• Simpatomimetik (adrenergik) : merangsang saraf simpatis/efek adrenergik ex: noradrenalin, efedrin, isoprenalin dan amfetamin. • Simpatolitik (adrenolitik) : menghambat saraf simpatis/melawan efek adrenergik ex: alkaloid sekale, propanolol Zat bekerja terhadap saraf simpatik • Parasimpatomimetik (kolinergik) : merangsang : merangsang etilkolin : ex: pilokarpin, fisostogmin • Parasimpatolitik/ (antikolinergik) : menghambat ex: atropin, alkaloid belladona, propantelin. OBAT S.S OTONOM (mengendalikan saraf simpatis dan parasiimpatis) • Agonis dan antagonis muskarinik Agonis muskarinik: Betanakol • Obat penghambat ganglion : (menghambat penerusan impuls pada sel saraf simpatis dan parasmpatis) Ex: amonium kuarterner GOLONGAN OBAT SISTEM SARAF TEPI Obat-obat adrenergik mempengaruhi reseptor oleh norepineprin atau epineprin. Mekanisme kerja obat ini ada 3 : 1. Bekerja langsung Terikat pada reseptor adrenergik tanpa bekerja pada neuron presinaptik Epineprin dan Norepineprin Contoh : - Epineprin - Dobutamin - Norepineprin - Fenileprin - Isoproterenol - Metaproterenol - Dopamin - klonidin 2. Bekerja tidak langsung Kerja menyebabkan penglepasan norepineprin dari ujung presinaptik. Kerjanya memperkuat efek norepineprin endogen, tetapi tidak langsung mempengaruhi reseptor prasinaptik Contoh : Amfetamin Tiramin 3. Bekerja campuran Obat-obat ini bekerja ganda, memacu penglepasan norepineprin di ujung presinaptik dan juga mengaktifkan adrenoseptor pada membran prasinaptik Contoh : Efedrin Adrenergik=adrenomimetik/perangsang adrenergik/simpatomimetik/perangsang simpatetik. • S.S.adrenergik: cab.sis saraf otonom n mempunyai neurotransmiter (epinefrin) • Fungsi S.S adrenergik: – Meningkatan metabolisme KH dan pengangkutan lemak dihati – Mengatur tek.drh,denyut jantung,pergerakan sal.cerna, pergerakan uterus dan tonus otot bronkus. – Vasopresor, bronkodilator, dekongestan, dan midriatik. • Efek samping : – Sebagai vasopresor & bronkodilator (sakit kepala;cemas;tremor;lemah dan palpitasi) – Sebagai dekongestan hidung (rasa pedih; terbakar; kekeringan mukosa) – Sebagai obat mata (iritasi;penglihatan kabur;hiperemia;alergi konjungtivitis) – Kelebihan dosis menyebabkan kejang;aritmia jantung; pendarahan otak – Pengguna jangka panjang (hipertropi jaringan). 8. Hubungan struktur - kerja Contoh obat : 9. katekolamin • Katekolamin adalah senyawa yang mempunyai struktur katekol (suatu struktur aromatik dengan dua gugus hidroksil) terhubung dengan suatu amina. • Katekolamin penting pada manusia adalah adrenalin/epinefrin, noradrenalin/norepinefri n (NE), dan dopamin. 10. 1. Adrenomimetik yang bekerja secara langsung membentuk kompleks dengan reseptor khas • Sistem cincin aromatik yang mempunyai 6 atom • Atom N pada rantai samping etilamin • Gambaran struktur adrenomimetik yang bekerja langsung dapat dilihat pada struktur epinefrin yang mengandung inti katekol epinefrin 11. Hubungan struktur dan aktivitas katekolamin 1. aktivitas agonis pada reseptor adrenergik a. Struktur induk feniletilamin yang pada kondisi fisiologik terdapat sebagai ion feniletilamonium. b. substituen 3,4-dihidroksi fenolat pada cincin c. Substituen yang kecil (R’=H, CH3 atau C2H5) dapat dimasukkan dalam atom C α tanpa mempengaruhi aktivitas agonis d. Atom N paling sedikit mempunyai satu atom hidrogen (R = H atau gugus alkil) Gambaran struktur adrenomimetik yang bekerja langsung dapat dilihat pada struktur epinefrin yang mengandung inti katekol Sistem saraf menghasilkan 2 tipe respons, yaitu: a. Respon α-adrenergik, secara umum dapat menimbulkan rangsangan atau vasokonstriksi otot polos, tetapi kemungkinan juga menimbulkan respons penghambatan, seperti relaksasi otot polos usus. b. Respon β-adrenergik, secara umum dapat menimbulkan respons penghambatan,seperti relaksasi otot polos dan vasodilatasi otoy rangka, tetapi kemungkinan juga menimbulkan rangsangan, seperti meningkatkan konstraksi dan kecepatan jantung Turunan katekolamin adalah epinefrin 12. Adrenomimetik yang bekerja secara langsung membentuk kompleks dengan reseptor khas Obat adrenergik = amin simpatomimetik terdiri dari inti aromatis berupa cincin benzen dan bagian alifatis berupa etilamin. Substitusi dapat dilakukan pada cincin benzen maupun pada atom C-α, atom C-β, dan gugus amino dari etilamin. HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS 1. substitusi pd cincin benzen dan pada atom C- β a. substitusi gugus OH pada posisi 3 dan 4 cincin benzen = katekolamin. Dimana Gugus dihidroksi fenolat membantu interaksi obat dengan reseptor melalui ikatan hidrogen b. Katekolamin dengan gugus OH pada C- β (mis. epinefrin) sukar sekali masuks SSP sehingga efek sentralnya minimal. obat- obat ini bekerja scr langsung dan menimbulkan efek perifer yang maksimal. c. Penggantian gugus amino dengan gugus –OCH3 akan menghilangkan aktivitas adrenergik d. Karena analog monohidroksi dan 3,5-dihidroksi fenil, bertentangan dengan senyawa-senyawa katekolamin, tidak dimetabolisme oleh hati oleh katekol-o-metiltransferase, lebih cocok penggunaan oral. 2. Substitusi pada atom C-α a. Menghambat oksidasi amin simpatomimetik oleh enzim monoamin oksidase (MAO) menjadi mendelat yang tidak aktif. Sehingga katekolamin tidak efektif pemberian oral dan masa kerja nya singkat 3. Substitusi gugus amino a. Makin besar gugus alkil pada atom N, dan Gugus hidroksi alkohol berikatan reseptor β makin kuat aktivitas β dan menurunkan aktivitas α, atau kerja simpatomimetik-α berubah menjadi simpatomimetik-β. Dengan demikian, metilasi nitrogen pada noraadrenalin, meningkatkan afinitas untuk reseptor-β. b. Makin kecil gugus alkil pada atom N, ( CH3 ) makin kuat aktivitas reseptor α, dengan gugus metil memberikan aktivitas yang paling kuat epinefrin β α 1 23 4 5 6 katekol hidroksi Gugus amin 13. Biotransformasi katekolamin • Penguraian noradrenalin yang dibebaskan, berlangsung terutama melalui pengasupan kembali ke dalam varikositas, disisi lain katekolamin juga diuraikan secara enzimatik. • Penguraian scr enzimatik, O-metilasi cepat gugus 3- hidroksi dengan perantara katekol-0-metiltransferase adalah penting, yang berlangsung terutama dalam cairan intrasel. Deaminasi oksidatif oleh monoamin- oksidase mitokondria, yang berlangsung intrasel, menghasilkan mendelatadehida yang sesuai, yang tidak dapat dinyatakan dalam jaringan. Dehidrasioleh aldehid hidrogenase menghasilkan senyawa asam mendelat yang sesuai, dan reduksi dengan perantaraan alkohol dehidrogenase memberikan senyawa feniletilglikol. Asam 4-hidroksi-3-metoksimandelat (asam mandilin mandelat), metanefrin dan 4-hidroksi3 metoksifeniletilengllikol dengan urin dalam bentuk konjugat • Sifat kimia : Senyawa labil. Penyimpanan harus terlindung cahaya, dalam wadah tertutup rapat. – Katekolamin lain seperti o-difenol merupakan senyawa labil, sedangkan analog katekolamin dengan struktur3,5-dihidrokdifenil pada hekekatnya lebih stabil. • Efek samping – Sebagai vasopresor & bronkodilator (sakit kepala;cemas;tremor;lemah dan palpitasi) – Sebagai dekongestan hidung (rasa pedih; terbakar; kekeringan mukosa) – Sebagai obat mata (iritasi;penglihatan kabur;hiperemia;alergi konjungtivitis) – Kelebihan dosis menyebabkan kejang;aritmia jantung; pendarahan otak – Pengguna jangka panjang (hipertropi jaringan). 14. 2. CLONIDINE (simpatomimetik langsung) (DOLA PERMATA SARI) Hubungan struktur - kerja 15. CLONIDINE Pengertian Clonidine Clonidine adalah obat untuk mengendalikan tekanan darah tinggi atau hipertensi yang dapat membebani pembuluh nadi dan jantung. Selain itu, obat ini bisa digunakan untuk menangani sensasi panas (hot flush) yang dirasakan saat menopause dan mencegah sakit kepala vaskular serta migrain. Clonidine bisa mengurangi efek berbagai zat kimia yang terdapat di pembuluh darah dan membuat aliran darah lebih lancar dengan cara mengendurkan pembuluh darah. Mekanisme kerja : Clonidine merupakan obat jenis alpha agonist. Clonidine menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi kadar kimia tertentu dalam darah. Hal ini membuat pembuluh darah mengendur dan jantung berdetak dengan lebih lambat dan mudah. Obat ini dapat digunakan bersamaan dengan obat tekanan darah lainnya. Efek samping : keadaan mengantuk, kepeningan, sakit kepala, depresi, kecemasan, kelelahan, gangguan tidur, impotensi, mulut kering. 16. Hubungan Struktur Aktivitas Klonidin • Adanya gugus orto- klorida dapat memperbaiki aktivitas • Kehadiran gugus α amino membuat cincin imidazolin bagian dari gugus guanidine. • akibat klonidin, gugus amino menyerang langsung cincin orto- diklorofenil. klonidin ada dalam bentuk tak terionkan sehingga klonidin dapat melewati SSP Rumus Kimia IUPAC Klonidin / Clonidine N-(2,6-dichlorophenyl)-4,5-dihydro-1H- imidazol-2- amine 17. 