Anda di halaman 1dari 19

KIMIA FARMASI

OBAT - OBAT SUSUNAN SARAF OTONOM

Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi, dimana seluruh


aktivitas tubuh dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri atas
otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi sistem saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat
merangsang serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah
korteks otak-depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan
kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh
senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.

Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan
sistem saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas,
rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan
ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan
rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional
yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya
oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedative hipnotik.Obat –
obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek

Farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :

1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak


langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta
syarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak
lansung memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan saraf-sarafnya. Obat yang bekerja pada susunan saraf
pusat memperlihatkan efek yang sangat luas (merangsang atau
menghambat secara spesifik atau secara umum).

1
Kelompok obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik
antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh
jelas.

Sistem saraf terdiri atas dua kelompok, yaitu susunan saraf pusat (SSP)-
otak dan sumsum tulang belakang- dan susunan saraf perifer (otonom). Saraf
perifer mempunyai dua bagian, yaitu susunan saraf motoris (otot lurik) dan
susunan saraf otonom (otot polos-jantung dan kelenjar).
Obat-obat otonom adalah senyawa-senyawa yang dapat memengaruhi
penerusan impuls dalam susunan saraf otonom (SSO) dengan jalan mengganggu
sintesis, penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurohormon atas reseptor-
reseptor spesifik dan akan berakibat terpengaruhnya otot-otot polos pada organ
jantung dan kelenjar.
 Penggolongan
Berdasarkan khasiatnya, obat-obat susunan saraf otonom dapat
digolongkan sebagai berikut.
1. Obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan ortosimpatik (SO)
a. Simpatomimetik atau adrenergik, yang meniru efek dari perangsangan
SO oleh noradrenalin, misalnya efedrin, isoprenalin, dan amfetamin.
b. Simpatolitik atau adrenolitik, yang justru menekan saraf-saraf simpatik
atau melawan efek adrenergik, mislanya propranolol, guanetidin, dan
alkaloid sekale.
2. Obat-obat yang berkhasiat terhadap susunan parasimpatik (SP)
a. Parasimpatomimetik atau kolinergik, yang merangsang organ-organ
yang dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek perangsangan oleh
asetilkolin, misalnya pilokarpin dan fisostigmin.
b. Parasimpatolitik atau antikolinergik, yang melawan efek parasimpatik,
misalnya alkaloid beladona, propantelin, dan mepenzolat.
3. Obat-obat perintang ganglion
Obat-obat yang merintangi penerusan impuls dalam sel-sel ganglion
simpatik dan parasimpatik. Efek perintangan ini cukup luas, antara lain
vasodilatasi karena blokade susunan simpatik sehingga terkadang

2
digunakan sebagai antihipertensi, misalnya senyawa amonium kuartener
(pentolonium dan klorisondamin)
Selain mempunyai efek pada saraf otonom perifer, beberapa obat juga bekerja
pada SSP (juga mempunyai sifat lipofil sehingga mudah melintasi membran otak).
Obat-obat tersebut adalah :
1. Adrenergik, yaitu efedrin dan amfetamin, yang menstimulasi SSP
2. Antikolinergik, yaitu atropin dan derivatnya, yang menekan SSP
3. Fenotiazin, yang merintangi reseptor-reseptor untuk noradrenalin di otak
dengan efek sedatif.
4. Reserpin, yang menghasilkan efek sedatif.
5. Klonidin, yang merupakan derivat imidazolin yang mempunyai efek
meredakan tonus pembuluh-pembuluh SO dan menurunkan tekanan darah

