Anda di halaman 1dari 44

Drg.

Mega

PERAWATAN PULPA

1. Indikasi
Pulpitis irreversible, dan nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa bisa karena karies atau trauma.

2. Perawatan pulpa ada 2 jenisnya, pulpotomi dan pulpektomi. Pulpektomi untuk gigi yang akarnya
belum teresorbsi 1/3 panjang akarnya

3. Tahapan pulpektomi
- anestesi lokal/devitalisasi
- access opening
- ekstirpasi
- dwf
- preparasi
- sterilisasi menggunakan chkm, cresophene, caoh
- kontrol steril (cek TS masih ada atau tidak, mobilitas gigi, druk perkusi, jaringan lunak sekitar gigi)
- obturasi pakai Zinc oxide dicampur eugenol pakai lentulo sepanjang kerja jangan lupa dikasi
stopper ya. cek foto, kalau oke dibasis pakai zinc phosphate

4. Kenapa panjang kerja harus dikurangi 2 mm?


- karena foto radiografi kan 2D bisa aja yang daerah lingual udah teresorbsi lebih banyak daripada
bukal. Jaga2 aja, biar tidak overinstrument waktu preparasi

3. Dwf pakai apa seharusnya?


- jarum miller, stoppernya pakau guttap

4. Syarat selesai preparasi


- sudah ada serbuk dentin yg putih (serbuk dentin putih artinya jaringan sehat)
- dicocokkan sesuai panjang kerja awal
- diameternya lebar/cukup untuk dimasukkan lentulo nanti, biasanya diameter kfile 60 atau 70.

SSC
1. Indikasi SSC
Post pulpektomi, post pulpotomi, karies besar, rampant karies

2. Kenapa SSC?
Dapan menutupi seluruh permukaan gigi. Selain itu karena setelah dilakukan preparasi pada
perawatan pulpo/pulpek dentin gigi menjadi lebih rapuh dan mudah fraktur bila mendapat tekanan
oklusal dari kekuatan pengunyahan
3. Bahan SSC
Buatan pabrik
a. Logam campur alloy (Nikel chrome)
b. Poly acrylic methacrylate (estetik)

4. Cara kerja SSC


- preparasi dll
- preparasi proksimal pake bur tapered atau long thin
- pemilihan SSC yg diukur jarak mesiodistalnya
- kode yg ada di SSC ada 2. D = M1, E = M2. Ukurannya ada yg nomer 25,26,27,30,32.
- insersinya pake luting GIC tipe 1. Hapalin tipe GIC yg lain
- gimana cara aduk luting ? dgn cara gerakan melipat. Rasio luting 1:1

5. Cara cek oklusi


- oklusi sebelum dan sesudah insersi harus sama
- jaringan gingiva tidak pucat

Tumpatan klas 2
1. Indikasinya apa?
- pulpitis reversible terutama di area proksimal oklusal

2. Jelaskan bagian2nya
- proksimal box ( lebarnya 1 mm secara mesio-distal, gingival wall harus di bawah titik kontak
dengan gigi sebelahnya)
- axio wall harus mengikuti bentuk asli gigi untuk melindungi ruang pulpa
- pulpo wall harus rata, jaraknya maks 0.5 mm dari dentin (untuk melindungi ruang pulpa)
- antara axio wall dan pulpo wall harus dibevel, biar apa? Memperbesar permukaan, memperkecil
tekanan, agar restorasi tidak mudah pecah. Pertemuannya namanya axio-pulpo line angle
- isthmus lebarnya 1/3 buko lingual, buat retensi
- dovetail tidak usah lebar2, minimal extention aja, cukup di bagian karies dalam aja

3. Bentuk preparasinya konvergen ke arah oklusal. Jadi yg dasarnya lebih lebar daripada yg area
oklusal. Biar nggak gampang lepas

GIC
1. GIC bersifat asam, berikatan dengan gigi secara kimia, mempunyai kemampuan merilis fluoride
yang nanti akan berikatan dengan hidroksiapatit

2. macam GIC.
-tipe 1 luting,
-tipe 2 untuk restorasi,
-tipe 3 untuk basis,
-tipe 4 untuk pit and fissure protection
3. Dentin conditioner untuk menghilangkan debris dan smear layer, serta melembabkan permukaan
agar ikatan gic dan gigi makin oke oce, karena gic itu sifatnya hidrofilik (suka air), jadi kalo kering
dia tidak maksimal kerjanya

4. GIC mengeras kurang lebih 2 menit, setting awal sejam, setting total 24 jam

5. Setelah restorasi bisa diberi lapisan berupa varnish, cocoa butter, vaseline. Buat apa? untuk
melapisi/melindungi gic dari saliva, karena gic suka air, dia mudah terbawa sama air.
Dokter Sindy 15-04-2020

Diagnosa
Tujuan pengisian rekam medis : untuk menentukan diagnosa.

Diagnosa didapatkan dari :


1. Pemeriksaan subyektif (data pasien, keluhan utama/clue)
2. Pemeriksaan obyektif (Klinis IO & EO , Rontgen)

Nama Pasien
- Untuk mengetahui identitas diri
- Menanyakan nama panggilan pasien : agar lebih akrab dalam berkomunikasi sehingga dapan
membangun komunikasi dengan pasien
Umur
- Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi
- Child management (secara psikologis)
Nama Orang Tua
- Menjalin hubungan komunikasi dengan orang tua.
- Perawatan pada anak tidak terlepas dengan orang tua
- Hubungan/komunikasi yang baik dengan orang tua dapat mengendalikan dan menginfluence
orang tua.
- Untuk KIE (komunikasi, Informasi, Edukasi) dan ada hubungan dengan keberhasilan
perawatan

Triangle pedodontics

child

Parents Dentist
Tambahan dari ppt kuliah
Keluhan Utama
Ex: anak laki2/perempuan, usia … datang diantar orang tua.
Nenek/tante :kurang tepat. Asumsinya kurang tahu kondisi atau gejala yang dialami penderita,
riwayat penyakit, dll. Kecuali memang tinggal dan dirawat oleh ybs.

Keluhan pasien
- ditulis dengan bahasa awam : spontan/tidak, cenut cenut/ cekot-cekot, dll.
- Lokasi gigi yang dikeluhkan (kiri, kanan, atas, bawah, depan, belakang)
- Sebutkan pula riwayat pengobatan (sudah pernah/belum dirawat)
- Bengkak, laserasi (bila ada) : ditulis dengan bahasa awam.

Data Utama/ Riwayat Medis


- Berat badan dan tinggi badan = mengetahui tumbuh kembang anak
- Tekanan darah = mengetahui kelainan kardiovaskular, aritmia
Kelainan kardiovaskular dilihat
- Tetralogy of fallot
- Shortness of breath
- Bluish coloration of skin cyanosis
- Clubbing finger
- Fast heart rate

Tetralogi fallot adalah penyakit berupa kelainan jantung bawaan, terdiri dari kombinasi empat
kelainan jantung yang disebabkan karena "sindrom bayi biru" (baby blue syndrome),
Empat defek dari kelainan jantung tersebut, ialah:
 Ventricular septal defect (VSD) − a hole between the right and left pumping chambers of
the heart
 Overriding aorta − the aortic valve is enlarged and appears to arise from both the left and
right ventricles instead of the left ventricle as in normal hearts
 Pulmonary stenosis − narrowing of the pulmonary valve and outflow tract or area below
the valve that creates an obstruction (blockage) of blood flow from the right ventricle to the
pulmonary artery
 Right ventricular hypertrophy − thickening of the muscular walls of the right ventricle,
which occurs because the right ventricle is pumping at high pressure

Diet
Untuk menentukan resiko karies  dapat digunakan sebagai panduan diagnosa dan mengetahui
resiko perawatan

Pasien dengan resiko tinggi  diturunkan dahulu


Ex: topical aplikasi fluor
normal 2x setahun
anak dengan resiko tinggi 3-4x setahun.

Anak yang makannya lama  resiko karies 


Minum  dilihat dehidrasi/tidak, 1 hari 1500 ml (6gelas). Kalau sehari makan 3x, sehari min 3
gelas air.

Kebiasaan minum susu malam hari dengan dot, resiko menyebabkan karies.
Malam hari produksi saliva  suasanan menjadi asam  demineralisasi karies

ARRESTED CARIES : terjadi ketika kemampuan remineralisasi cukup kuat untuk menanggulangi
proses demineralisasi.
Pada gigi sulung proses remineralisasi terjadi dengan cepat.

Pemeriksaan Ekstra Oral


Simetri / asimetri :
dilihat dari depan, mungkin terjadi asimetri bila ada pembengkakan (abses/tumor).
Bentuk kepala :
- Brakisefali: Lebar, persegi
- Mesosefali: Oval, ideal
- Dolikosefali: Sempit, Panjang
Pada kondisi kepala dolikosefali, kompresi otot pipi lebih kuat  sempit.
Jika dilakukan ekspansi  mudah relaps.
TMJ:
Dilakukan pengecekan untuk melihat ada tidaknya hal berikut:
- Displacement
- Deviasi: saat membuka dan menutup mulut tidak lurus
- Clicking dan nyeri
- Palpasi (dilakukan pada meatus acusticus externeus)

Pemeriksaan Intra Oral


Pemeriksaan Jaringan Lunak
- Mukosa : ada tidaknya ulcer
- Frenulum: ex. Frenulum lingual pendek  gangguan bicara karena tidak dapat menjulurkan
lidah ke depan.
- Lidah : ex lidah kering karena bernafas melalui mulut.
- Uvula
- Gingiva: keradangan, bengkak, resesi, hiperplasi.

Pelajari mucocele, ranula

Pemeriksaan Jaringan Keras


- Kelainan morfologi gigi :
 Peg shape
 Fusion
 dilacerations
- Kelainan jumlah gigi:
 Oligodontia: multiple missing > 2 gigi, simetri/asimetri
 Hipodontia
 Supernumerary: distomolar, paramolar mesiodens
 Anodontia: tidak ada benih gigi
Pemeriksaan Penunjang
- X-ray
- Studi Model  untuk Space analysis
- HPA
- PK

X-ray / rontgen
Macam serta tujuannya:
- Periapikal : satu/ beberapa gigi, lihat kelainan periapikal
- Bitewing: caries control, proximal caries.
- Oklusal: impaksi (arahnya), posisi gigi ada pada lengkung/tidak
- Panoramic: melihat benih gigi
- Sefalometri: ada 2, anterior/ posterior. Tujuannya untuk melihat pertumbuhan tulang dan
melihat ada tidaknya kelainan pada skeletal, dental.