3. AMFETAMIN (simpatomimetik tak langsung) (MUHENI QORI APRIYENI) Hubungan struktur- kerja 18. Adrenergik bekerja secara tak langsung Contohnya: Amfetamin, metamfetamin, fentermin, klorfentermin, mefentermin. • Efek samping Kegelisahan, pusing, tremor, refleks hiperaktif, suka bicara, rasa tegang, mudah tersinggung, insomnia, dan kadang-kadang euforia, adiksi. • Mekanisme kerja Amfetamin merangsang pusat napas di modula oblongata dan mengurangi depresi sentral yang ditimbulkan oleh berbagai obat. Efek ini disebabkan oleh perangsangan pada korteks dan sistem aktivasi retikular. Mekanisme kerja amfetamin di SSP semuanya atau hampir semuanya melalui pelepasan amin biogenik dari ujung saraf yang bersangkutan amin biogenik dari ujung saraf yang bersangkutan di otak Pada sistem kardiovaskular, amfetamin yang diberikan secara oral meningkatkan tekanan sitolik dan diastolik. Denyut jantung diperlambat secara refleks. Pada dosis besar dapat terjadi aritmia jantung. 19. Struktur kimia turunan obat-obat adrenergik STRUKTUR DASAR STRUKTUR TURUNAN 20. Hubungan struktur amfetamin dan aktivitas obat • Struktur Amfetamin N-methyl-1- phenylpropan-2-amine 1. Tidak mempunyai gugus hidroksi fenolat pada posisi 3 dan 4. Hal ini dapat meningkatkan absorpsi obat pada pemberian secara oral dan meningkatkan penetrasi obat 2. Tidak mempunyai gugus β-hidroksi alkohol, sehingga obat bersifat kurang polar dan lebih mudah menembus sawar darah otak dan menunjukan efek rangsangan sistem saraf pusat lebih besar 3. Adanya gugus amina juga penting terutama untuk aktivitas α- adrenergik, karena dalam bentuk kationik dapat berinteraksi dengan gugus fosfat reseptor yang bersifat anionik 1 2 3 21. 4. EFEDRIN (simpatomimetik campuran) (AULIA RAHMI) 22. Efedrin Rumus molekul : C10H15NO 2-metil amino-1 fenilpropan-1 ol hidroksida Efedrin merupakan simpatomimetik yang bereaksi sebagai agonis reseptor adrenergik/tidak langsung, berdasarkan kemiripan struktur, membebaskan noradrenalin dari vesikel penimbunannya dan serentak menghambat pengasupan kembalinya dari celah sinaps ke dalam aksoplasma. Karena itu konsentrasi noradrenalin dan sekaligus tonus simpatikus meningkat. Ketergantungan kerja pada konfigurasi adalah lebih kecil pada simpatomimetik yang bekerja tidak langsung dibandingkan simpatomimetik yang bekerja langsung 23. Efedrin Rumus molekul : C10H15NO MEKANISME KERJA Amina simpatomimetik yang beraksi sebagai agonis reseptor adrenergik. Aksi utamanya adalah pada beta- adrenergik reseptor, yang merupakan bagian dari sistem saraf simpatik. Efedrin memiliki dua mekanisme aksi utama: 1. efedrin mengaktifkan α-reseptor dan β-reseptor pasca-sinaptik terhadap noradrenalin secara tidak selektif. 2. efedrin juga dapat meningkatkan pelepasan dopamin dan serotonin dari ujung saraf. INDIKASI (Bronkodilator)mengaktifkan reseptor beta adrenergik yang ada di saluran pernafasan, dekongestan EFEK SAMPING kecemasan, gemetar, pusing, Sakit kepala ringan, gastrointestinal distress (misalnya kram perut), insomnia, denyut jantung tidak teratur, jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, stroke, kejang, psikosis, lekas marah agresi. 24. HUBUNGAN STRUKTUR-KERJA 1.Gugus amina Senyawa amino dapat berkekuatan sangat tinggi. Penting untuk aktivitas agonis adrenergik. 2. Hidroksi fenol Penggantian gugus OH oleh gugus semacam itu menghilangkan hampir semua kerja farmakologisnya atau kalau tidak demikian, senyawa yang terbentuk dapat menjadi antagonis. 3. Rantai samping Berupa 2 carbon penting untuk aktivitas,namun ada juga pengecualiannya yaitu karbon benzil CH2 (yang dekat cincin) harus mempunyai konfigurasi mutlak R. 4. substituen-N Gugus atom yang lebih kecil bersubstitusi menggantikan atom hidrogen pada rantai induk hidrokarbon (-CH, -CH3) menghasilkan aktivitas α Sedangkan yang lebih besar bersubstitusi (-CH- (CH3)2, akhiran-il=melekat) menyebabkan aktivitas beta. Rumus molekul : C10H15NO 2-metil amino-1 fenilpropan- 1 ol hidroksida 2 3 4 25. SINTESIS EFEDRIN Hidrolisis metil fenil 1,2 diketon dikatalis menggunakan platina maka akan terbentuk pseudoefedrin Senyawa benzaldehida ini ditambahkan secara adisi asiloin enzimatik menjadi 1-hidroksi-1 fenil aseton yang dikatalis menggunakan platina yang akan menghasilkan efedrin 26. Adrenolitika atau simpatolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh aktivitas susunan saraf simpatis. 