Reseptor yang terlibat dalam respons di atas adalah reseptor a-adrenergik (a-
adrenoseptor) dan reseptor b-adrenergik (b-adrenoseptor). Gugus hidroksi fenolat
membantu interaksi obat dengan sisi reseptor b-adrenergik melalui ikatan hidrogen
atau kekuatan elektrostatik. Hilangnya gugus ini menyebabkan menurunnya aktivitas
B-adrenergik, tetapi tidak mempengaruhi aktivitas a-adrenergik. Cincin aromatik,
yang terikat dengan reseptor melalui ikatan van der Waals dan alih muatan, juga
penting untuk aktivitas B-adrenergik, tetapi tidak penting untuk aktivitas a-
adrenergik. Gugus hidroksil alkohol dalam bentuk isomer (-) dapat mengikat reseptor
secara serasi melalui ikatan hidrogen atau kekuatan elektrostatik. Hal ini dapat
menjelaskan mengapa (-) epinefrin 45 kali lebih aktif sebagai bronkodilator dibanding
(+) epinefrin, dan (-) isaproterenol 800 kali lebih aktif dibanding isomer (+). Atom C-
B seri feniletilarnin yang dapat membentuk karbokation juga menunjang interaksi
obat-reseptor. Adanya gugus amino juga penting terutama untuk aktivitas a-
adrenergik, karena dalam bentuk kationik dapat berinteraksi dengan gugus fosfat
reseptor yang bersifat anionik. Penggantian gugus amino dengan gugus OCH3 akan
menghilangkan aktivitas adrenergik. Adanya substituen gugus alkil yang besar pada
atom N akan meningkatkan afinitas senyawa terhadap B-rescptor dan menurunkan
ainitasnya terhadap a-reseptor.
Peran R-stereoselektivitas terlihat lebih besar pada B-reseptor. B-Agonis danB-
antagonis mempunyai struktur mirip, seperti yang terlihat pada struktur isoproterenol,
tipe perangsang B-adrenergik dan propranolol tipe pemblok adrenergik.
3. Pada a-agonis dan a-antagonis kemiripan struktur kecil, kemungkinan karena mereka
mengikat reseptor pada sisi berbeda. Molekul senyawa adrenomimetik bersifat lentur
dan dapat membentuk konformasi cis dan trans. Penelitian dengan analog dopamin
menunjukkan bahwa bentuk konformasi trans yang memanjang berinteraksi lebih baik
dengan reseptor c dan a,-adrenergik dibanding bentuk konformasi cis yang tertutup.
Reseptor B-adrenergik sedikit dipengaruhi oleh bentuk konformasi di atas.
4. Dari studi hubungan struktur dan aktivitas senyawa a-agonis didapatkan bahwa:
a.Pemasukan gugus metil pada atom C-a rangka feniletilamin akan meningkatkan
selektivitas terhadap c2-reseptor.
b. Penghilangan gugus 4-OH dari cincin aromatik, secara drastis meningkatkan
selektivitas terhadap a1-reseptor.
c. Penghilangan gugus 3-OH dari cincin aromatik, pada banyak kasus dapat
meningkatkan selektivitas terhadap a2-reseptor.
d. Semua turunan imidazolin menunjukkan selektivitas yang lebih baik terhadap a2-
reseptor dan aktivitasnya akan lebih besar bila ada substituen pada posisi 2 dan 6
cincin aromatik.
Mekanisme kerja senyawa adrenergik
Ahlquist (1947), mengemukakan bahwa ada dua kelompok adrenoseptor yaitu a dan
B. a-adrenoseptor terutama terlihat pada rangsangan otot polos sedang b-adrenoseptor
berhubungan dengan hambatan otot polos, termasuk otot polos usus, dan rangsangar
otot jantung.
Lands dan kawan-kawan (1967). menduga ada dua subtipe B-reseptor yaitu B1, dan
B2,-Adrenoseptor terdapat pada jantung, arteri koroner, otot usus atau jaringan
adipose, dan biasanya dihubungkan dengan efek rangsangan jantung dan lipolisis. B-
Adrenoceptor terdapat pada arteri, paru dan otot uterus; rangsangan reseptor ini
menyebabkan vasodilatasi dan bronkodilatasi.
