Anda di halaman 1dari 9

Zainal Hasan : Propolis sebagai …

PROPOLIS SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN ANTIKARIES GIGI


A. E. Zainal Hasan1, I Made Artika1, Popi A.K1 dan Metty Lasmiyanti1
1
Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Diterima 29-02-2011; Diterima setelah direvisi 01-03-2011; Disetujui 09-03-2011

ABSTRACT

Zainal Hasan A. E. et al., 2011. Propolis as alternative additive anti-caries

Periodontal disease included dental caries still the major problem in the world. Usually commercial tooth paste
contains fluoride which has an important role to prevent tooth from damage. Contain fluoride overdose caused
fluorosis, bone damage and anemia. Therefore, the propolis was being tested as alternative additive anti caries
to prevent the growth of cariogenics bacteria (Streptococcus mutans). This research studied propolis activity
antibacterial and the minimum inhibitory concentration (MIC) of propolis against S. mutans.
Ethanolic extract of propolis (EEP) contained various bioactive compound such as flavonoid, tannine, alkaloid,
triterpenoid and saponin based on phytochemistry analyses. The extract effectivities are 96.5% relative to the
propolis X, 41.04% relative to amphicillin 10 mg/ml and 240.57% relative to NaF 3000 ppm. The MIC of the
extract is 3.13%. Therefore, propolis extract can be used asa additive anti caries element in tooth paste.
Statistical analyses showed that 100% EEP, X propolis and amphicillin 10 mg/ml had the ability to decrease S.
mutans colony

Keywords : propolis, anti-caries, ethanolic extract

PENDAHULUAN
Sampai saat ini masalah penyakit periodontal Walaupun demikian, penggunaan senyawa berfluorida
temasuk karies gigi masih banyak terjadi di kalangan secara berlebih dapat menyebabkan fluorosis yang
masyarakat dunia. Hal ini disebabkan oleh faktor beraibat terjadinya kerusakan tulang dan anemia.
dalam, yaitu kehigienisan mulut dan gigi serta faktor Fluorosis merupakan kerusakan gigi ditandai dengan
luar yang mempengaruhi faktor dalam tersebut. Faktor perubahan warna gigi menjadi gelap dan rapuh. Selain
luar yang tidak langsung diantaranya pola diet itu dapat juga timbul bercak pada gigi dan yang lebih
masyarakat dan pengetahuan masyarakat tentang berbahaya lagi dapat menyebabkan gagal ginjal.
kehigienisan mulut termasuk pengetahuan tentang cara Penggunaan bahan alternatif lain sebagai
menggosok gigi yang benar. Hanya 27,5% antibakteri dalam pasta gigi banyak dilakukan. Hal ini
sukarelawan di dua kecamatan di Medan yang dilakukan dengan mencari bahan alami yang memiliki
menggosok gigi pada waktu yang tepat atau setelah potensi sebagai antibakteri dalam pasta gigi dan sekecil
makan dan sebelum tidur (Situmorang 2004). Dari pola mungkin memiliki efek samping. Minyak daun sirih
makan, sebagai contoh rata-rata para ibu selalu dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri terhadap
memberikan makanan pokok dengan kadar karbohidrat Streptococcus mutans yang lebih tinggi dibandingkan
80%, dan memberikan jajanan yang mengandung dengan NaF (Sundari 1991). Bahan alami lain yang
96,7% karbohidrat (Yuyus et al. 1991). berfungsi sebagai antibakteri adalah propolis. Propolis
Plak gigi yang menjadi penyebab terjadinya Trigona spp. berdasarkan penelitian Anggraini (2006)
karies gigi dapat dihilangkan dengan menggosok gigi terbukti memiliki potensi sebagai antibakteri, namun
dengan cara yang benar dan dilakukan pada waktu belum diujikan pada bakteri kariogenik. Oleh karena
yang tepat. Selain itu, pemakaian pasta gigi yang itu, perlu dilakukan pengujian terhadap propolis
mengandung bahan antibakteri yang mampu Trigona spp. sebagai antibakteri kariogenik (S.
membunuh bakteri penyebab karies gigi. Pasta gigi mutans).
komersial biasanya mengandung fluorida dalam bentuk Penelitian bertujuan untuk menentukan adanya
natrium fluorida (NaF). Zat tersebut berperan penting aktivitas antibakteri propolis dan menentukan
dalam mencegah kerusakan gigi. Senyawa fluorida ini konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM)
juga sangat penting untuk pemeliharaan gigi agar tetap propolis terhadap S. mutans.a L.).
kuat, terutama pada anak-anak. Hal ini disebabkan
senyawa fluorida dapat membantu pembentukan
enamel gigi yang lebih tahan terhadap kerusakan.