Pencabutan/Ekstraksi dan Child Management (materi lengkap ada di pdf)


 Kenapa tidak boleh minum pain killer sehari sebelum dilakukan ekstraksi gigi?
Saat di cek kebas (numbness) dapat menyebabkan bias.
Orang yang minum pain killer  ambang nyeri   tidak tau obat jalan/tidak

 Gigi sedang sakit boleh / tidak di ekstraksi?


- Periapikal (abses)  tidak boleh ekstraksi (anastesi tidak berjalan dengan maksimal)
- Pulpa (pulpitis/inflamasi di ruang pulpa)  boleh dilakukan (target anastesi tidak didalam
gigi tetapi di jaringan luar gigi, sehingga anastesi tetap bisa berjalan maksimal)
Oleh karena itu penegakan diagnosa itu penting.

KIE perlu dilakukan pada pasien mengenai boleh tidaknya dilakukan ekstraksi saat sakit. Untuk
lebih amannya, di tunggu sampai sakit reda/hilang baru dilakukan ekstraksi.

 Citoject: insersi pada ligament periodontal (antara tulang dan gigi)


 Syringe: insersi pada mukosa dan tulang.

Saat UKMP2DG, pakai disposable syringe  bisa aspirasi


 UKMP OSCE PERHATIKAN
- Alat dan bahan
- Persiapan di luar mulut (cuci tangan, apd, dll)
- Posisi pasien, posisi operator (tergantung gigi yang di cabut)
- Pemakaian alat (teknik memegang alat, isolasi, asepsis, posisi fiksasi, gerakan
luksasi/rotasi, kuretase, gigit tampon)
- Instruksi post ekstraksi

 Saat deponir dilakukan pelan-pelan agar tidak sakit. Jika dilakukan dengan tekanan besar 
sakit.
 Posisi orang tua saat anak dilakukan ekstraksi berada di belakang pasien. Tidak boleh didepan
karena perubahan ekspresi orang tua dapat mempengaruhi kondisi psikologis pasien (ortu
mengernyit/ menunjukkan kecemasan pasien menjadi takut)
 Mandibular Anastesi jarang dilakukan.

 Anak berkebutuhan khusus: teknik/prosedur sama, child management berbeda.


 Anak berkebutuhan khusus yang tidak kooperatif dapat menggunakan teknik RESTRAIN.
- Dental unit khusus
- Cara paling sederhana dipeluk/dipegangi orang tua.
- Kerja sama dengan orang tua sangat penting
- KIE orang tua.
 Pilihan terakhir jika kondisi tidak kondusif sehingga tidak dapat dilakukan perawatan gigi
dengan anastesi loka  GA (General Anasthesi)

 Pada pasien anak2 hindari penggunaan kata sakit, cabut, suntik. Kata sakit dapat diganti dengan
kata tidk nyaman/aneh, dsb.
 Teknik pendekatan pada pasien  Neuro Linguistic Program (pendekatan dengan cara
komunikasi)
 Child Management (penjelasan dibelakang)
- Komunikasi
- Modeling
- Tell Show Do (TSD)
- Hand Over Mouth Excersise (HOME)
- Distraksi
- Desensitasi
- Pengaturan suara (Voice Control)
- Reinforcement.

FISSURE SEALANT (FS)

 Karies terjadi jika ada keterlibatan HOST, AGENT, ENVIRONMENT, dan WAKTU

Agent
Host

Disease

Environment

Dalam waktu tertentu


 Saudara kakak : tidak karies
Karena kualitas host
adik : nursing bottle syndrome
berpengaruh pada karies
early childhood caries
 Cara melihat tipe fissure pada pasien : Foto, sonde
Dengan sinar UV  terlihat mana daerah yang berlubang / ada ruang dan
yang tidak
 Fissure pada bukal molar RB dan palatal molar RA jangan lupa diberi fissure sealant
 Bahan fissure sealant Resin pakai etsa
tidak boleh kena air/saliva
(pasien harus kooperatif)
GIC tipe 4 pakai dentin conditioner
Agak moist (pasien tdk kooperatif tidak masalah)
Kompomer pakai etsa
Sealant containing fluoride

 UKMP pernah keluar bahan resin


Langkah : pakai apd cuci tangan pakai masker sarung tangan
Posisi Duduk Pasien
- RA : sudut kemiringan kursi diatur sehingga bidang oklusal gigi rahang bawah
membentuk sudut 45-65o terhadap lantai
- RB : sudut kemiringan kursi diatur sehingga bidang oklusi gigi rahang bawah
membentuk sudut 15o terhadap lantai
Jangan lupa melakukan tell-show-do  tidak harus semua alat, hanya alat yang membuat
pasien takut

Resin restorasi pada anak dapat bertahan lama apabila dilakukan sesuai indikasi dan cara
pemakaian yang tepat

 Fissure Sealant  tanpa karies  pemberian selapis tipis (harusnya kuat menahan beban kunyah)

Tidak bertahan lama karena etsa tidak benar


sudah frozen appearance  karena saliva
sealant ada bubble sehingga mudah pecah
jika fissure sealant pecah  FS dibuang semua  diulang
 Fungsi etsa : membuka enamel rod dengan cara membersihkan smear layer
 Komposit : mechanical interlocking  dengan infiltrasi monomer resin pada mikroporositas
pada permukaan enamel
 GIC : perlekatan kimia  ada pertukaran ion antara gigi dengan gic
 Amalgam : 24 jam setelah bahan di aplikasikan  memuai menempel pada box

Perlekatan mekanik
Mengecil pada oklusal dan
membesar ke arah pulpa
Struktur gigi menahan
tumpatan agar tidak
terlepas
 Dentin Conditioner keadaan gigi tidak boleh kering  harus moist
dikeringkan dengan kapas steril
 Etsa tidak boleh tertinggal  harus sampai bersih semprot dengan threeway syringe

dapat merusak ion yang dibutuhkan

 Vaselin / cocoa butter  mencegah agar GIC tidak larut, karena sifat GIC yang mudah
menyerap air
 Cek artikulasi  penting  jika restorasi berlebih dapat pecah / terjadi trauma oklusi
Jika restorasi berlebih pada daerah mesial/distal  harus dibuang  jika tidak, bila tercongkel
akan lepas
 Resin unfilled  tanpa bonding  bahan pengisi FS  biasanya pada restorasi yang tipis
 Kunci restorasi GIC pengadukan
komposisi (perbandingan powder dan liquid)

PREVENTIVE RESIN RESTORATION (PRR)

 Widmer (2008)
Teori enamel harus di dukung dengan dentin yang sehat
(sebisa mungkin tidak membuang enamel yang sehat, hanya yang terkena karies saja)
 PRR  preventive  ada bagian yang belum kena karies
 Perbedaan kelas I, PRR dan FS
Kelas I PRR Fissure Sealant
Ada karies Ada karies Tidak ada karies
Mengurangi jaringan sehat Diberi sealant Diberi sealant
Restorasi Preventive dan restorasi Preventive

 Tipe PRR
1. Tipe A
 Karies sebatas enamel
 Karies sedikit  dibuang  tumpat dengan unfilled komposit
2. Tipe B
 Karies mengenai sedikit dentin dan sebagian fissure masih sehat
 Karies lebih dalam karena ada ketebalan, jika diberi unfilled bisa pecah
 Menggunakan filled komposit + unfilled komposit dibagian yang sehat
 Bonding merupakan unfilled komposit yang membentuk resin tag
3. Tipe C
 Karies mengenai dentin lebih dalam (mendekati pulpa) dan sebagian fissure masih sehat
 Pemberian CaOH  untuk merangsang dentin reparatif
 Pemberian filled komposit pada kavitas
 Pemberian unfilled pada fissure
 Jika tidak diberi CaOH  residu resin, proses kimia dapat merangsang / merusak pulpa
namun bergantung pada individu dan kedalaman karies, namu lebih amannya diberi
CaOH

 Pemberian etsa  pada enamel


Lindungi dulu (pemberian basis) baru di etsa

Jangan sampai kena enamel yang akan di


etsa karena akan mempengaruhi
mechanical interlocking

 Evaluasi PRR  1 minggu


Ada yang pecah / tidak  ada rongga antara tumpatan dengan gigi
bubble
Aman terhadap beban kunyah
 Cara membedakan PRR tipe B dan C  foto ronsen
 Kenapa etsa 20 detik ?
20 detik adalah waktu yang paling optimal  bila terlalu lama dapat merusak enamel

PULPOTOMI & PULPEKTOMI

 Pulpitis irreversible : keradangan pada pulpa dimana pulpa tidak dapat kembali normal

Ada nyeri spontan perkusi (+), bite test (-)


 Pulpitis Reversible dapat kembali  keradangan tidak parah

Perkusi (-), bite test (-)


 Penyebab keradangan Thermal
Fisik
Bakteri
Kimia
 Pulpektomi dan pulpotomi gejala sama
beda indikasi perawatan
 Kenapa saat posisi berbaring terasa lebih sakit ?
Saat berbaring aliran darah lebih banyak menuju kepala jika aliran darah meningkat akan
menyebabkan nyeri semakin terasa
 Tes kavitas dilakukan tanpa tekanan
jika karies sudah hilang / bersih jangan diteruskan lagi
 Bite test adanya keradangan menuju ke apikal
kelainan pada jaringan periodontal
(+)  terdapat keradangan apikal  sakit  ada kemungkinan nekrosis

sakit

Oklusal grinding  menggigit tidak sakit Open bur  gas gangren


keluar

 Gigi terasa sakit saat makan kemasukan makanan / pulpitis


kontak dengan gigi antagonis  nekrosis/ ada
kerdangan di apikal
 Kegoyangan gigi pelebaran ligamen
terputusnya lamina dura
adanya resorbsi tulang

