Anda di halaman 1dari 23

1.

JELASKAN PEMERIKSAAN APA SAJA YANG DILAKUKAN DALAM PENENTUAN DIAGNOSA

Diagnosa:
- keluhan utama
- riwayat medis
- riwayat dental
- pemeriksaan (ekstra oral, intra oral, pem klinis, pem radiografi, pem khusus)

PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Keluhan utama
= informasi pertama
= masalah/kondisi dgn bahasanya sendiri dan menjadi alasan untuk mencari pertolongan.
• Keluhan utama harus dicatat apa adanya dgn bahasa non-teknis.
• Jika pasien tidak mengeluhkan masalah / pasien dirujuk, maka ditulis,”tidak ada keluhan utama”

2. Riwayat Medis
Riwayat kesehatan lengkap bagi pasien baru yg dibutuhkan meliputi :
• Data demografis rutin
Meliputi nama lengkap (nama keluarga/nama sendiri), umur, jenis kelamin, suku, agama, status
perkawinan, pekerjaan, alamat rumah dan nomor telepon untuk mudah dihubungi
• Riwayat medis : pasien lansia memiliki masalah medis, penyakit sistemik, bedah, konsumsi obatan
→ memberi informasi : reaksi terhadap infeksi, perdarahan, resep, status emosional.
• Obat-obatan yg sedang dikonsumsi

3. Riwayat Dental
= merupakan ringkasan perawatan dental pada masa lalu dan masa sekarang.
Perawatan gigi yang terakhir dilakukan? Keluhan utama? Riwayat keluhan utama?
Adakah tumpatan yang baru, bocor, dll? Pernah dilakukan perawatan saraf gigi?
Pernahkah dilakukan drainase? Pernakah bengkak? Apa yang dilakukan?
• Memberi informasi : perilaku pasien terhadap kesehatan dan perawatan mulut.
• Pertanyaan pada tanda dan gejala yg dialami pasien sebelumnya & sekarang → diagnosis spesifik
-Informasi tentang riwayat kesehatan gigi meliputi kunjungan rutin berkala pasien ke dokter gigi
-sikap pasien terhadap perawatan dokter gigi, masalah gigi mulut sebelumnya yang relevan dengan
keluhan utama, serta berbagai perawatan gigi dan mulut sebelumnya
4. Pemeriksaan Subjektif
Rasa nyeri : Lokasi, awal mula, karakteristik, durasi, dan keparahan rasa nyeri.
Hal-hal yg bisa memicu/ menghilangkan nyeri, seperti obat-obatan.
-sakit/tidak? -Tipe sakit? (tajam/tidak)
-Apakah sakitnya local atau menyebar? -Sakitnya berhenti atau terus menerus?
-Sakitnya meningkat karena dingin, panas, tekanan, kunyah, berbaring, manis/asam?
-Sakitnya spontan? -Dapat hilang sendiri/minum obat?
-Berapa lama sakit yang terakhir? -Apakah gigi terasa mau lepas? Kapan?

5. Pemeriksaan Objektif
A. Pemeriksaan ekstra oral :
tampilan wajah secara umum, kulit, asimetri wajah, pembengkakan, diskolorasi, kemerahan, scar,
sinus tract, sakit/pembesaran lymph node.
→ membantu mengidentifikasi keluhan utama, penyebaran inflamasi rongga mulut

B. Pemeriksaan intra oral :


• Pemeriksaan visual bibir, mukosa oral, lidah, palatum, otot, gingiva cekat, diskolorasi, inflamasi,
ulserasi, sinus tract.
 Pemeriksaan gigi :
- perubahan warna mahkota : patosis pulpa, pernah perawatan saluran akar sebelumnya
-Fistula, Karies gigi yang dalam & Karies sekunder
-Perubahan warna gigi, Trauma (mahkota dan fraktur) &Mobility gigi
-Tipe dan perluasan restorasi &Perkembangan abnormal gigi
-Resesi gingiva, Perubahan jaringan gingiva, Traumatic oklusi & restorasi yang lepas, bocor, fraktur