Langer (1974), memberikan postulat bahwa ada dua subtipe a-reseptor yaitu a2, a1-
Adrenoseptor terdapat pada postsinaptik dan merupakan mediator respons
rangsangan, misal vasokonstriksi, sedang a2 adrenoseptor terdapat pada prasinaptik
dan merupakan mediator efek penghambatan.
Bentley dan kawan-kawan (1977), menemukan bahwa pada postsinaptik terdapat a1-
adrenoseptor dan mendapatkan bahwa a2-adrenoseptor pada postsinaptik sama
dengan a2-adrenoseptor pada prasinaptik.
A1-Adrenoseptor postsinaptik terdapat pada otot polos vaskular, otot miokardial, sel
hepatosit dan adiposit. A2-Adrenoseptor prasinaptik terdapat pada semua organ yang
sarafnya dikontrol oleh sistem saraf simpatik, yaitu pada ujung saraf noradrenergik
pusat dan perifer serta ujung saraf kolinergik. A2-Adrenoseptor postsinaptik terdapat
pada otot polos vaskular, pankreas, platelet, adiposit, melanosit, sistem saraf pusat,
ginjal dan otot polos mata. Lokasi adrenoseptor, sel, organ dan sistem yang
dipengaruhi serta respons yen8 ditimbulkannya dapat dilihat pada Tabel 90.
Senyawa adrenergik digolongkan menjadi dua yaitu berdasarkan mekanisme kerja
dan berdasarkan efek farmakologisnya.
A. PENGOLONGAN BERDASARKAN MEKANISME KERJA
Berdasarkan mekanisme kerjanya senyawa adrenergik dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu adrenomimetik yang hekerja langsung, yang bekerja tidak langsung dan yang
bekerja campuran.
1. Adrenomimetik yang Bekerja Langsung
Golongan ini bekerja secara langsung, yaitu membentuk kompleks dengan resepter
khas.
Adrenomimetik yang lekerja langsung mempunyai gambaran struktur sebagui berikut:
a. Sistem cinein aromatik yang mempunyai 6 atom.
b. Atom N pada rantai samping etilamin yang bermuntan positif pada pH fisiologis.
c. Perlunsan rantai enmping elilamin selalu berorientasi tegak lurus dengan sistem
cincin aromatik.
d. Gugus hidrofil dan hidrofob pada sisi molelcul, sebagai konsekuensi dari gugus B-
hidroksil, berorientasi pada sisi yang sama (cis) dengan gugus rneta-hidroksi fenolat
cincin aromatik.
e. Atom C-B pada konfigurasi R-mutlak.
Gambaran struktur adrenomimetik yang bekerja langsung dapat dilihat pada strulctur
epinefrin, yang mengandung inti katekol, dengan satu gugus hidroksi fenolat pada
posisi meta dari rantai samping, satu gugus hidroksil alkohol pada posisi A dan satu
gugus amino pada rantai samping.
a Mempunyai gugus fenil, yang kemungkinan dapat diganti dengan ugus aromatik
lain atau gugus alkil dan sikloalkil.
b. Tidak mempunyai gugus hidroksi fenolat pada posisi 3 dan 4. Hal ini dapat
meningkatkan absorpsi obat pada pemberian secara oral dan meningkatkan penetrasi
obat dalam sistem saraf pusat.
c. Gugus hidroksi benzil utaup- yang tidak mengandung gugus hidraksi alkohol
bersifat kurang polar sehingga lebih mudah menembus sawar darah-otak dan
menunjukkan efek rangsangan sistem saraf pusat lebih besar.
d. Kemungkinan mengandung gugus metil pada posisi Ca, yang dapat meningkatkan
alktivitas pada pemberia1 secara oral karena menimbulkan efek halangaLl ruang
terhadap gugus auin dari proses oksidasi oleh enzim si alkohol, mungkin ada atau
tidak. Obat monoamin oksidasi.
e. Gugus nitrogen amino kemungkinan amin primer atau sekunder atau dapat pula
merupakan suatu bagian dari circin heterosiklik.
