Anda di halaman 1dari 8

NAMA: LUSI LESTARI

STAMBUK: G70117164

KELAS: A

RANGKUMAN ADRENERGIK

A. ADRENERGIK

Senyawa adrenergik adalah senyawa yang dapat menghasilkan efek serupa dengan
respons akibat rangsangan pada sistem saraf adrenergik. Disebut juga dengan nama
adrenomimetik, perangsang adrenergik, simpatomimetik atau perangsang
simpatetik.
Sistem saraf adrenergik adalah cabang sistem saraf otonom dan mempunyai
neurotransmitter yaitu norepinefrin.
Sintesis Epinefrin

PENGERTIAN RESEPTOR ADRENERGIK

Reseptor adrenergik merupakan reseptor yang memperantarai berbagai aksi


saraf simpatik (flight, fright or figt responses) yang meliputi :

1. Pelepasan energi dari glukosa


2. Denyut jantung
3. Dilatasi saluran pernapasan
4. Pengaturan sirkulasi perifer
Pada kondisi normal (tanpa stres), reseptor ini berperan dalam berperan
dalam berbagai sistem dalam tubuh yang merupakan reseptor bagi
neurotransmiter golongan katekolamin

Reseptor Norepinephrine

Reseptor norepinephrine adalah reseptor adrenergik / adrenoreseptor.

Reseptor adrenergik dibagi menjadi:

1) Reseptor alfa adrenergik, dibagi menjadi 2 :


 alfa-1 adrenergik menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah,
saluran gastrointestinal, vasodilatasi otot bronkus (efeknya lebih kecil
dibanding beta-2)
 alfa-2 adrenergik inhibisi pelepasan insulin, induksi pelepasan
glukagon, kontraksi spincher pada gastro intestinal

2) Reseptor beta adrenergik, dibagi menjadi 3:


 beta 1 : terdapat di jantung
menaikkan heart rate (jumlah denyut jantung per unit waktu),
menaikkan kontraksi jantung
 beta 2: terdapat di pembuluh darah, otot polos skeletal, otot polos
bronkus relaksasi otot polos di gastro intestinal dan bronkus, dilatasi
arteri,gluconeogenesis
 beta 3: terdapat di jaringan adipose Biosintesis norepinefrin

1. Tyrosine
Asam amino Tyrsine memasuk sel syaraf secara transport aktif. Tyrosine
mengalami hidroksilasi dengan bantuan Tyrosine hydroxylase menjadi L-
DOPA di sitosol sel syaraf
2. DOPA DOPA mengalami dekarboksilasi menjadi DOPAMINE dengan
bantuan L-amino acid decarboxylase
3. DOPAMINE
Dopamine dioksidasi oleh dopamine--hydroxylase (hanya terdapat di
vesikel) menjadi Norepinephrine dengan kofaktor askorbat

Efek samping senyawa adrenergik sangat bervariasi:

1. Sebagai vasopresor dan bronkodilator dapat menyebabkan sakit kepala,


kecemasan,tremor, lemah dan palpitasi.
2. Sebagai dekongestan hidung yang digunakan secara local dapat
menyebabkan rasa pedih, terbakar atau kekeringan mukosa.
3. Sebagai obat mata setempat menyebabkan iritasi, penglihatan kabur,
hyperemia dan alergi konjungtivitas.
4. Kelebihan dosis dapat menyebabkan kejang, aritmia jantung, dan perdarahan
otak, sedang padapenggunaan jangka panjang menimbulkan hipertropi
jaringan.

Efek adrenomimetik dapat ditimbulkan oleh penggunaan obat-obat berikut:

1. Penghambat monoamin oksidase (MAO), dapat menurunkan metabolisme


norepinefrin bebas dan menyebabkakn penumpukan norepinefrin di otak dan
jaringan lain. Contoh: pargilin dan tranilsipromin.
2. Kokain, desipramin, imipramin, klorfeniramin dan klorpromazin, dapat
memblok transport aktif dari cairan luar sel ke mobie pool I sitoplasma,
menghambat pemasukan norepinefrin pada membran akson presinaptik,
sehingga senyawa tetap aktif.
3. Senyawa adrenomimetik, dapat mengaktifkan dan -reseptor.
4. Tiramin dan efedrin, dapat mengganti norepinefrin dai mobile pool I
sitoplasma,menghasilkan efek simpatomimetik.
5. Pirogalol, katekol dan4-metiltropolon, dapat menghambat enzim katekol-
ometiltransferase (COMT).

Sistem saraf menghasilkan 2 tipe respons, yaitu:

a. Respon -adrenergik, secara umum dapat menimbulkan rangsangan atau


vasokonstriksi otot polos, tetapi kemungkinan juga menimbulkan respons
penghambatan, seperti relaksasi otot polos usus.
b. Respon -adrenergik, secara umum dapat menimbulkan respons
penghambatan, seperti relaksasi otot polos dan vasodilatasi otoy rangka,
tetapi kemungkinan juga menimbulkan rangsangan, seperti meningkatkan
konstraksi dan kecepatan jantung.