27. (adrenolitik/simpatolitik) Hubungan struktur & aktivitas obat adrenolitik Farmakologi & efek samping Sintesis & biotransformasi 28. Contoh obat adrenolitika Propanolol Propranolol adalah obat β-blocker dengan fungsi untuk menangani tekanan darah tinggi, detak jantung tak teratur, gemetar (tremor), dan kondisi lainnya. Obat ini bekerja menghambat kerja bahan kimia alami tertentu pada tubuh Anda (seperti epinephrine) yang memengaruhi jantung dan pembuluh darah. Efek ini mengurangi detak jantung, tekanan darah, dan ketegangan pada otot- otot jantung. 29. Efek samping PROPANOLOL • detak jantung cepat, lambat atau tak teratur • mual, muntah, diare, konstipasi, kram perut • menurunnya nafsu seksual, impotensi, kesulitan mencapai orgasme • masalah tidur (insomnia) • merasa lelah 30. Struktur PROPANOLOL Rumus molekul: C16H21NO2 . HCL Golongan : Beta (β) Blocker Tidak Selektif Nama kimia/IUPAC : ( + ) -1-Isopropylamino-3-(1- naphthyloxy)propan-2-ol hydrochloride. Sinonim : Hydrochlorothiazide dan Propranolol Hidroklorida 31. Hubungan struktur dengan aktifitas obat PROPANOLOL • Dalam kelompok zat β- simpatolitika yang menarik perhatian ialah tetapnya struktur rantai samping.perubahan yg kecil saja umumnya sudah menyebabkan daya kerja berkurang . 32. Modifikasi propanolol Karena adanya masalah kelarutan dalam lemak yang tinggi sehingga dapat menembus jaringan saraf dan menimbulkan depresi jantung. maka dilakukan modifikasi pada cincin fenil disubstitusikan dengan gugus bersifat polar ,seperti asetamida terbentuk praktolol cincin fenil asetamida. 33. Farmakologi PROPANOLOL Karena pemblokan reseptor beta,maka terutama terjadi • Hambatan pada kerja katekolamin pada jantung (pemblokan β-1) • Hambatan pada kerja relaksasi otot usus (pemblokan β-1) dan otot bronkhus (pemblokan β-2) • Hambatan terhadap glikogenolisis dan lipolisis 34. Sintesis propanolol Dibuat dengan pembentukan eter antara : 1-naftol dengan alfa- epiklorhidrin (1-klor-2,3-epoksi-propan) yang akan memberikan 1-klor-3(1-naftoksi)-2- propanol. Dengan mereaksikan senyawa ini dengan isoprolamin akan terbentuk propanolol. 35. Biotransformasi propanolol Biotransformasi propanolol dimulai dari diberikan secara oral, lalu propanolol di absorbsi sebanyak 70-100% selanjutnya dimetabolisme dihati dimana yang menonjol adalah hidroksilasi inti dan oksidasi rantai samping.Metabolit- metabolit utamanya yaitu: 4-(hidroksi-propanolol) masih bekerja betasimpatolitik senyawa metabolit terutama dieliminasi melalui ginjal dalam bentuk konyugat. 36. Efek obat kolinergik dapat dicapai melalui dua jalan, yaitu : 1. Rangsangan pada tempat reseptor khas dan bekerja secara langsung pada sel efektor saraf parasimpatetik, menghasilkan efek yang serupa dangan efek yang dihasilkan oleh rangsangansaraf post ganglionik parasimpatetik. 2. Penghambatan enzin asetilkolinesterase dan menimbulkan efek kolinergik secara tidak langsung. Obat kolinergik terutama digunakan untuk pengobatangangguan saluran cerna dan saluran seni. Bebrapa diantaranya digunakan untuk pengobatan glaukoma dan miastenia gravis. Efek samping yang ditimbulkan antara lain miosis, berkeringat, airliur berlebih, bradikardia dan penurunan tekanan darah. Berdasarkan mekanisme kerjanya senyawa kolinergik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu senyawa kolinergik dengan efek lang, senyawa kolinergik dengan efek tidak langsung, dan reaktivator kolineterase. 37. A. Senyawa Kolinergik Dengan Efek Langsung Mekanisme kerja kolinomimetik / agonis kolinergik [R-N+(CH3)3] • Kolinomimetik memiliki struktur mirip dengan asetilkolin sehingga dapat membentuk kompleks dengan reseptor asetilkolin. Reseptor tersebut terletak pada membran yang peka. Asetilkolin dan kolinomimetik dapat mempengaruhi dan meningkatkan keselektifan permeabilitas membran terhadap kation. 38. 6. KARBAKOL (NIPA FEBRIANI) • Mekanisme kerja : merangssang reseptor kolinergik di mata dan menyebabkan miosis • Indikasi : glaukoma 39. Hubungan struktur dan aktivitas. 