Contoh amfetamin, metamfetamin, dimetamfetnmin, etilamfetamin,
hidroksiamfetamin, fentermin, klorfenternin, mefentermin dan tenamfetamin.
Beberapa adrenomimetik yang bekerja tidak langeung dapat melepaskan dopamin dan
digunakan sebagai obas anti-Parkinson
Contoh amantadin, karmantadin, dopamantin dan memantin.
Struktur adrenomimetik yang bekerja tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 92.
3. Adrenomimetik yang Bekerja Campuran
Adrenomimetik yang bekerja campuran dapat menimbulkan efek melalui pengaktifan
adrenoseptor dan melepaskan katekolamin penyimpanan atau menghambat
pemasukan katekolamin.
Contoh : efedrin, fenilpropanolamin, metaraminol dan oktopamin.
i. Sodium kromolin (Intal), bekerja secara tidak langsung dengan memblok ion
kalsium dari sel mast sehingga menghambat pelepasan mediator kimia, seperti
histamin. Sodium kromoglikat tidak mempunyai efek bronkodilatar intrinsik,
antihistamin atau antiradang. Ohat ini digunakan secara inhalsi untuk pengobatan
dan pencegahan asma bronki. Dosis inhalasi: 5 mg 4 dd.
2. Dekongestan
Seryawa adrenomimetik dapat digunakan sebagai dekongestan hidung dan mata.
Senyawa adrenomimetik tertentu dapat merangsang a-reseptor pada otot palog
vaskular, menyebabkan vasokonstriksi mengurungi aliran darah pada daerah yang
bengkak. Oleh karena itu senyawa adrenomimetik dapat digunakan sebagai
dekongestan hidung.
Contoh:pada mukosa hidung dan Contoh efedrin HCl, epinefrin, nafazolin HCI,
oksimetazolin HCl, fenilefrin HCl, fenilpropanolamin HCl, tetrahidrozolin HCL,
tuaminoheptan sulfat dan xilometazolin HC Senyawa adrenomimetik tertentu dapat
digunakan secara setempat sebagai dekongestan mata karena menimbulkan efek
vasokonstriksi, midriasis dan menurunkan tekanan dalam mata. Turunan ini
digunakan untuk mengontrol perdarahan selama operasi mata, pengobatan beberapa
penyakit mata dan untuk membuat mata menjadi jernih. pengobatan glaukoma tipe
tertentu, Contoh. dipivefrin HCl, efedrin sulfat, epinefrin HCI, fenilefrin HCl,
nafazolin HC dan tetrahidrozolin HCI
a. Fenilpropanolamin HCl, strukturnya berhubungan dengan efedrin, merupakan
simpatomimetik amin yang mempunyai aktivitas vasopresor sedikit lebih besar
dibanding efedrin dengan efek rangsangan sistem saraf pusat dan toksisitas lehih
rendah. Fenilpropanolamin digunakan secara luas sebagai dekongestan hidung,
biasanya dikombinasi dengan analgesik dan antihistamin dalam obat influenza. Dasis:
12,5-25 mg 3-4 dd.
b. Nafazolin HCI (Privin HCl), adalah simpatomimetik turunan imidazolin, bekerja
secaru langsung pada a-1eseptor otot polos vaskular dan menyebabkaa vasokonstriksi
dengan efek yang panjang 4-6 jam Nafazolin digunakan secara setempat pada
membran mukosa hidung dan mata, menyebabkan efek dekongestan dan mengurangi
sembab. Turunan imidazolin lain yang digunakan atrahidrozolin HCl, oksimetazolin
HCI dan xilometazolin HCl sebagai dekongestan pada hidung dan mata adalah
tetrahidrozilin HCI, oksimetazolin HCI dan xilometazolin HCI.