2.1 ADRENERGIK
Cabang sistem saraf otonom yang memiliki norepinefrin sebagai
transmiter saraf antara ujung saraf dan otot efektor dikenal sebagai sistem saraf
adrenergik. Sistem saraf adrenergik memainkan peran penting dalam banyak
fungsi fisiologis, termasuk tekanan darah, denyut, dan kekuatan jantung, motilitas
saluran cerna, dan tonus bronkus. Peningkatan karbohidrat da pengangkutan
lemak yang meningkat dari penyimpanan lemak di hati menyertai respons-respons
di atas. Pemberian norepinefrin juga dapat merangsang uterus dan organ lain yang
dikontrol epinefrin secara hormonal karena strukturnya yang mirip epinefrin.
Obat-obat adrenergik merupakan senyawa yang dapat menimbulkan efek yang
sama dengan efek yang dihasilkan jika SO dirangsang dan melepaskan
noradrenalin di ujung-ujung saraf. Reseptor SO dibagi menjadi dua kelompok
menurut titik kerjanya, yaitu reseptor α dan reseptor β. Perbedaan antara kedua
reseptor ini terletak pada kepekaannya pada adrenalin, noradrenalin, dan
isoprenalin. Reseptor α lebih peka terhadap noradrenalin, sedangkan reseptor β
lebih peka terhadap isoprenalin.
Menurut efek fisiologis yang ditimbulkan, reseptor α dan β dibagi lagi
menjadi reseptor α1, α2, β1, dan β2. Fungsi keempat reseptor tersebut adalah :

3
1. Reseptor α1 mengaktifkan organ-organ efektor seperti otot-otot polos
(terjadi vasokonstriksi) dan sel-sel kelenjar (bertambahnya sekresi ludah
atau keringat)
2. Reseptor α2 menghambat pelepasan noradrenalin pada saraf-saraf
adrenergik dengan efek menurunkan tekanan darah dan berkurangnya
peristaltik usus.
3. Reseptor β1 memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung (efek
motrop dan kronotrop).
4. Reseptor β2 memiliki efek bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme
glikogen dan lemak.
a. Penggolongan
 Derivat feniletilamin
Derivat feniletilamin (C6H5-C-C-NH2) terbagi menjadi:
1. Senyawa denga dua gugus –OH pada cincin benzen, misalnya
adrenalin, noradrenalin, dan isoprenalin serta derivat-derivatnya.
2. Senyawa dengan satu gugus –OH pada cincin benzen dalam posisi
meta, misalnya fenilefrin, etilefrin, dan metaraminol.
3. Senyawa tanpa gugus –OH,misalnya efedrin dan amfetamin serta
derivatnya.
Senyawa-senyawa tersebut menunjukkan daya adrenergik yang semakin
berkurang dengan urutan dari atas ke bawah (a->c), tetapi mempunyai masa kerja
yang lebih panjang. Sebaliknya, dari atas ke bawah, efek stimulasi makin kuat dan
yang terkuat adalah amfetamin.
Derivat dengan gugus –OH merupakan senyawa yang bekerja langsung.
Sementara itu, derivat tanpa gugus –OH merupakan senyawa yang bekerja tidak
langsung. Gugus fenil dapat digantikan oleh gugus aromatik lain atau sikloheksil
dan alkil (misalnya siklopentamin, propilheksedrin, dan nafazolin).
 Derivat imidazolin
Derivat-derivat imidazolin mempunyai efek α-adrenergik langsung dengan
kerja vasokonstriksi dan tanpa stimulasi terhadap SSP. Obat-obat ini juga
memiliki efek dekongesti pada mukosa hidung dengan kerja sentral yang
ringan sekali, misalnya pada xilometazolin, nafazolin, dan derivatnya

4
(lihat bab obat-obat saluran napas). Obat-obat yang termasuk derivat
imidazolin, antara lain adalah :
1. Xilometazolin (OTRIVINE)
2. Oksimetazolin (ILIADIN)
3. Nafazolin (PRIVINE), berupa larutan 1% garam nitrat
4. Tetrahidrozolin
b. Obat-obat khusus
 Adrenalin
Dalam terapi senyawa adrenergik adrenalin (l-epinefrin) digunakan hanya
dalam bentuk levo (rotasi ke kiri) karena bentuk dekstro kurang aktif (seperti
halnya kebanyakan senyawa alamiah yang mempunyai aktivitas optik). Adrenalin
mempunyai khasiat adrenergik α dan β, tetapi efek β lebih kuat (stimulasi jantung
dan bronkodilatasi). Karena itu, senyawa ini terutama digunakan untuk
analeptikum (penyegar) yang efektif pada keadaan kolaps, syok atau henti
jantung, dan asma (harus dalam bentuk injeksi)

