Anda di halaman 1dari 17

Adrenergik

(Agonis & Antagonis)

Rahtu Janese Safitri


18160037
4 far 1
Universitas Dharma Andalas
Struktur Mekanisme
Kimia Obat Kerja Obat

Adrenergik
Bentuk Penggolongan
Agonis &
Sediaan Antagonis
Obat

Efek
Kegunaan
Samping
Efek
Farmakologi
Pendahuluan
Pada obat adrenergik, efek yang ditimbulkannya mirip
perangsangan saraf adrenergik, atau mirip efek neurotransmitor
norepinefrin dan epinefrin (yang disebut juga noradrenalin dan
adrenalin) dari susunan saraf simpatis.
Golongan obat ini disebut juga obat simpatik atau
simpatomimetik, tetapi nama ini kurang tepat karena aktivitas
susunan saraf simpatis ada yang diperantarai oleh transmitor
asetilkolin.
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan
obat yang menghambat perangsangan adrenergik. Berdasarkan
tempat kerjanya golongan obat ini dibagi atas antagonis
adrenoseptor dan penghambat saraf adrenergik'
Kerja obat adrenergik dapat dibagi dalam 7 jenis :

• Perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan


mukosa, dan terhadap kelenjar liur dan keringat
• Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh
darah otot rangka
• Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan
kekuatan kontraksi
• Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan
kewaspadaan, aktivitas psikomotor, dan pengurangan nafsu makan
• Efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot,
lipolisis dan penglepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
• Efek endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon
hipofisis
• Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau penin gkatan pen
glepasan neurotransmitor NE dan ACh (secara fisiologis, elek hambatan
lebih penting).
Adrenergik Agonis
Struktur Kimia Obat
Adrenergik Agonis
Obal adrenergik, yang juga dikenal sebagai amin simpatomimetik,
mempunyai struktur dasar p-feniletilamin, yang terdiri dari inti aromatis
berupa cincin benzen dan baglan alifatis berupa etilamin.
Substitusi dapat dilakukan pada cincin benzen maupun pada atom C-
α, atom C-β, dan gugus amino dari etilamin. Amin simpatomimetik dengan
substitusi gugus OH pada posisi 3 dan 4 dari cincin benzen disebut
katekolamin (o-dihidroksibenzen disebut katekol), seperti Epi, NE dan lso.
Gugus OH pada posisi 3 dan 5 bersama Gugus OH pada C-β dan substitusi
yang besar pada gugus amino memberikan selektivitas reseptor β2 (efek
perifer melalui kerja langsung).
Katekolamin tidak efektif pada pemberian oral dan masa kerjanya
singkat karena merupakan substrat enzim COMT (katekol-O-metiltransferase)
yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati; enzim ini mengubahnya
menjadi derivat 3-metoksi yang tidak aktif. Nonkatekolamin (tidak ada atau
hanya satu substitusi OH pada cincin benzen, atau gugus OH pada posisi 3
dan 5) bukan substrat enzim COMT, sehingga meningkatkan efektivitas oral
dan memperpanjang masa kerla obat, misalnya efedrin dan terbutalin.
Obat Adrenergik Agonis