c. Tetrahidrozolin HCl, efek farmakologisnya sama dengan nafazolin. Bila
digunakan setempat pada mukosa hidung obat dapat menimbulkan vasckonstriksi,
mengurangi sembab eetempat dan menyebabkan efek dekongestan. Masa kerja obat
cukup panjang 4-6 jam Dalam larutan 0,05%, tetrahidrozolin digunakan sebagai
dekongestan mata (Insto, Visine, Visolin) Penggunaan obat 2-3 kali sehari, tidak
mempengaruhi ukuran pupil mata.
d. Oksimetazolin HCl (Afrin, lliadin), merupakan vasokonstriktor hidung p dengan
masa kerja panjang, digunakan dalam bentuk larutan untuk dekongestan hidung dan
untuk pengohatan berbagai gangguan pada saluran pernapasan bagian atas.
e. Xilometazolin HCl (Otrivin), digunakan sebagai vasokonstriktor hidung dengan
masa kerja 4-6 jam.
f. Dipivefrin HCl, adalah hasil esterifikasi epinefrin dengan asam pivalat, digunakan
sebagai antihipotensi pada open-angle glaucoma dan glaukoma kronik. Karena sifat
lipofilnya, penetrasi obat dalam mata lebih cepat dibanding epinefrin, dengan awal
kerja 30 menit, efek maksimal dicapai dala 1 jam. Untuk mengurangi tekanan dalam
mata memerlukan kadar obat yang lebih rendah dibanding epinefrin. Karena suatu
pra-abat, oleh enzim esterase mata dipivefrin diubah menjadi epinefrin dan asam
pivalat sehingga efek sampingnya lebih rendah dibanding epinefrin. Dosis 1 tetes
larutan 0,1% 2 dd.
g. Fenilefrin HCl Prefrin), adalah agonis c-reseptor yang digunakan sebagai
vasopresor, mempunyai masa kerja dua kali lebih panjang dibanding upinefrin. Efek
rangsangan pada sistem saraf pusat kecil dan bila digunakan pada mermbran mukosa,
menimbulkan kontriksi buluh darah sehingga dapat mengurangi ber.gkak dan
berfungsi sebagai dekongestan. Fenilefrin banyak digunakan sebagai senyawa
medriatik untuk memperpanjang efek obat anestesi setempat. Dnsis vasopresor 1.M.
dan S.C.: 2-5 mg, I.V intranasal larutan 0,25 0,5%, 2-3 tetes, tiap 4 jam, pada
konjungtiva mata larutan C,12-1%, 1-2 tetes, tiap jam. 0,1-0,5 mg
Struktur kimia turunan imidazolin yang digunakan sebagai vasokonstriktor dapat
dilihat puda Tabel 93
Amin alifatik dengan rantai yang panjang juga simpatomimetik. Aktivitas optimalnya
dicapai bila jumlah atom C 7-8, dengan gugus amin primer pada posisi 2. Adanya
percabangan pada rantai akan men:ngkatkan akuvitas presor mempunyai aktivitas
Contoh:
Tuaminoheptan sulfat, 2-aminoheptan, adalah simpatomimetik amin alifatik,
digunakan sebagai vasokonstriktor dengan masa kerja yang lebih panjang dioanding
efedrin Larutan 1% tuaminoheptan digunakan secara setempat atau inhalasi pada
mukosa meinbran hidung.
Table 93. struktur kimia turunan imidazolin yang digunakan sebagai vasokontriksi.
R=cincin lain atau substituen yang dapat meningkatkan sifat hidrofobik dan
interaksi obat dengan tempat reseptor.
R'= atom H atau gugus CH3
Modifikasi tertentu telah dilakukan dengan menggunakan struktur dasar
isoproterenol, dalam usaha mendapatkan senyawa pemblok B-adrenergik yang
kuat.
