bervariasi sekitar 20-46,5 kg/ekor.
f) Kambing Gembrong
Kambing Gembrong merupakan salah satu jenis kambing yang hampir punah. Berasal
dari pulau Bali, terutama Kabupaten Karangasem, kambing Gembrong sekilas dilihat
mirip dengan anjing karena bulunya yang sangat lebat. Kambing Gembrong ini bisa
didapatkan dengan menyilangkan kambing Khasmir dengan kambing Turki.Ciri-ciri
kambing Gembrong berbeda antara kambing jantan dengan kambing betina. Kambing
jantan berbulu panjang, lebat, dan cenderung mengilap yang tumbuh dari kepala hingga
ekor. Saking lebatnya, kambing Gembrong jantan kesulitan untuk melihat, karena
bulunya bisa menutupi matanya. Untuk kambing betina, ciri-cirinya lebih mirip kambing
Kacang dengan bagian bawah perut melebar, tanduk pendek, dan bulu yang pendek.
Warna kambing Gembrong umumnya berwarna putih, cokelat, atau cokelat muda.
g) Kambing Boer
Kambing boer adalah kambing yang berasal dari Afrika Selatan. Kata "Boer" artinya
petani. Kambing boer merupakan kambing pedaging yang sesungguhnya karena
pertumbuhannya sangat cepat. Kambing ini pada umur lima hingga enam bulan sudah
dapat mencapai berat 35 – 45 kg, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 –
0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum
pakan sehari-harinya. Kambing boer jantan akan tumbuh dengan berat badan 120 – 150
kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun), sedangkan Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan
mempunyai berat 80 – 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.
Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas kambing boer
jauh lebih tinggi dan mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya.
Kambing boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam,
berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung,
berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa
kambing boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang
melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing
ini sangat suka berjemur di siang hari.
Kambing boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrem, mulai dari suhu sangat
dingin (-25 derajat celcius) hingga sangat panas (43 derajat celcius) dan mudah
beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Secara alamiah mereka adalah hewan
yang suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada
rumput.
h) Kambing Bligon/Jawa Randu
Kambing Jawarandu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan.
Kambing jawarandu ini merupakan hasil perkawinan Kambing Peranakan Ettawa (PE)
dengan kambing lokal (kambing kacang biasanya). Dimana sifat fisiknya lebih dominan
kearah kambing kacang. Kambing Jawarandu mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan Kambing Kacang. Berat badan kambing Jawarandu jantan bisa mencapai
lebih dari 40 kg, Selain itu kambing Jawarandu menghasilkan susu lebih banyak
dibandingkan kambing kacang. Sehingga kambing jawarandu termasuk kambing
dwiguna. Kambing jawarandu memiliki temperamen yang gesit dan lincah. Kambing ini
mudah diternakkan di Indonesia karena sudah mampu beradaptasi dilingkungan tropis
serta pemberian makannya tidak pilih-pilih.
Ukuran tubuh kambing jawarandu lebih kecil daripada kambing peranakan etawah,
Moncongnya lancip, jantan dan betina sama-sama memiliki tanduk (lurus atau
kesamping), telinganya menggantung atau terkulai serta tidak melipat, Panjang kaki
sedang dan bulu kaki panjang maupun pendek, bobot lahirnya sekitar 1,5 sampai 2 kg.
Kambing ini berbulu hitam, coklat, coklat tua, coklat belang putih, sawo matang atau
kombinasi dari berbagai warna tersebut. Kambing jawarandu mampu tumbuh 50 sampai
100 g/hari.
i) Kambing Boerka
Kambing unggul boerka merupakan hasil persilangan pejantan boer (tipe pedaging)
dengan induk kambing kacang (tipe prolifik, beranak banyak). Kambing hasil silangan ini
lebih unggul dibanding kambing lokal. Pertumbuhannya cepat, bobot tubuhnya lebih
besar, dan daya adaptasi terhadap lingkungan tropik basah pun sangat baik.
Kambing boerka rata-rata memiliki bobot lahir 42 persen lebih berat dibanding kambing
kacang. Bobot lahir anak jantan cenderung lebih tinggi dibanding anak betina. Sejak
disapih (umur 3 bulan) hingga dewasa (di atas 18 bulan), bobot tubuh kambing boerka
jantan rata-rata lebih tinggi 36-45 persen. Untuk boerka betina lebih tinggi 26-40 persen
dibanding kambing kacang. Pada umur 12-18 bulan, kambing boerka jantan mencapai
bobot tubuh 26-36 kg atau memenuhi persyaratan ekspor. Dengan demikian, kambing
boerka berpotensi dikembangkan secara komersial untuk tujuan ekspor.
Tingkat pertumbuhan anak kambing boerka pra sapih rata-rata 118 g/hari, jauh lebih
tinggi dibanding anak kambing kacang yang hanya 52-70 g/hari. Laju pertumbuhan
kambing boerka selama pasca sapih juga lebih tinggi dibanding kambing kacang. Pada
umur 3-6 bulan, misalnya, laju pertumbuhan kambing boerka lebih tinggi rata-rata 42
persen dibanding kambing kacang. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi memungkinkan
kambing boerka mencapai bobot potong pada umur yang lebih muda.
j) Kambing Boerawa/Boereta
Kambing Boerawa merupakan jenis kambing hasil persilangan antara kambing Boer
jantan dan kambing Peranakan Etawa (PE) betina. Kambing Boerawa saat ini telah
berkembang biak dan menjadi salah satu komoditi ternak unggulan di berbagai provinsi
di Indonesia. Postur tubuh kambing ini cukup tinggi dan relatif besar. Pertambahan berat
badan dapat mencapai 100-150 gram per hari dan mencapai berat potong sekitar 30-40 kg
pada umur 12 bulan. Persentase karkas cukup tiggi, yaitu 48-50%.
Kambing Boerawa memiliki ciri kambing Boer dengan kambing PE sebagai tetuanya.
Penampilan kambing Boerawa lebih mirip dengan kambing PE namun telinganya lebih
pendek daripada kambing PE dengan profil muka yang sedikit cembung. Selain itu,
kambing Boerawa juga memiliki badan yang lebih besar dan padat daripada kambing PE
sehinggga jumlah daging yang dihasilkan lebih banyak. Kambing Boerawa memiliki
beberapa keunggulan antara lain pertumbuhannya yang tinggi yaitu 0,17 kg/hari. Bobot
lahir kambing Boerawa mencapai 3,7 kg dengan pertambahan bobot tubuh mencapai 0,17
kg/hari. Bobot tubuh kambing Boerawa umur 8 bulan dapat mencapai 40 kg.

