Anda di halaman 1dari 4

PENYAKIT HEWAN MENULAR STRATEGIS PADA SAPI

Anthrax

Anthrax adalah penyakit menular yang akut atau perakut, bisa menyerang semua jenis ternak
berdarah panas bahkan manusia. Penyakit ini bisa mengakibatkan  angka kematian tinggi.
Penyebab penyakit anthrax pada sapi adalah Bacillus anthracis. Kuman Anthrax bisa membentuk
spora yang bisa bertahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap kondisi atau
lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau desinfektan. Olehkarena itu, hewan yang mati yang
terjangkit Anthrax dilarang melakukan pembedahan pada bangkainya supaya tidak membuka
peluang bagi organisme untuk membentuk spora.

Gejala atau Tanda tanda penderita Anthrax yaitu  sebagai berikut:

 Kematian mendadak dan adanya perdarahan di lubang-lubang kumlah (lubang hidung,


lubang anus, pori pori kulit).
 Ternak mengalami kesulitan bernapas, demam tinggi, gemetar, berjalan sempoyongan,
kondisi lemah, ambruk dan kematian secara cepat.
 Pada kuda gejalanya biasanya kronis dan menyebabkan kebengkakan pada tenggorokan.
 Pada manusia bisa terjadi tukak atau luka pada kulit dan kematian mendadak.

Kejadian di Indonesia : Aceh, Jambi, Jawa, Kalbar, NTB, Sulawesi


Tahun 2018 terjadi di Sulsel dan NTB

Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)


Kejadian penyakit ini sudah meluas ke berbagai negara di dunia dan menjadi perhatian dari
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Penyakit ini menjadi penting karena agen penyebab
bukan berasal dari mikroorganisme melainkan dari protein yang mengalami mutasi genetic
menjadi virulen yang disebut dengan prion.

Kejadian BSE pada ternak biasanya dihubungkan dengan pemberian meat bone meal (MBM)
yang mengandung specified risk material (SRM) dari jaringan tubuh hewan. MBM sendiri
digunakan untuk meningkatkan asupan protein pada ternak.

Penyakit BSE telah menimbulkan kerugian besar pada sector peternakan khususnya ternak sapi
dimana menimbulkan kasus kematian yang cukup besar. Disamping itu, penyakit ini pula
termasuk ke dalam zoonosis karena dapat ditularkan dari hewan ke manusia yang disebut dengan
penyakit Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD). Penularan terjadi melalui infeksi prion yang masuk
ke tubuh manusia melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi BSE.

Bovine Spongioform Encephalopathy (BSE) merupakan penyakit neurologis yang umumnya


bersifat subklinis dan membahayakan pada ternak sapi. Gejala klinis umumnya berupa
perubahan tingkah laku dan temperamen berupa mudah terkejut, gugup dan ketakutan
(Wilesmith et al., 1988). Kemudian terjadi perubahan postur tubuh dan gerakan, seperti ataksia
kaki depan, tremor, mudah terjatuh dan bentuk kepala yang abnormal. Hewan masih dapat
makan tetapi sangat cepat kehilangan berat badan dan menunjukan gejala kyposis. Hewan yang
terinfeksi akan terlihat sangat peka terhadap suara dan sentuhan, menendang, gerakan berlebihan
pada telinga dan menjilat hidung. Gejala ini akan berakhir dengan inkoordinasi, paresis dan
paralysis.

Gejala lain yang khas pada BSE adalah sapi aktif berjalan kesana kemari. Pada beberapa hewan
terdapat gejala pruritus dimana hewan sering menjilat dan menggosokkan badannya karena gatal.
Terdapat pula gejala nonspesifik seperti kelemahan umum, kehilangan bobot badan,
menggesekkan antara gigi atas dan bawah (kemungkinan dikarenakan kesakitan pada perut dan
gangguan saraf), dan penurunan produksi susu. Muncul juga gejala seperti penurunan aktivitas
memamah biak, bradikardia dan aritmia.

Belum ada obat maupun vaksin BSE untuk hewan dan manusia. Semua hewan dan manusia
yang tertular prion BSE berakhir dengan kematian apabila gejala klinis telah muncul. World
Organization for Animal Health (WOAH) telah mengeluarkan rekomendasi untuk pencegahan
dan pengendalian BSE, diantaranya :

1. setiap negara memiliki penilaian atau analisis risiko untuk oenyakit BSE

2. menghilangkan SRMs (otak dan sumsum tulang) dari seluruh karkas sapi berumur 12 bulan
atau lebih

3. memperbaiki standar pengolahan produk buangan menggunakan temperature, tekanan dan


waktu yang sesuai saat diproses (133°C, 3 bar dan 20 menit)

4. menghindari kontaminasi silang dari produk buangan

5. melakukan surveilan secara aktif dan pasif

6. memusnahkan sapi yang menderita BSE.

Indonesia bebas tapi pernah terjadi di Aceh, Jambi, dan Kalteng.

Penyakit Mulut dan Kuku

Daya tular penyakit ini sangat tinggi, dan dapat menulari rusa, kambing, domba, serta hewan
berkuku genap lainnya. Gajah, mencit, tikus, dan babi hutan juga dapat terserang. Kasus yang
menyerang manusia sangat jarang.
Ledakan wabah PMK pertama kali diketahui di Indonesia tahun 1887 di daerah Malang, Jawa
Timur, kemudian penyakit menyebar ke berbagai daerah seperti Sumatera, Sulawesi dan
Kalimantan. Kampanye vaksinasi massal memberantas PMK dimulai tahun 1974 sehingga pada
periode 1980-1982 tidak tercatat lagi kasus PMK. Pada tahun 1983 tiba-tiba muncul lagi kasus di
Jawa Tengah dan menular kemana-mana. Melalui program vaksinasi secara teratur setiap tahun,
wabah dapat dikendalikan dan kasus PMK tidak muncul lagi. Pada tahun 1986 Indonesia
menyatakan bebas PMK. Hal ini diakui di lingkungan ASEAN sejak 1987 dan diakui secara
internasional oleh organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties-OIE)
sejak 1990.

Anda mungkin juga menyukai