C. Pemeriksaan Klinis
1. PEMERIKSAAN SONDASI
 tes respon pasien terhadap berbagai stimulus. menggunakan kaca mulut, sonde, prob periodontal.
 Sonde, kaca mulut → memeriksa karies rekuren, terbukanya pulpa, fraktur mahkota, restorasi tidak
adekuat, kebocoran koronal Gigi kontrol : menggunakan gigi sehat sebagai pembanding.
2. PEMERIKSAAN PERKUSI
- Perkusi : menentukan ada/tidak inflamasi periradikular.
- cara : mengetuk permukaan insisal/oklusal gigi dgn ujung tangkai kaca mulut dgn posisi tegak lurus
mahkota. Gunakan juga gigi kontrol.
3. PEMERIKSAAN PALPASI
• Menentukan konsistensi jaringan dengan perabaan/tekanan ringan guna:
- Ada atau tidaknya pembengkakan
- Ada/tidaknya rasa sakit pada daerah yang dipalpasi
- Kelainan terdapat pada jaringan lunak/keras
- Kasar/licinnya permukaan jaringan
 cara : tekan mukosa di sekitar apeks dgn ujung jari telunjuk. Gunakan juga gigi kontrol
4. PEMERIKSAAN MOBILITAS
• Dilakukan untuk mengetahui derajat kegoyangan gigi
- Gigi goyang tidak terdukung oleh tulang alveolar atau Ada/tidaknya kerusakan tulang alveolar
• Cara : menempatkan jari telunjuk di lingual dan menekan permukaan fasial dgn tangkai kaca
mulut. Pergerakan 2-3 mm atau ada depresi mengindikasikan prognosis buruk untuk dilakukan
perawatan saluran akar
• Derajat mobility gigi (Grossman)
- Derajat goyang I pasien merasakan goyang, drg belum melihat goyangnya
- Derajat goyang II goyangnya terlihat dan terasa, gigi goyang ± 2 mm dari soketnya
- Derajat goyang III goyangnya terlihat dari 1 mm, gigi dapat digerakkan arah vertical
5. PEMERIKSAAN VITALITAS
• Alat: EPT/vitalometer. • Indikasi: semua gigi yang diisolasi/keringkan menggunakan cotton roll
• Kontraindikasi: sulit diisolasi/keringkan, crown, restorasi besar, trauma baru, anestesi, rasa sakit
berlanjut, nervous
• Cara menggunakan EPT:
- pasien dijelaskan tidak sakit, hanya rangsangan - isolasi dan keringkan gigi yang diperiksa
- pengatur arus diset pada angka 0 - ujung EPT+elektroda dilekatkan pada serviks gigi
- jangan sentuhkan EPT pada gingiva/restorasi metal
- naikkan pengatur arus bertahap sampai timbul respons
- catat pada skala berapa timbul respons, lakukan 2x
6. PEMERIKSAAN THERMAL
• Pemeriksaan thermal dingin
- Menggunakan udara dingin, es, chlor etil + kapas
- Respon (+)=pulpa vital, (-)= pulpa terisolasi/non vital - Hyperemia: respon cepat, hebat, cepat reda
- Pulpitis akut: lebih hebat, lebih lama - Pulpitis kronis: respon lambat
• Pemeriksaan thermal panas
- Menggunakan: udara/ gutta percha, burnisher, instrument panas, rubber
D. Pemeriksaan Radiografik
• Untuk kasus endo: mutlak/wajib
• Radioluscent: terlihat gelap & jar.lunak dan subs lain yang terkena sinar x
• Radio-opaque : terlihat jelas/putih, tumpatan metal, jar keras yang tdk dpt dilalui sinar x
• Guna: adanya dan dalamnya karies, besar kerusakan tl pada jar periapikal, adanya benda asing,
sal. akar gigi, sinus, fraktur, resorpsi internal dan eksternal, gigi impaksi, tump proksimal

D. Pemeriksaan khusus
1. Menyingkirkan jaringan karies : menetapkan status pulpa, Penetrasi karies ke pulpa simptomatis
mengindikasikan pulpitis ireversibel dan membutuhkan perawatan saluran akar.
2. Anastesi selektif : berguna untuk gigi yg nyeri, terutama yg tidak bisa diisolasi.
3. Transilluminasi : mengidentifikasi fraktur mahkota longitudinal, karena fraktur tidak meneruskan
cahaya. Hasil transilluminasi menunjukkan warna gelap & terang yg kontras pada bagian yg fraktur.
2. JELASKAN SISTEM PENGKLASIFIKASIAN KARIES
• Berdasarkan sisi anatomis :
1. karies pit dan fisur
melibatkan permukaan oklusal gigi posterior, bukal/lingual molar, palatal insisivus atas
2. karies permukaan halus melibatkan daerah 1/3 gingival di bukal/lingual/proksimal
3. karies akar melibatkan sementum dan dentin

• Berdasarkan lesi baru/rekuren :


1. karies primer pada permukan yg belum direstorasi
2. karies rekuren/karies sekunder berkembang dekat tambalan
3. karies residu jaringan demineralisasi tertinggal sebelum gigi direstorasi

• Berdasarkan aktivitas lesi :


1. karies aktif lesi progresif
2. karies non-aktif (arrested caries) proses karies terhenti

• Berdasarkan kecepatan perkembangan karies :


1. Karies akut berkembang sampai pulpa sangat cepat
2. Karies rampan lesi karies aktif yg mengenai banyak gigi yg imun karies

• Berdasarkan desain restorasi :


Klas I : karies pada pit dan fisur
Klas II : karies melibatkan permukaan proksimal gigi posterior
Klas III : karies pada permukaan proksimal gigi anterior tapi tidak melibatkan insical angle
Klas IV : karies pada permukaan proksimal gigi anterior melibatkan incisal edge
Klas V : karies pada 1/3 gingival permukaan fasial/lingual
Klas VI : karies pada incisal edge gigi anterior/ occlusal cusp gigi posterior

• Berdasarkan keparahan penyakit :


1. karies awal (incipient caries) : kedalaman <1/2 enamel
2. karies sedang (moderate) : kedalaman >1/2 enamel, tidak melibatkan DEJ.
3. karies lanjut (advance) : melibatkan DEJ , < ½ jarak dentin ke kamar pulpa
4. karies parah (severe) : kedalaman > ½ jarak dentin ke kamar pulpa
• Berdasarkan jumlah permukaan :
1. Simple caries : melibatkan 1 permukaan
2. Compound caries : melibatkan 2 permukaan
3. Complex caries : melibatkan > 2 permukaan