k) Kambing Saanen
Kambing saanen merupakan kambing yang berasal dari lembah Saanen, Swiss bagian
barat dimana kambing saanen ini merupakan salah satu jenis kambing terbesar di Swiss
serta sudah tercata sebagai penghasil susu kambing yang terkenal di dunia. Namun sangat
disayangkan, Kambing ini cukup sulit jika harus dikembangkan di wilayah tropis karena
memiliki kepekaan terhadap matahari. Oleh sebab itu di Indonesia jenis kambing ini
dalam perkembanganya disilangkan lagi dengan jenis kambing lain yang lebih resisten
terhadap cuaca tropis dan tetap diberi nama kambing saanen, salah satu persilangan yang
cocok dengan kambing saanen antara kambing peranakan etawa.
Kambing ini tergolong dalam kategori kambing perah yang mampu menghasilkan susu
yang cukup banyak, bila dirata-rata kambing ini mampu menghasilkan susu kurang lebih
3,8 liter untuk perharinya, dalam susu tersebut terdapat kandungan lemak hingga 2,5%
hingga 3%. Untuk bisa menghasilkan susu yang mempunyai kandungan berkualitas
biasanya para peternak memberinya makanan berupa rumput, jerami, biji-bijian dan
minuman kira-kira setidak sedikit 3 liter air perharinya.
Ciri-ciri kambing Saanen diantaranya berbulu pendek berwarna putih atau krim dengan
titik hitam di hidung, telinga dan di kelenjar susu. Hidungnya lurus dan muka berupa
segitiga. Telinganya sederhana dan tegak ke sebelah dan ke depan. Ekornya tipis dan
pendek. Jantan dan betinanya bertanduk. Berat dewasa 68-91 kg (Jantan) dan 36kg - 63kg
(Betina), tinggi ideal kambing ini 81 cm dengan berat 61 kg, di saat tingginya 94 cm
beratnya 81 kg.

