Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Struktur Aktifitas Obat Nifedipine

1. Latar Belakang

Nifedipin merupakan obat antihipertensi dan antiangina golongan


anlagonis kalsium (calcirzt chonnel blocker\ yang paling kuat - dalam
menrm-bulkan vasodilahsi aneriol perifer.r'" Prinsip ker-janya adalah
dengan menghambat masuknya ionkalsium dari ruang ekstrasel ke
dalam ruang interselselsel otot polos penbuluh darah dan
jantungmefafui
saluran kalsium neterdapat pada membran sel.

Proses konsetraksi otot-otot rersebut terganrung kepada pergerakan


ion- ion kalsium.N ifedipin menghambat proses kontraksi otot deogan jalan
menimbulkan dilalasi arteri koro-ner perifer, sehingga akan menurunkan
tekanan darah dan meredakan angina, termasuk relaksasi dan mencegah
terjadinya spasme arteri koroner,serla mengurangi penggunaan oksigen
oleh mio-kard.

Obat ini bekerja ke pembuluh darah dengan merelaksasi pembuluh


darah sehingga darah dapat lewat dan mengalir dengan lebih mudah. Obat
ini harus dikonsumsi dengan resep dokter. Saat anda diresepkan, haruslah
meminumnya teratur agar penggunaannya efektif. Penggunaan obat lain
seperti nitrogliserin sublingual, untuk meredakan nyeri dada haruslah
dengan resep dokter.
I.1 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan kuantitatif struktur aktivitas Nifedipin ?


2. Bagaimana absorbsi distribusi metabolisme eskresi Nifedipin ?
3. Bagaimana kelarutan Nifedipin ?
4. Bagaimana aktivitas biologi Nifedipin ?
5. Bagaimana struktur dan interaksi antara senyawa dengan reseptor
Nifedipin ?

I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan kuantitatif struktur aktivitas Nifedipin ?
2. Untuk mengetahui absorbsi distribusi metabolisme ekskresi
Nifedipin?
3. Untuk mengetahui kelarutan Nifedipin?
4. Untuk mengetahui Aktivitas Biologi Nifedipin ?
5. Untuk mengetahui Struktur dan interaksi antara senyawa
dengan reseptor Nifedipin?
BAB II

PEMBAHASAN

1.1.Hubungan Kuantitatif Struktur Aktifitas

Obat antihipertensi adalah senyawa yang digunakan untuk


pengobatan hipertensi, suatu kondisi dimana tekanan sistol lebih
besar dari 160 mm Hg atau tekanan diastol lebih besar dari 95 mm
Hg.Ada dua tipe hipertensi yaitu hipertensi esensial (primer) dan
hipertensi sekunder.

1.Asensial

Beberapa obat telah tersedia untuk pengobatan hipertensi, terutama


tipe esensial, dengan maksud untuk menurunkan tekanan darah
sampai menjadi normal kembali atau kalau tidak memungkinkan
sampai pada tingkat yang dapat ditoleransi oleh penderita. Efek
samping obat antihipertensi antara lain kelesuan, kelemahan dan
hipotensi.

Secara garis besar obat antihipertensi dibagi menjadi lima kelompok


sebagai berikut :

1.Senyawa penekan simpatetik


a.Senyawa dengan efek sentral, contoh : klonidin HCl, guanfasin
HCl
b.Senyawa dengan efek sentral dan perifer, contoh : serbuk
Rauwolfia serpentina, reserpin
c.Senyawa pemblok transmisi saraf efektor, contoh : bretilium
toksilat, guanetidin monosulfat
d.Senyawa pemblok β-adrenergik, contoh : asebutolol,
atenolo, metropolol tartrat
e.Senyawa pemblok α-adrenergik, contoh : doksazosin mesilat,
prazosin HCl
f.Senyawa penghambat monoamin oksidase, contoh : pargilin HCl
2.Vasodilator dengan efek langsung
a.Vasodilator arteri, contoh : hidralazin, dihidralazin sulfat
dan minoksidil
b.vasodilator vena dan aeteriola, contoh : natrium nitroprusida
3.Antagonis angiotensin (penghambat angiotensin-converting
enzyme= penghambat ACE)
4.Contoh : kaptopril, enalapril maleat, lisinopril
dihidrat 5.Antagonis kalsium selektif
Contoh : diltiazem HCl, felodipin, nikardipin, nifedipin

