Anda di halaman 1dari 37

RADHIA RISKI

BIOFARMASETIKA SEDIAAN
REKTAL
OUTLINE

ANATOMI FISIOLOGI REKTUM


ABSORBSI OBAT MELALUI REKTUM
OBAT-OBAT YANG DIBERIKAN SECARA
REKTAL
REKTUM
Panjang rektum sekitar 15 cm, berakhir di anus. Tanpa
adanya bahan fekal, rektum mempunyai sejumlah kecil
cairan dengan pH sekitar 7.
Rektum diperfusi oleh vena hemoroid superior, tengah,
inferior. Vena hemoroid inferior (paling dekat dengan
sfingter anal) dan vena hemoroid tengah masuk ke
dalam vena cava dan kembali ke jantung. Vena hemoroid
superior bergabung dengansirkulasi mesenterika, yang
masuk ke dalam pembuluh darah portal dan kemudian ke
hati
Absorbsi obat setelah pemberian rektal
bervariasi, tergantung penempatan suppositoria
dan atau larutan obat dalam rektum
Sebagian dosis obat diabsorbsi melalui vena
hemoroid bawah dimana obat langsung masuk
ke sirkulasi sistemik, beberapa diabsorbsi
melalui vena hemoroid superior, masuk ke dalam
vena mesentrika ke vena porta hepatika ke liver
dan dimetabolisme sebelum mask sirkulasi
sistemik
Rektum dialiri oleh tiga jenis vena hemorhoidales:
Vena haemorhoidales superior yang bermuara ke
vena mesentricum inferior, selanjutnya masuk ke
dalam vena porta, dan juga membawa darah
langsung ke peredaran darah umum
Vena haemorhoidales medialis dan inferior yang
bermuara ke vena cava inferior dengan
perantaraan vena iliaca interna selanjutnya
membawa darah ke peredaran darah umum
(kecuali hati)
Anyaman getah bening juga terdiri dari tiga
kelompok kanal:
Kanal bagian bawah (canalis inferior) yang
berasal dari anus menuju ganglion inguinalis di
permukaan
Kanal bagian tengah (canalis medialis) yang
mengikuti vena haemorhoidales medialis dan
berakhir dalam ganglion hypogastrium
Kanal bagian atas (canalis superior) yang
tertama mengalirkan getah bening dari ampula
recti dan rektum superior yang selanjutnya
menuju ganglion mesentricum inferior
FUNGSI REKTUM

Sebagai tempat penampungan feses dan


mendorongnya saat pengeluaran
Sebagai tempat penyerapan karena adanya
mukosa
KEUNTUNGAN PEMBERIAN OBAT LEWAT REKTAL
Bentuk sediaan relatif besar dapat ditampung dalam rektum
Rute rektal aman dan nyaman bagi pasien usia lanjut dan
muda
pengenceran obat diminimalkan karena volume cairan
residu rendah
rektum umumnya kosong
adjuvant absorpsi memiliki efek lebih jelas daripada di
saluran pencernaan bagian atas
enzim degradatif dalam lumen rektal berada pada
konsentrasi yang relatif rendah
Terapi dapat dengan mudah dihentikan
Eliminasi lintas-pertama(first-pass elimination) obat oleh
hati dihindari sebagian
Rute rektal sering digunakan ketika
pemberian bentuk sediaan melalui mulut
tidak sesuai, misalnya dengan adanya mual
dan muntah, pada pasien tidak sadar, jika
menderita penyakit pencernaan bagian atas
yang dapat mempengaruhi absorpsi obat,
atau jika rasa obat tidak menyenangkan atau
labil asam.
BENTUK SEDIAAN UNTUK
PENGHANTARAN REKTAL
Obat dapat diberikan dalam beberapa bentuk
sediaan melalui rute rektal
Bentuk sediaan yang biasanya adalah
supositoria,baik suspensi padat atau emulsi
padat, sedangkan kapsul gelatin yang
diberikan rektal dapat berisi formulasi cair.
Micro-enema memiliki volume antara 1 dan
20 mL dan makro enema 50 mLatau lebih,
yang keduanya dapat diberikan baiksebagai
larutan atau suspensi.
ABSORPSI OBAT DAN PENCEGAHAN
METABOLISME LINTAS-PERTAMA
Beberapa faktor harus diatasi untuk obat yang
akan diserap setelah pemberian rektal.
Jika obat diberikan sebagai supositoria,
pelelehan atau pencairan basis harus terjadi dan
tahap ini sebagian akan menentukan
penyebaran dosis melalui rektum.
Obat harus larut dalam cairan rektum terbatas,
yang telah diperkirakanantara 1 dan 3 mL.
Jumlah obat yang tersedia untuk absorpsi dapat
berkurang banyak dengan degradasi oleh isi
lumen, adsorpsi isi luminal dandefekasi.
Obat harus berdifusi melintasi air yang tidak
teraduk dan lapisan mukosa yang berdekatan
dengan epitel.
Obat dapat diserap di sel epitel atau melalui
junction yang rapat, dan itu hanya dapat
terjadi melalui transpor pasif.
Jika obat dikirim ke bagian atas rektum,
diangkut ke dalam sistem portal, maka akan
terkena metabolisme lintas-pertama di hati
Salah satu cara untuk menghindari
metabolisme lintas-pertama adalah
memberikan obat ke bagian bawah rektum.
OBAT-OBAT YANG DAPAT DIBERIKAN
SECARA REKTAL
1. Antikonvulsan
Satu-satunya cara yang paling efektif untuk
pengobatan epilepsi atau kejang berseri
adalah memberikan obat antikonvulsan
intravena
Namun, masalah teknis yang terkait dengan
pemberian intravena mendorong bentuk
sediaan rektal sebagai alternatif praktis.
OBAT PRAOPERASI DAN INDUKSI
ANESTESI
Obat pra operasi biasanya diberikan
parenteral, namun rute penghantaran yang
lebih dapat diterima, terutama untuk anak-
anak, sedang dicari.
Pemberian rektal midazolam menghasilkan
efek penenang memuaskan 30 menit setelah
pemberian untuk anak-anak.
Absorpsinya cepat, Tmax rata-rata menjadi 31
menit dan Cmax mencapai 120 μg/L.
ANALGETIK

