Anda di halaman 1dari 9

Efektifitas infusa daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) dalam

menurunkan kadar asam urat pada mencit putih jantan yang diinduksi
kalium oksanat

PROPOSAL

LUSI LESTARI
G 701 17 164

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
MEI 2020
Efektifitas infusa daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) dalam menurunkan kadar
asam urat pada mencit putih jantan yang diinduksi kalium oksonat

A. Latar Belakang
Gout atau yang lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai penyakit asam urat merupakan
suatu penyakit yang dapat menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit asam urat merupakan
suatu kondisi klinis yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar asam urat serum melebihi
batas normalnya yaitu 7,0 mg/dL untuk laki-laki dan sebesar 6,0 mg/dL untuk perempuan. Faktor
penyebab dari penyakit yang jarang diketahui oleh masyarakat dikarenakan kurangnya edukasi
dan sosialisasi terhadap penyakit asam urat ini salah satunya adalah asupan makanan yang biasa
dikonsumsi sehari-hari (Wortmann, 1997).

Asam urat merupakan bentuk komplikasi dari hiperurisemia, dimana hiperurisemia itu
sendiri terjadi karena adanya peningkatan metabolisme asam urat, penurunan pengeluaran asam
urat urin gabungan dari keduanya (Wortmann, 1997). Hal ini dapat menyebabkan
ketidakmampuan darah dalam menampung asam urat sehingga menyebabkan terjadinya
pengendapan kristal urat diberbagai sendi dan ginjal (Misnadiarly, 2007).

Tanaman herbal saat ini menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat dalam mengobati
suatu penyakit, dimana masyarakat lebih memilih menggunakan tanaman herbal daripada obat
sintetik karena aktivitasnya dapat menyembuhkan suatu penyakit dengan mempertimbangkan hal
seperti harga yang murah, sangat mudah untuk didapat dan minim akan efek samping.
Salah satu tanaman yang sudah dikenal oleh masyarakat luas adalah tanaman Katuk
(Sauropus androgunus (L) Merr) yang sudah sangat banyak digunakan oleh masyarakat dalam
mengobati penyakit. Berdasarkan penelitian Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia menyatakan bahawa tanaman katuk mengandung beberapa senyawa kimia yang dapat
dijadikan sebagai alternatif dalam mengobati suatu penyakit diantaranya adalah senyawa alkaloid
papaverin, protein, lemak, vitamin, mineral, saponin, flavonoid, dan tanin (Rukmana,2003).

Senyawa kimia berupa flavonoid yang terdapat pada daun katuk berupa metabolit sekunder
yang memiliki berbagai aktifitas farmakologi dan aktifitas biologi. Didalam tumbuhan tingkat
tinggi (Angiospermae) flavonoid tersebar dan banyak terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi
jenis ini. Flavonoid memiliki aktifitas seperti fungsi biotransportasi,pertahanan diri baik dalam
keadaan buruk maupun sebagai pigmen warna (Rukmana, 2003). Selain itu flavonoid adalah sutu
senyawa aktif yang dapat digunakan dalam mengobati penyakit asam urat dimana mekanisme
kerjanya adalah dengan menghambat kerja dari enzim xanthin oksidase yang dapat mengubah
purin menjadi asam urat (Costantito et al, 1992).

Pada penelitian ini dilaksanakan untuk melihat efek dari pemberian infus daun katuk
terhadap penurunan kadar asam urat pada mencit putih jantan yang diinduksi dengan kalium
oksonat dan melihat perbandingan penurunan kadar asam urat pada pemberian allopurinol
sebagai kontrol positif dan penggunaan infus daun katuk pada dosis tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pemberin infusa daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) dapat memberikan
efek terhadap penurunan kadar asam urat ?
2. Berapakah dosis optimal infusa daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) yang dapat
menurunkan kadar asam urat ?
3. Apakah terdapat perbedaan efek yang ditimbulkan antara pemberian allopurinol sebagai
kontrol positif dengan infusa daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) dalam
menurunkan kadar asam urat ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui efek pemberian infusa daun sukun dalam menurunkan kadar asam urat pada
penderita penyakit Gout.
2. Melihat dosis optimal pada pemberian infusa daun katuk dalam menurunkan kadar asam
urat.
3. Melihat perbedaan antara pemberian allopurinol sebagai kontrol positif dengan
pemberian infusa daun katuk dalam menurunkan kadar asam urat

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan dalam menurunkan kadar asam urat
daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) serta mengetahui tingkat keamanan dari
infusa daun katuk

2. Bagi Penelitian
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam pemanfaatan
mengenai Efektifitas infusa daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) serta dosis
optimal pada pemberian infusa daun katuk dalam menurunkan kadar asam urat.

3. Bagi Pendidikan
Dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang cara menentukan dosis optimal
dan menentukan pemberian infusa dari daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr)
dalam menurunkan kadar asam urat.