• Berdasarkan sistem WHO :


1. D1: terdeteksi lesi di enamel, permukaan intak
2. D2 : ada kavitas di enamel
3. D3 : ada kavitas di dentin
4. D4 : lesi melibatkan pulpa

Klasifikasi karies menurut system G.V Black:


Klas I : karies ini yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissur) dari gigi premolar dan molar (gigi
posterior) terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.
Klas II : Kavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior, karies klas II dapat
mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya sehingga dapat digolongkan
menjadi kavitas MO (mesio-oklusal) atau MOD(Mesio-Oklusal_Distal).
Klas III : Lesi Klas III hanya mengenai gigi anterior. Lesi ini dapat terjadi pada bagian approximal dari
gigi depan, tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi.
Klas IV: Kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas klas III. Lesi ini pada permukaan proksimal gigi
anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal. Jika karies ini luas atau abrasi hebat dapat
melemahkan sudut dan menyebabkan terjadinya fraktur.
Klas V : kavitas gingival adalah kavitas pada permukaan yang halus. Terlepas dari etiologinya karies,
abrasi, atau erosi tipe lesi ini disebut juga karies klas V. Karies Klas V terjadi pada permukaan facial
maupun lingual, namun lebih dominan timbul pada permukaan yang menghadap bibir dan pipi
daripada lidah. Kavitas ini bisa mengenai sementum selain email.
Klas VI : tipe kavitas ini terjadi pada ujung tonjol gigi posterior dan edge insisal gigi insisivus

Klasifikasi karies menurut G.J Mount and WR.Hume :


Berdasarkan site (lokasi)
Site 1 : karies terletak pada pit dan fissure.
Site 2 :karies terletak di area kontak gigi (proksimal), baik anterior maupun posterior.
Site 3 :karies terletak di daerah servikal, termasuk enamel/permukaan akar yang terbuka.
Berdasarkan size (ukuran).
Size 0 : lesi dini.
Size 1 : kavitas minimal, belum melibatkan dentin.
Size 2 : Adanya keterlibatan dentin. Perawatan dengan preparasi kavitas dimana gigi tersebut masih
kuat untuk mendukung.
Size 3 : kavitas yang berukuran lebih besar, sehingga preparasi kavitas di perluas agar restorasi dapat
digunakan untuk melindungi struktur gigi yang tersisa dari retak/patah.
Size 4 : sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur gigi seperti cups/sudut

Klasifikasi karies menurut ICDAS (International Caries Detection and Assessment System):
0 : gigi yang sehat.
1 : Perubahan awal pada email yang tampak secara visual. Biasa dilihat dengan cara mengeringkan
permukaan gigi, dan tampak adanya lesi putih di gigi.
2 : Perubahan pada email yang jelas tampak secara visual. Terlihat lesi putih pada gigi, walau gigi
masih dalam keadaan basah.
3 : Kerusakan email, tanpa keterlibatan dentin
4 : Terdapat bayangan dentin (tidak kavitas pada dentin). Karies pada tahap ini sudah menuju dentin,
berada pada perbatasan dentin dan email (Dentino Enamel Junction).
5 : Kavitas karies yang tampak jelas dan juga terlihatnya dentin (Karies sudah mencapai dentin).
6 : Karies dentin yang sudah sangat meluas (melibatkan pulpa)
3. SEBUTKAN ALAT & BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM PENAMBALAN RESIN KOMPOSIT KELAS II

Alat:
1. Tray 2. Kaca mulut
3. Pinset 4. Sonde half moon
5. Ekskavator 6. Plastis instrument
7. Bur diamond round & fissure 8. Finishing bur pita kuning bentuk flame
9. White stone bur bentuk flame dan round 10. Bur enhace bentuk flame
11. Light cure 12. Handpiece: high speed & low speed
13. Matriks holder 14. Matriks band 15. Wedges

Bahan:
1. Resin komposit 5. Cotton pellet
2. Etsa 6. Cotton roll
3. Bonding 7. Articulating paper
4. Mikrobrush

Prosedur:
1. Melakukan pemeriksaan subjekif (keluhan utama, riwayat dental, riwayat medis) serta
pemeriksaan objektif (pemeriksaan visual, tes vitalitas, pemeriksaan periodontal).
2. Penegakan diagnosis dan rencana perawatan
3. Memberi penjelasan dan edukasi kepada pasien mengenai rencana perawatan, waktu kunjungan,
dan biaya pengobatan serta mengisi informed consent.
4. Melakukan persiapan alat dan bahan.
5. Melakukan isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll
6. Melakukan pembuangan seluruh jaringan karies menggunakan bur diamond round di permukan
oklusal, lebarkan preparasi ke lateral menggunakan fissure bur dengan prinsip preparasi minimal.
Ekskavasi karies menggunakan ekskavator, buang daerah yang tajam dan haluskan dinding kavitas.
7. Buat bevel untuk menghaluskan tepi preparasi dinding proksimal menggunakan bur fissure
8. Bersihkan kavitas dengan semprotan air, kemudian keringkan dengan semprotan udara.
9. Pasang matriks tofflemire ke gigi kemudian masukkan wedges pada daerah embrasure. Keringkan
gigi dengan semprotan udara
10. Aplikasi Etsa pada daerah enamel, kemudian dilanjutkan pada daerah dentin.( Enamel 15-30
detik. dentin 10- 15 detik bila menggunakan teknik total etch)
11. Bersihkan kavitas dengan semprotan air, kemudian keringkan dengan semprotan udara
ringan/cotton pellet
12. Aplikasikan Bonding pada permukaan kavitas, biarkan selama 10-15 detik, kemudian light cure 20
detik.
13. Resin komposit diaplikasikan pada bagian proksimal box terlebih dahulu (teknik sentripetal)
dengan ketebalan dinding 1.5-2 mm
14. light cure setiap lapisan selama 20 detik
15. Lepaskan matriks holder dan matriks band beserta wedges
16 Rapikan restorasi dengan menggunakan bar diamond
17 Cek oklusi dengan menggunakan artikularing paper
4. JELASKAN TAHAPAN PROSEDUR KERJA YANG DILAKUKAN DALAM PENAMBALAN RK KELAS IV