Korespondensi dialamatkan kepada yang bersangkutan : 45


1
Departemen Biokimia, FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Phone : -, E-mail : -
Chem. Prog. Vol. 4, No.1. Mei 2011

BAHAN DAN METODE


Uji Flavonoid. Sampel propolis dengan pengenceran
Bahan dan Alat 1:2 sebanyak 0,3 mL dicampur dengan 1,5 mL metanol
Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah propolis dan dipanasi pada suhu 50 oC selama 5 menit.
kasar Trigona spp yang berasal dari peternakan lebah Kemudian 5 tetes larutan tersebut dipindahkan ke
di Pandeglang Banten, bakteri S. mutans, media cair dalam papan uji dan ditetesi 5 tetes asam sulfat pekat.
PYG (pepton, yeast, glukosa), media padat PYG, Warna merah yang terbentuk menunjukkan bahwa
etanol 70%, propilen glikol teknis, natrium fluorida sampel yang digunakan mengandung senyawa
(NaF), larutan natrium klorida 0,9%, pereaksi-pereaksi flavonoid.
uji fitokimia, dan akuades.
Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf, Uji Saponin. Sampel propolis dengan pengenceran
shaker, rotavapor, spektofotometer UV, laminar air 1:10 sebanyak 10 mL dikocok selama 10 menit.
flow cabinet, inkubator, mikropipet, neraca analitik, Selanjutnya didiamkan selama 15 menit dan dilihat
alat penghitung koloni, vortex, jangka sorong, mortar, tinggi buih yang terbentuk. Keberadaan senyawa
jarum ose, cawan petri, dan beberapa alat gelas saponin dalam sampel ditunjukkan dengan
lainnya. terbentuknya buih yang stabil dengan tinggi lebih dari
1 cm.
Ekstraksi propolis
Uji Steroid dan Triterpenoid. Sampel propolis
Propolis diekstraksi menggunakan metode dengan pengenceran 1:10 dilarutkan ke dalam 2 mL
yang sesuai dengan prosedur yang telah didaftarkan etanol 30% dan dipanaskan. Filtratnya diuapkan dan
paten dengan biaya dari DIKTI, Departemen ditambah 1 mL eter. Fraksi eter sebanyak 5 tetes
Pendidikan Nasional tahun 2007 atas nama Hasan et dipindahkan ke dalam papan uji dan ditambahkan 3
al. (2007). Selanjutnya ekstrak tersebut dilakukan uji tetes asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat.
fitokimia dan uji aktivitas antibakteri penyebab karies Warna merah atau ungu yang terbentuk menunjukkan
gigi. bahwa sampel mengandung senyawa triterpenoid dan
warna hijau menunjukkan adanya senyawa steroid.
Analisis Fitokimia
Analisis fitokimia merupakan uji kualitatif Uji Minyak Atsiri. Sampel propolis dilarutkan dengan
untuk mengetahui keberadaan golongan senyawa- etanol teknis dan diuapkan hingga kering. Jika berbau
senyawa aktif yang terkandung dalam eksktrak aromatis yang spesifik maka sampel mengandung
propolis. Analisis fitokimia dilakukan berdasarkan minyak atsiri.
metode Harbone (1987). Identifikasi yang dilakukan
adalah uji alkaloid, uji tanin, uji flavonoid, uji saponin, Uji Aktivitas Antibakteri
uji steroid, dan uji minyak atsiri. Sampel propolis yang
digunakan adalah ekstrak propolis 100% dan propolis Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode
merk X yang telah diencerkan dengan akuades. perforasi atau difusi sumur, metode hitungan cawan,
dan metode turbidimetri (kekeruhan). Pembanding
Uji Alkaloid. Sampel propolis dengan pengenceran yang digunakan adalah tablet ampisilin 250 mg dengan
1:2 sebanyak 0,3 mL ditambahkan 1,5 mL kloroform konsentrasi 10 mg/mL (kontrol positif), akuades
dan 3 tetes ammonia. Kemudian fraksi kloroform (kontrol negatif), propolis merk X, kontrol pelarut
diasamkan dengan 2 tetes asam sulfat. Bagian asamnya (propilen glikol dan etanol 70%), dan NaF 3000 ppm..
diambil dan ditambahkan reagen Dragendrof, Meyer,
dan Wagner. Keberadaan alkaloid dalam sampel
ditandai dengan terbentuknya endapan merah dengan Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum
penambahan reagen Dragendrof, endapan putih dengan (KHTM)
reagen Meyer, dan endapan putih dengan reagen Penentuan konsentrasi hambat tumbuh
Wagner. minimum dilakukan setelah diketahui bahwa ekstrak
propolis memiliki aktivitas antibakteri. Tahap pertama
Uji Tanin. Sampel propolis dengan pengenceran 1:10 yaitu pengenceran propolis dengan akuades sehingga
dididihkan selama 5 menit. Selanjutnya 3 tetes sampel didapatkan beberapa konsentrasi (100% sampai 1.56%
dipindahkan ke dalam papan uji dan ditambahkan 3 v/v). Tiap konsentrasi sebanyak 50 µL dimasukkan ke
tetes FeCl3 1% (v/v). Keberadaan senyawa tanin dalam dalam lubang media PYG padat yang mengandung
sampel ditandai dengan terbentuknya warna biru tua bakteri uji. Kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC
atau hijau kehitaman. selama 24 jam. Aktivitas antibakteri diperoleh dengan