l) Kambing Toggenburg
Kambing Toggenburg merupakan kambing yang telah berkembangbiak dan
dibudidayakan di wilayah Toggenburg, Swiss. Kambing Toggenburg merupakan
kambing hasil keturunan dari kambing Alpine yang berasal dari Inggris. Kambing
Toggenburg merupakan salah satu jenis kambing tertua yang dibudidayakan untuk
dimanfaatkan susunya. Kambing Toggenburg sangat produktif. Pada usia 7-8 bulan
betina kambing Toggenburg sudah mampu berproduksi. Hal ini menjadi kelebihan
tersendiri jika memilih kambing Toggenburg untuk dijadikan kambing perah karena
setelah lepas sapih kita hanya perlu menunggu sekitar 10 bulan agar kambing bisa
memproduksi susu. Hal ini lebih cepat dibandingkan dengan jenis kambing lainnya.
Kambing perah ini memiliki warna seragam dan jarang yang memiliki beberapa warna
sekaligus dalam satu tubuh. Warnanya mulia dari coklat keuningan sampai coklat tua
gelap. Pada bagian kepala memiliki warna putih demikian juga pada bagian telinga dan
kakinya ( mulai dari bagian lutut ke bawah ). Kambing ini memiliki tanda putih yang
berbeda: telinga putih dengan bercak gelap di tengah; dua garis putih di wajah dari atas
masing-masing mata untuk moncong; kaki belakang putih dari hocks untuk kuku; kaki
depan dari lutut ke bawah putih dengan garis gelap di bawah lutut diterima , sebuah
segitiga putih di kedua sisi ekor.

m) Kambing Alpinee
Kambing Alpine adalah kambing asli yang berasal dari pegunungan Alpen di Swiss.
Akan tetapi, kambing Alpine menyebar di seluruh dataran di Eropa. Kambing Alpine
banyak diternakkan di Amerika Serikat. Kambing Alpine rata-rata memiliki warna bulu
putih kekuning-kekuningan, hitam , coklat, kemerah-merahan atau warna tebing bahkan
banyak juga warna kobinasi dari warna-warna yang ada di atas. Kambing Alpine
berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan kambing Swiss asli.
Kambing Alpine merupakan salah satu kambing yang memiliki ukuran tubuh yang besar
jika dibandingkan dengan jenis kambing lainnya. Kambing Alpine jantan dapat mencapai
ukuran 34-40 inci saat berdiri. Sedangkan pada kambing Alpine betina memiliki ukuran
atau postur tubuh yang juga besar yakni tidak kurang dari 30 inchi saat berdiri. Selain
memiliki ukuran tubuh yang tinggi dana besar, berat kambing Alpine juga tinggi. Untuk
kambing Alpine pejantan sendiri memiliki ukuran berat yang tidak kurang dari 170 kg.
Sedangkan pada kambing Alpine betina dapat mencapai berat tubuh tidak kurang dari
135 kg pada betina dewasa. Kambing Alpine juga merupakan kambing yang bersifat
adaptif atau memiliki sifat yang mampu bertahan atau beradaptasi pada kondisi atau
cuaca tertentu. Kambing Alpine dapat dengan mudah menyesuaikan dengan kondisi dan
lingkungan apapun baik kondisi wilayah tersebut beriklim tropis maupun sedang.

n) Kambing Nubian
Kambing Nubian merupakan kambing Afrika yang khusus digunakan sebagai kambing
perah. Pada beberapa strain baik yang jantan maupun betina kambing ini bertanduk,
tetapi ada juga strain yang tidak bertanduk. Warna bulu umumnya hitam, coklat dan
bulunya pendek mengkilap. Garis muka sedikit cembung dan telinga agak panjang
menggantung.

Anda mungkin juga menyukai