Beberapa derivat adrenalin antara lain adalah :


1. Noradrenalin, yaitu turunan adrenalin tanpa gugus metil pada atom N
2. Dipiverin, yaitu kedua gugus OH membentuk ester dengan asam dimetil
propionat, CH3-C(CH3)2-COOH. Secara in vivo, ester ini anak
terhidrolisis menjadi adrenalin.

5
Nama senyawa R1 R2 R3
Dopamin H H H
Noradrenalin OH H H
Adrenalin OH H CH
Isoprenalin OH H C(CH3)2
Isoetarin OH C2H5 C(CH3)2

 Isoprenalin
Isoprenalin (isoproterenol; ALEUDRIN) merupakan homolog adrenalin
yang terutama mempunyai efek β. Kerja isoprenalin lebih cepat dengan durasi
lebih pendek. Isoprenalin tidak meningkatkan tekanan darah. Derivat isoprenalin,
antara lain adalah :
1. Orsiprenalin, yaitu isomer dengan dua gugus OH pada posisi meta.
2. Senyawa β2 adrenergik, yang merupakan pilihan utama pada terapi asma,
misalnya fenoterol (BEROTEC), terbutalin (BRICANYL), dan salbuatmol
(VENTOLIN).

Nama senyawa R
Orsiprenalin CH(CH3)2

6
Terbutalin C(CH3)3

 Fenilefrin
Fenilefrin (neosinefrin; STATROL; senyawa kombinasi VIBROCIL)
mempunyai satu gugus –OH. Obat ini efektif terhadap hipotensi, sebagai
dekongesti, dan midriatikum. Beberapa derivat fenilefrin antara lain adalah :
1. Etilefrin (EFROTIL), yaitu homolog dengan gugus etil terikat pada atom
N.
2. Metaraminol (ARAMINE), yaitu isomer dari fenilefrin.

Nama senyawa R1 R2
Fenilefrin H CH3
Etilefrin H C2H5
Metaraminol CH3 H

 Efedrin
Efedrin merupakan alkaloid yang diperoleh dari Ephedra vulgaris, tetapi
juga telah dibuat secara sintesis. Struktur efedrin tidak mengandung gugus
–OH fenolis. Beberapa derivat efedrin antara lain adalah :
1. Pseudoefedrin, yaitu campuran rasemis bentuk levo dan dekstro.
Senyawa ini jarang digunakan.
2. Norefedrin (fenilpropanolamin; NASAPEN), yaitu suatu derivat tanpa
–CH pada atom N

7
3. Efetonin
4. Oksifedrin

Nama senyawa R
Efedrin CH3
Norefedrin H

 dl-amfetamin
dl-amfetamin mempunyai khasiat α- dan β- adrenergik (bronkodilatasi
lemah). Senyawa ini juga mempunyai efek yang kuat terhadap SSP, terutama pada
pusat pernapasan. Amfetamin juga dimasukkan dalam golongan psikostimulansia,
yakni dapat menstimulasi aktivitas fisik dan mental, mempertinggi inisiatif,
memperbesar prestasi dan percaya diri, serta menghilangkan rasa kantuk dan lelah
untuk sementara, dan dapat menimbulkan efek euforia. Karena itu, senyawa ini
dapat menimbulkan adiksi. Amfetamin juga dapat digunakan sebagai anoreksan.
Bahaya lain yang sering ditimbulkan adalah penyalahgunaan sebagai doping.
Beberapa derivat amfetamin antara lain adalah fenfluramin (ponderal),
etilamfetamin (apetinil), dan fentermin (MIRAPRONT).
Struktur amfetamin, metamfetamin, fenfluramin, fentermin, klorfentermin,
metoksifentermin, siklopentamin, propilheksedrin, metilheksanamin.