46
Zainal Hasan : Propolis sebagai …

mengukur diameter zona bening di sekitar lubang Rancangan percobaan ini digunakan pada penentuan
sampel dengan menggunakan jangka sorong. nilai KHTM, penentuan jumlah koloni dengan metode
hitungan cawan dan turbidimetri. Data yang diperoleh
Uji Aktivitas Antibakteri Metode Hitungan Cawan dianalisis dengan ANOVA (Analysis of variance) pada
tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0,05. Uji lanjut
Setelah nilai KHTM didapatkan, jumlah sel
yang digunakan adalah uji Duncan. Seluruh data
bakteri dihitung berdasarkan metode hitungan cawan.
dianalisis dengan menggunakan program SPSS 15,0.
Sampel yang digunakan adalah ekstrak propolis
dengan konsentrasi saat KHTM dan ekstrak propolis
100%. Ekstrak propolis 100% merupakan ekstrak
propolis yang sudah dilarutkan dengan propilen glikol
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan perbandingan 1:1. Pembanding yang Analisis Fitokimia
digunakan pada metode ini adalah ampisilin dengan
Analisis fitokimia dilakukan untuk
konsentrasi 10 mg/mL (kontrol positif), akuades
mengidentifikasi golongan zat aktif dalam ekstrak
(kontrol negatif), propolis merk X, kontrol pelarut
propolis secara kualitatif. Hasil analisis fitokimia
(propilen glikol dan etanol 70%), dan larutan NaF
menunjukkan golongan senyawa aktif yang terdapat
3000 ppm.
dalam ekstrak propolis yaitu flavonoid, triterpenoid,
Bakteri uji sebanyak satu ose dikulturkan ke
tanin, alkaloid, dan saponin. Terdapat kesamaan
dalam 10 mL media PYG cair lalu diinkubasi pada
golongan senyawa aktif yang terkandung dalam
suhu 37 oC selama 24 jam. Nilai absorbansi kultur
ekstrak propolis dengan propolis komersial. Uji
tersebut diukur dan kultur tersebut dengan volume
fitokimia yang dilakukan oleh Anggraini (2006)
tertentu dipindahkan ke dalam 10 mL media PYG cair
menunjukkan ekstrak propolis yang diperoleh tidak
yang berisi 50 µL sampel. Selanjutnya biakan tersebut
mengandung alkaloid. Perbedaan komposisi zat aktif
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Kemudian
pada kedua ekstrak tersebut dikarenakan waktu
kultur tersebut diencerkan dengan larutan NaCl 0,9%
pengkoleksian propolis yang berbeda. Menurut Teixera
steril sehingga diperoleh bakteri dalam jumlah tertentu.
(2005) komposisi zat aktif dalam propolis berbeda-
Larutan bakteri hasil pengenceran sebanyak 100 µL
beda bergantung dari tumbuhan asal resin, iklim,
disebar ke dalam cawan petri lalu media agar PYG
waktu pengkoleksian, dan jenis lebah.
dituang dan dibiarkan hingga memadat. Setelah
Analisis komposisi zat aktif dalam propolis
memadat kultur bakteri tersebut diinkubasi pada suhu
Mesir dengan menggunakan kromatografi gas adalah
37 oC selama 24 jam.
senyawa flavonoid, triterpenoid, alkaloid, dan asam
aromatik (Hegazi 2002). Adanya perbedaan senyawa
Uji Aktivitas Antibakteri Metode Turbidimetri
aktif yang berperan sebagai antimikrob, antiimflamasi,
Sebanyak satu ose biakan bakteri dikulturkan dan antioksidan dalam berbagai ekstrak propolis dari
ke dalam 10 mL PYG cair dan diinkubasi pada suhu 37 tempat yang berbeda (Bankova 2005). Hal tersebut
o
C selama 24 jam. Setelah itu 100 µL kultur tersebut menunjukkan iklim dan sumber tanaman asal sangat
dan 50 µL sampel dipipet ke dalam 10 mL PYG cair mempengaruhi kualitas ekstrak propolis.
lalu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Sampel Alkaloid merupakan golongan senyawa
dan pembanding yang digunakan sama seperti pada uji nitrogen heterosiklik. Senyawa ini pula yang
aktivitas antibakteri metode hitungan cawan. menyebabkan propolis memiliki efek anastesi, karena
sifatnya yang mirip dengan morfin. Alkaloid juga
Analisis Statistik memiliki sifat antibakteri, karena memiliki
kemampuan menginterkalasi DNA (Murphy 1999).
Analisis statistik yang digunakan dalam
Senyawa fenol yang terdapat dalam ekstrak
pengolahan data adalah rancangan percobaan satu
faktor dalam Rancangan Acak Lengkap. Berikut ini propolis berdasarkan uji fitokimia adalah flavonoid dan
tanin. Menurut Bankova (2005) golongan senyawa
merupakan model rancangannya (Mattjik 2000):
fenol yang terkandung dalam propolis menunjukkan
Yij = µ + τi + εij
aktivitas antibakteri, antiradang, dan antioksidan. Sifat
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-I dan
antibakteri flavonoid secara umum disebabkan
ulangan ke-j
µ = Pengaruh rataan umum senyawa ini mempunyai kemampuan mengikat protein
ekstraseluler dan protein integral yang bergabung
τ = Pengaruh perlakuan ke-i
dinding sel bakteri (Murphy 1999). Akibat mekanisme
ε = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i
tersebut, permeabilitas dinding sel terganggu sehingga
ulangan ke-j
dinding sel pecah karena tidak mampu menahan
tekanan sitoplasma.

