ABSTRACT
Periodontal disease included dental caries still the major problem in the world. Usually commercial tooth paste
contains fluoride which has an important role to prevent tooth from damage. Contain fluoride overdose caused
fluorosis, bone damage and anemia. Therefore, the propolis was being tested as alternative additive anti caries
to prevent the growth of cariogenics bacteria (Streptococcus mutans). This research studied propolis activity
antibacterial and the minimum inhibitory concentration (MIC) of propolis against S. mutans.
Ethanolic extract of propolis (EEP) contained various bioactive compound such as flavonoid, tannine, alkaloid,
triterpenoid and saponin based on phytochemistry analyses. The extract effectivities are 96.5% relative to the
propolis X, 41.04% relative to amphicillin 10 mg/ml and 240.57% relative to NaF 3000 ppm. The MIC of the
extract is 3.13%. Therefore, propolis extract can be used asa additive anti caries element in tooth paste.
Statistical analyses showed that 100% EEP, X propolis and amphicillin 10 mg/ml had the ability to decrease S.
mutans colony
PENDAHULUAN
Sampai saat ini masalah penyakit periodontal Walaupun demikian, penggunaan senyawa berfluorida
temasuk karies gigi masih banyak terjadi di kalangan secara berlebih dapat menyebabkan fluorosis yang
masyarakat dunia. Hal ini disebabkan oleh faktor beraibat terjadinya kerusakan tulang dan anemia.
dalam, yaitu kehigienisan mulut dan gigi serta faktor Fluorosis merupakan kerusakan gigi ditandai dengan
luar yang mempengaruhi faktor dalam tersebut. Faktor perubahan warna gigi menjadi gelap dan rapuh. Selain
luar yang tidak langsung diantaranya pola diet itu dapat juga timbul bercak pada gigi dan yang lebih
masyarakat dan pengetahuan masyarakat tentang berbahaya lagi dapat menyebabkan gagal ginjal.
kehigienisan mulut termasuk pengetahuan tentang cara Penggunaan bahan alternatif lain sebagai
menggosok gigi yang benar. Hanya 27,5% antibakteri dalam pasta gigi banyak dilakukan. Hal ini
sukarelawan di dua kecamatan di Medan yang dilakukan dengan mencari bahan alami yang memiliki
menggosok gigi pada waktu yang tepat atau setelah potensi sebagai antibakteri dalam pasta gigi dan sekecil
makan dan sebelum tidur (Situmorang 2004). Dari pola mungkin memiliki efek samping. Minyak daun sirih
makan, sebagai contoh rata-rata para ibu selalu dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri terhadap
memberikan makanan pokok dengan kadar karbohidrat Streptococcus mutans yang lebih tinggi dibandingkan
80%, dan memberikan jajanan yang mengandung dengan NaF (Sundari 1991). Bahan alami lain yang
96,7% karbohidrat (Yuyus et al. 1991). berfungsi sebagai antibakteri adalah propolis. Propolis
Plak gigi yang menjadi penyebab terjadinya Trigona spp. berdasarkan penelitian Anggraini (2006)
karies gigi dapat dihilangkan dengan menggosok gigi terbukti memiliki potensi sebagai antibakteri, namun
dengan cara yang benar dan dilakukan pada waktu belum diujikan pada bakteri kariogenik. Oleh karena
yang tepat. Selain itu, pemakaian pasta gigi yang itu, perlu dilakukan pengujian terhadap propolis
mengandung bahan antibakteri yang mampu Trigona spp. sebagai antibakteri kariogenik (S.
membunuh bakteri penyebab karies gigi. Pasta gigi mutans).
komersial biasanya mengandung fluorida dalam bentuk Penelitian bertujuan untuk menentukan adanya
natrium fluorida (NaF). Zat tersebut berperan penting aktivitas antibakteri propolis dan menentukan
dalam mencegah kerusakan gigi. Senyawa fluorida ini konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM)
juga sangat penting untuk pemeliharaan gigi agar tetap propolis terhadap S. mutans.a L.).
kuat, terutama pada anak-anak. Hal ini disebabkan
senyawa fluorida dapat membantu pembentukan
enamel gigi yang lebih tahan terhadap kerusakan.