 Kemerahan di sekitar gingiva  adanya kalkulus


 Pulpotomi & pulpektomi  pada gigi vital
 PSA  pada gigi non vital
 Pulpotomi jika meninggalkan jaringan mati pada saluran akar

Mortal pulpotomi

Dilakukan fiksasi jaringan

 Resorbsi panjang akar pulpektomi


 Resorbsi panjang akar  pulpotomi

 Kontraindikasi pulpotomi akar yang bengkok (pada anak bisa sampai 45o)
saluran akar yang sempit

 Pada pulpektomi dan PSA  hanya beda pada teknik pengerjaannya saja

 Ada fistula  sudah nekrosis (bukan pulpitis)

Mempengaruhi Periodontal rusak


prognosa
Terjadi pelebaran gigi goyang
 Gigi yang telah di rawat PSA  brittle  karena saraf dan pembuluh darahnya diambil

Mudah pecah  SSC


 Bahan pengisi pulpek tidak boleh keras  bisa di resorbsi
Tidak boleh mengiritasi  mengganggu resorbsi gigi sulung

Persistensi
 Bahan yang memiliki anti bakteri tinggi  semakin mengiritasi di periapikal
 Open bur / access opening  pembukaan atap pulpa  harus hilang semua

Tidak boleh ada sisa atap pulpa


Semua orifice harus terlihat  cara cek pakai sonde halfmoon

Kalau tidak terbuka semua pembukaan terganggu, alat susah masuk


tempat berkumpulnya bakteri
 Saat di steril dan terasa sakit Langsung datang lagi jangan tunda 1 minggu
Kemungkinan obatnya kurang adekuat
Akses opening tidak benar sehingga masih terdapat kumpulan
bakteri anaerob pada gigi
 Sterilisasi  bakteri hilang
Cek Bau  karena kuman anaerob mengeluarkan gas gangren
Perbenihan paper point steril dimasukkan ke dalam saluran akar

dimasukkan ke dalam tabung berisi media

inkubasi 24 jam

cairan tidak bening

ganti obat sterilisasi

 Preparasi saluran akar dikatakan selesai jika :


Ada tug back
Ada serbuk dentin (putih) yang terangkat sesuai dengan panjang kerja (jaringan nekrotik
pada saluran akar sudah hilang)
 Fungsi preparasi cleaning  membersihkan jaringan nekrotik
shapping cukup tempat untuk bahan pengisian
sesuai bentuk saluran akar
 Preparasi dicek dengan melakukan foto ronsen dibandingkan foto diagnosa dengan foto setelah
preparasi
 Pada gigi sulung saat akar terbentuk sempurna, saat itu resorbsi akar juga terjadi
KARIES & TUMPATAN

 Pulpitis reversible tidak selalu pada gigi yang berlubang trauma


resesi gingiva
 Perkusi dilakukan dahulu pada gigi yang sehat  untuk membandingkan
tidak boleh terlalu keras
jika dimulai dari gigi yang sakit pasien akan merasa sakit  menolak di tes
bisa false
di bolak-balik  dari yang tidak sakit ke yang sakit
 dari yang sakit ke yang tidak sakit

 Prinsip preparasi Outline form


Removal of caries
Resistance form  dapat menahan beban kunyah
Retention form  tumpatan tidak mudah lepas
Convinience form
Correction enamel margin
Toilet of cavity

 GIC pecah cara pengadukan salah / tidak tepat


perbandingan powder dan liquid tidak sesuai dengan aturan
beban kunyah terlalu besar
ada bubble
mudah larut air  dilapisi varnish / cocoa butter
warnanya oppaque / kurang radiolusen
lebih tidak mengiritasi pulpa jika dibandingkan dengan resin

 Klasifikasi Karies berdasarkan GV.Black


- Klas I  karies pada pit, fissure, oklusal gigi posterior dan pit pada bukal,
lingual / palatal semua gigi
- Klas II  pada proximal gigi posterior
- Klas III  pada proximal gigi anterior tanpa terkena insisal
- Klas IV  pada gigi proximal gigi anterior mencapai tepi insisal
- Klas V  pada servikal gigi
- Klas VI  pada insisal gigi anterior, ujung cusp gigi posterior

 Indikasi inlay / klas II jika ada kontak proximal  klas II


kehilangan kotak proximal  inlay
 UKMP
Klasifikasi GIC Tipe 1 : luting dan bonding
Tipe 2 : restorative pakai light cure
Tipe 3 : lining / base cement
Tipe 4 : fissure sealant
Tipe 5 : orthodontic cement
Tipe 6 : core build up
Tipe 7 : fluor release
Tipe 8 : atraumatic restorative technique (ART)
Tipe 9 : deciduous teeth restoration
 ART
- Tidak menggunakan bur, alat seperti eskavator
- Karies yang lunak saja yang terangkat (yang bisa dikerok saja)
- Tidak membersihkan semua jaringan karies
- Kavitas kecil
- Kemungkinan besar dapat terjadi sekunder karies
 Dovetail
- Bentuk mengikuti fissure yang ada
- Untuk menambah retensi
- Harus lebih besar dibandingkan dengan isthmus
- Sebagai tahanan ke bagian proximal
 Ruang antara dovetail dan isthmus  channel
 Daerah axio pulpo line angle biasanya tipis  bevel (agar tidak patah)
 Pada inlay tidak perlu bevel  tipis tidak patah

yang di bevel semua tepi marginal (cavo enamel surface margin)

untuk adaptasi marginal


 Preparasi inlay  melebar ke oklusal (jika melebar ke arah pulpa nanti tidak masuk)

DENTAL HEALTH EDUCATION (DHE)


 Teknik sikat gigi
- Scrub brush : tegak lurus terhadap permukaan gigi  paling mudah
untuk gigi yang belum erupsi sempurna
Lama lama dapat merusak gusi
- Roll brush : gerakan berputar dari vestibulum / labial ke arah oklusal
bidang oklusal maju – mundur
yang paling efektif

- Charter technic : digerakkan ke apikal


- Still man mc call : ada tekanan di gingiva  dicongkel keluar
- Fone’s technic : gigi di oklusikan  sikat berputar pada permukaan gigi atas bawah
- Bass
 Sikat gigi yang digunakan anak berkebutuhan khusus : sikat gigi elektrik
 Kapan sikat gigi ? pagi setelah makan dan malam sebelum tidur
(sebenarnya setiap setelah makan jauh lebih baik)

 Jika setelah makan makanan asam tunggu 30 menit baru sikat gigi

Jika asam tinggi  sikat gigi  gigi akan abrasi

 DHE tentang kebersihan / kesehatan gigi dan mulut saja

 KIE lebih luas, tergantung perawatan apa yang sedang dilakukan

Dapat menurunkan rasa sakit  sakit pada pasien 80% psikosomatis

 Pencegahan karies fluor lokal dan sistemik


non-fluor sikat gigi
diet kontrol
berkumur
pemakaian disclosing agent
pemakaian dental floss
fissure sealant

 UKMP
Instruksi kebersihan mulut usia 0-1 tahun (infant) arm cradling position
(sesuai tahap usia) infant soft toothbrush
tanpa pasta gigi/ pasta
gigi non fluoride
usia 1-3 tahun (toodler) lap to lap position
pasta gigi (pea sized)
flossing bila kontak
proximal rapat
usia 3-6 tahun masih di awasi orang tua
(preschool) pasta gigi (pea sized)
bisa dikasih yang fluoride
flossing gigi posterior
usia 6-12 tahun disclossing agent sebelum
sikat gigi
TOPIKAL APLIKASI FLUOR

 Aksi fluor membuat gigi menjadi tahan asam sehingga tidak mudah larut
gigi mudah remineralisasi
efek anti bakterial
 Macam professional applied  konsentrasi lebih tinggi
self applied  konsentrasi fluor rendah
 UKMP : pemakaian fluor dengan varnish dan gel
 Batas jumlah fluoride yang direkomendasikan
- Primary dentition 0,25ml (6mg F)
- Mixed dentition 0,40ml (9mg F)
- Permanent dentition 0,75ml (17mg F)
 Fluorosis harus menghentikan pemakaian fluor
Ada white spot  mengganggu estetik / gigi mudah berlubang

Dilakukan restorasi

 Indikasi gigi yang baru saja erupsi


gigi dengan resiko karies tinggi
semua anak, terutama saat tahap mixed dentition
anak berkebutuhan khusus
anak kecil yang belum bisa berkumur

SPACE MAINTENER (SM)

 Tanggal prematur pada fase primary kenapa tidak perlu dilakukan analisa tempat?
Karena tidak dapat dihitung / dilakukan analisa  syarat perhitungan analisa
tempat adalah keempat insisif permanen harus sudah erupsi
langsung diberi partial denture  evaluasi 6 bulan sekali

untuk fungsi kunyah, estetik


 Space analysis : analisa tempat yang dibutuhkan
 Space maintener : alat yang digunakan untuk mempertahankan space / tempat
 Indikasi space maintener
- Tanggal prematur gigi sulung
- Oklusi normal atau menuju normal (end to end)
- Erupsi gigi pengganti masih lama (belum menembus tulang alveol)
- Tempat yang tersedia cukup untuk menampung semua gigi permanen yang akan tumbuh
(dengan analisa tempat)
 Letak salah benih tidak boleh pakai SM

Merupakan maloklusi  bukan indikasi SM


 Analisa tempat dilakukan saat gigi pergantian
 Analisa tempat tersedia menggunakan lengkung kawat (dari mesial M1permanen kanan
sampai mesial M1 permanen kiri)
menggunakan penjumlahan segmental (a,b,c)
 Perhitungan menggunakan kawat
(-) mengukur secara perkiraan / bias, karena gigi protrusi / retrusi tidak sesuai dengan lengkung
gigi yang benar
 Perhitungan segmental pada titik kontak diantara 2 gigi yang bersebelahan
Pada gigi protrusi ukuran tidak berubah
Lebih akurat
Tidak dapat digunakan jika kehilangan gigi yang bersebelahan karena titik
pengukuran tidak ada
jika hanya I1 yang hilang / I1 dan M1 hilang bisa diukur
dari mesial I1 dengan mesial I2/ distal C dengan mesial M1
 Jika masih bisa dilakukan pengukuran segmental lebih baik menggunakan segmental
 Tabel prediksi : moyers, sitepu, johnson&tanaka  rumus, nan’s
 Kesimpulan mixed dentition analysis