47
Chem. Prog. Vol. 4, No.1. Mei 2011

Senyawa tanin dalam ekstrak propolis diduga efektivitas ekstrak propolis terhadap propolis merk X
memiliki sifat antimikroba karena kemampuannya sebesar 96,08%. Efektivitas ekstrak propolis terhadap
dalam menginaktif protein enzim, dan lapisan protein propolis komersial yang diperoleh Anggraini (2006)
transpor (Murphy 1999). Sifat antibakteri dari senyawa sebesar 156,61% untuk B. subtilis, 142,70% untuk S.
tanin didukung dengan hasil penelitian ynag dilakukan aureus, 136,24% untuk E. coli, dan 252,04% untuk P.
oleh Yulia (2006). Rita menyatakan bahwa senyawa aeruginosa. Oleh karena ekstrak propolis yang dipakai
tanin yang terdapat dalam ekstrak teh dapat tersebut merupakan hasil pengenceran 1:1, maka
menghambat pertumbuhan bakteri kariogenik (Yulia potensinya sekitar kelipatan dua dari yang ada tersebut.
2006). Perbedaan nilai disebabkan perbedaan
Hasil uji fitokimia menunjukkan ekstrak sensitifitas tiap bakteri terhadap ekstrak dan perbedaan
propolis yang diperoleh mengandung senyawa waktu pengumpulan propolis. Tiap jenis bakteri
triterpenoid. Triterpenoid dapat ditemukan pada memiliki daya tahan terhadap senyawa aktif.
lapisan lilin buah, damar, kulit, batang dan getah yang Perbedaan ini disebabkan perbedaan penyusun dinding
mungkin digunakan sebagai sumber resin propolis oleh sel, keberadaan kapsul pelindung, dan kemampuan
lebah. Rasa pahit pada ekstrak propolis disebabkan mendegradasi senyawa aktif tersebut.
adanya senyawa triperpena dalam ekstrak tersebut. Keragaman jenis tumbuhan asal resin
Analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak merupakan faktor utama yang menimbulkan perbedaan
propolis mengandung saponin. Senyawa saponin komposisi senyawa kimia yang terdapat dalam
membentuk busa sabun dalam air dan merupakan propolis. Perbedaan komposisi senyawa kimia
bahan aktif permukaan (Suradikusumah 1989). Oleh menimbulkan perbedaan warna dan aroma pada jenis
karena itu, saponin dapat mengganggu permeabilitas propolis yang berbeda. Aroma yang tercium
membran sel bakteri, sehingga sel tersebut akan lisis. merupakan aroma senyawa aromatis yang bersifat
volatil yang terkandung dalam propolis (Salatino
Tabel 1. Hasil analisis fitokimia ekstrak 2005). Berdasarkan bebarapa penelitian dapat
propolis dan propolis merk X disimpulkan bahwa terdapat perbedaan komposisi
senyawa propolis tergantung daerah asal propolis.
Senyawa Hasil
Fakta ini diperkuat oleh hasil penelitian bahwa semua
Ekstrak Merk X
sampel propolis dari berbagai daerah asal
Alkaloid √ √ menunjukkan aktivitas antibakteri meskipun terdapat
Flavonoid √ √ perbedaan komposisi senyawa kimia (Bankova, 2005).
Minyak Atsiri √ √
Triterpenoid √ √ Efektivitas Penghambatan Ekstrak Propolis
Saponin √ √ terhadap Ampisilin 10 mg/mL
Tanin √ √
Keterangan: (√) = ada; (-) = tidak ada Ampisilin telah terbukti memiliki aktivitas
antibakteri dalam spektrum yang luas, yaitu dapat
Efektivitas Ekstrak Propolis terhadap Propolis menghambat bakteri Gram positif maupun Gram
Merk X positif (Siswandono 1995). Bakteri gram positif lebih
sensitif terhadap antibiotik turunan penisilin ini
Metode yang digunakan dalam penentuan (Siswandono 1995). Oleh karena itu, ampisilin
aktivitas antibakteri adalah metode difusi sumur. digunakan sebagai kontrol positif.
Metode ini dipilih karena mudah, murah dan umum Berdasarkan analisis statistik, diameter zona
digunakan dalam uji aktivitas antibakteri. bening yang terbentuk oleh ekstrak propolis dengan
Terbentuknya zona bening di sekitar sumur dalam ampisilin 10 mg/mL, berbeda nyata. Diameter zona
media padat menunjukkan bahwa ekstrak propolis bening yang terbentuk sebesar 12,75 mm untuk ekstrak
yang digunakan memiliki potensi antibakteri propolis 100% dan 31,07 mm untuk ampisilin 10
kariogenik. mg/mL. Secara matematis, efektivitas propolis
Berdasarkan analisis statistik, tidak dapat terhadap ampisilin dapat dihitung, yaitu sebesar
perbedaan secara nyata antara besar diameter zona 41,04%. Nilai efektifitas ekstrak propolis terhadap
bening yang terbentuk baik pada kultur bakteri yang ampisilin 10 mg/mL memiliki nilai terkecil, seperti
ditambahkan ekstrak propolis 100% maupun pada yang ditunjukkan pada Gambar 1. Hal tersebut
propolis merk X. Hasil analisis statistik menunjukkan menunjukkan bahwa daya hambat Ampisilin 10
bahwa zat aktif yang terkandung baik dalam propolis mg/mL terhadap S. mutans lebih besar dibandingkan
merk X maupun ekstrak propolis 100% memiliki dengan ekstrak propolis.
kemampuan yang sama dalam menghambat
pertumbuhan S. mutans. Namun secara matematis,

48
Zainal Hasan : Propolis sebagai …

Efektivitas propolis yang diujikan oleh

terhadap larutan pembanding (%)