8
9
2.2 ADRENOLITIK
Adrenolitik atau simpatolitik adalah zat-zat yang melawan efek
perangsangan saraf-saraf simpatik. Berdasarkan mekanisme dan titik kerjanya,
adrenolitik dapat dibagi menjadi :
1. α- bloker, misalnya alkaloid sekale, turunan imidazolin (tolazolin,
fentolamin), dan yohimbin
2. β- bloker, terutama digunakan untuk antihipertensi. β- bloker terdiri atas
β1- bloker dan β2- bloker.
3. Neurobloker adrenegik, misalnya derivat-derivat guanidin, reserpin, dan
klonidin.
a. Obat-obat khusus
 Alkaloid sekale
Alkaloid sekale, misalnya ergot. Ergot atau secale cornutum adalah
sklerotium (masa keras tempat menyimpan makanan) dari jamur claviceps
purpurea. Ergot mengandung alkaloid yang merupakan turunan-turunan amida
dari asam lisergat dan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu ergotamin dan
ergosin, ergotoksin, dan ergometrin.

Nama senyawa R
Ergometrin (eronovin) HO-CH2

CH-NH-

10
CH3
Metilergometrin HO-CH2

CH-NH-

H3C-CH2

Asam lisergat OH-


LSD (lysergic acid diethylamide (C2H5)2N-

 Ergotamin dan ergosin


Ergotamin mempunyai khasiat oksitosik kuat, vasokonstriksi kuat, dan
kerja adrenolitik ringan. Senyawa ini digunakan terutama untuk migrain yang
diperkuat oleh kafein. Derivat dihidro ergotamin, yaitu dihidroergotamin
(DIHYDERGOT), merupakan hasil hidrogenasi pada C9-10 yang memiliki
khasiat adrenolitik lebih kuat.

 Ergotoksin
Ergotoksin terdiri atas ergokristin, ergokriptin, dan ergokonin. Senyawa-
senyawa ini digunakan dalam bentuk derivat-derivatnya. Derivat dihidro
ergotoksin adalah kodergokrin (dihidroergotoksin; HYDERGIN). Kodergokrin
sering digunakan sebagai pelancar sirkulasi darah, stimulan metabolisme sel-sel
otak, dan dalam terapi migrain.
 Ergometrin
Ergometrin atau ergobasin atau ergonovin memiliki efek oksitosik lebih
kuat daripada ergotamin, terutama pada rahim. Khasiat adrenolitik ergometrin

11
ringan. Derivat ergometrin antara lain adalah metilergometrin (METHERGIN)
dan metisergida (DESERIL).
 Yohimbin
Yohimbin adalah alkaloid yang diperoleh dari pohon Corynanthe yohimbe.
Khasiat α- adrenolitik yohimbin agak lemah dan singkat. Zat ini juga berefek
anestetik lokal, antidiuretik, dan afrodisiakum (memperkuat nafsu seksual).

2.3 KOLINERGIK
Kolinergik atau parasimpatomimetik adalah zat-zat yang dapat
menimbulkan efek-efek yang sama dengan efek-efek yang terjadi jika susunan
saraf parasimpatik (SP) dirangsang dan melepaskan asetilkolin pada ujung-ujung
neuronnya.
a. Efek kolinergik
Efek-efek terpenting yang diberikan oleh kolinergik antara lain adalah :
1. Stimulasi aktivitas sauran cerna, meningkatkan peristaltik, serta
meningkatkan sekresi kelenjar ludah, getah lambung, dan air mata.
2. Memperlambat sirkulasi darah, vasodilatasi, dan menurunkan tekanan
darah.
3. Memperlambat pernapasan, menciutkan saluran napas (bronkokonstriksi),
dan meningkatkan sekresi dahak.
4. Kontraksi otot mata melalui efek miosis (penyempitan pupil)
5. Kontraksi kandung kemih dan ureter.
6. Dilatasi kebanyakan pembuluh dan kontraksi otot-otot rangka.
7. Menekan SSP setelah sebelumnya menstimulasi.

b. Penggunaan obat-obat kolinergik


Obat-obat kolinergik terutama digunakan untuk pengobatan :
1. Glaukoma, yaitu penyakit mata yang ditandai dengan tekanan cairan
mata (intraokuler) yang sangat tinggi dan dapat menimbulkan
kebutaan. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah pilokarpin,
karbakol, dan fluostigmin.