Norepinephrine
Epinephrine
Norepinephrine
(Sediaan Infus)
Dikenal sebagai levarterenol, l-arterenol atau l-noradrenalin, dan
merupakan neurotransmitor yang dilepas oleh serat pasca ganglion
adrenergik. katekolamin dengan gugus OH pada C-β (misalnya NE) sukar
sekali masuk SSP sehingga efek sentralnya minimal. Obat ini bekerja secara
langsung , non selektif, dan menimbulkan efek perifer yang maksimal.
NE bekerja terutama pada reseptor α, tetapi efeknya masih sedikit
lebih lemah bila dibandingkan dengan Epi. NE mempunyai efek β₁ pada
jantung yang sebanding dengan Epi, tetapi efek β nya jauh lebih lemah
daripada Epi. NE dalam dosis kecil tidak menimbulkan vasodilatasi maupun
penurunan tekanan darah, karena NE boleh dikatakan tidak mempunyai efek
terhadap reseptor β2 pada pembuluh darah otot rangka. Efek metabolik NE
mirip Epi tetapi hanya timbul pada dosis yang lebih besar.
Efek samping yang paling umum berupa rasa kuatir, sukar bernapas,
denyut Jantung yang lambat tetapi kuat, dan nyeri kepala selintas. Obat ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil karena menirnbulkan kontraksi uterus
hamil.
Epinephrine
(Sediaan Suntik, inhalasi, dan tetes mata)
Dapat bekerja secara langsung (pada reseptor α dan β) maupun tidak
langsung (Sebagai releasing agent). Pada umumnya, pemberian Epi menimbulkan
efek mirip stimulasi saraf adrenergik. Pemberian Epi dalam dosis terapi yang
menimbulkan kenaikan tekanan darah tidak menyebabkan konstriksi arteriol otak,
tetapi menimbulkan peningkatan aliran darah otak.
Mekanisme Kerja Epinephrine:
– jantung, Epi mengaktivasi reseptor β₁ di otot jantung, sel pacu jantung dan
jaringan konduksi.
– Melalui reseptor α dan β₂, Epi menimbulkan relaksasi otot polos saluran cerna
pada umumnya: tonus dan motilitas usus dan lambung berkurang. Aktivasi
reseptor α₂ menyebabkan hambatan penglepasan ACh. Pada slingter pilorus
dan ileosekal, Epi menimbulkan kontraksi melalui aktivasi reseptor α₁
– uterus, Selama kehamilan bulan terakhir dan diwaktu partus, Epi menghambat
tonus dan kontraksi uterus melalui reseptor β₂.
– Kandung kemih, Epi menyebabkan relaksasi otot detrusor melalui reseptor β₂
dan kontraksi otot trigon dan slingter melalui reseptor α₁
– Pernafasan, merelaksasi otot bronkus melalui reseptor β₂,
Penggunaan epinephrine paling sering ialah untuk
menghilangkan sesak napas akibat bronkokonstriksi, untuk mengatasi
reaksi hipersensitivitas terhadap obat maupun alergen lainnya, dan untuk
memperpanjang masa kerja anestetik lokal.
Pemberian Epi dapat menimbulkan gelala seperti perasaan takut,
khawatir, gelisah, tegang, nyeri kepala berdenyut, tremor, rasa lemah,
pusing, pucat, sukar bernapas dan palpitasi. Epi dikontraindikasikan pada
penderita yang mendapat cr-bloker nonselektif
Adrenergik Antagonis
Struktur Kimia Obat
Adrenergik Antagonis
Semua β-bloker mempunyai struktur kimia mirip dengan
isoproterenol Rantai samping dengan substitusi isopropil atau butil tersier
pada gugus amin sekunder rupanya diperlukan untuk inleraksi dengan
adrenoseptor β. Substitusi pada cincin aromatik menentukan elek obat
terutama perangsangan atau penghambatan, dan juga menentukan
kardioselektivitasnya. Gugus hidroksil alifatik diperlukan untuk aktivitasnya.
Gugus ini memberikan aklivitas optik, dan isomer l β-agonis maupun β-bloker
jauh lebih poten daripada isomer d-nya.
Obat Adrenergik Antagonis
1. Fenoksibenzamin
Penggunaan utama lenoksibenzamin adalah untuk pengobatan
feokromositoma serta efektif untuk pengobatan simtomatik hipertrofi
prostat benigna (BpH). Fenoksibenzamin memblok reseptor α₁ maupun α₂
pada otot polos arteriol dan vena sehingga menimbulkan vasodilatasi dan
venodilatasi. Akibat nya tekanan darah turun dan terjadi refleks stimulasi
jantung. Efek Samping obat ini yaitu menyebabkan hipotensi pastural
2. Propanolol (tablet 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg)
Mempunyai efek stabilisasi membran atau efek seperti anestetik Lokal,
disebut sebagai aktivitas stabilisasi membran (membrane stabilizing activity
-MSA). Kekuatan MSA propranolol kira-kira sama dengan lidokain.
Propranolol menghambat efek vasodilatasi melalui reseptor β₂. Propranolol
menghambat efek sentral dopamin yang menghambat sekresi hormon
pertumbuhan. Pada penderita hipertensi dengan PRA rendah, propranolol
juga dapat menurunkan tekanan darah.
Sumber
• E-book Farmakologi & Terapi Edisi 4, FK UI
• E-book Goodman & Gilman: The Pharmacologycal
Basis of Therapeutic, Eleventh Edition
Jazakumullahu
Khairan

Anda mungkin juga menyukai