300,00%
Anggraini (2006) terhadap ampisilin 10 mg/mL adalah

Efektivitas ekstrak propolis


sebesar 115,22% untuk Bacillus subtilis. 149,80% 250,00%
untuk Staphylococcus aureus, 109,03% untuk 200,00%
Escherichia coli, dan 144,64% untuk Pseudomonas
150,00%
aeruginosa. Nilai efektivitas tersebut berbeda karena
perbedaan waktu koleksi propolis dan berbedanya 100,00%
tingkat sensitifitas tiap bakteri terhadap antibakteri. 50,00%
Sensitifitas ini meliputi resitensi suatu bakteri, sebagai
0,00%
contoh S. aureus memiliki enzim betalaktamase
Propolis merk X NaF 300 ppm Ampisilin 10 mg/mL
(Ganiswarna 1995). Enzim ini dapat menghidrolisis
Larutan pembanding
cincin betalaktam pada ampisilin sehingga S. aureus
lebih tahan terhadap ampisilin dibandingkan dengan
Gambar 1. Efektivitas ekstrak propolis 100%
bakteri lain yang diujikan.
terhadap propolis merk X, NaF 3000
Berdasarkan analisis statistik, diameter zona
ppm, dan ampisilin10 mg/mL
bening ampisilin secara nyata paling besar
dibandingkan dengan seluruh sampel yang diujikan.
Oleh karena ekstrak propolis yang dipakai
Ampisilin merupakan antibiotik β-laktam dan
tersebut merupakan hasil pengenceran 1:1, maka
termasuk ke dalam golongan penisilin semisintetik
potensinya sekitar kelipatan dua dari yang ada tersebut.
(Siswandono 1995). Mekanisme kerja antibakteri
ampisilin yaitu menghambat pembentukkan dinding sel
Efektivitas Penghambatan Ekstrak Propolis
bakteri dengan mencegah bergabungnya asam N-asetil
terhadap NaF 3000 ppm
muramat ke dalam struktur peptidoglikan.
Penghambatan biosintetik peptidoglikan menyebabkan Senyawa fluorida dapat mencegah
dinding sel lemah dan dinding sel dapat pecah karena demineralisasi gigi dan menghambat pekembangan
tidak dapat menahan tekanan dari sitoplasma. bakteri kariogenik sehingga sering digunakan dalam
Mekanisme kerja yang dimiliki ampisilin tersebut yang pasta gigi sebagai antikaries (Lewis 2002). Sumber
menyebabkan ampisilin memiliki daya antibakteri fluor yang umum digunakan dalam pasta gigi adalah
yang besar dan bersifat bakteriosidal senyawa natrium fluorida dan natrium
Mekanisme kerja ekstrak propolis belum dapat monofluorofosfat. Konsentrasi NaF atau senyawa
diketahui pasti dengan penelitian yang dilakukan. fluorida lain dalam pasta gigi berkisar 2500-8000 ppm.
Berdasarkan uji fitokimia, baru diketahui golongan Berdasarkan analisis statistik, diameter zona
senyawa aktif dalam ekstrak propolis tetapi belum hambat NaF 3000 ppm dengan kontrol negatif
diketahui secara pasti senyawa aktifnya. Banyaknya (akuades, etanol 70%, dan propilen glikol) tidak
golongan senyawa aktif yang terkandung dalam berbeda nyata. Sedangkan, diameter zona bening kultur
propolis namun jenis senyawa tersebut tidak diketahui yang ditambahkan NaF 3000 ppm dengan ekstrak
secara pasti. Senyawa aktif tersebut dapat saja propolis 100% berbeda nyata. Diameter zona bening
menghasilkan efek resultan yang saling mendukung yang terbentuk sebesar 12,75 mm untuk ekstrak
(efek sinergisme) atau saling menghilangkan propolis 100% dan 5,30 mm untuk larutan NaF 3000
(antagonis). Hal tersebut dapat diketahui dengan ppm. Secara matematis, efektivitas ekstrak propolis
melakukan penelitian lanjutan mengenai mekanisme 100% terhadap NaF 3000 ppm yaitu sebesar 240,57%.
kerja ekstrak propolis. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ekstrak propolis
Dugaan mekanisme antibakteri propolis adalah 100% memiliki aktifitas antibakteri yang lebih besar
dengan mengganggu permeabilitas membran sel, dibandingkan dengan NaF 3000 ppm. Hal tersebut
menginaktif protein, enzim, mengikat protein diduga karena jumlah NaF yang ditambahkan terlalu
ekstraseluler dan protein integral dan menghambat sedikit sehingga sulit untuk merintangi media padat
sintesis dinding sel. Hal tersebut didasarkan yang mengandung S. mutans, sehingga jumlah bakteri
mekanisme antibakteri secara umum terhadap bakteri yang beraksi langsung dengan NaF sangat kecil.
dari senyawa aktif yang berhasil diidentifikasi dalam Berdasarkan pemaparan tersebut, ekstrak propolis
ekstrak propolis berdasarkan uji fitokimia. Berdasarkan dapat dijadikan zat antikaries alternatif dalam pasta
penelitian yng dilakukan oleh Koo (2002) terhadap gigi pengganti NaF 3000 ppm. Oleh karena ekstrak
senyawa aktif dalam propolis, senyawa terpena propolis yang dipakai tersebut merupakan hasil
(farnesol) dapat merusak fungsi membran sel pengenceran 1:1, maka potensinya sekitar kelipatan
sedangkan flavon dan flavonol efektif menghambat dua dari yang ada tersebut.
GTase pada S. mutans.