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antihipertensi dibagi menjadi 3


kelompok yaitu:
1.Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada saraf Dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu :
a.Senyawa dengan efek sentral Bekerja sebagai antihipertensi
dengan merangsang pusat adrenoreseptor pada pusat
vasomotor medula dan menyebabkan hambatan tonus
simpatetik
sehingga terjadi penurunan tekanan darah Contoh : Klonidin HCl,
guanfasin HCl Struktur molekul Klonidin dan Guanfasin
b.Senyawa dengan efek sentral dan perifer Terutama bekerja
dengan cara mengosongkan katekolamin, norefinefrindan
serotonin dari tempat penyimpanan pada saraf perifer dan pusat
simpatetik.Contoh : reserpin Struktur molekul reserpin
c.Senyawa yang memblok transmisi saraf efektor Bekerja dengan
mengosongkan norepinefrin dari tempat penyimpanan perifer,
terjadi pemblok aktivitas adrenergik pada adrenoreseptor buluh
darah, yang menghasilkan penurunan tekanan darah.Contoh :
bretilium tosilat, debrisokuin sulfat, guanetidin monosulfat
Senyawa penghambat monoamin oksidase
d.Efektif untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik tanpa menimbulkan efek depresi. Penghambat enzim
monoamin oksidase akan menurunkan metabolisme katekolamin
dalam saraf dan hati, terjadi penimbunan oktopamin, suatu transmiter
dengan efek presor yang lebih rendah dibandingkan norepinefrin.
Contoh : pargilin HCl

2.2.Absorsi Distribusi Metabolisme Eksresi

Terikat oleh protein plasma dan diekskresi dalam bentuk metabolit


tidak aktif melalui urin. Nifedipine dalam dosis tunggal diekskresi
sebesar 80% dalam waktu 24Insufisiensi ginjal tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap farmakokinetik nifedipine

2.3 Kelarutan Nifedipin

Nifedipin termasuk dalam BCS kelas 2 yaitu memiliki kelarutan


dalam air rendah dan memiliki permeabilitas terhadap usus yang tinggi
sehingga perlu dilakukan suatu uji disolusi dalam sediaan nifedipin
dalam bentuk tablet. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap
produk obat uji yaitu produk obat bermerek dan produk obat generik
berlogo dibandingkan terhadap produk pembanding (inovator) melalui uji
disolusi terbanding pada larutan dapar sitrat pH 4,5 pada suhu
37°±0,b°C, dengan menggunakan Paddle Method( Apparatus II). Dari
hasil penelitian ini didapatkan bahwa produk obat generik berlogo dan
produk obat bermerek tidak ekivalen dengan produk pembanding dalam
larutan dapar sitrat pH 4,5.Nilai f2 pada produk B dan C masing-masing
30,69 dan 15,91dimana berdasarkan BPOM untuk dapat dikatakan
ekivalen adalah nilai f2 ≥b50-100. Efisiensi disolusi dari produk obat
inovator, generik berlogo dan produk obat bermerek sampai dengan
menit 75 (%ED 75) masing-masing adalah 80,33% ; 61,52% ; 40,34%
yang berbeda bermakna. Sehingga disarankan untuk dilakukan
reformulasi ulang jika pada pH lain yaitu pH 1,2 dan 6,8 tidak terjadi
kemiripan

2.4 Aktifitas Biologi

Mekanisme obat ini adalah penghambat chanel calsium, dimana


menghambat transmembran masuknya kalsium ekstraseluler melalui
otot jantung dan otot polos tanpa mengubah konsentrasi serum kalsium.
Ini menghasilkan kontraksi otot polos dan otot jantung, dan mendilatasi
arteri koroner dan arteri sistemik. Vasodilatasi ini akan menurunkan
resistensi perifer dan meningkatkan denyut jantung. Akibatnya tekanan
darah akan turun.