46
Zainal Hasan : Propolis sebagai …
mengukur diameter zona bening di sekitar lubang Rancangan percobaan ini digunakan pada penentuan
sampel dengan menggunakan jangka sorong. nilai KHTM, penentuan jumlah koloni dengan metode
hitungan cawan dan turbidimetri. Data yang diperoleh
Uji Aktivitas Antibakteri Metode Hitungan Cawan dianalisis dengan ANOVA (Analysis of variance) pada
tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0,05. Uji lanjut
Setelah nilai KHTM didapatkan, jumlah sel
yang digunakan adalah uji Duncan. Seluruh data
bakteri dihitung berdasarkan metode hitungan cawan.
dianalisis dengan menggunakan program SPSS 15,0.
Sampel yang digunakan adalah ekstrak propolis
dengan konsentrasi saat KHTM dan ekstrak propolis
100%. Ekstrak propolis 100% merupakan ekstrak
propolis yang sudah dilarutkan dengan propilen glikol
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan perbandingan 1:1. Pembanding yang Analisis Fitokimia
digunakan pada metode ini adalah ampisilin dengan
Analisis fitokimia dilakukan untuk
konsentrasi 10 mg/mL (kontrol positif), akuades
mengidentifikasi golongan zat aktif dalam ekstrak
(kontrol negatif), propolis merk X, kontrol pelarut
propolis secara kualitatif. Hasil analisis fitokimia
(propilen glikol dan etanol 70%), dan larutan NaF
menunjukkan golongan senyawa aktif yang terdapat
3000 ppm.
dalam ekstrak propolis yaitu flavonoid, triterpenoid,
Bakteri uji sebanyak satu ose dikulturkan ke
tanin, alkaloid, dan saponin. Terdapat kesamaan
dalam 10 mL media PYG cair lalu diinkubasi pada
golongan senyawa aktif yang terkandung dalam
suhu 37 oC selama 24 jam. Nilai absorbansi kultur
ekstrak propolis dengan propolis komersial. Uji
tersebut diukur dan kultur tersebut dengan volume
fitokimia yang dilakukan oleh Anggraini (2006)
tertentu dipindahkan ke dalam 10 mL media PYG cair
menunjukkan ekstrak propolis yang diperoleh tidak
yang berisi 50 µL sampel. Selanjutnya biakan tersebut
mengandung alkaloid. Perbedaan komposisi zat aktif
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Kemudian
pada kedua ekstrak tersebut dikarenakan waktu
kultur tersebut diencerkan dengan larutan NaCl 0,9%
pengkoleksian propolis yang berbeda. Menurut Teixera
steril sehingga diperoleh bakteri dalam jumlah tertentu.
(2005) komposisi zat aktif dalam propolis berbeda-
Larutan bakteri hasil pengenceran sebanyak 100 µL
beda bergantung dari tumbuhan asal resin, iklim,
disebar ke dalam cawan petri lalu media agar PYG
waktu pengkoleksian, dan jenis lebah.
dituang dan dibiarkan hingga memadat. Setelah
Analisis komposisi zat aktif dalam propolis
memadat kultur bakteri tersebut diinkubasi pada suhu
Mesir dengan menggunakan kromatografi gas adalah
37 oC selama 24 jam.
senyawa flavonoid, triterpenoid, alkaloid, dan asam
aromatik (Hegazi 2002). Adanya perbedaan senyawa
Uji Aktivitas Antibakteri Metode Turbidimetri
aktif yang berperan sebagai antimikrob, antiimflamasi,
Sebanyak satu ose biakan bakteri dikulturkan dan antioksidan dalam berbagai ekstrak propolis dari
ke dalam 10 mL PYG cair dan diinkubasi pada suhu 37 tempat yang berbeda (Bankova 2005). Hal tersebut
o
C selama 24 jam. Setelah itu 100 µL kultur tersebut menunjukkan iklim dan sumber tanaman asal sangat
dan 50 µL sampel dipipet ke dalam 10 mL PYG cair mempengaruhi kualitas ekstrak propolis.
lalu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Sampel Alkaloid merupakan golongan senyawa
dan pembanding yang digunakan sama seperti pada uji nitrogen heterosiklik. Senyawa ini pula yang
aktivitas antibakteri metode hitungan cawan. menyebabkan propolis memiliki efek anastesi, karena
sifatnya yang mirip dengan morfin. Alkaloid juga
Analisis Statistik memiliki sifat antibakteri, karena memiliki
kemampuan menginterkalasi DNA (Murphy 1999).