49
Chem. Prog. Vol. 4, No.1. Mei 2011

didapat. Berdasarkan perbandingan nilai KHTM ketiga


Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) ekstrak tersebut, maka ekstrak propolis memiliki daya
hambat terhadap S. mutans yang paling kecil.
Penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh
Perbedaan ini disebabkan berbedanya komposisi zat
Minimum dilakukan untuk menentukan konsentrasi
aktif pada kedua ekstrak tersebut. Zat aktif bersifat
terendah ekstrak propolis yang masih menghambat
antibakteri yang paling penting dalam teh adalah
pertumbuhan S. mutans. Parameter adanya
senyawa tanin sedangkan menurut Grange (1990) zat
penghambatan pertumbuhan pada S. mutans yaitu
antibakteri terpenting dalam propolis adalah golongan
dengan mengukur diameter zona bening kultur bakteri
senyawa flavonoid dan asam kafeat. Berdasarkan
pada media padat. Konsentrasi ekstrak propolis yang
analisis dengan kromatografi gas dengan spektrum
diujikan beragam antara 100% sampai dengan 1,56%
massa yang dilakukan oleh Sosialsih (2002) senyawa
(v/v). Berdasarkan data dan gambar 2 konsentrasi
terbanyak dalam sampel yang bersifat antibakteri
6,25% merupakan nilai KHTM untuk ekstrak propolis.
dalam minyak atsiri daun sirih adalah kavikol dan
Artinya ekstrak propolis dengan konsentrasi 6,25%
eugenol.
sudah dapat menghambat pertumbuhan S. mutans.
Ketiga jenis pelarut yang digunakan (etanol
Namun secara statistik, ekstrak propolis 6,25%
70%, propilen glikol, dan akuades) diuji aktifitas
memiliki diameter zona bening yang tidak berbeda
antibakterinya sebagai kontrol negatif. Hal tersebut
nyata dengan kontrol negatif (akuades, propilen glikol,
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pelarut terhadap
dan etanol 70%). Berdasarkan analisis statistik, ekstrak
penghambatan pertumbuhan kultur S. mutans. Metode
propolis 12,5% baru menunjukkan adanya
yang digunakan sama seperti sampel yang lain, yaitu
penghambatan terhadap S. mutans.
dengan teknik difusi sumur.
Nilai KHTM ekstrak propolis yang diperoleh
Hasil pengamatan pada metode difusi sumur
Anggraini (2006) terhadap bakteri Gram positif yaitu
menunjukkan bahwa ketiga pelarut tidak memberikan
sebesar 0,75% untuk Bacillus subtilis dan 0,39% untuk
efek antibakteri dalam ekstrak propolis. Etanol sering
Staphpylococcus aureus. Perbedaan nilai KHTM
digunakan sebagai antiseptik, namun hasil uji
disebabkan sensitifitas bakterti terhadap zat antibakteri.
menunjukkan hasil negatif. Hal tersebut diduga jumlah
Selain sifat bakteri uji, komposisi zat aktif yang
etanol yang ditambahkan terlalu sedikit sehingga sulit
berbeda dalam kedua ekstrak tersebut berdasarkan uji
untuk merintangi media padat yang mengandung S.
fitokimia menyebabkan perbedaan KHTM.
mutans, tidak demikian halnya jika menggunakan
Nilai KHTM pada ekstrak daun teh variasi
etanol 70% sebagai antiseptik. Etanol 70% dapat
Assamica yang dilakukan oleh Yulia (2006) sebesar
melakukan kontak langsung dengan bakteri sehingga
0,5% pada bakteri S. mutans. Berdasarkan penelitian
bakteri dapat dibunuh. Oleh karena ekstrak propolis
yang dilakukan Sosialsih (2002), nilai KHTM minyak
yang dipakai tersebut merupakan hasil pengenceran
atsiri daun sirih pada kultur S. mutans yaitu sebesar
1:1, maka potensinya KHTM merupakan sekitar
0.1%. Kedua nilai KHTM tersebut lebih kecil
setengahnya dari konsentrasi yang ada tersebut.
dibandingkan dengan KHTM ekstrak propolis yang
Diameter zona bening (mm)

35
30
25
20
15
10
5
0
l L X
% 0% 5% 5% 5% 3% 6% des 0% liko m
0 0 5 2 2 , , 2 , 1 , 5 a 7 g pp g/m erk
1 l 0
P P 1 6 3 1 ku no len 30 10
m m
EP E E
EP EP EP EP A ta p i F olis
E ro a n p
P N isili ro
p P
Perlakuan m
A
Gambar 2. Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum.