12
2. Miastenia gravis, yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh
terganggunya penerusan impuls pada ujung-ujung saraf motoris
dengan gejala kelemahan otot-otot tubuh, terutama otot-otot muka, dan
kelumpuhan. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah neostigmin
dan piridostigmin.
3. Kelemahan otot polos
c. Penggolongan
Menurut cara kerjanya, kolinergik dapat dibagi menjadi :
1. Zat-zat yang bekerja langsung, misalnya karbakol, pilokarpin,
muskarin, dan arekolin.
2. Zat-zat yang bekerja tidak langsung, yaitu perintang-perintang
kolinesterase
a. Hambatan bersifat sementara, misalnya fisostigmin, neostigmin,
dan piridostigmin.
b. Hambatan bersifat tetap, misalnya senyawa-senyawa organofosfat
(paration dan fluostigmin)
d. Obat-obat khusus
 Asetilkolin
Asetilkolin adalah suatu neurohormon yang sangat tidak stabil dan
diuraikan menjadi kolin yang jauh kurang aktif. Karena itu, asetilkolin digantikan
oleh derivat lain, yaitu karbakol (DORYL) yang merupakan suatu senyawa uretan
dari kolin. Senyawa ini digunakan sebagai miotikum.

 Pilokarpin

13
Pilokarpin adalah alkaloid yang diperoleh dari tanaman Pilocarpus
jaborandi

 Fisostigmin
Fisostigmin adalah alkaloid yang diperoleh dari biji-biji calabar tanaman
Physostigma venenosum. Orang-orang afrika menggunakan zat ini sebagai racun
panah.

 Neostigmin
Neostigmin (PIRIDOSTIGMIN) adalah suatu senyawa amonium
kuartener.

 Fluostigmin
Fluostigmin atau diisopropilfluorofosfat dapat menghasilkan uap yang
sangat toksik. Senyawa ini digunakan sebagai miotikum yang kuat.

2.4 ANTIKOLINERGIK

14
Antikolinergik atau parasimpatolitik adalah zat-zat yang dapat melawan
sebagian atau seluruhnya efek asetilkolin pada otot polos, otot jantung, dan
kelenjar.
a. Penggunaan
Antikolinergik terutama digunakan untuk spasmolitikum (pereda kejang
otot), meredakan borok lambung atau usus dengan menekan peristaltik,
midriatik,sedatif, dan pada penyakit parkinson.
b. Penggolongan
Secara kimiawi, antikolinergik dapat digolongkan menjadi :
1. Alkaloid beladona, yaitu atropin, hiosiamin, dan skopolamin.
2. Senyawa-senyawa amonium kuartener, yaitu propantelin,
oksifenonium, mepenzolat, klidinium, dan bevonium.
3. Ester asam asetat, yaitu adifenin, kamilofen, dan oksifensiklimin.
4. Antihistamin dan neuroleptik tertentu, yaitu difenhidramin dan
senyawa-senyawa fenotiazin.
c. Obat-obat khusus
 Alkaloid beladona
Alkaloid beladona berasal dari tanaman Atropa belladona. Tanaman ini
juga mengandung alkaloid lain, seperti hiosiamin, atropin dan skopolamin. Ketiga
alkaloid ini juga terkandung dalam Datura stramonium dan Hyoscyamus niger.
Ekstrak dan tingtur beladona terutama mengandung l-hiosiamin. Atropin
mempunyai khasiat parasimpatolitik kuat dan digunakan sebagai midriatikum,
spasmolitikum pada asma dan batuk rejan, serta meredakan kejang di lambung
atau usus. Atropin juga merupakan antidotum untuk overdosis pilokarpin dan
kolinergik lainnya. Derivat alkaloid beladona lainnya adalah homatropin dan
benzatropin