Alat:
1. Tray 2. Kaca mulut
3. Pinset 4. Sonde half moon
5. Ekskavator 6. Plastis instrument
7. Bur diamond round & fissure 8. Finishing bur pita kuning bentuk flame
9. White stone bur bentuk flame dan round 10. Bur enhace bentuk flame
11. Light cure 12. Handpiece: high speed dan low speed
13. seluloid strips

Bahan:
1. Resin komposit 5. Cotton pellet
2. Etsa 6. Cotton roll
3. Bonding 7. Articulating paper
4. Mikrobrush

Prosedur:
1. Melakukan pemeriksaan subjekif (keluhan utama, riwayat dental, riwayat medis) serta
pemeriksaan objektif (pemeriksaan visual, tes vitalitas, pemeriksaan periodontal).
2. Penegakan diagnosis dan rencana perawatan
3. Memberi penjelasan dan edukasi kepada pasien mengenai rencana perawatan, waktu kunjungan,
dan biaya pengobatan serta mengisi informed consent.
4. Melakukan persiapan alat dan bahan.
5. Melakukan isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll
6. Melakukan pembuangan seluruh jaringan karies menggunakan bur bulat diamond di permukaan
mesial/distal gigi anterior, lebarkan preparasi ke lateral menggunakan fissure bur dengan prinsip
preparasi minimal. Ekskavasi karies menggunakan ekskavator, buang daerah yang tajam dan
haluskan dinding kavitas.
8. Buat bevel di daerah tepi preparasi menggunakan bur fissure
9. Bersihkan kavitas dengan semprotan air, kemudian keringkan dengan semprotan udara.
10. Pasang seluloid strips ke bagian mesial atau distal gigi Keringkan gigi dengan semprotan udara.
11. Aplikasi Etsa pada daerah enamel, kemudian dilanjutkan pada daerah dentin. Enamel 15-30
detik, dentin 10- 15 detik bila menggunakan teknik total etch)
12. Bersihkan kavitas dengan semprotan air, kemudian keringkan dengan semprotan udara ringan.
13. Aplikasikan Bonding pada perikaum kavitas. biarkan selama 10 detik, kemudian light cure 20
detik
14. Resin komposit diaplikasikan pada bagian proksimal box terlebih dahulu (teknik sentripetal)
dengan ketebalan dinding 15-2 mm
15. light cure setiap lapisan selama 20 detik
16. Lepaskan seluloid strip
17. Rapikan restorasi dengan menggunakan bur diamond
18. Cek oklusi dengan menggunakan artikulating paper
5. SEBUTKAN TIPE- TIPE GIC DALAM PENGGUNAANYA DI KLINIK
*based on applications WILSON AND MACLEAN
-Type 1 Luting Cement
-Type 2 Restorative Cement: 1 Restorative Aesthetic & 2 Restorative Reinforced
-Type 3 Liners and base 1 Restorative Aesthetic 2 Restorative Reinforced

*according to their use


Type I – Luting Cement
Type II – Restoration
Type III – Liners and baase
Type IV – Fissure Sealant
Type V – Orthodontic Cement
Type VI – Core build up
Type VII – Hight fluoride realizing
Type VIII – Atraumatic Restorative Treatment
Type IX – Paediatric
6. JELASKAN TAHAPAN PROSEDUR KERJA DALAM PENAMBALAN GIC PADA KAVITAS KELAS V
Alat:
1. Tray 2. Kaca mulut
3. Pinset 4. Sonde half moon
5. Ekskavator 6. Plastis instrument
7. Bur diamond round 8. White stone bur bentuk flame
9. Hanspiece: high speed dan low speed 10. Spatula agate
11. Glass plate

Bahan:
1. Glass Ionomer Cement tipe II 5. Cotton roll
2. Dentin conditioner 6. Mixing Paper pad
3. Mirobrush 7. Varnish
4. Cotton pellet 8. Cocoa butter

Prosedur kerja:

1.Melakukan pemeriksaan subjektif (keluhan utama, riwayat dental, riwayat medis) serta
pemeriksaan objektif (pemeriksaan visual, tes vitalitas, pemeriksaan periodontal).
2. Penegakkan diagnosis dan rencana perawatan
3. Memberi penjelasan dan edukasi kepada pasien mengenai rencana perawatan, waktu kunjungan,
dan biaya pengobatan serta mengisi informed consent.
4. Melakukan persiapan alat (armamentarium).
5. Melakukan isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll
6. Melakukan pembuangan seluruh jaringan karies menggunakan bur diamond round (jika ada
karies)
7. Pada kavitas lesi non karies, dilakukan pembersihan pada kavitas dengan menggunakan bubuk
pumice dan brush.
8. Bersihkan kavitas dengan semprotan air, kemudian keringkan dengan semprotan udara.
9. Aplikasi Dentine Conditioner pada kavitas 20 detik menggunakan mikrobrush
10. Bersihkan kavitas dengan semprotan air, kemudian keringkan
11. Aduk powder dan liquid dengan perbandingan 1:1 sampai didapat konsistensi pasta diatas mixing
pad, kemudian aplikasikan semen Glass Ionomer pada kavitas, bentuk menggunakan instrumen
plastis. Semen yang berlebih dibersihkan.
12. Aplikasi cocoa butter menggunakan micro brush sebelum GIC setting, biarkan 15 menit.
13. Polish dilakukan 1 hari setelah penumpatan dengan menggunakan bur white stone bur bentuk
flame, setelah aplikasikan varnish pada tumpatan
7. JELASKAN PERBEDAAN PULP CAPPING DIRECT DAN PULP CAPPING INDIRECT & TAHAPAN
PROSEDUR KERJANYA

Pulp Capping Indirect


Suatu tindakan pemberian bahan perlindungan pulpa diatas dentin yang tersisa untuk melindungi
pulpa dari iritasi eksternal
► Tujuan: mempertahankan vitalitas pulpa, mencegah terbukanya pulpa, menghilangkan dentin yg
teinfeksi, membentuk dentin reparatif/dentine tersier

► Indikasi Pulp capping Indirek ► Kontra indikasi indirek pulp capping :


- Kavitas yg dalam tapi pulpa belum terekspos - pulpa sudah terekspose
- Mobility (-) - radiografi: pathologi (+)
- sakit spontan (-) - riwayat sakit (+)
- Perkusi (-) - perkusi (+)
- Radiografi: patologi (-) - Mobility (+)
- Resorpsi akar (-) - Resorpsi (+)
► Prosedur klinis :
1. Rewalling jika karies besar: kls II
2. Anestesi
3. Isolasi gigi
4. Buang karies: round bur atau ekskavasi
► Tinggalkan selapis tipis dentine
► Aplikasi kalsium hidroksida
► Aplikasi basis zinc oxide eugenol
► Evaluasi 6 – 8 minggu
► Stlh 2-3 bulan, buang zoe, evluasi, jika remineralisasi terjadi: dentin lunak / keras, beri basis
protektif dan restorasi permanen

Alat:
1. Tray 2. Kaca mulut 3. Pinset
4. Sonde half moon 5. Sonde Lurus 6. Ekskavator
7. Plastis instrument 8. Bur diamond round dan fissure
9. Handpiece: High speed dan low speed 10. Semen spatel 11. Ball instrumen

Bahan
1. Calsium Hidroksida 2. NaCl 0,5 % -1,5% 3. Saline
4. Mixing Pad 5. Semen Glass Ionomer 6. Cavit

Prosedur perawatan Pulp Capping Indirek


1. Melakukan pemeriksaan subjektif (keluhan utama, riwayat dental, riwayat medis) serta
pemeriksaan objektif (pemeriksaan visual, tes vitalitas, pemeriksaan periodontal).
2. Pengambilan rontgen foto periapikal sebelum perawatan.
3. Penegakkan diagnosis dan rencana perawatan.
4. Memberi penjelasan dan edukasi kepada pasien mengenai rencana perawatan, waktu kunjungan.
dan biaya pengobatan serta mengisi informed consent.
5. Melakukan persiapan alat.
6. Jika pasien sensitif atau ngilu dilakukan anestesi lokal terlebih dahulu.
7. Melakukan isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll
8. Melakukan pembuangan seluruh jaringan karies menggunakan bur diamond round, Ekskavasi
dentin lunak (infected dentine) menggunakan ekskavator secara perlahan.
9. Bersihkan kavitas dengan saline steril, kemudian keringkan dengan cotton pellet
10. Desinfeksi kavitas dengan cairan NaOCl 0,5-1,5% selama 5 menit).
11. Hindari kontaminasi dengan darah maupun saliva.
12. Aplikasikan Kalsium Hidroksida (CaOH) menggunakan ball instrumen 1-2 mm.
13. Setelah bahan CaOH setting, aplikasi Glass Ionomer Cement tipe III selapis tipis. Setelah itu
letakkan cotton pellet dan tutup dengan cavit
14. Control setelah 1 bulan, dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif
15. Tumpatan permanen direk/indirek dilakukan jika tidak ada keluhan nyeri, tes perkusi/ palpasi (-)
vitalitas (-)