Pemberian oral narkotika analgesik dalam


pengobatan nyeri pasca operasi dan kanker
sering dibatasi oleh mual dan muntah atau
kondisi pasien yang lemah
Studi menunjukkan bahwa morfin yang
diberikan secara rektal memiliki bioavailabilitas
yang bervariasi jika dibandingkan dengan injeks
intramuskular, 30-70% bila diberikan dalam gel
mengandung-pati dan 40-88% dari lemak
supositoria yang keras.
ANTIEMETIK

Antiemetik yang diberikan oral mempunyai


kelemahan dan karenanya telah diteliti
alizapride, promethazine dan
metoclopramide yang diberikan rektal.
Pemberian rektal alizapride sebagai
supositoria dalam basis yang tidak spesifik
mengakibatkan bioavailabilitas rata-rata 61%
relatif terhadap dosis bolus intravena.
EVALUASI BIOFARMASETIK
SEDIAAN REKTAL
Salah satu bentuk sediaan yang diberikan melalui
rektal adalah suppositoria.
Suppossitoria merupakan sediaan obat bentuk padat
yang dibuat dengan zat pembawa lipofil atau
hidrofil,dengan bentuk dan kekerasan yang
memudahkan pemasukannya ke dalam
rektum,sedangkan zat aktif dilepaskan secara difusi
pada suhu tubuh atau dengan pelarutan ke dalam
cairan rektum
Evaluasi biofarmasetik suppositoria bergantung
kepada:
- Cara kerja suppositoria
-kinetik pelepasan dan penyerapan zat aktif
MEKANISME KERJA SUPPOSITORIA

Suppositoria berefek mekanik


Suppositoria berefek setempat
Suppoitoria berefek sistemik
SUPPOSITORIA BEREFEK MEKANIK

Bahan dasar suppositoria berefek mekanik


tidak peka pada penyerapan dibandingkan
suppositoria dengan pembawa gliserin atau
oleum cacao
Suppositoria mulai berefek bila terjadi kontak
yang menimbulkan refleks defikasi, namun
pada konstipasi refleks tersebut lemah
SUPPOSITORIA BEREFEK LOKAL
(SETEMPAT)
Termasuk dalam kategori ini adalah suppositoria
anti wasir,misal suppositoria ratanhia yaitu
senyawa yang efeknya disebabkan oleh adanya
sifat astringen atau peringkas pori
Pemakaian lokal juga berlaku untuk
suppossitoria betanaftol yang digunakan sebagai
obat cacing
Dalam formula suppossitoria sering terdapat
senyawa penenang (ekstrak opium,
belladon,morfin, kokain HCl ). Obat-obat
tersebut bekerja secara rangkap baik perifer
maupun sentral
SUPPOSITORIA BEREFEK
SISTEMIK
Suppositoria berefek sistemik adalah
suppositoria yang mengandung senyawa
yang diserap dan berefek pada organ tubuh
selain rektum
Terbagi dalam dua kelompok:
-Suppositoria nutritif
-Suppositoria obat
SUPPOSITORIA NUTRITIF

Suppositoria nutritif digunakan pada


penyakit tertentu dimana saluran cerna tidak
dapat menyerap makanan. Rektum hanya
bisa menyerap makanan, tidak mampu
mencerna sehingga diberikan makanan yang
langung diserap (pepton)
Jumlah senyawa yang diserap sedikit, namun
cukup untuk mempertahankan hidup.
SUPPOSITORIA OBAT