−3 = orto

>3 = orto

0-3mm = space maintainer

(-3) – 0 = space regainer

 Space maintainer aktif  space regainer


pasif
 Kontrol space  mengawasi keadaan space  datang secara periodik untuk melihat space
berkurang atau tidak
 UKMP
Pemakaian space maintener pada fase geligi sulung
Tanggal prematur gigi sulung Penanganan
Insisif RA/RB Tidak dipasang SM
Kecuali tanggal prematur sebelum C sulung erupsi
(observasi penutupan space)
Kaninus RA/RB Band and loop space maintainer
Untuk mengurangi bergesernya garis median
Molar 1 RA/RB - Band & loop space maintainer
- Crown loop space maintainer
Untuk mencegah berkurangnya panjang lengkung
Molar 2 RA/RB Distal shoe space maintainer
Sebagai guide molar pertama permanen agar tumbuh
pada tempatnya dan mecegah berkurangnya panjang
lengkung gigi

Pemakaian space maintainer pada fase geligi pergantian


Tanggal prematur gigi sulung penanganan
Insisif kedua RA/ insisif RB Cabut antimere tooth untuk mengurangi kemungkinan
bergesernya garis median
Kaninus RA - Sebelum I2 permanen erupsi  space maintainer
removable (sebagai guide I2 agar tumbuh pada tempat
yang benar)
- Setelah I2 permanen erupsi  cabut antimere untuk
mengurangi kemungkinan bergesernya garis median
Kaninus RB Sebelum I2 permanen erupsi  space maintainer
removable (dibutuhkan sedikit perbaikan agar I2
permanen dapat tumbuh pada posisi normal)
Molar pertama RA - Setelah I2 permanen erupsi :
 stopped lingual arch space maintainer (mengurangi
pergeseran garis median & mencegah I2 tipping)
band/crown loop space maintainer (mencegah
berkurangnya panjang lengkung gigi)
- Sebelum I2 permanen erupsi  nance appliance
untuk mencegah berkurangnya panjang lengkung gigi,
tidak mengganggu pertumbuha I2 permanen
Molar pertama RB - Sebelum I2 permanen erupsi band/crown loop
(mencegah berkurangnya panjang lengkung gigi,
tidak mempengaruhi pertumbuhan I2)
- Setelah I2 permanen erupsi  lingual arch space
maintainer (mencegah berkurangnya lengkung gigi,
memperbolehkan reposisi distolateral dari kaninus
sulung
Molar kedua RA Nance applianced untuk mencegah berkurangnya
panjang lengkung gigi
Molar kedua RB - Sebelum I2 permanen erupsi band/crown loop
space maintainer (mencegah berkurangnya panjang
lengkung gigi, tidak menganggu pertumbuhan I2
permanen)
- Setelah I2 permanen erupsi  lingual arch space
maintainer (mencegah bergesernya molar pertama
permanen ke arah mesial, mencegah berkurangnya
panjang lengkung gigi)

Crown and loop sering keluar di UKMP


Distal shoe  molar pertama permanen belum erupsi
Space regainer fixed pakai screw

 Space kontrol : ruangan yang ada dapat menampung gigi dengan baik
Observasi  setiap 2 bulan sekali  dicetak  space analysis
Jika tanpa alat  tergantung pasien kooperatif/tidak
Jika tidak lebih baik pakai space maintainer
 Kapan space maintainer dilepas?
- Jika cusp benih gigi pengganti telah menembus tulang alveolar
- Alat dapat dilepas / dikurangi sedikit-sedikit
- Jika gigi sudah tumbuh atau terlihat di intraoral

STAINLESS STEEL CROWN (SSC)


 Indikasi
- Gigi telah dilakukan perawatan pulpa
- Gigi dengan karies yang luas / multiple
- Gigi yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Contoh : enamel hiperplasia, amelogenesis imperfecta, dentinogenesis imperfecta
- Pasien dengan kebiasaan bruxism
- Pasien dengan resiko karies tinggi
 SSC  diselesaikan dalam 1 visit
 pemilihan SSC dilakukan sebelumgigi di preparasi
 Contouring : membentuk undercut untuk retensi
 Bagial bukal gigi penting untuk retensi
 Cek preparasi SSC dengan malam merah  jika ada bekas gigitan maka preparasi masih kurang
 Pasang coba SSC yang dilihat :
- Tidak ada bagian servikal yang terbuka
- Fit/tidak, mudah lepas/tidak  retensi
- Ada gingiva yang pucat/tidak crown kepanjangan jadi menekan gingiva  potong
- Cek oklusi  ketinggian  potong
(dilihat oklusi saat tidak pakai ssc dan saat pakai ssc)
- Kestabilan SSC  jika kena sonde tidak boleh gerak
Dokter Udijanto

TOPIKAL APLIKASI FLUORIDE


 Tujuannya apa? Sebagai pencegahan karies.

 Bagaimana fluor bisa mencegah karies? Ion fluor berikatan dengan ion dari hidroksiapatit
membentuk fluoroapatit. Fluoroapatit ini lebih tahan terhadap asam dibanding hidroksiapatit.

 Kondisi asam di rongga mulut didapat dari mana?


1. hasil metabolisme karbohidrat oleh bakteri (asam laktat) menurunkan Ph  Critical pH
5,5  Hidroksiapatit terkikis  demineralisasi. Dengan ditambah fluoride  membentuk
fluoroapatit lebih tahan terhadap kondisi asam dan meningkatkan remineralisasi.
2. Diet/konsumsi makanan dan minuman.

 pH di rongga mulut bisa netral 20-30 menit oleh saliva.


 Pelajari Stephen Curve (hubungannya dengan diet dan intake glucose  critical pH.
 Pelajari Sugar Clock

 Demineralisasi  multifactorial, pemberian fluoride salah satu upaya untuk meningkatkan host
(gigi).

 Macam pemberian TAF:


Sistemik
1. floridasi air minum (di indo ga ada)
2. makanan minuman (teh seduh tanpa gula)
3. Suplemen (hati2 pemberiannya,tergantung kondisi tiap daerah, beda2 aturannya)
Topikal
1. Varnish (cara sesperti di ppk)
2. Gel(cara seperti di ppk)
3. Pasta gigi (kandungan tidak banyak)
4. Obat kumur
5. Tooth mouse

 Bahan topical fluor NaF 2%,SnF2 8%, APF 1,23%, Monofluorophosphate (MFP), SMFP, amine
fluoride, dll.

 Pemakaian fluor tidak boleh berlebihan  fluorosis gigi, toksik.

 Kondisi bagaimana yang perlu di TAF? Orang dengan resiko karies tinggi. (Anak2 dan
dewasa)
1. Semua anak terutama mixed dentition (gigi sulung perlu karna enamel tipis, gigi
permanen baru erupsi karna gigi baru erupsi masih maturasi s/d 1 tahun)
2. Anak berkebutuhan khusus
3. Anak belum bisa berkumur/sikat gigi dengan baik
4. Pasien dengan perawatan orto (gigi berdesakan, banyak area tidak terjangkau saat
dibersihkan)

 TAF lebih disarankan untuk pasien yang kooperatif (>6tahun). Lebih bisa diberi arahan.

Merk Klinpro/white varnish punya 3M bisa digunakan untuk anak


<6tahun bahan harus berkontak dengan saliva untuk bisa teraktivasi 
pasien bisa meratakan dg lidah, atau dibantu ulas oleh operatorlebih
menguntungkan.

 Bahan Tumpatan berfluoride  GIC  mencegah sekunder karies karena rilis fluor (bisa
habis/aus aplikasi fluoride ulang)

 Oral profilaksis penting untuk membersihkan debris,plak  Fluoride harus berkontak dengan
permukaan gigi

 Kenapa 6 bulan control?


Untuk aplikasi ulang. Fluoride semakin menipis/habis. Bisa karena kondisi asam terus

 Maintenance penambahan fluoride harian bisa dengan pasta gigi, tapi butuh konsistensi karena
kandungan kecil.

FISSURE SEALENT

 fissure selaent apa?


Bahan yang diletakkan pada daerah pit & fissure gigi untuk mencegah karies.
Fissure sealent menghilangkan tempat2 yang menjadi retensi plak (pit&fissure)

 Indikasi?
- Orang dengan resiko karies tinggi.
- Idealnya pada gigi permanen yang baru erupsi (gigi baru erupsi masih proses maturasi
enamel sampai +- 1tahun setelah erupsi, sehingga gigi resiko karies tinggi).

Prosedur? Baca PPK.

 Bahan sealent  flowable  agar masuk ke pit dan fissure  harus diratakan dengan sonde,
agar tidak terjadi bubble.

Bubble  permukaan tidak rata  retensi untuk kolonisasi bakteri didaerah


itu  demineralisasi jalan terus  karies
 Bahan Sealent : harus flow
1. Unfilled composite yang flowable
2. GIC tipe IV (di mix agar flowable)
Composite
- harus bebas dari saliva, kering
- Menggunakan yang unfilled/tanpa filler (karena hanya untuk menutup celah)
- Menggunakan yang flowable (bahan harus bisa masuk ke celah2, sehingga harus bisa
mengalir/flow)
- Permukaan Occlusal harus erupsi sempurna, tidak bisa digunakan pada gigi half erruption,
ex: Molar erupsi lama, bagian distal keluar terakhir, kalo mau di FS pake composite harus
etsa. Etsa tidak boleh kena gingiva. Selain itu, jika masih ada gingiva yang menutupi gigi,
jadi lebih lembab/ susah kering.

