Anda di halaman 1dari 6

Machine Translated by Google

Jurnal Fisika: Seri Konferensi

KERTAS • AKSES TERBUKA Anda mungkin juga suka


- Kirinyuh (Chromolaena odorata) : pemodelan
Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder pada Daun distribusi spesies dan potensi penggunaan
jamur patogen untuk pemberantasannya
Kirinyuh (Chloromelena odorata) sebagai Sutomo, E Yulia dan R Iryadi
- Aplikasi mulsa yang berbeda dan
Pestisida Organik untuk Sayuran Berdaun Lebar pengaruhnya terhadap hasil
kedelai Hasanuddin, S Hafsah, E Nurahmi dkk.
- Senyawa Gas Mulia
Mengutip artikel ini: Rachmat S. Santoso 2018 J. Fisik.: Konf. Ser. 1028 012022
AB Neiding dan VB Sokolov

Lihat artikel online untuk pembaruan dan penyempurnaan.

Konten ini diunduh dari alamat IP 180.241.63.126 pada 14/05/2023 pukul 08:34
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-2 tentang Statistik, Matematika, Pengajaran, dan Penelitian IOP Publishing IOP
1234567890
Conf. Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri 1028 (2018) ''“”:10.1088/1742-6596/1028/1/012022
012022 doi

Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Pada


Daun Kirinyuh (Chloromelaena odorata) Sebagai Pestisida
Organik Untuk Sayuran Berdaun Lebar

Rachmat S. Santoso

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Manado, 95418, Indonesia.

rachmat.santoso@unima.ac.id

Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi daun kirinyuh (Chloromelaena
Odorata) sebagai pestisida dan fitohormon pada sayuran daun sawi (Barissica juncea).
Konsentrasi ekstrak etanol daun kirinyuh (Chloromelena odorata) adalah 5, 10, dan 15 %,
dan 0% sebagai kontrol. Penelitian ini menggunakan full tool design (RAL) data dalam
analisis regresi dan Anova yang dilanjutkan dengan BNT 5%. Ekstrak daun kirinyuh
(Chloromelaena odorata) memiliki aktivitas pestisida pada cacing tanah (Agrotis Ipsilon) dan
hormon pertumbuhan pada tanaman sawi. Berbagai konsentrasi ekstrak etanol memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap laju kematian ulat bulu (Agrotis Ipsilon). Untuk analisis
varian yang mempengaruhi konsentrasi ekstrak daun Kirinyuh (Chloromelaena odorata)
dengan etanol terhadap kematian cacing tanah (Agrotis Ipsilon) menunjukkan sangat
berpengaruh atau signifikan terhadap angka kematian dengan Uji Beda Nyata (BNT) terkecil
1 % (0,01) = 0,89 dan 5% (0,05) = 0,59, sedangkan putaran berbeda menyatakan beda
nyata (signifikan) antara masing-masing perlakuan dimana konsentrasi 10 dan 5% masing-
masing berbeda 2,533 (a) begitu juga dengan konsentrasi 15 dan 10% yaitu 4,083 (b) serta
15 dan 5% yaitu 5.050 (c). Analisis kromatogram GCMS ekstrak daun Kirinyuh menghasilkan
2 senyawa puncak dengan prediksi senyawa asam Octadekatriknoik dan senyawa dengan
kerangka utama Asam Heksadekanoat. Senyawa ini sebagai senyawa pestisida organik.

1. Pendahuluan
Fenolik yang paling penting adalah flavonoid, rasanya pahit dan efektif sebagai penghambat makan. Fenolik adalah
senyawa non-nitrogen yang mengandung satu atau lebih gugus hidrolik yang melekat pada inti benzena. Tanin
adalah senyawa fenolik polimer kuat yang menyerap protein dan merupakan penghambat makan.
Dari segi gizi dan ketersediaan makanannya banyak dimakan serangga karena daun dan batangnya mengandung
unsur hara yang rendah dimana saluran pencernaannya pendek dan tidak memiliki tempat penyimpanan/makanan
karena makanannya banyak tersedia.
Salah satu potensi yang terdapat pada tanaman untuk insektisida alami adalah tanaman Kirinyuh (Chloromelena
odorata). Tumbuhan ini merupakan tumbuhan liar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagai bahan
organisme pengganggu tanaman (OPT). Menurut Hadi [1], daun kirinyuh mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,
tanin dan sedikit terpenoid. Senyawa tersebut merupakan bahan aktif sebagai pengendali hama dan berpotensi
sebagai penghambat makan bagi serangga.
Tanaman sayuran daun lebar yaitu sawi (Brassica juncea) merupakan tanaman semusim. Sawi, tanaman berdaun
lonjong, licin, tidak berbulu. tanamannya memiliki akar tunggang dengan banyak akar tetapi dangkal. Bunga kuning