50
Zainal Hasan : Propolis sebagai …

Jumlah Koloni Gambar 4 menunjukkan bahwa, kultur S.


mutans dengan penambahan ampisilin 10 mg/mL
Metode hitungan cawan bersifat kuantitatif
memiliki nilai absorbansi paling kecil yaitu sebesar
karena setiap sel yang dapat hidup di dalam media
0,134 A. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ampisilin
yang mengandung propolis diasumsikan akan
memiliki daya aktifitas antibakteri paling besar
berkembang menjadi satu koloni. Tiap bakteri
diantara sampel yang digunakan. Secara analisis
memiliki tingkat sensitifitas terhadap antibakteri,
statistik, hal ini diperkuat dengan data diameter zona
termasuk ekstrak propolis, yang berbeda.
bening terbesar dihasilkan oleh kultur S. mutans yang
Gambar 3 memperlihatkan jumlah sel/mL
ditambah ampisilin 10 mg/mL.
yang dapat hidup setelah ditambahkan sampel. Hasil
Berdasarkan analisis statistik pada metode
tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah
turbidimetri, nilai absorbansi kultur bakteri yang
sel/mL S. mutans yang ditambahkan ekstrak propolis
ditambahkan ekstrak propolis 100%, propolis merk X,
100%, propolis merk X, dan ampisilin 10 mg/mL.
ampisilin 10 mg/mL dan propolis saat KHTM lebih
Ekstrak propolis 6,25% sudah mampu menurunkan
kecil dan berbeda nyata dengan kontrol negatif
jumlah sel/mL S. mutans. Hasil tersebut menunjang
(akuades, etanol 70%, dan propilen glikol). Hasil
nilai KHTM ekstrak propolis yaitu pada konsentrasi
tersebut menunjukkan bahwa ampisilin 10 mg/mL,
6,25%. Namun berdasarkan analisis statistik tidak
etanol 70%, dan propolis merk X dapat menurunkan
terdapat penurunan jumlah sel/mL secara nyata dengan
jumlah sel dalam media cair secara nyata. Oleh karena
kontrol pelarut (etanol 70% dan propilen glikol).
ekstrak propolis yang dipakai tersebut merupakan hasil
Metode turbidimetri merupakan metode
pengenceran 1:1, maka jumlah koloninya merupakan
penunjang untuk menentukan jumlah sel/mL. Metode
sekitar setengahnya dari jumlah yang ada tersebut.
ini bersifat semikuantitatif karena kekeruhan kultur
Berdasarkan analisis statistik, kultur bakteri
yang terjadi tidak hanya berasal dari sel yang hidup,
dengan penambahan larutan NaF 3000 ppm tidak
tetapi sel bakteri yang mati juga dapat menyebabkan
menunjukkan terjadinya penurunan jumlah S. mutans
kekeruhan pada media cair. Parameter yang diukur
baik menurut metode hitungan cawan maupun
dalam metode ini adalah kekeruhan atau absorbansi
turbidimetri. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan
kultur bakteri. Semakin banyak S. mutans yang
NaF 3000 ppm tidak bersifat antibakteri terhadap
terdapat dalam media cair semakin besar nilai
kultur S. mutans.
absorbansi kultur tersebut.

30000
Ju m lah sel/m L (104)

25000
20000
15000
10000
5000
0

M O
0 % T H2 OH PE
G
pp
m kX L
10 KH Et r
g/m
00 me
EP 3 li s
10
m
aF po
N o i lin
Pr pis
Am
Perlakuan
Gambar 3. Jumlah koloni dengan metode hitungan cawan.

51
Chem. Prog. Vol. 4, No.1. Mei 2011

0,6
0,5

Absorbansi
0,4
0,3
0,2
0,1
0
X L
0%
M 2O % G
pp
m k
10 HT H 70 PE 0 er g/
m
K H m m
EP O 30 lis
Et F 10
Na opo lin
r si
P pi
Am
Perlakuan

Gambar 4. Absorbansi bakteri dengan metode turbidimetri.

KESIMPULAN Sthaphylococcus aureus. Berita Biologi Vol 5:


41-48.
Ekstrak propolis dengan etanol dapat Fardiaz S. 1989. Mikrobiolgi Pangan. Bogor: PAU Pangan
menghambat pertumbuhan bakteri kariogenik S. dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
mutans dengan nilai Konsentrasi Hambat Tumbuh Fearnly J. 2005. Bee Propolis: Natural Healig from
Minimum (KHTM) sebesar 1,13%. Ekstrak propolis The Hive. London: Souvenir.
dapat dijadikan zat antikaries alternatif dalam pasta Free JB. 1982. Bees and Mankind. London: george Allen
gigi. Ekstrak propolis 100%, propolis merk X, dan & Unkwin.
ampisilin 10 mg/mL dapat menurunkan jumlah koloni Ganiswarna SG et al. 1995. Farmakologi dan Terapi.
Jakarta: UI.
S. mutans berdasarkan metode turbidimetri.
Gojmerac WL. 1983. Bee, beekeeping, Honey and
Berdasarkan uji fitokimia ekstrak propolis Pollination. Westport: Avi.
mengandung senyawa flavonoid, triterpenoid, tanin, Grange JM, Davey RW. 1990. Antibacteria of propolis (bee
alkaloid, minyak atsiri, dan saponin. glue). Journal of The Royal Society of Medicine 83:
159-160.
DAFTAR PUSTAKA Hadioetomo. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam
Praktek. Jakarta: Gramedia.
Angraini AD. 2006. Potensi propolis lebah madu Hamada S, Slade HH. 1980. Biology, Immunology
Trigona spp. sebagai bahan and Cariogenicity of Streptococcus mutans.
antibakteri [ Skripsi]. Bogor: Program Microbiological Review 44:331-384.
Studi Biokimia Fakultas Matematika Hardie JM, Whiley RA. 1991. The Genus of
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Streptococcus oral. Ed ke-2 Balows A et al editor.
Bogor. New York: Springer Verlag.
Anonim 2002. Dental caries. http://en. wikipidia. Harbone HB. 1987. Metode Fitokimia I. Ed ke-2
org/wiki/ Dental caries [27 Januari 2007]. Padmawinat K, penerjemah.Bandung: ITB.
Ashurst. 1995. Flavouring. New York: Blackie Terjemahan dari Phytochemical methode.
Academic & Profesional. Hasan, 2007. Ekstraksi Propolis Trigona spp. Dokumen
Bankova V. 2005. Recent strends and important Paten.
developments in propolis research. eCAM 2: 29-32. Hegazi AG, Faten KA. 2002. Egyptyan propolis: 3
Beighton D, William AM. 1977. A antioxidant, antimicrobial, activities
microbiological study of normal flora of and chemical composition of propolis from
macropod dental plaque. J Dent Res 56:995-1000. reclaimed lands. Z. Naturforsch 57c: 395-402.
Chinthapally V, Rao, Valhalla NY. 1993. Propolish. Koo H et. al. 2002. Effects of compounds found in
Medical journal 53:1482-1488. propolis on Streptococcus mutans growth
Coykendall AL. 1989. Classification and identification and on glucosyltransferase activity Antimicrob
of the viridian streptococci. Clinical Agents Chemother 6: 1302-1309.
Microbiology Reviews 2 : 315-327. Lewis CW, Peter M. 2003. Fluoride. Pedriatrics in
Dharmayanti NLP, Sulistyowati E,Tejolaksono Review 24: 327-336.
MN, Prasetya R. 2000. Efektifitas Mantienzo AC, Lamorena M. 2004. Extraction And
pemberian propolis lebah dan royal jelly initial characterization of Propolis from
pada abses yang disebabkan stingless Bees (Trigona Biro Fries). Di dalam
Proceeding ot 7th Asian Apicultural Association