GIC
- Sifat hidrofilik, tidak masalah dengan kelembaban, tapi tidak boleh tergenang saliva.
- Release Fluoride, membantu mencegah karies dengan pembentukan fluoroapatit.
- Tidak perlu etsa,

Secara umum, sebelum aplikasi GIC perlu dentin conditioner: tujuannya untuk menghilangkan
smear layer pada dentin sehingga meningkatkan perlekatan bahan tumpat ke gigi (karies sampai
mengenai dentin).
FS dilakukan pada gigi tanpa adanya karies,
dentin tidak terbuka sehingga tidak diperlukan dentin conditioner untuk
menghilangkan smear layer.

 Perlu control periodic untuk aplikasi ulang sealent.

 Keawetan pemakaian sealent tiap orang beda2, tergantung bahan yang dipakai, diet, permukaan
gigi, habit, dll

 Kapan waktu yang tepat untuk aplikasi ulang? Beda2 tiap individu, idealnya 6 bln sekali. Resiko
karies tinggi bisa lebih cepat, 4 bulan juga bisa cepat terkikis.

 Perlu aplikasi ulang jika sealant habis/terkikis. Sampai usia berapa? Balik lagi ke indikasi, kan
dianjurkan pada orang dengan resiko karies tinggi.
- Bisa sampai M2 keluar +1 tahun setelahnya menunggu maturasi enamel selesai.
(M2 erupsi (+- 12 tahun) + 1 tahun maturasi  +- sampai usia 13 tahun.
Diatas 13 tahun? Bisa iya bisa tidak.
- Macam resiko karies tinggi tidak hanya pada gigi baru erupsi, bisa banyak hal. Sehingga
semakin orang tersebut resiko karies tinggi  perlu menggunakan sealent sampai dewasa.

Kesimpulannya,
kalau dari segi kematangan enamel diatas 13 tahun sudah tidak indikasi.
Tapi balik lagi ke orang dengan resiko karies tinggi.
BANYAK FAKTOR, sehingga sampai tumbuh dewasa pun boleh dilakukan fissure sealent.
Tips:
Dokter Udi lebih suka menggunakan GIC, karena bahan GIC ada yang berwarna pink, sehingga untuk
orang tua lebih bisa mengkontrol kondisi sealent di gigi anaknya  orang tua dapat diberi arahan
untuk mengunjungi dokter gigi untuk aplikasi sealent ulang apabila sealent telah habis terkikis. Ex:
Fuji VII.

PREVENTIVE RESIN RESTORATION (PRR)

 PRR adalah perawatan pencegahan karies yang dilakukan pada bagian oklusal gigi (pit fissure), ada
bagian terkena karies dan ada bagian yang masih sehat.

 Gigi karies di sebagian fissure ditumpat dengan resin, kemudian diberi sealent diatasnya sekalian
menutup bagian fissure yang belum kena karies. Pemberian sealent menjadi preventive pada bagian
gigi yang masih sehat.

Prinsip PRR :
Tumpatan (Restorasi) + Sealent (Preventive)

 Protap lihat PPK !!

 Pengambilan jar karies  minimal intervention, hanya diambil bagian karies saja dengan mata bur
kecil.

 PRR biasanya dilakukan pada gigi permanen  morfologi gigi beda dengan sulung. Tapi bisa juga
di gigi sulung
 Enamel sulung lebih tipis dr permanen, kalo ada karies di sulung, biasanya cepet parah dan cepat
jadi karies besar.

 Diagnosa gigi yang dilakukan PRR  Pulpitis reversible, kondisi kedalaman kariesnya yang beda.

 Tipe PRR (berdasarkan kedalaman Karies)


1. Tipe A
Karies sedalam enamel
Bahan : unfilled composite (sama dengan FS)
2. Tipe B
Karies mengenai enamel dan sedikit dentin
Bahan: diluted composite (flowable/fillernya sedikit)
3. Tipe C
Karies mengenai dentin dan dalam
Diberi basis terlebih dulu baru di tumpat  GIC atau Ca(Oh)2
Bahan: Filled Composite
 Aplikasi sealent harus diratakan, ga boleh ada gelembung.
Gelembung menyebabkan permukaan tidak rata  ada retensi untuk kolonisasi bakteri didaerah itu
 karies

Tidak hanya PRR, semua tumpatan pun akhirannya harus halus dan rata  dipulas.

 klas 2 harus pake matrix+wedge biar gak overhanging/ under  sebisa mungkin mengurangi
permukaan tidak rata
Tujuan : memperkecil kemungkinan tempat kolonisasi bakteri yang dapat menyebabkan karies.

 PRR pakai GIC bisa? Bisa, namanya jadi PAR (Preventive Adhesive Restoration).

 GIC perlekatan kimiawi  adhesive.


Prinsip kerja sama !

 Kenapa pit fissure lebih mudah kena karies?


Permukaan tidak rata (berlekuk)  retensi plak tinggi  wajar kalau karies kena disitu dulu.
Kalau bagian cups/tonjol (smooth surface) udah kena karies  bisa jadi tanda resiko karies tinggi.

*Fissure Sealent : memberi lapisan di pit fissure untuk melindung gigi agar tidak terjadi karies. (gigi
belum ada karies)
*PRR : karies di fissure hanya sebagian, sebagian lagi sehat  karies ditumpat dengan resin,
diatasnya diberi sealent sekalian untuk menutup fissure yg belum kena karies (preventive).
*Tumpatan Klas 1: karies sudah mengenai seluruh permukaan fissure, sehingga dilakukan tumpatan.

PRR tipe C dan Klas I beda di luas area yang terkena, kedalaman karies bisa sama.

Pembagian Composite
Bentuk fisik
- Flowable  sealent
- Packable
Bahan Pengisi
- Filler  restorasi
- Non Filler  sealent
DIAGNOSA

Nama :
nama lengkap : Identitas
panggilan : lebih akrab (membangun komunikasi)

Jenis Kelamin: hormon dan perbedaan pola tumbuh kembang

Usia/tgl lahir : memperkirakan pertumbuhan geligi dan child management

Alamat: data, status social, status lingkungan.


Anamnesa:
Keluhan : berisi keluhan utama dan riwayat.
Riwayat keluhan: Bagaimana sakitnya, kapan sakitnya, sebelah mana sakitnya, lama sakit, pernah
dirawat apa aja, minum obat atau tidak, dll.

Hubungan Riwayat penyakit sistemik dengan Kedokteran Gigi :


1. Jantung (penyakit jantung bawaan / PJB):
- ada 2 : sianotik (bayi biru) dan non sianotik. PELAJARI !!
- Klinis:
sianosis pada kulit dan kuku, mukosa,
clubbing finger,
pertumbuhan lambat,
mudah lelah, sesak nafas.

- Tindakan/ perawatan gigi yang menyebabkan perdarahan  bakterimia  bakteri ikut dalam
aliran darah ke jantung  vegetasi bakteri  SBE (Sub Bacterial Endocarditis)
- Perawatan saluran akar pada penderita penyakit jantung tidak disarankan  bakteri bisa
terdorong masuk lewat apical  jantung  CABUT SAJA.
- Pencegahan : antibiotic profilaksis sebelum dan sesudah tindakan

2. Alergi:
punya banyak alergi biasanya cenderung rentan terhadap alergi lain ex: obat2an.  rentan
terjadi shock anafilaktik
3. Hipertensi:
Anastesi  adrenalin (fungsi adrenalin memperlama durasi anastesi)  meningkatkan
vasokonstriksi pembuluh perifer ditempat anastesi  tekanan darah tinggi karena jantung
pompa darah ke daerah vasokonstriksi  shock
4. Diabetes:
Insulin dependent dan Non Insulin dependent
gangguan vaskularisasi, gangguan penyembuhan saat ada luka.
Produksi saliva
5. Epilepsy:
stress/lama perawatan  bisa kambuh
penggunaan anti epileptic drug: phenytoin  gingival hyperplasia.
6. Measles/campak:
Infeksi paramyxovirus
Stadium:
1. Stadium prodromal (koplik spot : macula papula, tidak sakit, meluas ke mukosa RM)
2. Stadium erupsi (rash pada kulit  seluruh tubuh terasa gatal)
3. Stadium konvalensi (erupsi berkurang, berbekas hyperpigmentation, lama2 hilang sendiri)

Infeksi paramyxovirus berpengaruh pada proses pembentukan gigi (hard tissue formation)
Menyerang pada tahap aposisi di ameloblast saat pembentukan enamel  sel penyusun
gigi tidak normal, pengendapan Ca terganggu  hipokalsifikasi  enamel hipoplasia

7. Diare:

8. Asma:

9. Kelainan darah:
Anemia
Leukemia
Hemophilia

10. Kelainan hormonal:


Hipertiroid
Hipotiroid
Hiperparatiroid
Hipoparatiroid

Kebiasaan makan/diet menentukan tingkat resiko karies,


diet susu
caries bottle feeding = nursing bottle caries
(tanda khas : karies anterior RA, sedangkan RB bebas karies karena ada cleansing dr lidah/
tertutup lidah)
Rampant Caries :
karies anak yang berlangsung cepat dan melibatkan banyak gigi
dx: pulpitis reversible : karena sudah arrested.
Early Childhood Caries :
karies yg terjadi pada anak dibawah usia 71 bulan
Severe Early Childhood Caries :
karies yang terjadi pada anak dibawah usia 3 tahun

Kebiasaan buruk maloklusi


thumb sucking : protrusi, palatum dalam
mouth breathing : palatum dalam, lengkung rahang sempit, gigitan silang posterior, xerostomia
tongue thrusting : open bite
cara menelan salah lidah ke gigi anterior (harusnya ujung lidah di daerah papila
insisif)
menghisap bibir: gigi ante atas ke labial, ante bawah ke lingual  open bite
menggigit kuku: atrisi gigi ante
bruxism: atrisi gigi  tx: SSC

kelainan jaringan keras :


morfologi (bentuk)
peg shape, makrodontia, taurodontia, fusion, geminasi
jumlah gigi:
anodontia : tidak ada benih gigi
oligodontia : multiple missing > 2 gigi, simetri/asimetri
hipodontia : multiple missing < 2 gigi
supernumary teeth : mesiodens, paramolar

No. Jenis Gangguan Kasus Anomali Penyebab


Neonatal teeth
Infeksi masa kehamilan
Kista erupsi
Tidak bisa erupsi karena
Submerge teeth
ankylosis
1. Gangguan Erupsi
Salah posisi benih/ kekurangan
ectopic
ruang
Syndrome down
Delayed erupsi
cretinism/dwarfism
Anodontia
Hipodontia
2. Kelainan Jumlah Gigi Oligodontia Kelainan tahap BUD STAGE
Agenisi
Supernumary
Dense in dente,
Gangguan proliferasi
3. fusi, Kelainan tahap CAP STAGE
gigi
geminasi
Kelainan tahap BELL STAGE
Kelainan Struktur Amelogenesis Imperfecta
4. pada saat
Gigi Dentinogenesis Imperfecta
HISTODIFERENSIASI
Peg Shape Kelainan tahap BELL STAGE
5. Kelainan Bentuk Gigi Makrodontia pada saat
Murberry Teeth MORFODIFERENSIASI
Kelainan Maturasi Hipoplasia
6. Kelainan pada tahap APOSISI
Struktur Gigi Hipokalsifikasi

jaringan lunak :
frenulum :
labial RA  diastema sentral,
lingualankiloglosi, gangguan bicara karena tidak bisa menjulurkan lidah ke depan.
lidah :
ukuran lidah: makroglosia
bentuk : crenated tongue, permukaan lidah fissured/ geographic tongue
bibir :
kompeten/tidak,
mukokel : benjolan di bibir karena kebiasaan menggigit bibir ( kelenjar saliva minor
terjebak
mukosa :
traumatic ulser, RAS, reaksi alergi, candidiasis.