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah ketentuan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Setiap distribusi lebih lanjut dari karya
ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-2 tentang Statistik, Matematika, Pengajaran, dan Penelitian IOP Publishing IOP
1234567890
Conf. Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri 1028 (2018) ''“”:10.1088/1742-6596/1028/1/012022
012022 doi

berukuran kuncup bunga kecil dengan warna kuning pucat tertentu dan sawi mengandung vitamin A, vitamin B dan vitamin
C.
Telur ulat tanah (Agrotis Ipsilon) berbentuk bulat berwarna putih dengan diameter 0,50 mm.
Larva ulat berwarna kehijauan keabu-abuan kemudian berubah menjadi abu-abu kecoklatan kemudian menjadi coklat tua
dan sedikit mengkilat. Di kedua sisi juga terdapat garis berwarna coklat.
Pada bagian punggung cacing tanah (Agrotis Ipsilon) terdapat butil yang dikelilingi butiran kecil berwarna coklat muda.
Panjang arva cacing tanah (Agrotis Ipsilon) mencapai 35 mm dan pupil berwarna coklat tua dengan panjang 20 mm serta
memiliki duri di bagian posterior.
Telur ulat tanah (Agrotis Ipsilon) biasanya ditemukan pada permukaan tanah yang lembab dengan jumlah telur ini
mencapai 1500 telur dan stadia telur antara 2 sampai 9 hari. Larva cacing tanah (Agrotis Ipsilon) aktif pada malam hari dan
pada siang hari bersembunyi di bawah dedaunan atau tanah. Untuk itu observasi dalam penelitian ini dilakukan selama 4
jam. Stadia larva ulat (Agrotis Ipsilon) yaitu selama 28 sampai 34 hari dan stadia pupa selama 10 sampai 30 hari. Hal ini
tergantung pada suhu lingkungan dan siklus hidup cacing tanah (Agrotis Ipsilon) rata-rata 35-42 hari. Larva muda memakan
daun dan larva tua memotong pangkal tanaman. Setiap larva dapat menghancurkan banyak tanaman muda dalam satu
malam.

2. Detail Eksperimental

2.1. Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tempurung kelapa yang berasal dari Kabupaten Minahasa sebagai
sumber bahan baku karbon, HCl, PVA (pa merck), NaOH (pa merck), indikator universal, kertas Whatmann no.42, dan
aquades.

2.2. Alat/ Instrumen : Alat


yang digunakan antara lain beberapa alat gelas laboratorium yang biasa digunakan, agart mortar, ayakan 100 mesh
(Ayakan Pengujian standar USA), reaktor pirolisis, oven model gravity vonvection, tanur listrik Carbolite model 2132 (Max
Temperature 1200oC), Timbangan DAN GR-200. Termometer, klem, magnet, pelet, pelat panas (aduk & panas), Mikroskopi
Elektron (SEM) dan Spektroskopi Dispersi Energi (EDS) Tes Bruker Vega 3SB, Spektroskopi Ddispersif Energi (EDS) JEOL
JED 2300, Difraksi Sinar-X (XRD) Rigaku Mini Flex II, Fourier Transform Infrared (FTIR) model Shimadzu IR-Prestige-21
dan Instrumen Quantachrome.

Pengujian dilakukan pada cacing tanah (Agrotis Ipsilon). Daun kirinyuh dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir lalu
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40oC hingga
kering. Setelah kering, daun kirinyuh diblender hingga menjadi bubuk.
Serbuk ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam toples kaca dan ditambahkan pelarut etanol 70% dan diaduk dengan
pengaduk selama kurang lebih 6 jam dan didiamkan selama 24 jam (tahap maserasi). Serbuk dimaserasi dan kemudian
disaring dengan corong Buchner. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan evaporator hingga diperoleh filtrat yang
mengental yang selanjutnya diuapkan dengan menggunakan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.

Dari ekstrak kental tersebut, kemudian dianalisis dengan KLT dengan beberapa perbandingan volume pelarut. Hasil
KLT masing-masing disinari di bawah sinar UV. Pelarut yang bias menghasilkan pola pemisahan yang baik pada
kromatogram KLT untuk digunakan sebagai eluen pada kronatografi kolom gravitasi sehingga diperoleh eluen yang baik.
Selanjutnya, kromatografi kolom gravitasi kolom akan dikemas. Eluat ditampung dalam vial dan setiap eluat dianalisis
dengan KLT. Dimana setiap eluat yang memiliki nilai Rf yang sama digabungkan untuk penguapan selanjutnya.

Ekstrak kental ini kemudian dibuat menjadi konsentrasi 5, 10, dan 15%. Perawatan dilakukan dengan metode celup
daun. Daun kol muda yang belum dikrop dicuci bersih dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Kemudian daun kol
direndam dalam ekstrak etanol daun kirinyuh dengan berbagai konsentrasi uji yaitu 5, 10, dan 15%.