Antagonis Reseptor dan adrenergik

Antagonis Reseptor dan adrenergik dapat mencegah terjadinya interaksi antara


neurotransmiter norepinephrine endogen atau simpatomimetik dengan reseptor
adrenergik. Gangguan pada fungsi normal reseptor adrenergik dapat menurunkan
mekanisme hemostatik sistem saraf simpatetik sehingga menimbulkan suatu
respon farmakologis tertentu

1R : di pembuluh darah di kulit dan sistem pencernaan, kandung kemih, pada


respons flight or fight terjadi penurunan aliran darah pada organ ini orang takut
jadi pucat

1R: terutama terdapat pada otot Jantung meningkatkan kekuatan dan frekuensi
denyut jantung,

2R: terdapat pada ujung saraf presinaptik autoreseptor

2R: bronkus, arteriol pada otot rangka, otot polos relaksasi bronkus

B. HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS

Struktur yang diperlukan untuk memberikan aktivitas agonis pada reseptor


adrenergik adalah sebagai berikut :

a. Struktur induk feniletilamin.


b. Substituen 3 hidroksi fenolat pada cincin atau yang lebih baik adalah
substituent 3,4 dihidroksi fenolat pada cincin.
c. Gugus -hidroksi alifatik mempunyai stereokimia yang sebidang dengan
gugus hidroksi fenolat.
d. Substituen yang kecil (R=H,CH3, atau C2H5) dapat dimasukkan dalam
atom C tanpa mempengaruhi aktivitas agonis.
e. Atom N paling sedikit mempunyai satu atom hidrogen (R=H atau gugus
alkil)

Reseptor yang terlibat dalam respon saraf adrenergik adalah reseptor -adrenergik
dan reseptor -adrenergik.

a. Gugus hidroksi fenolat membantu interaksi obat dengan sisi reseptor


adrenergik melalui ikatan hidrogen atau kekuatan elektrostatik. Hilangnya
gugus ini menyebabkan menurunnya aktivitas -adrenergik, tetapi tidak
mempengaruhi aktivitas -adrenergik.
b. Gugus hidroksi alkohol dalam bentuk isomer (-) dapat mengikat reseptor
secara serasi melalui ikatan hidrogen atau kekuatan elektrostatik. Atom C-
seri feniletilamin yang dapat membentuk karbokation juga menunjang
interaksi obat reseptor.
c. Adanya gugus amino juga penting terutama untuk aktivitas -adrenergik,
karena dalam bentuk kationik dapat berinteraksi dengan gugus fosfat
reseptor yang bersifat anionik. Penggantian gugus amino dengan gugus
OCH 3 akan menghilangkan aktivitas adrenergik.
d. Adanya substituen gugus alkil yang besar pada atom N akan meningkatkan
afinitas senyawa terhadap -reseptor dan menurunkan afinitasnya terhadap
reseptor.
e. Peran R-stereoselektivitas terlihat lebih besar pada -reseptor. -agonis dan
antagonis mempunyai struktur mirip seperti yang terlihat pada struktur
isoproterenol, tipe perangsang -adrenergik, dan propanolol, tipe pemblok
adrenergik. Molekul senyawa adrenomimetik bersifat lentur dan dapat
membentuk konformasi cis dan trans. Penelitian dengan analog dopamin
menunjukkan bahwa bentukkonformasi trans yang memanjang berinteraksi
lebih baik dengan reseptor dan-adrenergik dibanding bentuk konfirmasi cis
yang tertutup.

Hubungan struktur dan aktivitas senyawa -agonis didapatkan bahwa :

a. Pemasukan gugus metil pada atom C- rangka feniletilamin akan


meningkatkan selektivitas terhadap.
b. Penghilangan gugus 4-OH dari cincin aromatik, secara drastis meningkatkan
selektivitas terhadap 1-reseptor.
c. Penghilangan gugus 3-OH dari cincin aromatik, pada banyak kasus dapat
meningkatkan selektivitas terhadap
d. Semua turunan imidazolin menunjukkan selektivitas yang lebih baik
terhadap 2 reseptor dan aktivitasnya akan lebih besar bila ada substituen
pada posisi 2 dan 6 cincin aromatik.
Obat adrenergik, yang juga sebagai amino simpatomimetik, mempunyai struktur
dasar -feniletilamin, yang terdiri dari inti aromatis berupa cincin benzen dan bagian
alifatis berupa etilamin. Substitusi dapat dilakukan pada cincin benzene maupun
pada atom C-, atom C-, dan gugus amino dari etilamin.