Cara menentukan diagnosa :


anamnesa (subjektif) : menggali riwayat penyakit
klinis (objektif) : kedalaman dan lokasi karies, vitalitas, jaringan sekitar gigi, perkusi, tekanan
penunjang : radiografi  kedalaman karies, bentuk akar, benih gigi, gambaran patologis
(abses/kista dll)

radiografi:
panoramic : melihat benih gigi, TMJ
periapikal : lebih detail  kedalaman karies, bentuk gigi, kelainan periapikal

Diagnosa di IKGA
- Pulpitis reversible
- Pulpitis irreversible
- Nekrosis Pulpa

Pulpitis reversibel :
S : ada reaksi (nyeri) saat ada stimulan
O : kedalaman karies tidak dalam, gigi vital, tes perkusi dan tekanan negatif, tidak ada abses/fistula
Penunjang : karies tidak mencapai pulpa

Pulpitis irreversibel :
S : reaksi nyeri spontan/tiba2, nyeri malam hari, reaksi nyeri terus menerus
O : karies dalam, gigi vital, tes perkusi bisa positif, tekanan bisa positif bisa tidak, tidak ada
abses/fistula
Penunjang : karies media/ profunda/ perforasi

Nekrosis :
S: pernah nyeri-sekarang tidak, ada riwayat bengkak
O: karies dalam, gigi nonvital, perkusi cenderung positif, tekanan cenderung positif, bisa ada
abses/fistula, pendangkalan vestibulum
Penunjang : karies dalam, lesi periapikal

TUMPATAN, INLAY, SSC


Prinsip preparasi
- Outline form
- Removal of caries
- Resistance and Retention form
- Convinience form
- Correction enamel margin
- Toilet of cavity
Prinsip preparasi sekarang :
minimal intervention (hanya menghilangkan karies aktif)

Klasifikasi Karies berdasarkan GV.Black


- Klas I : Pit & fissure, oklusal gigi
- Klas II : Proximal gigi posterior
- Klas III : Proximal gigi anterior tanpa kena insisal
- Klas IV : Proximal gigi anterior mencapai tepi insisal
- Klas V : Servikal gigi
- Klas VI : Insisal gigi anterior, ujung cusp gigi posterior

Beda klas II dan Inlay


Klas II :
- masih ada titik kontak proximal  beban kunyah dibagi gigi dan tumpatan
Inlay :
- tidak ada titik kontak proximal
- kehilangan lebih dari ½ mahkota  karies besar di proximal  beban kunyah di
restorasinya.
- Harus ada dovetail + chanel  sebagai retensi dan resisten  kalau tidak ada bisa copot
saat tekanan kuat.
- Perhatikan tanduk pulpa

Karies dalam klas II  resiko pakai composite (etsa bisa iritasi) karena tanduk pulpa tinggi
Bisa resiko jadi irre.
Basis dulu baru etsa bonding (composite)
Disarankan pakai GIC aja kalau dalam.

Kenapa harus pulas


Permukaan halus  tidak ada gelembung  mengurangi plak nempel utamanya didaerah
sambungan/tepi restorasi  Pakai GIC karena release fluor.

Gigi sulung karies MOD  SSC

Dx arrested caries  pulpitis reversible


(tidak ada keluhan, karies keras, tidak bisa dikerok lagi)  SSC saja

macam GIC.
- tipe 1 luting
- tipe 2 restorasi
- tipe 3 basis
- tipe 4 pit and fissure protection

Dentin conditioner untuk menghilangkan debris dan smear layer


SSC
Material : Nickel Chromium
Indikasi
- Gigi posterior
- Gigi sudah rusak parah tetapi masih bisa direstorasi
- Gigi dengan perawatan saluran akar sebelumnya
- Gigi hipoplastik
- Gigi M sulung atau permanen
- Gigi dengan resiko karies tinggi
- Apabila dilakukan restorasi dengan bahan lain akan gagal
- Gigi sebagai abutment untuk space maintainer

Kontraindikasi
- Ada lesi periapical / periodontal yang parah dan sulit disembuhkan
- Tidak bisa menghilangkan seluruh jaringan karies  karies terlalu besar
- Gigi akan tanggal dalam waktu 6-12 bulan
- Pasien tidak kooperatif

Preparasi SSC
1. Pengurangan bagian oklusal 1-1,5mm tapi tetap mempertahankan kontur gigi (dengan
cara : mengurangi tinggi cusp dan memperdalam groove)
- Bagian yang tajam dibulatkan
- Jangan membuang bagian keliling terbesar
2. Pengurangan bagian proksimal 1 mm hingga tidak ada kontak proksimal dengan gigi
sebelah (harus benar2 bebas)

Pasang percobaan (trial fit)


Cek tinggi crown ketika oklusi. Crown margin sebaiknya terletak 1 mm dibawah gingival crest.
Cara contouring SSC :
1. Gunting SSC dengan menggunakan gunting hingga tinggi crown sesuai
2. Mengatur daerah yang telah digunting /ditriming untuk mendapatkan kontak
interproksimal yang baik dengan menggunakan crimpling plier
3. Trial fit untuk melihat kontak proksimal, oklusi, marginal fit
4. Menghaluskan margin dengan stone dan poles dengan rubber wheel

Pemsangan / penyemenan dengan luting GIC


- Servikal tidak boleh pucat
- Luting harus flow
- Arah pasang miring dari satu sisi
KIE
- Sarankan untuk jangan makan dulu 1-2 jam setelah insersi (nunggu benar2 setting)
- Harus rajin dibersihkan/ sikat gigi
- Pemakaian gigi yang baru di SSC untuk makan (jangan satu sisi)
- Kalau lepas  jangan dibuang, bawa kedokter gigi untuk dipasang kembali.
PERAWATAN PULPA GIGI

Perawatan pulpa gigi vital :


Pulpotomi
Pulpektomi

Perawatan pulpa gigi non vital :


PSA (beda nama, prosedur sama)

PULPOTOMI

Definisi : Pengambilan jaringan pulpa bagian koronal diikuti dengan melekatkan bahan di atas pulpa
yang diamputasi sehingga terjadi penyembuhan dan mempertahankan gigi tetap vital.

Objektif :
- Pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang terinfeksi dan mengalami keradangan serta
meninggalkan jaringan pulpa dalam saluran akar tetap vital dan sehat
- Apabila jaringan dalam saluran akar sehat akan memudahkan penyembuhan setelah amputasi
jaringan pulpa yang terinfeksi
Indikasi :
 Gigi vital (dx: pulpitis irre)
 Pulpa terbuka < 1mm tapi tidak ada radang pada SA
 Ada sakit spontan
 Pendarahan merah terang
 Resorbsi akar <1/3 panjang akar
 Gigi masih bisa di restorasi tetap

Kontraindikasi :
 Sakit saat perkusi  sudah sampai SA
 Karies >> tidak dapat dibuat restorasi tetap
 Perdarahan hebat
 Ada pembengkakkan/fistula  non vital
 Ada eksternal/internal resorbsi
 Goyang patologis (°3) Resorbsi akar > 1/3 panjang akar

Prosedur
A. Vital Pulpotomi
a. Vital pulpotomi gigi sulung 1 visit
1. LA lalu isolasi dengan rubberdam
2. Ambil atap pulpa dengan round bur
3. Ambil semua undercut dengan round bur
4. Amputasi jar.pula dalam ruang pulpa dengan ekskavator yang tajam
5. Bersihkan dengan saline
6. Tekan perlahan dengan cotton pellet steril + formokresol selama 4 menit untuk
menghentikan perdarahan
7. Isi ruang pulpa dengan pasta antiseptic
8. Basis dengan cement
9. Restorasi tetap SSC
b. Vital pulpotomy gigi sulung 2 visit
Indikasi
- Gigi vital
- Ada perdarahan yang sulit dikontrol saat amputasi
- Ada pus pada ruang pulpa tapi tidak pada daerah teramputasi
- Pelebaran PD membrane
- Ada riwayat sakit
Visit 1 : vital pulpotomy 1 visit. Bila berdarah hebat, tutup dengan cotton pellet +
formokresol lalu TS
Visit 2 :
1. LA
2. TS diambil
3. Perdarahan berhenti dan tidak ada keluhan
4. Ruang pulpa diisi pasta antiseptic
5. Basis
6. Restorasi SSC