2.5 Struktur Interaksi Antara Senyawa Dan Reseptor

a. Model tempat aktif pada ACE ditunjukkan oleh adanya :

1.Ion Zn++yang dapat membentuk kompleks dengan ligan dengan


gugus sulhidril (SH) dari kaptopril, gugus karboksi dari
enalapril, lisinopril, perindopril, ramipril, delapril, imidapril serta
gugus fosforus dari fosinopril.
2.Gugus yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus
karbonil 3.Gugus yang bermuatan positif yang terikat melalui ikatan ion
dengan gugus karboksilat yang bermuatan negatif Gugus karboksi
yang
membentuk kompleks dengan Zn++ dapat berupa karboksilat
bebas (lisinopril), tetapi pada umumnya dalam bentuk ester etil
(enalapril, perindopril, ramipril, delapril, imidapril) untuk
memperpanjang masa kerja obat. Bentuk ester adalah pra-obat
dalam tubuh akan terhidrolisis menjadi bentuk asam yang
aktif.Gugus-gugus lain pada umumnya untuk meningkatkan
lipofilitas senyawa, sehingga distribusi obat dalam tubuh menjadi
lebih baik.
b.Senyawa antagonis reseptor AT1,angiotensin II
Kelompok obat ini merupakan obat antihipertensi baru yang bekerja
secara selektif sebagai antagonis reseptor AT1 angiotensin II, dengan
memblok sumber atau jalur sintesis angiotensin II, menurunkan
kadar rennin, angiotensin II dan aldosteron dalam plasma, sehingga
terjadi penurunan tekana darah. Obat tidak bekerja sebagai
penghambat ACE, dan tidak mempengaruhi kecepatan konstraksi
jantung.Contoh : losartan, irbestan,kandesartan, valdastran Struktur obat
antihipertensi yang bekerja sebagai antagonis reseptor angiotensin II
BAB III

PENUTU

III.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat di simpulkan bahwa

1. Nifedipin merupakan obat antihipertensi dan antiangina golongan


anlagonis kalsium (calcirzt chonnel blocker\ yang paling kuat -
dalam menrm-bulkan vasodilahsi aneriol perifer.r'" Prinsip ker-
janya adalah dengan menghambat masuknya ionkalsium dari ruang
ekstrasel ke dalam ruang interselselsel otot polos penbuluh darah
dan jantungmefafui saluran kalsium neterdapat pada membran sel.
2. Nifedipin termasuk dalam BCS kelas 2 yaitu memiliki kelarutan
dalam air rendah dan memiliki permeabilitas terhadap usus yang
tinggi sehingga perlu dilakukan suatu uji disolusi dalam sediaan
nifedipin dalam bentuk tablet.
3. Mekanisme obat ini adalah penghambat chanel calsium, dimana
menghambat transmembran masuknya kalsium ekstraseluler
melalui otot jantung dan otot polos tanpa mengubah konsentrasi
serum kalsium. Ini menghasilkan kontraksi otot polos dan otot
jantung, dan mendilatasi arteri koroner dan arteri sistemik.

III.3 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam


menyelesaikan makalah akan tetapi kenyataannya masih banyak sekali
kekurangan penulis perbaiki .Oleh karena kritik dan saran yang bisa
membangun dari pembaca penulis harapkan untuk perbaikan
kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA

Beale, JM. Block,JH. (2011). Wilson and Gisvold’s Textbook Of Organic


Medicinal and Pharmaceutical Industry.USA: Lippincott Williams and
Wilkins

Hansch, C., Kiehs, K., dan Lawrence, G., 1965, Quantitative Structure-Activity
Relationship (QSAR) Study on Phenol Derivatives Series, J. Am. Chem. Soc. Vol.

Mudasir, Iqmal T., dan Ida P. A. M. P., 2003, Quantitative Structure and Activity
Relationship Analysis of 1,2,4-Thiadiazoline Fungicides Based on Molecular
Structure Calculated by AM1 Method, Indo. J. Chem., Gadjah Mada University,
Yogyakarta.

Nurhadi, D., 2006, Analisis Hubungan Kuantitatif Sruktur Elektronik dan Aktivitas
Antiinflamasi Senyawa Turunan Kurkumin Menggunakan Pendekatan Principal
C omponent Regression, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Patrick, Graham. (1995). An Introduction To Medicinal Chemistry


New York : Oxford University Press..

Siswandono. Soekarjo,B. (2000) Kimia Medisinal Edisi 2. Surabaya :Airlangga


University Press

Tan, HT. Rahardja,K. (2007). Obat-obat Penting, Edisi 5. Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo

Anda mungkin juga menyukai