1. Aktivitas akan meningkat secara tetap dengan peningkatan jumlah atom yang terikat pada gugus onium (-N+(CH3)3) sampai R = 5. Bila R lebih besar dari % aktivitas akan menurun secara tetap pula. 2. Gugus onium (N-kationik) sangat penting untuk aktivitas kolinergik. Penggantian atom N dengan gugus elektronegatif yang lain (P,S,As) dan penggantian gugus metil dengan gugus alkil yang lebih tinggi (etil) akan menurunkan aktivitas 3. Perpanjangan gugus asil akan meningkatkan aktivitas muskarinik dan menurunkan aktivitas nikotinik 4. Pengnggantian gugus metil ujung dari asetilkolin dengan gugus NH2 (karbakol) menyebabkan senyawa lebih tahan terhadap hidrolisis sehingga dapat diberikan secara oral 40. 5. Pemasukan satu gugus metil pada posisi α jembatan etil menghasilkan senyawa asetil- α-metilkolin dengan aktivitas nikotinik yang kuat dan aktivitas muskarinik yang lemah. Isomer (+) dan (-) menunjukkan intensitas efek yang sama. 6. Pemasukan satu gugus metil pada posisi β jembatan etil menghasilkan senyawa asetil-β-metilkolin (metakolin) dengan aktivitas nikotinik yang lemah dan aktivitas muskarinik yang kuat. 7. Gugus ester kurang penting untuk aktivitas kolinergik. Gugus ini dapat diganti dengan gugus keton, eter, hidroksil atau gugus lain tanpa kehilangan aktivitas kolinergik, penggantian ester dengan gugus – gugus diatas dalam kenyataannya justru dapat menimbulkan aktivitas yang lebih besar dibandingkan senyawa induknya (asetilkolin) 41. Bekerja mengurangi laju penguraian asetilkolinmelalaui inhibisi kompetitif asetilkolinesterase ( Cholinesterase-blocker). Untuk pemakaian terapi terutama digunakan zat-zat yang tergolong kelompok senyawa ester asam karbamat. 42. 7. FISOSTIGMIN (parasimpatomimetik tidak langsung) (AZIZA TUNIL AZAM) Hubungan struktur dan aktivitas fisostigmin Sintesis, Efek samping Farmakologi, sifat 43. PARASIMPATOMIMETIK TIDAK LANGSUNG FISOSTIGMIN Bekerja mengurangi laju penguraian asetilkolin melalaui inhibisi kompetitif asetilkolinesterase ( Cholinesterase- blocker). Untuk pemakaian terapi terutama digunakan zat-zat yang tergolong kelompok senyawa ester asam karbamat. Dikenal juga sebagai esrin,merupakan alkaloid utama kacang kalabar( Physostigma venosum ), dengan kandungan lebih kurang 0,1%.Struktur dasar, suatu pirolo(2,3b) indol, sangat bersudut,karena kedua cincin pirolidin terpasang –cis pada atom C kiral 3a ( kongfigurasi S) dan 8a (kongfigurasi R). Alkaloid ini digunakan untuk pengembangan ester asam karbamat sintetik, neostigmin bromida dan piridostigmin bromida yang lebih unggul dari zat alamnya dari segi stabilitas dan kespesifikan kerja. R1 R2 R3 44. FARMAKOLOGI Kerja parasimpatomimetik tidak langsung dianggap sebagai efek asetilkolin karena akumulasi asetil kolin terjadi sebagai akibat blokase enzim. Daerah aktivitasnya sesuai dengan parasimpatomimetik langsung. EFEK SAMPING Stimulasi vagal Peningkatan molalitas gastrointestinal Spasme bronkus Miosis Meningkatkan saliva dan sekresi trakheobronchial 45. HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIVITAS FISOSTIGMIN 1. terikat dengan kepalanya yang kationik (N kuartener) pada pusat anion asetilkolinesterase. Pengikatan mestinya langsung melalui gugus karboksil pada posisi w dari asam asparginat atau glutamat. 2. Hidrolisis ester asam karbamat serin juga berlangsung cepat, sehingga menyangkut pembolakan bolak balik asetilkolinesterase 1 2 46. 1. Fisostigmin akan terhidrolisis dalam suasana basa membentuk eserolin, Co2 dan metilamin. Eserolin cepat teroksidasi oleh oksigen udara menjadi senyawa kuinoid rubreserin yang berwarna merah. Oleh sebab itu larutan garam Fisostigmin sukar dipertahankan dan tidak dapat disterilkan secara panas. Fisostigmin salisilat larut baik dalam etanol sukar larut air. Karena mudah mengkristal dan tidak higroskopik. 47. Sintesis • Sebagai senyawa pemula untuk sintesis neostigmin adalah senyawa 3-N, N- dimetilaminofenol, yang dibuat dari N,N-dimetilanin dengan cara nitrasi dalam suasana asam kuat (sibsitusi meta),reduksi, diazotasi dan selanjutnya didihkan. Pengesteran dengan klorida asam N,N – dimetilkarbomat dan penguarteneran dengan metilbromida atau dimetilsulfat memberikan garam neostigmin yang sesuai. 