Suppositoria tersebut mengandung zat aktif yang


harus diserap, mempunyai efek sistemik dan bukan
efek setempat.
Bila suppositoria obat dimasukkan dalam rektum,
pertama-tama akan timbul efek refleks, selanjutnya
suppositoria melebur atau melarut dalam cairan
rektum hingga zat aktif tersebar di permukaan
mukosa lalu berefek setempat selanjutnya
memasuki sistem vena hemorrhoidales atau sistem
getah bening
Obat yang masuk ke darah akan berefek spesifik
pada organ tubuh tertentu sesuai efek terapetiknya
KINETIKA PRE-DISPOSISI ZAT AKTIF
Membran rektum

Peleburan atau Pemindahan zat aktif


pelarutan bentuk kedalam cairan Pelarutan lalu
sediaan rektum difsi zat aktif
Darah

Penyerapan

Kinetik A Kinetik B
Pelepasan zat aktif Penyerapan
Penyerapan zat aktif terjadi setelah proses
pelepasan, pemindahan, pelarutan, dan
penembusan ke cairan rektum termasuk
kinetika A sedangkan fenomena difusi dan
penyerapan termasuk kinetika B
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINETIK
PRE DIPOSISI ZAT AKTIF
Kinetik pre disposisi terdiri dari dua tahap yaitu:
Penghancuran sediaan
Pemindahan dan pelarutan zat aktif ke dalam
cairan rektum
Penghancuran Sediaan

Proses penghancuran sediaan merupakan fungsi


dari basisnya.
Bila basis melebur dalam rektum maka suhu
leburnya merupakan faktor penentu, dimana
suhu rektum sekitar 37 0C sehingga diharapkan
suppositoria melebur pada suhu 32,6-37,6 C.
Proses peleburan basis diawali dengan
pelunakan dan diikuti dengan pelelehan
suppositoria, hal ini yang memungkinkan massa
suppositoria berada pada ampula recti
Bila bentuk sediaan mempunyai basis larut air
maka laju penghancuran sediaan akan
sebanding dengan kelarutan dan laju
pelarutan zat pembawa dalam cairan rektum.
Semua hal yang dapat meningkatkan volume
cairan dapat menimbulkan kegagalan karena
hal tersebut dapat menimbulkan refleks
defikasi
Perpindahan (Transfer) zat aktif ke
dalam rektum
Transfer zat aktif dari pembawa yang melebur
atau terlarut pada mukosa rektum tidak hanya
sebagai fungsi dari sifat lapisan yang terpapar
tapi juga dari beberapa faktor antara lain:
Sifat zat aktif dalam suppositoria
Kelarutan zat aktif
Koefisien partisi zat aktif dalam fase lemak
dan cairan rektum
Ukuran partikel zat aktif
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINETIKA
PENYERAPAN ZAT AKTIF PER REKTAL
Kedudukan suppositoria setelah pemakaian
Waktu tinggal suppositoria dalam rektum
pH cairan rektum
Konsentrasi zat aktif dalam cairan rektum
EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI

Evaluasi ketersediaan zat aktif dalam sediaan


suppositoria harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut
Zat aktif yang terserap
Komponen pembawa yang digunakan
Proses pabrikasi dan cara penyimpanan
sediaan
Studi Zat Aktif
Zat aktif diserap
Studi penyerapan rektum dapat dikelompokkan atas dua
bagian:
1. Penetapan kadar zat aktif di dalam darah atau air kemih,
atau dalam jaringan maupun penetapan aksi farmakologi
2. Penetapan penyerapan yang dievaluasi dari kurva kadar
obat dalam darah atau penetapan kadar dalam air kemih
yang diperoleh dari pengambilan cuplikan dalam rentang
waktu tertentu
Dasar hipotesanya adalah bahwa laju penyerapan rektum
berhubungan langsung dengan konsentrasi zat aktif yang
disimpan dalam jaringan mapun jumlah yang diperlukan
untuk mendapatkan aksi farmakologik
Penentuan ketersediaan hayati absolut zat
aktif dari sediaan rektum
Penentuan diperlukan untuk
membandingkan kadar zat aktif dalam darah
yang diperoleh setelah pemberian intravena
dan rektum
Pemilihan Bahan Tambahan

Evaluasi ketersediaan hayati relatif suatu zat


aktif
Untuk mempelajari, membandingkan, dan
memilih formula yang paling sesuai, diperlukan
evaluasi ketersediaan hayati relatif suatu zat
aktif dalam berbagai formula.Penentuan ini
melibatkan penentuan kadar dalam darah
setelah pemberian per rektum dari larutan atau
suspensi, sebagai percobaan pendahuluan dari
setiap formula yang diteliti

Anda mungkin juga menyukai