52
Zainal Hasan : Propolis sebagai …

Conference and 10th BEENET Symposium And Jakarta: Program Pascasarjan Ilmu Kesehatan
Technofora Los Banos, 23-27 Februari 2004. Masyarakat, Universitas Indonesia.
Los Banos: Univ Philippines. Sosialsih L. 2002. Penambahan vitamin E dan ditergen
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2000. Perancangan terhadap sifat fisik dan daya antibakteri
Percobaan dengan Aplikasi SAS dan pasta gigi minyak atsiri daun sirih
Minitab Jilid I. Bogor: IPB Press. [skripsi]. Bogor: Jurusan Kimia
Murphy MC. 1999. Plant Products as Antimicrobial Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Agents. Clin Microbiol Rev. 12: 564–582l. Alam Institut Pertanian Bogor.
Nelli. 2004. Waktu pencarian serbuk sari lebah pekerja Sumoprastowo RM, Agus S. 1980. Beternak Lebah Madu
Trigona (Apidae: Hymenoptera) [skripsi]. Modern. Jakarta: Bharatara Karya Aksara.
Bogor: Program Studi Biologi Fakultas Sundari, Koesomardijah, Nusratini. 1991. Minyak atsiri
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dalam pasta gigi stabilitas fisis dan
Institut Pertanian Bogor. antibakteri. Warta Tumbuhan Obat Indonesia
Pelczar MJ, Chan ESC. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1:5-6.
2. Penerjemah Ratna SH, Universitas Indonesia, Suradikusumah E. 1989. Kimia Tumbuhan. Bogor:
Jakarta Institut Pertanian Bogor.
Perum Perhutani Unit Jawa Timur. 1986. Peningkatan Teixera EC et al. 2005. Plant origin of green propolis:
kesejahteraan masyarakat `Melalui bee behavior, plant anatomy and chemistry.
pelebahan. Di dalam: Pembudidayaan Lebah Evid Based Complement Alternat Med. 2: 85-92.
Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Walter JL. 1986. Role of Streptococcus mutans in
Masyarakat. Prosiding Lokakarya; Sukabumi, human dental decay. American Society for
20-22 Mei 1986. Jakarta: Perum Perhutani. Hlm Microbiology Vol ke, 50: 353-370.
293-302. Woo KS. 2004. Use of bee venom and Propolis for
Rusiawato Y. 1991. Diet yang dapat merusak apitherapi in Korea. Di dalam Proceeding of
gigi pada anak-anak. Cermin Dunia 7th Asian Apicultural Associatio Conference
Kedokteran, 73: 45-47. and 10th BEENET Symposium and
Salatino A, Erica WT, Giuseppina N, Dejair M. 2005. Technofora; Los Banos, Februari 2004. Los
Origin and chemical variation of Banos: Univ Philippines.
brazilian propolis. Evid Base Complement Yulia R. 2006. Kandungan tanin dan potensi antibakteri
Alternat Med, 2: 33-38. Streptococcus mutans daun teh var. Assamica
Singh S. 1962. Beekeeping in India. New Delhi: pada berbagai tahap pengolahan. [skripsi].
Indian Council Agricultural Research. Bogor Program Biokimia Fakultas
Siswandono, Soekarhjo B. 1995. Kimia Medisinal. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Airlangga. Surabaya Pertanian Bogor.
Situmorang N. 2004. Dampak karies dan penyakit Yuyus R, Magdarina DA, Sintawati F. 2002.
periodontal terhadap kualitas Hidup, studi Karies gigi pada anak batita di 5 wilayah DKI
di dua kecamatan kota Medan [abstrak]. tahun 1993. Cermin Dunia Kedokteran, 134: 39-42.

53

Anda mungkin juga menyukai