Analisis statistik yang digunakan dalam
Senyawa fenol yang terdapat dalam ekstrak
pengolahan data adalah rancangan percobaan satu
faktor dalam Rancangan Acak Lengkap. Berikut ini propolis berdasarkan uji fitokimia adalah flavonoid dan
tanin. Menurut Bankova (2005) golongan senyawa
merupakan model rancangannya (Mattjik 2000):
fenol yang terkandung dalam propolis menunjukkan
Yij = µ + τi + εij
aktivitas antibakteri, antiradang, dan antioksidan. Sifat
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-I dan
antibakteri flavonoid secara umum disebabkan
ulangan ke-j
µ = Pengaruh rataan umum senyawa ini mempunyai kemampuan mengikat protein
ekstraseluler dan protein integral yang bergabung
τ = Pengaruh perlakuan ke-i
dinding sel bakteri (Murphy 1999). Akibat mekanisme
ε = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i
tersebut, permeabilitas dinding sel terganggu sehingga
ulangan ke-j
dinding sel pecah karena tidak mampu menahan
tekanan sitoplasma.
47
Chem. Prog. Vol. 4, No.1. Mei 2011
Senyawa tanin dalam ekstrak propolis diduga efektivitas ekstrak propolis terhadap propolis merk X
memiliki sifat antimikroba karena kemampuannya sebesar 96,08%. Efektivitas ekstrak propolis terhadap
dalam menginaktif protein enzim, dan lapisan protein propolis komersial yang diperoleh Anggraini (2006)
transpor (Murphy 1999). Sifat antibakteri dari senyawa sebesar 156,61% untuk B. subtilis, 142,70% untuk S.
tanin didukung dengan hasil penelitian ynag dilakukan aureus, 136,24% untuk E. coli, dan 252,04% untuk P.
oleh Yulia (2006). Rita menyatakan bahwa senyawa aeruginosa. Oleh karena ekstrak propolis yang dipakai
tanin yang terdapat dalam ekstrak teh dapat tersebut merupakan hasil pengenceran 1:1, maka
menghambat pertumbuhan bakteri kariogenik (Yulia potensinya sekitar kelipatan dua dari yang ada tersebut.
2006). Perbedaan nilai disebabkan perbedaan
Hasil uji fitokimia menunjukkan ekstrak sensitifitas tiap bakteri terhadap ekstrak dan perbedaan
propolis yang diperoleh mengandung senyawa waktu pengumpulan propolis. Tiap jenis bakteri
triterpenoid. Triterpenoid dapat ditemukan pada memiliki daya tahan terhadap senyawa aktif.
lapisan lilin buah, damar, kulit, batang dan getah yang Perbedaan ini disebabkan perbedaan penyusun dinding
mungkin digunakan sebagai sumber resin propolis oleh sel, keberadaan kapsul pelindung, dan kemampuan
lebah. Rasa pahit pada ekstrak propolis disebabkan mendegradasi senyawa aktif tersebut.
adanya senyawa triperpena dalam ekstrak tersebut. Keragaman jenis tumbuhan asal resin
Analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak merupakan faktor utama yang menimbulkan perbedaan
propolis mengandung saponin. Senyawa saponin komposisi senyawa kimia yang terdapat dalam
membentuk busa sabun dalam air dan merupakan propolis. Perbedaan komposisi senyawa kimia
bahan aktif permukaan (Suradikusumah 1989). Oleh menimbulkan perbedaan warna dan aroma pada jenis
karena itu, saponin dapat mengganggu permeabilitas propolis yang berbeda. Aroma yang tercium
membran sel bakteri, sehingga sel tersebut akan lisis. merupakan aroma senyawa aromatis yang bersifat
volatil yang terkandung dalam propolis (Salatino
Tabel 1. Hasil analisis fitokimia ekstrak 2005). Berdasarkan bebarapa penelitian dapat
propolis dan propolis merk X disimpulkan bahwa terdapat perbedaan komposisi
senyawa propolis tergantung daerah asal propolis.