B. Devital Pulpotomi
o Visit 1
1. LA lalu isolasi dengan rubberdam
2. Karies yang dalam diekskavasi
3. Lebarkan perforasi dengan round bur
4. Letakkan pasta paraformaldehid dengan cotton pellet diatas pulpa terbuka
5. TS
(Gas formaldehid akan masuk ke dalam SA untuk fiksasi jaringan)
o Visit 2 (1-2 minggu kemudian)
1. Isolasi gigi
2. TS dan Cotton pellet diambil
3. Bersihkan kavitas dengan saline dan keringkan dengan cotton pellet steril
4. Tes pulpa  sudah non vital
5. Ruang pulpa sudah diisi pasta antiseptic
6. Restorasi SSC
(bila masih vital dapat diulang diberi pasta paraformaldehid atau lakukan LA)

C. Non Vital Pulpotomi / Mortal Pulpotomi


o Idealnya gigi sulung non vital dirawat pulpektomi tapi kadang tidak bisa dilakukan
o Bahan : Beechwood creasot, formocresol
o Indikasi :
- Khusus gigi sulung non vital SA tidak terlihat jelas, akar membengkok dan
tajam, SA banyak percabangan
- Pasien non kooperatif
- Pasien dengan medically compromised
- Resorbsi akar < 1/3 panjang akar
o Visit 1
1. Pengambilan jar.pulpa nekrotik daerah koronal
2. Irigasi ruang pulpa dengan saline, keringkan dengan cotton pellet
3. Sterilisasi dengan cotton pellet + larutan antiseptic kuat missal Beechwood
creosot
4. TS
o Visit 2
1. Anamnesa tidak ada keluhan
2. Isi ruang pulpa bagian koronal dengan pasta antiseptic missal pasata
formocresol, pasta tempophore, dll
3. Restorasi tetap SSC

Perawatan Pulpotomi Di Klinik IKGA


 Indikasi
- Gigi vital atau non vital
- Ada resobsi akar < 1/3 panjang akar (RÖ)
- SA tidak terlihat/ada obliterasi (RÖ)
- Akar membengkok tajam (RÖ)
- Px tidak kooperatif
 Prosedur
- Bila gigi vital : devitalisasi dulu dengan caustinerf fort/bahan devitalisasi yang tidak
mengandung asam. Visit selanjutnya : pengambilan pulpa
- Bila gigi non vital
1. Pengambilan atap pulpa hingga orifice terlihat
2. Bersihkan dengan saline
3. Sterilisasi dnegan obat sterilisasi (minim 2x) dengan jarak pemanggilan 3x atau
sampai tidak berbau dan kapas sterilisasi kering
4. Pengisian dengan pasta antiseptic, beri kapas, TS
5. Foto pengisian
6. Bila sudah baik, beri basis semen ZnPO4 sampai permukaan
7. Restorasi tetap dengan SSC

PULPEKTOMI

Definisi : Pengambilan seluruh jaringan pulpa gigi sulung yang terinfeksi sampai dengan SA dan diisi
dengn bahan yang adapat diresorbsi sehingga gigi dapat bertahan pada lengkungnya

Indikasi :
 Gigi vital, serta ada tanda-tanda keradangan
 RÖ : - Sisa akar masih terlihat utuh sampai apikal
 Pasien dan orang tua kooperatif
 Kesehatan umum baik
Kontraindikasi :
 Pasien dengan penyakit sistemik
 Pasien dengan terapi kortikosteroid yang panjang  imun ↓
 Kerusakan periapikal/periradikuler yang hampir mengenai benih gigi
 Resorbsi akar internal/eksternal
 Bone loss apeks / pada bifurkasi

Prosedur :
 LA lalu isolasi dengan rubberdam
 Pengambilan seluruh atap pulpa hingga orifice terlihat
 Irigasi dengan saline
 Pengukuran panjang gigi/DWP
DWP = Panjang gigi dalam foto x panjang alat sebenarnya
Panjang alat dalam foto
 Pengambilan seluruh jaringan pulpa bagian koronal dan SA (dengan jarum ekstirpasi)
 Preparasi SA dengan K-File sesuai penjang kerja
Panjang kerja = panjang gigi – 1 mm
 Irigasi dengan saline
 Keringkan dangan paper point steril
 Isi SA dan ruang pulpa dengan pasta antiseptik (pasta ZnOE) pakai jarum lentulo
 Basis dengan semen ZnPO4
 Restorasi tetap SSC

Kegagalan/kesulitan pulpektomi
 Banyak visit
 Perawatan tidak selesai oleh karena pasien dan orang tua mengabaikan, rasa sakit hilang

Evaluasi keberhasilan pulpektomi


 Anamnesis : tidak ada keluhan
 Tidak ada gejala klinis
 Tidak ada resorbsi patologis (RÖ)
 Gigi masih bertahan setelah 6 bulan

Macam Obat Perawatan Pulpa Gigi Sulung


A. Larutan irigasi SA
 H2O2 3% (sudah tidak dipakai lagi)
 NaOCl 0,5% - 2%
 Larutan antiseptik
 Larutan saline/aquades
Tujuan :
o Membersihkan debris dan jaringan pulpap nekrotik agar keluar dari SA
o Membersihkan kuman
Efek samping :
o Konsentrasi pekat = iritasi jaringan periapikal
o Larutan yang berwarna = perubahan warna gigi
o Tekanan yang kuat i= iritasi jaringan apikal

B. Obat sterilisasi
 Desinfektan
- Gol. Phenol : Chlorophenol Kamfer Menthol (ChKM), Cresophene, cresatin,
beechwood creosote, Rockle’s No.4
- Gol. Aldehid : Formocresol (untuk fiksasi jar.pulpa  pulpotomi)
 Antibiotik : Streptomisin trimix
 Kombinasi antibiotik dan kortikosteroid
 Kombinasi antibiotik dan anti jamur

Penggunaan bahan antibiotic sebagai bahan sterilisasi belum ada penelitian lebih
lanjut sebagai standar obat sterilisasi  karena itu pakai yg gol.phenol saja, ChKM,
cresophene, dll.

Walaupun sekarang ada bahan trimix (campuran macam-macam antibiotic)  tapi


selama drainase cukup dan abses tidak parah tidak perlu.

Antibiotic peroral diberikan jika abses  asimetri wajah

C. Obat devitalisasi (untuk mebuat jaringan pulpa nekrosis)


 TKF (Tri kresol Formalin)
 Caustinerf (Pedodontic, forte)  untuk gigi sulung
 Pasta para formaldehid
 Anastesi local

D. Bahan pengisi ruang pulpa/SA


 Pasta antiseptic
- Untuk pulpektomi : ZnOE
- Untuk pulpotomy :
a. Pasta temphore
b. Pasta formocresol (Campuran Cairan : lar. formo : lar.eugenol = 1:1, Bubuk = ZnO)
c. Pasta iodoform

Syarat Bahan Pengisi SA Gigi Sulung :


1. Harus dapat di resorbsi
2. Tidak mengganggu erupsi gigi permanen
3. Bakterisid
4. Radiopak
5. Tidak bersifat iritan

Kalau gigi vital, bisa langsung obturasi pada saat datang karena tidak ada jar nekrotik

Nekrosis  wajib ada tahapan sterilisasi


Tujuan pemberian formokresol  menghentikakan perdarahan

Kenapa gigi post endo di SSC, gak di GIC?


 Gigi sudah tidak ada suplai nutrisi/ gigi mati
 Sudah dibuka dan diisi, tidak utuh lagi
 Gigi tidak sekuat gigi vital
 Perlu bahan restorasi yang membagi beban keseluruh permukaan  SSC
 Kalau GIC, beban tidak dibagi keseluruh permukaan gigi  mudah lepas GIC nya  gigi bisa
ikutan cuil karena gigi tidak sekuat gigi vital.

SPACE MAINTENANCE

SM
Mempertahankan space ketika gigi sulung tanggal premature dan mencegah agar tidak terjadi
maloklusi.
Mencegah bukan memperbaiki maloklusi

Syarat ?
- alat simpel,
- cukup kuat tahan beban pergerakan,
- tidak mengganggu gigi pengganti

SM pada tanggal premature


- masa geligi sulung (tanpa Mixed Dentition Analysis)
- masa geligi pergantian (dengan MDA)

Indikasi?
- tanggal prematur-benih gigi jauh,
- diskrepansi tidak kekurangan tempat,
- relasi molar netroklusi (klas I)
- relasi insisif baik (tidak maloklusi)

Kenapa harus klas I ?


oklusi ideal adalah klas I, klas II dan III sudah maloklusi jadi selain klas I indikasinya perawatan
ortodonti

Kenapa relasi insisif harus baik ?


kalau tidak baik indikasi perawatan ortodonti

Tanggal prematur-benih gigi masih jauh maksudnya ?


erupsi dikatakan masih lama atau tidak, dilihat dari perkiraan usia dan foto radiograph (jarak
benih gigi permanen dengan tulang alveolar, dan akar gigi permanen sudah panjang atau
belumpunya daya dorong untuk erupsi)

Macam space maintener ? digolongkan berdasar


- Cekat : BLS (Band Loop Solder), Crown loop, distal shoe, LLHA, nance appliance
- Lepasan : Partial Denture

- Fungsional : PD, karena gigi hilang diganti sehingga mengembalikan fungsi kunyah
- Nonfungsional : tidak kembalikan fungsi kunyah : BLS, Crown loop, distal shoe, LLHA, nance
appliance

- Aktif : bisa diaktivasi/mencari space (space regainer)


- Pasif : tidak diaktivasi : BLS, Crown loop, distal shoe, LLHA, nance appliance, PD

Keuntungan PD:
- Konstruksi mudah
- Mudah dibersihkan
- Estetik baik
- Control karies mudah
- Dapat dikombinasi dengan alat lain
- Mudah mencari tempat untuk gigi pengganti
Kerugian PD
- Mudah hilang
- Control karies susah
- Bila klamer terlalu kuat  menghambat pertumbuhan ke lateral
- Dapat iritasi jaringan lunak

Leeway space?
ruang yang terbentuk karena ada perbedaan lebar Mesial Distal antara gigi m1, m2, c (sulung)
dengan P1, P2, C (permanen)
fungsinya adalah untuk menimbulkan perubahan relasi molar (mesial shift) pada saat
pertumbuhan

Relasi molar cups to cups bisa jadi kelas I perhitungan perkiraannya bagaimana?
menghitung jarak bukal groove M1 RB sampai cups mesiobukal M1 RA
Penghitungan SM pilih salah satu.
- Dengan lengkung kawat (brass wire) : mengukur jarak dari M1 kiri ke M1 kanan
- Dengan pengukuran (Jangka/kaliper) : dibagi 6 segmen. (a-b-c-c-b-a)

Tempat yang dibutuhkan pada rahang bawah :


 Mengukur jumlah lebar mesio-distal ke-empat insisif RB
 Jumlah ke-empat insisif RB digunakan untuk memprediksi lebar mesio-distal 3-4-5 untuk
Rh.atas/Rh bwh (Lihat Tabel Moyer’s)
 Tentukan kekurangan/kelebihannya
Tempat yang dibutuhkan pada rahang atas :
 Mengukur jumlah lebar mesio-distal ke-empat insisif RA
 Jumlah tempat yg dibutuhkan = juml insisive + jumlah perkiraan 3-4-5 (dilihat dr table moyers
dengan perhitungan insisive RB)
 Tentukan kekurangan/kelebihannya !