48. obat yang mempengaruhi fungsi saraf. Di dalam tubuh manusia terdiri dari beribu-ribu sel saraf. Sel saraf satu dengan yang lainnya berkomunikasi melalui zat yang disebut sebagai neurotransmitter. Terdapat berbagai jenis neurotransmitter tergantung pada jenis sel sarafnya. Salah satu neurotransmitter utama di tubuh kita adalah asetilkolin. Asetilkolin bekerja pada saraf parasimpatis, yakni saraf yang memiliki efek relaksasi tubuh dan melemaskan otot. Saraf parasimpatis banyak ditemukan pada otot-otot saluran pencernaan, saluran kencing, paru- paru. Saraf simpatis tersebut saling berkomunikasi melalui asetilkolin. Obat antikolinergik bekerja menghambat asetilkolin tersebut sehingga akan menurunkan fungsi saraf parasimpatis 49. 8. ATROPIN (Antikolinergik/ Parasimpatik) (ARLENA NURLITIA WATI) Biotransformasi, Sintesis, analisis Efek samping, mekanisme kerja 50. Antikolinergik/ Parasimpatik • Obat golongan antikolinergik adalah obat yang mempengaruhi fungsi saraf. Di dalam tubuh manusia terdiri dari beribu-ribu sel saraf. Sel saraf satu dengan yang lainnya berkomunikasi melalui zat yang disebut sebagai neurotransmitter. Terdapat berbagai jenis neurotransmitter tergantung pada jenis sel sarafnya. Salah satu neurotransmitter utama di tubuh kita adalah asetilkolin. • Asetilkolin bekerja pada saraf parasimpatis, yakni saraf yang memiliki efek relaksasi tubuh dan melemaskan otot. Saraf parasimpatis banyak ditemukan pada otot-otot saluran pencernaan, saluran kencing, paru-paru. Saraf simpatis tersebut saling berkomunikasi melalui asetilkolin. Obat antikolinergik bekerja menghambat asetilkolin tersebut sehingga akan menurunkan fungsi saraf parasimpatis. 51. ATROPIN RUMUS sruktur : C17H23NO3 Sebagai : Antimuscarinics / Antispasmodik EFEK SAMPING Takikardia Pandangan kabur Mulut kering Susah BAK Mekanisme kerja Atropin menyebabkan blokade reversibel kerja kolinomimetik pada reseptor muskarinik. BIOTRANSPORMASI Setelah absorpsi yang cepat separuh dari atropin dieksresikan tidak berubah.hidrolisis ester mungkin bukan alur metabolisme utama, karena dalam urin dapat ditunjukkan 20 % asam tropan bebas. 52. Hubungan struktur dan aktivitas Atropin • Untuk analog asetilkolin tanpa aktivitas instrinsik seperti oksifenoniumbromida dan metateliniumbromida, ciri khasnya adalah residu asil yang lipofil dan bervolume besar. Mereka rupanya difiksasi pada struktur reseptor tambahan disekitar reseptor muskarin dan karena itu mengakibatkan afinitas zat yang tinggi. • Gangguan pada reseptor muskarinik terjadi oleh pengikatan nitrogen kuarterner atau nittrogen tersier terprotonasi dari parasimpatolitika pada pusat anionik sehingga asetil kolin didesak secara kompetitif. Aktivitas parasimpatolitik dari alkaloid L-hiosiamin, 100 kali lebih besar dari pada D-hiosiamin 53. Gangguan pada reseptor muskarinik terjadi oleh pengikatan nitrogen kuarterner atau nitrogen tersier terprotonasi dari parasimpatolitika pada pusat anionik Untuk analog asetikolin tampa aktivitas insrinsik seperti oksipenoniumbromi da dan metanteliumbromid a ciri khasnya adalah residu asil yang lifopil dan bervolume besar. Hanya sedikit menunjang aktivitas antiklinergik Hubungan sruktur dengan kerja obat 54. Efek samping • Takikardia • Pandangan kabur • Mulut kering • Susah BAK Mekanisme kerja Atropin menyebabkan blokade reversibel kerja kolinomimetik pada reseptor muskarinik. BIOTRANSPORMASI Setelah absorpsi yang cepat separuh dari atropin dieksresikan tidak berubah.hidrolisis ester mungkin bukan alur metabolisme utama, karena dalam urin dapat ditunjukkan 20 % asam tropan bebas. 55. Sintesis atropin • N-metoksikabonilpirol + α,α’, α’-tetrabromaseton N-metoksikarbonil- 2,4-dibrom-2,4-dibrom- 6,7-dehidro-nortropanon dan tanpa isolasi dengan paladium karbon sebagai katalis dihidrasi menjadi N- metoksikarboniltropanon. • Reduksi dengan diisobutilaluminiumhidrida (DIBAH) akan memberikan dalam waktu yang bersamaan reduksi keton menjadi hidroksil sekunder dan reduksi karbamat menjadi N- metil 3-tropanol dan 3-tropanol dengan perbandingan 90:10, kemudian 3-tropanol diesterifikasi dan radikal asetil dipecah dengan asam klorida pada suhu kamar. besi carbonil katalis 56. 