 Senyawa-senyawa amonium kuartener


Senyawa-senyawa amonium kuartener mengandung N bervalensi 5 yang
bersifat basa kuat. Senyawa-senyawa ini merupakan antikolinergik lemah yang
memiliki sifat spasmolitikum lebih kuat daripada atropin.
Sediaan-sediaan yang sering digunakan antara lain adalah propantelin
(PROBANTHINE); oksifenonium; mepenzolat; isopropamida (PRIAMIDA),

15
derifat difenilbutiramida, yang sering dikombinasikan dengan haloperidol (suatu
neuroleptik); emepromium, derivat difenilmetan; dan ipratropium, derivat atropin.

 Ester asam asetat


Antikolinergik yang tergolong ester asam asetat adalah :
1. Adifenin, yaitu ester dietilamino asam asetat dengan daya spasmolitik
seperti papaverin.
2. Oksifensiklimin
3. Pirenzepin (gastrozepin), yaitu suatu derivat benzodiazepin yang
bersifat sangat hidrofil.

2.5 PARKINSON
Gejala penyakit parkinson (paralysis agitans) berupa tremor tangan,
anggota-anggota gerak kaku, muka seperti topeng dan berjalan langkah demi
langkah dengan perlahan. Penyakit ini disebabkan oleh terjadinya
ketidakseimbangan amin pada daerah tertentu. Mekanisme parkinson adalah
adanya fenomena percepatan penuaan akibat atrofi selektif sel yang berpigmen
banyak dalam batang otak tempat berasalnya jalur dopaminergik dan jalur
noradrenergik. Mekanisme penuaan ini dapat dipercepat oleh faktor pembuluh
darah, infeksi dan toksis.

16
a. Obat-obat khusus
Obat-obat yang digunakan dalam terapi parkinson adalah sebagai berikut:
 Antikolinergik alam dan sintetik
Antikolinergik alam yang digunakan dalam terapi penyakit parkinson
adalah atropin dan skopolamin, sedangkan antikolinergik sintetik yang digunakan
adalah benztropin mesilat (COGENTIN), triheksifenidil HCl (ARTANE), dan
suatu senyawa piperidin, biperidin hidroklorida (AKINETON).

 Antihistamin
Antihistamin yang digunakan dalam terapi penyakit parkinson adalah:
1. Klorfenoksamin HCl (KEMADRIN)
2. Difenhidramin
3. Orfenadrin HCl (DISIPAL), yaitu derivat 2-metil difenhidramin yang
juga memiliki efek antitusif dan antikolinergik lemah.

Nama senyawa R1 R2
Difenhidramin H H
Orfenadrin H CH3

 Golongan fenotiazin

17
Golongan fenotiazin yang digunakan dalam terapi penyakit parkinson
adalah :
1. Etopropazin HCl (PARSIDOL)
2. Pometazin (PHENERGAN)
 Agonis dopamin
Agonis dopamin yang digunakan dalam terapi penyakit parkinson adalah:
1. Levodopa (DOPAR;ARODOPA)
2. Bromokriptin (PARLODEL), yaitu suatu alkaloid semisintetik dari
kelompok ergotoksin.

 Inhibitor dekarbosilase
Inhibitor dekarbosilase yang digunakan dalam terapi penyakit parkinson
adalah :
1. Karbidopa
2. Benserazida HCl
 Zat dopamin
Zat dopamin yang digunakan dalam terapi penyakit parkinson adalah :
1. Amantadin HCl (SYMMETREL), yang juga efektif sebagai
antiinfluenza.
2. Metixen, yaitu suatu senyawa tioxanten yang tidak mempunyai efek
neuroleptik, tetapi memiliki efek antikolinergik, antihistamin, dan
spasmolitik.

18
19

Anda mungkin juga menyukai