1. Substitusi pada cincin benzen dan pada atom C-.


a. Amino simpatomimetik dengan substitusi gugus OH pada posisi 3 dan
4 cincin benzen disebut katekolamin (o-dihidroksibenzen disebut
katekol). Sebstitusi pada gugus OH yang polar pada cincin benzen
atau pada atom C mengurangi kelarutan obat dalam lemak dan
memberikan aktivitas untuk bekerja langsung pada reseptor
adrenergik di perifer. Karena itu, obat adrenergik yang tidak
mempunyai gugus OH pada cincin benzen maupun pada atom C-
(misalnya amfetamin, metamfetamin) mudah menembus sawar darah
otak sehingga menimbulkan efek sentral yang kuat. Disamping
itu, obat-obat ini kehilangan aktivitas perifernya yang langsung,
sehingga kerjanya praktis hanya secara tidak langsung.
b. Katekolamin dengan gugus OH pada C- (misalnya epinefrin,
norepinefrin dan isoprenalin) sukar sekali masuk SSP sehingga efek
sentralnya minimal. Obat-obat ini bekerja secara langsung dan
menimbulkan efek perifer yang maksimal.
c. Amin simpatomimetik dengan 2 gugus OH, pada posisi 3 dan 4
(misalnya dopamin dan dobutamin) atau pada posisi 3 dan C-
(misalnya fenilefrin, metaramirol) juga sukar masuk SSP.
d. Obat dengan 1 gugus OH, pada C- (misalnya efedrin,
fenilpropanolamin) atau pada cincin benzen (misalnya
hidroksiamfetamin) mempunyai efek sentral yang lebih lemah
daripada efek sentral amfetamin (hidroksiamfetamin hampir tidak
mempunyai efek sentral).
e. Gugus OH pada posisi 3 dan 5 bersama gugus OH pada C- dan
substitusi yang besar pada gugus amino memberikan selektivitas
reseptor 2.
f. Katekolamin tidak efektif pada pemberian oral dan masa kerjanya
singkat karena merupakan substrat enzim COMT (katekol-O
metiltransferase) yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati;
enzim ini mengubahnya menjadi derivat 3-metoksi yang tidak aktif.
g. Tidak ada atau hanya satu substitusi OH pada cincin benzen, atau
gugus OH pada posisi 3 dan 5 meningkatkan efektivitas oral dan
memperpanjang masa kerja obat, misalnya efedrin dan terbutalin.

2. Substitusi pada atom C-.


a. Menghambat oksidasi amin simpatomimetik oleh enzim monoamin
oksidase (MAO) menjadi mandelat yang tidak aktif.
b. Meningkatkan efektivitas oral dan memperpanjang masa kerja amin
simpatomimetik yang tidak mempunyai substitusi 3-OH pada inti
benzene (misalnya efedrin, amfetamin), tetapi tdak memperpanjang
masa kerja amin simpatomimetik yang mempunyai substitusi 3-OH
(misalnya etilnorepinefrin).

3. Substitusi pada gugus amino.


a. Makin besar gugus alkil pada atom N, makin kuat aktivitas , seperti
terlihat pada Isoprenalin > epinefrin > norepinefrin.
b. Makin kecil gugus alkil pada atom N, makin kuat aktivitas , dengan
gugusmetil memberikan aktivitas yang paling kuat, sehingga urutan
aktivitas : epinefrin >> norepinefrin > isoprenalin

4. Isomeri optik.
a. Substitusi yang bersifat levorotatory pada atom C- disertai aktivitas
perifer yang lebih kuat. Dengan demikian, L-epinefrin dan L-
norepinefrin mempunyai efek perifer > 10 kali lebih kuat daripada
isomer dekstonya.
b. Substitusi yang bersifat dextrorotatory pada atom C- menyebabkan
efek sentral yang lebih kuat, misalnya d-amfetamin mempunyai efek
sentral lebih kuat daripada L-amfetamin.

Contoh obat-obat yang bekerja sebagai agonis reseptor adrenergic

a. 1-R agonis (efedrin, pseudoeferin, phenylephrine) vasokonstriksi perifer


obat dekongestan
b. 2-R agonis (klonidin) memblok pelepasan norepinefrin dari ujung sinaptik
menghambat aksi saraf simpatik antihipertensi
c. 2-R agonis (salbutamol, terbutalin) : bekerja mengaktivasi Gs mengaktivasi
jalur cAMP efeknya adalah relaksasi bronkus bronkodilator Obat obat yang
bekerja pada reseptor adrenergic beserta aksi farmakologisnya,

Agonis Aksi farmakologi Antagonis Aksi farmakologi


a1 Efedrin, pseudofedrin,fenileferin a2 Klonidin
Fasokonstriksi Mengurai perifer, sebegai vasokonstriksi, dekongenstal nasal
sebagai antihipertensi Menghambat Yohindin Vasodilatasi perifer, pelepasan
untuk mengatasi noropinerfrin, gangguan ereksi pada antihipertensi sentral pria

b1 Norepinerfin, xamoterol, Vasokonnstriksi,denopamin Prazosin Propanolol,


Fasodilatasi, sebagai untuk mengatasi atenolol, anti hipertensi syok alprenolol,
labetolol b2 Salbutanol, salmeterol formeterol, terbutanil Bronkorelaksasi,----
menghambat pelepasan histamine dari sel mast

Anda mungkin juga menyukai