Pulp capping direk


suatu tindakan pengaplikasian bahan biokompatibel diatas pulpa yg terekspose untuk menstimulasi
perbaikan jaringan pulpa yang terbuka dan menjaga vitalitas pulpa
► Indikasi :
- ekspose mekanis pulpa akibat preparasi atau traumatik
- tdk ada /minimal perdarahan pada sisi yg terekspose
► Kontra indikasi :
- Pulpa tereksope luas
- Pathology sec radiografi
- Riwayat sakit spontan
- Perdarahan
► Prosedur klinis pulp capping direk:
- Anestesi lokal
- Isolasi gigi
- Check perdarahan, bersihkan dgn saline, keringkan dgn cotton pellet
- Aplikasi calcium hidroksida pd daerah terekspose
- Restorasi sementara 6-8 minggu
- Stlh 2-3 bulan, lanjutkan spt pd prwtn indirek
► Keberhasilan : ► Kegagalan :
- Usia - Inflamasi pulpa kronis
- Jenis eksposure - Gumpalan darah
- Ukuran pulpa yg terekspose - Kebocoran restorasi
Kriteria keberhasilan :
- Kontaminasi bakteri/saliva
- Pulpa vital
- Tidak ada rasa sakit
- Sensitivitas terhdap rangsang thermal (+)
- Perkusi (-)
- Pembengkakan (-)
Alat:
1. Tray 2. Kaca mulut 3. Pinset
4. Sonde half moon 5. Sonde Lurus 6. Ekskavator
7. Plastis instrument 8. Bur diamond round dan fissure
9. Handpiece: High speed dan low speed 10. Semen spatel 11. Ball instrumen

Bahan
1. Calsium Hidroksida 2. NaCl 0,5 % -1,5% 3. Saline
4. Mixing Pad 5. Semen Glass Ionomer 6. Cavit

Prosedur perawatan Pulp Capping Direk


1. Melakukan pemeriksaan subjektif (keluhan utama, riwayat dental, riwayat medis) serta
pemeriksaan objektif (pemeriksaan visual, tes vitalitas, pemeriksaan periodontal).
2. Penegakkan diagnosis dan rencana perawatan.
3. Pengambilan rontgen foto periapikal sebelum perawatan.
4. Memberi penjelasan dan edukasi kepada pasien mengenai rencana perawatan, waktu kunjungan,
dan biaya pengobatan serta mengisi informed consent.
5. Melakukan persiapan alat (armamentarium).
6. Melakukan isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll
7. Jika pasien sensitif atau ngilu dilakukan anestesi lokal terlebih dahulu.
8. Melakukan pembuangan seluruh jaringan karies menggunakan bur diamond round. jika
diperlukan, lebarkan preparasi ke lateral menggunakan fissure bur. Ekskavasi karies menggunakan
ekskavator secara perlahan.
9. Bersihkan kavitas dengan saline, kontrol perdarahan dengan cotton pelet.
10. Desinfeksi kavitas dengan Chlorheksidin 2%. Kemudian keringkan dengan semprotan udara.
11. Hindari kontaminasi dengan saliva
12. Aplikasi Kalsium Hidroksida 1-2 mm. Setelah setting, letakkan letakkan cotton pellet dan tutup
dengan cavit
13. Control setelah 1 bulan, dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif
14. Tumpatan permanen direk/indirek dilakukan jika tidak ada keluhan nyeri, tes perkusi/ palpasi (-)
vitalitas (-)
8. SEBUTKAN DAN JELASKAN METODE-METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PANJANG
KERJA GIGI DALAM PERAWATAN SALURAN AKAR

Panjang kerja
Metode Menentukan Panjang Kerja :
1. Radiografik
2. Electronic apex locators

Prosedur Untuk Menentukan Panjang Gigi Secara Radiografik


• Pemeriksaan sebelum melakukan foto rontgen
• Memperkirakan panjang saluran akar dan menentukan occlusal stop (ukuran file mendekati
saluran akar)

a. Metode radiografik
1. Menaikan  file dalam uji coba saluran akar
untuk mengetahui konstriksi
2. Penyesuaian occlusal stop pada titik acuan
3. Melakukan radiografi dengan file  pada gigi
4. Ukur

5. Buat penyesuaian (jika 1 mm atau kurang buat penyesuaian dan lanjutkan)


6. Jika penyesuaian lebih dari 1 mm sesuaikan dan foto rontgen lagi)
7. Catat panjang kerjanya

Menentukan Panjang Kerja


Diukur dari insisal edge atau ujung cusp ke konstriksi apikal

Pengukuran menurut INGLE :


PGS = PIS + ( PGR – PIR )
PK = PGS – 1 mm

Keterangan :
PGS  = panjang Gigi sebenarnya
PIS  = panjang instrument sebenarnya
PGR  = panjang Gigi dalam roentgen
PIR  = panjang instrument dalam roentgen
PK  = panjang kerja
Pengukuran Cara Grossman :
PgS  = PIS / PIR x PgRo
PK = PgS – 1 mm
Keterangan :
PgS   = panjang gigi sebenarnya
PgRo   = panjang gigi dalam Rontgen foto
PIS  = panjang instrument sebenarnya
PIR  = panjang instrument dalam Rontgen foto
PK  = panjang kerja

b. Menggunakan Electronic Apex Locators

Hal-hal yang perlu diperhatikan


- Gunakan rubber stopper untuk menentukan panjang kerja atau memfiksasi panjang kerja.
- Tidak diperkenankan adanya kontak fisik pada file, lip clip, lidah , atau saliva pasien.
- Keringkan akses pada kavitas.
- Pastikan agar saluran akar tidak kering.
- Gunakan file yang pas dengan diameter saluran akar.