9. skopolamin (Antikolinergik/ Parasimpatik) (M. IQBAL SEPRIADI) Biotransformasi, Sintesis, analisis Efek samping, mekanisme kerja 57. Antikolinergik Skopolamin Skopolamin merupakan bentuk heterosiklik tropan alkaloid yang secara alami ditemukan pada tanaman solanaceae. Kegunaan Untuk mencegah rasa mual yang muncul akibat mabuk perjalanan,mengobati spame saluran pencernaan,dan mengobati kondisi-kondisi dengan gejala menyerupai penyakit parkinson Mekanisme kerja Scopolamine berkompetisi dengan neurotransmitter asetilkolin untuk berkaitan dengan reseptornya.pada kondisi normal,pembentukan memori awal diperantaian oleh ikatan antara asetilkolin.sayangnya scopolamine memenangkan kompetisi ini,sehingga memori tidak dapat terbentuk Efek samping Pupil-pupil terdilatasikan ,Kantuk ,Disorientasi ,Mulut kering,Penglihatan kabur ,Pupil-pupil terdilatasikan 58. Aktivitas antikolinergik. Adanya gugus besar ini yang terikat pada gugus alkil yang dapat meningkatkan kekuatan ikatan dengan permukaan reseptor Adanya gugus OH akan meningkatkan aktivitas antikolinergik karena dapat menunjang kekuatan interaksi obat reseptor melalui ikatan hidrogen Gugus Fenil hanya sedikit menunjang aktivitas antikolinergik Hubungan Struktur Aktivitas Skopolamin N berupa amonium kuartener atau amin tersier yang terprotonasi pada pH fisiologis, membentuk gaya tarik menarik elektrostatik Epoxytropan 59. Sel-sel saraf dalam ganglion ini disebut sel ganglion. Ganglion dapat distimulasi dan dihambat oleh senyawa yang bekerja terhasap ganglion. Senyawa yang memblok ganglion (ganglioplegika) menghambat penghantaran stimulus di ganglion simpatik maupun parasimpatik. B. Penggolongan Obat 1. Obat ganglion golongan I Mula-mula merangsang, kemudian menghambat Prototipe: Nikotin. 2. Obat ganglion golongan II Langsung menghambat ganglion Prototipe: Heksametonium Menghambat reseptor nikotinik ganglia secara kompetitif (simpatis dan parasimpatis) Efek yang timbul sesuai dengan hambatan tonus yang dominan, Obat lain: pentolinium(C5), tetraetil amonium(TEA), klorisondamin, mekamilamin, trimetafan 60. Hubungan struktur & aktivitas obat penghambat ganglion (nikotin) Sintesa & biotransformasi 61. Nikotin yang menstimulasi atau memblok ganglion rumus struktur rumus molekul : C10H14N2 berat molekul : 162,23 mekanisme kerja L-Nikotin, alkaloid utama dari daun Nicotiana. Nikotin(C10H14N2) merupakan senyawa organic alkaloid, yang umumnya terdiri dari Karbon, Hydrogen, Nitrogen dan terkadang juga Oksigen. Senyawa kimia alkaloid ini memiliki efek kuat dan bersifat stimulant terhadap tubuh manusia,Ganglioplegika dapat digunakan untuk terapi hipertoni yang berat. nikotin menstimulasi ganglion melalui depolarisasi membran pasca sinaps. efek samping setelah penyalahgunaan yang menahun nikotin menyebabkan gangguan aliran darah perifer, yang disebabkan oleh peninggian tonus simpatikus maupun oleh stimulasi langsung otot pembuluh 62. Sintesa nikotin • Saat merokok, nikotin yang terdapat dalam tembakau sebagi garam, dibebaskan sebagai basa dan dihirup bersama asapnya • Pada penguraian oksidatif dengan krom (IV)oksida, terbentuk asam nikotinat. Jika L-nikotin diubah dengan metiliodida pada nitrogen piridin menjadi metoiodida, selanjutnya dioksidasi dalam suasana asam dengan kaliumheksanianoferat (III), diperoleh L-1-metilnikoton, yang dapat dioksidasi dengan krom (VI)-oksida menjadi asam L-higrinat. 1 86 5 4 32 7 63. Hubungan struktur – kerja nikotin 2 3 1 senyawa amonium monokuaterner yang sederhana bersifat menstimulasi ganglion. Bila gugus-gusgus metil pada tetrametilamonium diganti dengan substituen yang lebih besar, terjadi perubahan pada pola kerja. Tetrametilamonium menghambat penghantar stimulus di ganglion. 54 Kerja memblok ganglion secara maksimum terjadi pada panjang rantai dengan 5.Sebagi kerja sampingan, muncul efek relaksasi otot. 64. Hubungan struktur & aktivitas obat penghambat ganglion (nikotin) Sintesa & biotransformasi 65. golongan obat yang mempengaruhi tidur benzodiazepin rumus struktur rumus benzodiazepin terdiri dari cincin benzen (cincin A) yang melekat pada cincin aromatik diazepin (cincin B). karena benzodiazepin yang penting secara farmakologi selalu mengandung gugus 5-aril (cincin C) dan cincin 1,4 benzodiazepin. kegunaan senyawa obat yang digolongkan sebagai trankuilansia adalah yang bersifat menghilangkan kecemasan (anksiolitik) dan sedatif, umumnya juga bersifat merelaksasi otot. wakil yang paling efektif trdapat pada golongan senyawa 1,4 benzodiazepin. untuk terapi gangguan tidur digunakan disamping diazepam yaitu nitrazepam dan flurazepam. 1,4 benzodiazepin terikat secara spesifik pada reseptor benzodiazepin yang ada pada SSP, membentuk satu kesatuan yang fungsional dengan reseptor GABA. efek samping kebingungan,pusing, masalah dengan ikatan. 