Senyawa Hasil
Fakta ini diperkuat oleh hasil penelitian bahwa semua
Ekstrak Merk X
sampel propolis dari berbagai daerah asal
Alkaloid √ √ menunjukkan aktivitas antibakteri meskipun terdapat
Flavonoid √ √ perbedaan komposisi senyawa kimia (Bankova, 2005).
Minyak Atsiri √ √
Triterpenoid √ √ Efektivitas Penghambatan Ekstrak Propolis
Saponin √ √ terhadap Ampisilin 10 mg/mL
Tanin √ √
Keterangan: (√) = ada; (-) = tidak ada Ampisilin telah terbukti memiliki aktivitas
antibakteri dalam spektrum yang luas, yaitu dapat
Efektivitas Ekstrak Propolis terhadap Propolis menghambat bakteri Gram positif maupun Gram
Merk X positif (Siswandono 1995). Bakteri gram positif lebih
sensitif terhadap antibiotik turunan penisilin ini
Metode yang digunakan dalam penentuan (Siswandono 1995). Oleh karena itu, ampisilin
aktivitas antibakteri adalah metode difusi sumur. digunakan sebagai kontrol positif.
Metode ini dipilih karena mudah, murah dan umum Berdasarkan analisis statistik, diameter zona
digunakan dalam uji aktivitas antibakteri. bening yang terbentuk oleh ekstrak propolis dengan
Terbentuknya zona bening di sekitar sumur dalam ampisilin 10 mg/mL, berbeda nyata. Diameter zona
media padat menunjukkan bahwa ekstrak propolis bening yang terbentuk sebesar 12,75 mm untuk ekstrak
yang digunakan memiliki potensi antibakteri propolis 100% dan 31,07 mm untuk ampisilin 10
kariogenik. mg/mL. Secara matematis, efektivitas propolis
Berdasarkan analisis statistik, tidak dapat terhadap ampisilin dapat dihitung, yaitu sebesar
perbedaan secara nyata antara besar diameter zona 41,04%. Nilai efektifitas ekstrak propolis terhadap
bening yang terbentuk baik pada kultur bakteri yang ampisilin 10 mg/mL memiliki nilai terkecil, seperti
ditambahkan ekstrak propolis 100% maupun pada yang ditunjukkan pada Gambar 1. Hal tersebut
propolis merk X. Hasil analisis statistik menunjukkan menunjukkan bahwa daya hambat Ampisilin 10
bahwa zat aktif yang terkandung baik dalam propolis mg/mL terhadap S. mutans lebih besar dibandingkan
merk X maupun ekstrak propolis 100% memiliki dengan ekstrak propolis.
kemampuan yang sama dalam menghambat
pertumbuhan S. mutans. Namun secara matematis,
48
Zainal Hasan : Propolis sebagai …
49
Chem. Prog. Vol. 4, No.1. Mei 2011
35
30
25
20
15
10
5
0
l L X
% 0% 5% 5% 5% 3% 6% des 0% liko m
0 0 5 2 2 , , 2 , 1 , 5 a 7 g pp g/m erk
1 l 0
P P 1 6 3 1 ku no len 30 10
m m
EP E E
EP EP EP EP A ta p i F olis
E ro a n p
P N isili ro
p P
Perlakuan m
A
Gambar 2. Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum.
50
Zainal Hasan : Propolis sebagai …
30000
Ju m lah sel/m L (104)
25000
20000
15000
10000
5000
0
M O
0 % T H2 OH PE
G
pp
m kX L
10 KH Et r
g/m
00 me
EP 3 li s
10
m
aF po
N o i lin
Pr pis
Am
Perlakuan
Gambar 3. Jumlah koloni dengan metode hitungan cawan.