Modifikasi tersebut antara lain adalah:
a.Mengganti gugus hidroksi katekol dengan Cl, menghasilkan dikloroiso-
proterenol yang mempunyai aktivitas 8-bloker
b.Mengganti gugus 3,4-dihidroksi katekol yang kaya elektron dengan gugus fenil
yang juga kaya elektron, menghasilkan senyawa pronetalol dengan aktivitas
Bbluker lebih besar dibanding dikloroisoproterenol.
c.Senyawa N,N-disubstitusi tidak aktif sebagai B-bloker.
d.Adanya gugus a-metil menurunkan aktivitas B-bloker.
e.Aktivitas dipertahankan bila gugus fenetil, hidroksifenetil atau metoksifenetil
ditambahkan pada gugus amin.
f.Substituen alkil siklik pada gugus amin lebih baik dibandingkan dengan
substituen rantai terbuka.
g.Panjang rantai substituen pada amin mungkin diperluas sampai 4 atom C tanpa
ujung fenil.
h.Penamhahan atom Cantara cincin naftil dengan gugus lain akan menurunkan
aktivitas.
i.Perubahan dari posisi a-naftil ke B-naftil akan mempertahankan aktivitas.
j.Reduksi salah satu cincin menghasilkan dua analog tetralin lain tidak
mempengaruhi aktivitas.
k.Mengganti gugus aromatik fenantren dengan gugus antrasen akan menurunkan
aktivitas.
Pada penelitian lebih lanjut diketahui bahwa turunan pronetalol dapat
menyebabkan tumor limpoid pada tikus. Oleh karena itu modifikasi struktur
dipusatkan pada turunan yang lain dan terutama terhadap substituen pada posisi 4
eincin aromatik. Prototip dari turunan tersebut adalah sotalol, senyawa turunan 4-
metilsulfonamido. Pergeseran substituen ke posisi meta ak menurunkan aktivitas
secara drastis. Bila gugus 4-metilsulfonamido diganti dengan gugus nitro,
aktivitasnya tetap dipertahankan.
2. Turunan Ariloksipropanolamin
Hubungan struktur dan aktivitas turunan ariloksipropanolamin
Naftiloksipropanolamin mempunyai aktivitas B-bloker 10-20 kali lebih besar
dibanding pronetalol dan tidak menimbulkan efek karsinogenik. Selain itu juga
didapatkan bahwa substituen pada cincin naftil lebih banyak terletak pada posisi a
dibanding posisi B. Prototip turunan ini adalah propranolol, yang dikenal sebagai
generasi kedua B-bloker .
Senyawa masih menimbulkan efek sumping yang tidak dikehendaki, karena selain
inemblolk B-reseptor jantung 01) juga memblok 3-reseptor bronkus (B) schingga
perlu dicari senyawa yang lebih selektif. Modifikasi dengan melakukan substitusi
pada posisi orto atau meta yang lain ternyata menghilangkan aktivitas dan
selektivitas senyawa.
Senyawa antagonis-B1, yang selektif meinpunyai karakteristik utema yaitu
substituen terletak pada posisi para, yang digambarkan pada turunan
fenoksipropanolamin sebagai berikut:
B-Bloker terutama digunakan pada angina pektoris, aritmia tertentu dan hipertensi
sistemik. Selain itu juga digunakan untuk pengobatan kelainan jantung yang lain
seperti fibrilasi atrial, kardiomiotropi hipertropi, payah migkardial dan takikardia
sinus, serta untuk pengobatan hipertensi dalam mata (gdaukoma), mencegah
migrain, feokromositoma dan tremor esensial.
Banyak B-bloker bersifat tidak selektif, yaitu bekerja pada P1 dan p2-reseptor.
Efek samping yang ditimbulkan 3-blokur antara lain adalah bronkospasma,
gangguan vaskular perifer, hipotensi, hipoglikemi, bradikardia berat dan fenomena
Raynaud.
a-Metildopa, digunakan untuk pengobatan hipertensi yang ringan, sedang dan berat.
Pada umumnya diberikan bersama-sama dengan diuretika. Absorpsi obat dalam
saluran cerna setelah pemberian secara oral cukup besar. Kadar plasma tertinggi dan
efek maksimalnya dicapai dalam 3-6 jam, dan efeknya berakhir setelah 24 jam. Dosis:
125 mg 3 dd.