Perendaman dilakukan selama 30 menit dan dimasukkan ke dalam gelas plastik sebanyak 1 buah sebanyak 3 kali
pengulangan selama 7 hari. Larva ulat (Agrotis Ipsilon) sebanyak 10 ekor dimasukkan ke dalam wadah plastik

2
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-2 tentang Statistik, Matematika, Pengajaran, dan Penelitian IOP Publishing IOP
1234567890
Conf. Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri 1028 (2018) ''“”:10.1088/1742-6596/1028/1/012022
012022 doi

daun kubis direndam dengan ekstrak Kirinyuh. Pengamatan dilakukan selama 24 jam perlakuan ANOVA.

Besarnya konsentrasi mematikan (LC 50) ditentukan dengan analisis probit sedangkan presentasi mortalitas
dianalisis dengan regresi dan anava. Jika ada beda nyata maka uji beda nyata (BNT) terkecil adalah 5% dan
1%.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan grafik hasil analisis regresi diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara konsentrasi ekstrak
etanol daun Kirinyuh (Chloromelena Odorata) dengan mortalitas mortalitas (Agrotis Ipsilon).

Perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan ekstrak etanol daun kirinyuh (Chloromelaena Odorata)
terhadap angka kematian tanah (Agrotis Ipsilon) dianalisis dengan Uji Anava. Berdasarkan uji Anava diketahui
bahwa Fhitung > Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa antar kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang
sangat nyata antara kemampuan ekstrak daun Kirinyuh (Chloromelaena Odorata) terhadap kematian (Agrotis
Ipsilon).
Untuk dapat mengetahui kelompok perlakuan yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda
Terkecil (BNT) f 5% dan 1%. Untuk notasi perlakuan yang berbeda dinyatakan berbeda nyata antara masing-
masing perlakuan.
Kematian ulat bulu (Agrotis Ipsilon) disebabkan karena ekstrak daun Kirinyuh (C. Odorata) mengandung
senyawa bioaktif yang mempunyai aktivitas antifeedant insektisida (penghambat daya makan) yang terkandung
dalam ekstrak etanol daun Kirinyuh (Chloromelaena Odorata) yaitu alkaloid, flavonoid, atanin dan sedikit
terpenoid.
Sesuai dengan pernyataan [2] dan Susana (2003) bahwa semakin tinggi konsentrasi senyawa insektisida
yang digunakan semakin tinggi pula tingkat kematian hewan uji.
Seskuiterpenoid merupakan senyawa bioaktif yang dapat merusak sistem saraf pada serangga dimana
senyawa ini dapat menghambat kerja enzim asetilkolineterase sehingga menyebabkan kematian pada rayap
[3]. Enzim asetilkolineterase berfungsi untuk memecah asetilkolin menjadi asetilkoenzim A dan kaolin.
Akumulasi asetilkolin akan menghambat kerja enzim asetilkolineterase yang menyebabkan kejang kejang
karena sistem penghantaran impuls ke autoto mengalami kekacauan yang mengakibatkan ulat bulu (Agrotis
Ipsilon) mengalami kelumpuhan yang berakhir dengan kematian.
Alkaloid jenis Pyrizidine Alkaloids (PAS) yang terkandung dalam tumbuhan Kirinyuh (Chloromelaena
Odorata) bersifat toksik sebagai penghambat makan dan bersifat insektisida bagi serangga, pengganggu dan
penghambat reseptor rasa pada daerah mulut larva [4].
Menurut Cahyadi (2009), senyawa lkaloid dan flavonoid yang masuk ke dalam tubuh larva (ulat) akan
mempengaruhi metabolisme larva dimana toksin yang masuk ke dalam tubuh beredar bersama darah, yang
mempengaruhi sistem saraf dan dapat menghambat transformasi asam amino melalui usus ulat. membran
(larva) Agrotis Ipsilon.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak etanol pada sayuran Calsin menyebabkan
respon pertumbuhan yang berbeda pada konsentrasi ekstrak 5%. Semakin tinggi konsentrasi respon
pertumbuhan yang berbeda maka pertumbuhan daun agak lebar sampai sedang, hijau, tampak tegak dan kokoh.
Pada konsentrasi 10% merupakan perlakuan yang lebih baik karena menghasilkan jumlah daun yang besar/
lebar, warna daun hijau cerah dan ruas agak panjang sehingga tampak lebih tegak dan kokoh. Dengan umur
bibit yang sama menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
genetik. Bibit sawi dipindahkan tanam dari pembibitan ke lahan tanaman yang mengalami stress (stres) yang
mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang baik. Secara keseluruhan tinggi tanaman terbaik ditunjukkan
pada perlakuan ekstrak etanol Kirinyuh (Chloromelaena Odorata) pada konsentrasi 10% dan 15%. Selain
dipengaruhi oleh faktor genetik varietas juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Tabel 1. Analisis Varian (ANOVA) Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Daun (Chloromelaena Odorata)
Terhadap Tingkat Kematian Ulat Tanah (Agrotis Ipsilon)