66. Hubungan struktur – kerja dan aktivitas obat • 1,4 benzodiazepin-2-on Substituen R1 yang menarik elektron bekerja meningkatkan aktivitas • substituen R2 gugus metil memperlihatkan pengaruh yang menguntungkan, gugus etil dan dan gugus butil tersier mengurangi aktivitas. • Penambahan gugus fluor atau clor sebagai R3 pada posisi orto dan residu fenil juga mempertinggi daya kerja, sedangkan substituen pada posisi meta dan para tidak menguntungkan. • Cincin fenil pada C5 dapat digantikan oleh gugus lain seperti residu 2- piridil. C5 67. Agonis Muskarinik Obat golongan ini dibedakan menjadi 2 yaitu obat golongan ester dan alkaloid (menyerupai basa). -Obat golongan ester. Contoh obat golongan ester ini adalah Metakolin, betanekol, dan Karbakol. -Obat golongan alkaloid Pada obat golongan ini strukturnya tidak mirip dengan asetilkolin, maka obat golongan ini tidak dapat dimetabolisme oleh enzim asetilkolinesterase .contoh obat nya pilokarpin 68. BETANAKOL (KURNIA JEVINA) merupakan salah satu obat dari obat obatan sistem saraf otonom, yang termasuk golongan obat agonis muskarinik. Dimana obat agonis muskarinik dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Asetilkolin dan esterkolinin contohnya : metakolin, karbakol, dan betanekol 2. Alkaloid Kolinergik contohnya : muskarin, pilokarpin, dan arekolin, serta senyawa sintetisnya. 69. Agonis muskarinik tersebut tergolong kedalam agonis kolinergik yang berarti obat-obat tersebut dapat berikatan langsung dengan reseptornya. Obat betanekol langsung berikatan dengan neurontransmitter utamanya (asetilkolin) dan obat tersebut aksinya menyerupai/ memacu asetilkolinnya serta menimbulkan efek. 70. Mekanisme kerja Betanekol memacu langsung reseptor muskarinik dengan mengikat dan mengaktifkan reseptor tersebut, sehingga tonus dan motilitas usus meningkat, dan memacu pula otot detrusor kandung kemih,serta merelaksasi trigonum dan sfingter kemih (melemas) , sehingga urin terpancar keluar. Obat ini memiliki efek utama terhadap otot polos kandung kemih dan saluran cerna. dimana masa kerja dari obat ini sekitar satu jam. farmakodinamik - Kontraksi kandung kemih - Penurunan kapasitas kandung kemih - Peningkatan frekuensi gelombang periostaltik ureter - Peningkatan tonus dan peristaltik saluran GI - Peningkatan tekanan dalam esofagus -Peningkatan sekresi lambung Efek samping Betanekol ini mempunyai efek samping berhubungan langsung dengan interaksi obat dengan reseptor muskarinik, menimbulkan stimulasi umum kolinergik, berupa banyak berkeringat, salivasi, kemerahan , penurunan tekanan darah, mual, diare, dan nyeri abdomen. Yang dituju ialah reseptor, sel efektor parasimpatis (otot polos/kelenjar). 71. HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS BETANAKOL 72. Sama dg Hubungan struktur dan aktivitas. 1. Aktivitas akan meningkat secara tetap dengan peningkatan jumlah atom yang terikat pada gugus onium (-N+(CH3)3) sampai R = 5. Bila R lebih besar dari % aktivitas akan menurun secara tetap pula. 2. Gugus onium (N- kationik) sangat penting untuk aktivitas kolinergik. Penggantian atom N dengan gugus elektronegatif yang lain (P,S,As) dan penggantian gugus metil dengan gugus alkil yang lebih tinggi (etil) akan menurunkan aktivitas 3. Perpanjangan gugus asil akan meningkatkan aktivitas muskarinik dan menurunkan aktivitas nikotinik 4. Pengnggantian gugus metil ujung dari asetilkolin dengan gugus NH2 (karbakol) menyebabkan senyawa lebih tahan terhadap hidrolisis sehingga dapat diberikan secara oral 73. 5. Pemasukan satu gugus metil pada posisi α jembatan etil menghasilkan senyawa asetil- α-metilkolin dengan aktivitas nikotinik yang kuat dan aktivitas muskarinik yang lemah. Isomer (+) dan (-) menunjukkan intensitas efek yang sama. 6. Pemasukan satu gugus metil pada posisi β jembatan etil menghasilkan senyawa asetil-β-metilkolin (metakolin) dengan aktivitas nikotinik yang lemah dan aktivitas muskarinik yang kuat. 7. Gugus ester kurang penting untuk aktivitas kolinergik. Gugus ini dapat diganti dengan gugus keton, eter, hidroksil atau gugus lain tanpa kehilangan aktivitas kolinergik, penggantian ester dengan gugus – gugus diatas dalam kenyataannya justru dapat menimbulkan aktivitas yang lebih besar dibandingkan senyawa induknya (asetilkolin)