51
Chem. Prog. Vol. 4, No.1. Mei 2011
0,6
0,5
Absorbansi
0,4
0,3
0,2
0,1
0
X L
0%
M 2O % G
pp
m k
10 HT H 70 PE 0 er g/
m
K H m m
EP O 30 lis
Et F 10
Na opo lin
r si
P pi
Am
Perlakuan
52
Zainal Hasan : Propolis sebagai …
Conference and 10th BEENET Symposium And Jakarta: Program Pascasarjan Ilmu Kesehatan
Technofora Los Banos, 23-27 Februari 2004. Masyarakat, Universitas Indonesia.
Los Banos: Univ Philippines. Sosialsih L. 2002. Penambahan vitamin E dan ditergen
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2000. Perancangan terhadap sifat fisik dan daya antibakteri
Percobaan dengan Aplikasi SAS dan pasta gigi minyak atsiri daun sirih
Minitab Jilid I. Bogor: IPB Press. [skripsi]. Bogor: Jurusan Kimia
Murphy MC. 1999. Plant Products as Antimicrobial Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Agents. Clin Microbiol Rev. 12: 564–582l. Alam Institut Pertanian Bogor.
Nelli. 2004. Waktu pencarian serbuk sari lebah pekerja Sumoprastowo RM, Agus S. 1980. Beternak Lebah Madu
Trigona (Apidae: Hymenoptera) [skripsi]. Modern. Jakarta: Bharatara Karya Aksara.
Bogor: Program Studi Biologi Fakultas Sundari, Koesomardijah, Nusratini. 1991. Minyak atsiri
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dalam pasta gigi stabilitas fisis dan
Institut Pertanian Bogor. antibakteri. Warta Tumbuhan Obat Indonesia
Pelczar MJ, Chan ESC. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1:5-6.
2. Penerjemah Ratna SH, Universitas Indonesia, Suradikusumah E. 1989. Kimia Tumbuhan. Bogor:
Jakarta Institut Pertanian Bogor.
Perum Perhutani Unit Jawa Timur. 1986. Peningkatan Teixera EC et al. 2005. Plant origin of green propolis:
kesejahteraan masyarakat `Melalui bee behavior, plant anatomy and chemistry.
pelebahan. Di dalam: Pembudidayaan Lebah Evid Based Complement Alternat Med. 2: 85-92.
Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Walter JL. 1986. Role of Streptococcus mutans in
Masyarakat. Prosiding Lokakarya; Sukabumi, human dental decay. American Society for
20-22 Mei 1986. Jakarta: Perum Perhutani. Hlm Microbiology Vol ke, 50: 353-370.
293-302. Woo KS. 2004. Use of bee venom and Propolis for
Rusiawato Y. 1991. Diet yang dapat merusak apitherapi in Korea. Di dalam Proceeding of
gigi pada anak-anak. Cermin Dunia 7th Asian Apicultural Associatio Conference
Kedokteran, 73: 45-47. and 10th BEENET Symposium and
Salatino A, Erica WT, Giuseppina N, Dejair M. 2005. Technofora; Los Banos, Februari 2004. Los
Origin and chemical variation of Banos: Univ Philippines.
brazilian propolis. Evid Base Complement Yulia R. 2006. Kandungan tanin dan potensi antibakteri
Alternat Med, 2: 33-38. Streptococcus mutans daun teh var. Assamica
Singh S. 1962. Beekeeping in India. New Delhi: pada berbagai tahap pengolahan. [skripsi].
Indian Council Agricultural Research. Bogor Program Biokimia Fakultas
Siswandono, Soekarhjo B. 1995. Kimia Medisinal. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Airlangga. Surabaya Pertanian Bogor.
Situmorang N. 2004. Dampak karies dan penyakit Yuyus R, Magdarina DA, Sintawati F. 2002.
periodontal terhadap kualitas Hidup, studi Karies gigi pada anak batita di 5 wilayah DKI
di dua kecamatan kota Medan [abstrak]. tahun 1993. Cermin Dunia Kedokteran, 134: 39-42.
53