E. Hipotesis Peneliti
1. Pemberian infusa daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) dapat menurunkan
kadar asam urat.
2. Tidak terdapat perbedaan antara penggunaan allopurinol sebagai kontrol positif
dengan pemberian infusa daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) dalam
menurunkan kadar asam urat

F. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya sebatas mempelajari dan mengetahui cara pemberin infusa daun
katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) dapat memberikan efek terhadap penurunan kadar
asam urat dosis optimal infusa daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) yang dapat
menurunkan kadar asam urat serta mengetahui efek yang ditimbulkan antara pemberian
allopurinol sebagai kontrol positif dengan infusa daun katuk (Sauropus androgunus (L)
Merr) dalam menurunkan kadar asam

G. Tinjauan Pustaka
1. daun katuk (Sauropus androgunus (L)
a. Klasifikasi Daun katuk (Sauropus androgunus (L)
Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Euphor
Famili : Euphorbeaceae
Genus : Sauropus
Spesies : (Sauropus androgunus (L) Merr)

b. Morfologi
Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) merupakan tumbuhan jenis sayuran
yang banyak terdapat pada kawasan wilayah Asia Tenggara. Ciri-ciri tanaman katuk
ada pada cabangnya yang lunak, daun yang tersusun selang-seling pada satu buah
tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar panjang 2,5 cm dan lebar 1,25-3 cm.
Tanaman katuk tumbuh secara menahun dimana berbentuk seperti semak dengan
ketinggian mencapai 2-5 m. Tanaman katuk ini sendiri terdiri dari akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji. Sistem perakarannya menyebar kesegala arah dan dapat
mencapai kedalaman berkisar antara 30-50 cm. Batang tanaman tumbuh tegak dan
berkayu, dimana tanaman katuk mempunyai daun majemuk, berukuran kecil,
berbentuk bulat dan pada permukaan atas daun berwarna hijau gelap, sedangkan
bagian bawah daun berwarna hijau muda (Santoso, 2009).

Daun katuk adalah salah satu jenis sayuran yang mudah diperoleh dipasar maupun
swalayan. Gizi yang terkandung pada daun katuk itu sendiri terdapat cukup banyak
kandungan kalori, protein, kalsium, zat besi, fosfor dan vitamin yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia.

Kandungan gizi Kadar

Energi 59 kkal

Protein 4,8 gr

Lemak 1 gr

Karbohidrat 11 gr

Serat 1,5 gr

Kalsium 0,4 mg

Fosfor 83 mg

Zat besi 2,7 mg

Vitamin A 10370 SI

Vitamin B1 0,1 mg

Vitamin C 239
2. Kandungan kimia daun katuk
1. Tanaman katuk (Sauropus androgunus (L) Merr) mengandung beberapa senyawa
kimia yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, diantarnya adalah
flavonoid, alkaloid papaverin, protein, lemak, vitamin, mineral dan saponin
(Zuhra dkk, 2008).
2. Flavonoid merupakan salah satu kandungan kimia yang terdapat pada tanaman
daun katuk yang memiliki berbagai khasiat farmakologi, dimana flavonoid
merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar disebagian tumbuhan
jenis tingkat tinggi (Angiospermae). Fungsi dari flavonoid itu sendiri adalah
sebagai biotransportasi, pertahanan diri baik dalam keadaan buruk atau hama,
maupun sebagai pigmen warna (Rukmana, 2003).
3. Senyawa flavonoid yang terdapat pada suatu tanaman berpotensi sebagai obat
penyakit asam urat dengan menghambat kerja dari xanthin oksidase dan
menurunkan konsentrasi asam urat dalam jaringan manusia (Septianingsih dkk,
2012).

3. Allopurinol
Obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit gout yang dapat menurunkan kadar
asam ura didalam darah

1. Nama dan Struktur Kimia

1 H-pyrazolol [3,4-d]pirimidin-4-ol atau 4-hidroksipirazolol [3,4-d]pirimidin


2. Mekanisme Kerja
Allopurinol adalah salah satu jenis obat sintetik yang digunakan dalam mengatasi
penyakit asam urat dimana allporuinol sendiri merupakan suatu analog asam urat
yang bekerja dengan menghambat pembentukan asam urat dari prekursornya dan
menghambat aktivitas enzim xantin oksidase (Dipiro, 2005).

Gambar 2. Mekanisme Penghambatan Allopurinol Terhadap Enzim Xanthine


Oksidase (Schunack et al, 1990).

3. Efek Samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan pada penggunaan allopurinol antara lain
reaksi kulit yang kemerahan, reaksi alergi, demam, leukopeni, pruritus,
eosinofilia, artralgia, gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga, penggunaan
allopurinol pada masa awal terapi dapat menyebabkan peningkatan serangan gout
(Dipiro, 2005).

4. Kalium Oksonat
Kalium oksonat atau dengan nama lain potassium oksonat yang berasal dari asam
oksonat mempunyai berat molekul 195,18. Kalium oksonat bersifat oksidator kuat,
teratogen, karsinogen, mutagen, dan mudah mengiritasi mata dan kulit. Kalium
oksonat dapat dijadikan sebagai inhibitor oksidase urat dengan efek yang diberikan
yaitu hiperurisemia. Adapun mekanisme dari kalium oksonat ini adalah meningkatkan
kadar asam urat menjadi allantoin yang harusnya diekskresikan melalui urin, dengan
adanya kalium oksonat ini dapat menghambat enzim urikase dan mengakibatkan
tertumpuknya dan tidak tereliminasinya asam urat dalam bentuk urin (Sukandar dkk,
2012).

5. Rancangan Percobaan
Mencit Putih Jantan Galur Swiss Webster
Pada penelitian ini digunakan hewan percobaan yaitu mencit putih jantan dengan
galur Swiss Webster. Alasan penggunaan mencit galur ini karena memiliki
keuntungan diantara lain yaitu : lebih ekonomis, ukuran kecil, dan dasar fisiologisnya
mendekati manusia yaitu sama-sama mamalia. Mencit yang digunakan adalah mencit
jantan dengan berat berkisar antara 20 – 30 gram dan umur antara 2- 3 bulan. Alasan
penggunaan mencit jantan dikarenakan mencit jantan tidak akan mengalami siklus
uterus dengan harapan agar hasil yang didapatkan lebih akurat

Anda mungkin juga menyukai