Pengunaan
1. Meter aktif ketika dimasukkan ke dalam saluran akar.
2. Ketika ujung mencapai posisi dekat puncak, warna bar akan berubah menjadi hijau untuk
menunjukkan bahwa Anda telah hampir mencapai daerah akar.
3. Ketika ujung berkas mencapai akar, flash bar berhenti berkedip dan tetap menyala.
4. Ketika ujung melewati puncak, indikator “APEX” mulai berkedip.
9. Jelaskan teknik preparasi saluran akar dengan menggunakan metode step-back

Teknik step-back
Tahap-tahap prosedur terbagi atas 2 fase :

• Fase I : preparasi konstriksi apikal


  - evaluasi karies
  - preparasi kavitas akses dan menemukan lokasi orifis
  - menentukan panjang kerja
  - memasukkan file  pertama dgn gerakan watch winding tekanan minimal
  - keluarkan instrumen, irigasi saluran akar
  - lubrikasi instrumen
  - memasukkan file ukuran lebih besar sepanjang kerja, lalu irigasi kembali
  - rekapitulasi dilakukan menggunakan file sebelumnya (ukuran lebih kecil)
  - ulangi prosedur sampai K-file nomor 25 mencapai panjang kerja. Rekapitulasi dilakukan setiap
kenaikan nomor file menggunakan file  ukuran lebih kecil sepanjang kerja

• Fase II :
  - memasukkan  file  nomor berikutnya dengan panjang kerja lebih pendek 1 mm. File  dimasukkan
dengan gerakan watch winding, keluarkan file, lakukan irigasi, dan rekapitulasi
  - ulangi prosedur dengan file selanjutnya dgn ukuran lebih besar dengan panjang kerja dikurangi 1
mm dari panjang sebelumnya
  - preparasi diakhiri dengan MAF yang digerakkan naik-turun untuk memastikan dinding saluran akar
konus dan halus.

Teknik Step-Back (Fase 1 )
No. Urut Penampang melintang File Panjang file (mm)

1 10 20

2 15 20

3 20 20

4 25 (MAF) 20
Teknik Step-Back (Fase II )

No. Urut Penampang Melintang File Panjang File (mm)


1 25 (MAF) 20
2 30 19(20-1)
3 25R 20
4 35 18(20-2)
5 25R 20
6 40 17(20-3)
7 25R 20
8 45 16(20-4)
9 25R 20
10 50 15(20-5)
11 25R 20
10. Jelaskan perbedaan inlay dan onlay jelaskan bagaimana teknik preparasinya

 Inlay
= restorasi logam tuang intrakoronal yang didesain terutama untuk merestorasi permukaan oklusal
dan proksimal gigi posterior tanpa melibatkan bonjol (cusp)

Prinsip preparasi kavitas Inlay logam

Desain tepi proksimal


1. Preparasi box
2. Preparasi slice
3. Auxiliary slice
4. Modified flare preparation

 Onlay
= restorasi logam tuang kombinasi intra dan ekstra koronal yang mencakup ≥ 1 bonjol (cusp)
 Disebut juga penutupan bonjol (cusp capping).
 Kombinasi restorasi intra-ekstra koronal
 Diindikasikan pada gigi dgn kehilangan satu atau lebih bonjol karena karies ataupun trauma.
Jika kavitas melibatkan lebih dari setengah bonjol, maka bonjol tersebut harus dilindungi.

Prinsip preparasi kavitas Onlay logam


1. Pengurangan bagian oklusal dilakukan sebanyak 1-1,5 mm, membentuk counter bevel.
2. Tepi ekstrakoronal terletak pada enamel.
Bentuk margin sesuai bahan restorasi yang digunakan.
Jika cast gold, maka margin berbentuk champer.
11. Sebutkan dan jelaskan tahapan prosedur kerja dalam pemasangan pasak dan inti

S.O.P pemasangan pasak fiber


• Kontrol obturasi :
Pemeriksaan subjektif, objektif, penunjang
• Persiapan alat dan bahan (armamentarium)
• Pemilihan jenis & ukuran pasak. Pasak diberi stopper karet.
• Isolasi (rubber dam, cotton roll)
• Membongkar tambalan sementara dan semen lining
• Pembuangan gutaperca menggunakan peeso reamer
• Irigasi dgn salin/aquadest
• Keringkan saluran akar dgn paperpoint
• Pasang coba (try in) pasak dan lakukan pengambilan foto rontgen

• Perlakuan pada pasak :


- aplikasi silane (coupling agent) selama 1 menit, keringkan dgn semprotan udara
- aplikasi bonding pada pasak, light cure selama 15 detik

• Perlakuan pada saluran akar :


- lakukan etsa pada saluran akar dan struktur mahkota yg tersisa selama 15 detik menggunakan
microbrush
- saluran akar dibilas dengan aquadest dan dikeringkan dengan paperpoint steril.
- aplikasi bonding pada saluran akar hingga struktur mahkota yg tersisa. Bahan bonding yang
berlebihan di dalam saluran akar dikeringkan menggunakan paperpoint
- light cure selama 15 detik
• Persiapan bahan semen resin (dual cure) :
- automix (syringe khusus) atau :
- aduk semen di atas glass slab dan mixing pad hingga homogen
• Aplikasi semen resin ke dalam saluran akar :
- injeksi menggunakan aplikator khusus, atau :
- menggunkaan sonde lurus
• Insersi pasak ke dalam saluran akar
• Semen yang berlebih dibuang menggunakan ekskavator
• Light cure selama 20 detik (masing-masing dari arah oklusal, labial, palatal)
• Core build up (membangun inti) :
- aplikasi resin komposit packable - light cure selama 20 detik
12. Jelaskan tahapan kerja pembuatan restorasi full crown.