3
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-2 tentang Statistik, Matematika, Pengajaran, dan Penelitian IOP Publishing IOP
1234567890
Conf. Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri 1028 (2018) ''“”:10.1088/1742-6596/1028/1/012022
012022 doi

Konsentrasi Ulangan Jumlah Rata-Rata


(%) SAYA II AKU AKU AKU

5 2.1 2.6 2.9 7.6 2.533


10 4.0 4.0 4.25 12.25 4.083
15 5.0 5.35 4.8 15.15 5.050
Total 35.0

Hasil pengamatan dan analisis data angka kematian ulat tanah pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
ketiga perlakuan memberikan respon yang berbeda terhadap kematian cacing tanah.
Secara keseluruhan, tingkat kematian ulat tanah sejalan dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun
Kirinyuh (Chloromelaena Odorata).

Tabel 2. Tabel ANOVA


SK db JK KT Farith Ftab
Perlakuan 2 9.671 4.836 55.586 1% 5%
Galat 6 0,524 0,087
Total 8 10.195

• F hitung > F tabel 1% (10,92) dan 5% (5,14) •


Perlakuan ekstrak daun Kirinyuh (C. Odorata) memberikan pengaruh yang sangat nyata (**)
terhadap tingkat kematian cacing tanah (Agrotis Ipsilon).

Tabel 3. Uji Beda Diferensial (BNT) Terbesar


Tingkat kepercayaan BNT

1% (0,01) 0,89

5% (0,05) 0,59

Tabel 4. Uji Beda Beda Terkecil (BNT) Perbandingan Perlakuan Konsentrasi


Konsentrasi Jumlah Rata-Rata Notasi

(%)
5 7.6 2.533 A A
10 12.25 4.083 B B
15 15.15 5.050 C C

Keterangan :
Notasi yang berbeda menyatakan perbedaan yang nyata (signifikan) antara masing-masing perlakuan.

Analisis kromatogram GCMS ekstrak daun Kirinyuh menghasilkan 2 senyawa puncak dengan
prediksi senyawa asam Octadekatriknoik dan senyawa dengan kerangka utama Asam Heksadekanoat.

4. Kesimpulan.
1. Antara perlakuan konsentrasi 10% dan 5% berbeda nyata.
2. Antara perlakuan konsentrasi 15% dan 10% masing-masing berbeda nyata.
3. Antara perlakuan konsentrasi 15% dan 5% masing-masing berbeda nyata.

4
Machine Translated by Google

Konferensi Internasional ke-2 tentang Statistik, Matematika, Pengajaran, dan Penelitian IOP Publishing IOP
1234567890
Conf. Seri: Jurnal Fisika: Conf. Seri 1028 (2018) ''“”:10.1088/1742-6596/1028/1/012022
012022 doi

Referensi
[1] Hadiroseyani, Y; Hafifudin, M; Alifudin, F; Supriyadi Potensi daun Kirinyuh (Chromalaena
Odorata) untuk Pengobatan Penyakit Cacar Pada Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy)
yang disebabkan Aeromonas Hydrophilla S26 Jurnal Akuakultur Indonesia 4 (2) 139-144
(2005)
[2] Yunita, EA; Nanik, HS; Jafron, WH Mempengaruhi Ekstrak Daun Pandan Wangi untuk Membunuh
Larva Nyamuk Aedes Aegypti Jurnal Ekologi Kesehatan 2 (2) (2009)
[3] Hadi, M Pembuatan Kertas Anti Rayap Lingkungan dengan Memanfaatkan Ekstrak Daun
Kirinyuh (Eupatorium Odaratum) Bioma 6 (2) (2008)
[4] Santoso, R Penyuluhan Pembuatan Pestisida Kirinyuh (Chromalaena Odonata) untuk Hama
Ulat Grayak dan Ulat Tanah pada Tanaman Kubis dan Daun Bawang di desa Paslaten Kota
Tomohon Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Manado Tondano (2012)
[5] Musnir, B Entomologi Universitas Andalan Pers Insist Press Yogyakarta (2006)
[6] Nur, T Hama dan Penyakit Tanaman Kanisius Yogyakarta (2005)
[7] Wiwi, I Fisiologi Hewan Kanisius Yogyakarta
[8] Peracaya Hama dan Penyakit Tanaman Swadaya Yogyakarta (2007)

Anda mungkin juga menyukai