NOTE : PADA TABLE MOYER’S  PERHITUNGAN 4 INSISIVE RB DIPAKAI UNTUK


MELIHAT PERKIRAAN 3-4-5 RA dan RB.

Kesimpulan SM berdasarkan MDA


kekurangan/ kelebihan max 3 mm  SM
- kekurangan > 3mm = space regainer (ortho)
- kelebihan > 3mm = space kontrol (bisa dengan observasi, karena gigi akan bergeser mengisi
space)

control space
- harus ada model awal
- pertimbangkan usia dan posisi benih gigi di foto Ro.
- control berkala, jangan sampai kelebihan gigi berubah jadi kekurangan gigi.
Lembar SM
Teknik manajemen perilaku pada anak
(Behavioral Management)

Perawatan gigi dan mulut tidak dapat dilakukan sebelum anak berperilaku kooperatif.
Oleh karena itu dalam penanganan rasa takut yang merupakan manifestasi anak menjadi tidak
kooperatif, dokter gigi memerlukan suatu pemahaman tahap perkembangan anak dan rasa
takut berkaitan dengan usia,penanganan pada kunjungan pertama, dan pendekatan selama
perawatan.
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi dalam pengelolaan tingkah laku anak
dapat berupa pendekatan farmakologis dan nonfamakologis. Pengelolaan tingkah laku anak
dengan pendekatan farmakologis berupa penggunaan teknik sedasi ataupun anastesi umum.1,2
Sedangkan beberapa teknik manajemen perilaku dengan pendekatan nonfarmakologik,
antara lain:
1. Komunikasi
Tanda keberhasilan dokter gigi mengelola pasien anak adalah kesanggupannya
berkomunikasi dengan anak dan memperoleh rasa percaya dari anak, sehingga anak
berperilaku kooperatif. Komunikasi adalah suatu proses dimana setiap orang dapat saling
berbagi informasi, bertukar pikiran, berbagi rasa dan memecahkan permasalahan yang
dihadapi.
Cara komunikasi dengan anak yang paling umum digunakan adalah cara verbal yaitu
melalui bahasa lisan. Banyak cara untuk memulai komunikasi verbal, misalnya untuk anak
kecil dapat ditanyakan tentang pakaian baru, kakak, adik, benda atau binatang kesayangannya.
Berbicara pada anak harus disesuaikan dengan tingkat pemahamannya. Kadang diperlukan
second language terutama untuk anak kecil misalnya untuk melakukan anastesi pada gigi
sebelum pencabutan dapat digunakan istilah menidurkan gigi.
Komunikasi nonverbal dapat dilakukan misalnya dengan melakukan kontak mata
dengan anak, menjabat tangan anak, tersenyum dengan penuh kehangatan, menggandeng
tangan anak sebelum mendudukkan ke kursi perawatan gigi, dll.3

2. Modelling
Modelling merupakan prinsip psikolgis yaitu belajar dari pengamatan model. Anak
diajak mengamati anak lain sebayanya yang sedang dirawat giginya yang berperilaku
kooperatif, baik secara langsung atau melalui film dan video demonstrasi tentang perawatan
gigi. Pengamatan terhadap model yang diamati dapat memberikan pengaruh positif terhadap
perilaku anak. Teknik ini sangat memberikan efek pada anak-anak yang berumur 3-5 tahun
dan sangat baik digunakan pada saat kunjungan pertama anak ke dokter gigi.3

3. Tell Show Do (TSD)


Addelston memperkenalkan konsep Tell Show Do (TSD) sebagai prosedur pengelolaan
atau manajemen perilaku untuk merawat gigi anak dan cara ini sangat sederhana dan cukup
efektif.
Tell artinya mengatakan kepada anak dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh anak tersebut.
Tentang apa yang akan dilakukan. Dalam hal ini dijelaskan juga alat-alat yang mungkin akan
digunakan. Setiap kali anak akan menunjukkan hal yang positif diberikan penghargaan.
Show artinya enunjukkan objek sesuai dengan yang diterangkan sebelumnya tanpa
menimbulkan rasa takut. Dalam hal ini dapat dipergunakan model gigi, menunjukkan alat
yang akan dipergunakan misalnya bur dan kalau perlu dipegang pasien.
Do yaitu tahap akhir yang dilakukan jika tahap show telah dapat diterima oleh anak. Pada
tahap do anak didiberikan perlakuan sesuai dengan apa yang telah diceritakan maupun
ditunjukkan.
Pada waktu melakukan TSD harus sesuai dengan yang diceritakan atau ditunjukkan,
jadi jangan sampai anak merasa dibohongi. Pendekatan dengan cara TSD dapat dilakukan
bersama-sama dengan cara modeling. Cara pendekatan dengan TSD dapat diterapkan untuk
semua jenis perawatan pada anak kecuali melakukan suntikan.
a. Tujuan
Untuk memungkinkan anak untuk mempelajari dan memahami prosedur perawatan gigi
dengan cara yang meminimalkan kecemasan. Digunakan dengan imbalan, secara bertahap
membentuk perilaku anak terhadap penerimaan prosedur invasif lebih.
b. Indikasi
Bisa digunakan dengan semua pasien. Dapat digunakan untuk berurusan dengan yang sudah
ada kecemasan dan ketakutan, atau dengan pasien menghadapi kedokteran gigi untuk pertama
kalinya.4,5

4. Hand Over Mouth Exercise (HOME)


Hand Over Mouth Exercise (HOME) adalah suatu teknik manajemen perilaku
digunakan pada kasus yang selektif misalnya pada anak yang agresif dan histeris yang tidak
dapat ditangani secara langsung. Teknik ini juga sering digunakan bersama teknik sedasi
inhalasi. Tujuannya ialah untuk mendapatkan perhatian dari anak sehingga komunikasi dapat
dijalin dan diperoleh kerjasama dalam melakukan perawatan yang aman. Teknik ini hanya
digunakan sebagai upaya terakhir dan tidak boleh digunakan secara rutin.5

5. Distraksi
Teknik distraksi adalah suatu proses pengalihan dari fokus atau perhatian pada nyeri ke
stimulus yang lain. Distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian anak agar
menghiraukan rasa nyeri. Beberapa teknik distraksi yang dikenal dalam pendekatan pada
anak antara lain distraksi visual seperti melihat gambar di buku, bermain video games,
distraksi pendengaran dengan mendengarkan musik atau bercerita juga sangat efektif. Dokter
gigi yang berbicara selagi mengaplikan pasta topical ataupun anastesi local juga
menggunakan distraksi verbal.3

6. Desensitasi
Desentisasi secara tradisional digunakan untuk anak yang gelisah, takut, ataupun fobia
pada perawatan gigi. Prinsip ini dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh dokter gigi anak
dengan semua pasien, untuk meminimalkan kemungkinan bahwa pasien mungkin
menimbulkan kecemasan. Kecemasan anak ditangani dengan memberikan serangkaian
pengalaman perawatan anak.3
a. Tujuan : Untuk membantu anak mengatasi kecemasan pada perawatan gigi dan untuk
memberikan serangkaian pengalaman mengatasi kecemasan anak pada perawatan gigi.
b. Indikasi : Bisa digunakan dengan semua pasien anak.

7. Pengaturan Suara (Voice Control)


Nada suara dapat juga digunakan untuk mengubah perilaku anak. Perubahan nada dan
volume suara dapat digunakan untuk mengkomunikasikan perasaan kepada anak.Perintah
yang tiba-tiba dan tegas dapat mengejutkan dan menarik perhatian anak dengan cepat.
Dengan adanya perhatian anak yang diperoleh melalui intonasi tersebut, dokter gigi dapat
melanjutkan komunikasinya atau untuk menghentikan apa yang sudah dilakukan oleh anak.
Tujuannya untuk mengontrol perilaku mengganggu dan untuk mendapatkan perhatiananak.
Teknik ini dapat digunakan dengan semua pasien.2

8. Reinforcement
Merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai, agar prestasi
tersebut diulang. Pada umumnya anak akan senang jika prestasi yang telah ditunjukkan
dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan keberanian anak dan dipertahankan
untuk perawatan dikemudian hari.
Reinforcement mempunyai keuntungan karena dokter gigi secara langsung dapat
mengontrol pemberian hadiah yang akan diberikan dipraktek untuk meningkatkan frekwensi
tingkah laku yang diinginkan.2,3

Daftar Pustaka
1. Mathewson RJ,Primosh RE.Fundamentals of pediatric dentistry 3th. United State:
Quetessec Publishing; 1995.
2. American Academy Of Pediatric Dentistry. Guideline on behavior guidance for the
pediatric dental patient. Pediatr Dent; 2011:35(6).
3. Chadwik BL, Hosey MT. Child taming: how to manage child in dental practice. London:
Quintessence publishing; 2003.
4. Arapostathis KN, Coolidge T, Emmanouil D, Kotsanos N. Reliability and validity of the
Greek version of the children’s fear survey schedule dental subscale. Int J Pediatr Dent;
2008: 18.
5. Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Paediatric dentistry 3th. New York: Oxford
University Press; 2005.

Anda mungkin juga menyukai