Evaluasi Pendahuluan
• Evaluasi endodonti : ruang untuk pasak →pengeluaran guta perca.
• Evaluasi perio : gingiva, arsitrektur tulang normal, level perlekatan, lebar biologis, efek ferrule
• Evaluasi biomekanis : jumlah/kualitas jar gigi tersisa, posisi anatomi gigi, besarnya tekanan oklusal,
kebiasaan parafungsi, kebutuhan restorasi
• Kebutuhan estetis : pasak logam/karbon hitam, sealer di koronal → diskolorasi

Prosedur Klinis
1. Persiapan ruang pasak
setelah obturasi / kunjungan berikutnya. Parameter standar untuk penempatan pasak
• Pada sementasi non adhesif (pasak logam) :
Penempatan pasak dilakukan pada 2/3 panjang akar.Setidaknya ½ akar didukung oleh tulang.
• Pada sementasi adhesif (pasak fiber) :
Penempatan pasak maksimal pada 1/3 sampai ½ panjang akar.

2. Pengeluaran guta perca :


- instrumen putar (gates glidden drill, peeso reamer/largo)
- instrumen panas (system B, sybron endo)
- Alat Touch and Heat :
• Pengeluaran sisa sealer (tip ultrasonik)
• Keringkan saluran akar (paper point)

Tahap-tahap preparasi ruang pasak menggunakan instrumen panas


Preparasi ruang pasak :
A. Saluran akar berisi guta perca.
B. Pluger panas ditempatkan di saluran akar untuk mengeluarkan bahan pengisi 2/3 koronal akar.
C. Reamer & file digunakan melebarkan sal. akar agar pasak dapat berkontak dgn baik ke dentin.
D. Pasak/ dowel dimasukkan untuk memeriksa kembali ruang pasak yg telah disiapkan

3. Prosedur adhesif (semen Luting Resin)


Sementasi pasak :
sistem self-etch maupun etch and rinse.
Primer adhesif diaplikasikan ke pasak dan dentin akar menggunakan microbrush.
Aplikasi semen luting diinjeksi menggukan tip aplikator untuk menghindari void.
4. Insersi pasak
pasak dimasukkan ke dalam saluran akar

5. Core buid up
Inti dibangun segera setelah sementasi pasak menggunakan resin komposit light cure.

6. Preparasi gigi
Preparasi core dilakukan pada kunjungan yang sama.
Jaringan sehat gigi, tinggi 4-5 mm, ketebalan min 1 mm. + struktur tulang supraboni.
→keberhasilan preparasi mahkota:
• Ferrule (tinggi dinding aksial dentin) setidaknya 2-3 mm.
• Dinding aksial harus sejajar
• Restorasi harus diselesaikan mengelilingi gigi
• Tepi mahkota harus berada pada struktur gigi yang kokoh

7. Restorasi sementara
Mahkota sementara
dibutuhkan karena potensi berkurangnya penutupan dari semen akan mengawali terbentuknya
celah → re-infeksi → invasi → membahayakan keberhasilan per. endodontik → kehilangan gigi.

Mahkota porselen berlapis logam (porcelain fused to metal = PFM)


• Sering digunakan pada gigi pasca endodontik pada gigi anterior maupun posterior.
Lebih sering pada gigi posterior dan sebagai gigi penyangga GTC bridge.
• Pada gigi anterior, preparasi permukaan labial dilakukan ± 1,8-2 mm
Kekurangan :
• Pengambilan jaringan yg lebih banyak dibutuhkan untuk lapisan coping logam → akan berdampak
pada kekuatan jaringan yg tersisa

Mahkota porselen penuh (all ceramic crown)


Lebih mudah pecah dibandingkan PFM. Tidak cocok digunakan pada gigi posterior.
Keuntungan :
1. Preparasi bagian labial lebih minimal dibandingkan PFM
2. Tidak adanya struktur logam→ lebih estetis terutama di daerah dekat gingiva
Jika dijadikan gigi penyangga pada GTC bridge, maka harus pada bridge 3 unit.
Mahkota logam/emas (metal/ gold crown)
Biasanya digunakan pada :
• gigi tanpa kebutuhan estetik, misal gigi molar 2 atas
• Gigi dgn jarak inter-oklusal terbatas
• Sebagai gigi penyangga pada GTC bridge
Keuntungan :
Membutuhkan preparasi minimal →mampu mempertahankan struktur gigi sehat lebih banyak
dibandingkan mahkota PFM

Mahkota resin
Keuntungan :
• Membutuhkan lebih sedikit preparasi bagian labial (0,8-1 mm)
• Estetik baik
• Lebih murah
• Mudah diperbaiki
Kekurangan :
• Tidak bertahan lama
• Lebih dipertimbangkan sebagai restorasi sementara, bukan sebagai restorasi akhi

Anda mungkin juga menyukai