Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 1 KIMED

Propranolol dan Nadolol

Medi Khairun A. (I1C016002)


Sisis (I1C016004)
Nanda Ajeng Ramdhany (I1C016006)
Alina Nurul Faisa (I1C016008)
Rafiqah Rahmasari (I1C016010)
Linda Surya Kartika (I1C016012)
KASUS 1

Seorang laki-laki kulit putih 55 tahun menyampaikan keluhan mimpi


buruk, kelelahan, dan insomnia. Dia telah merokok sejak ia masih
remaja, dan ia memiliki sejarah 4 tahun hipertensi yang diterapi
menggunakan struktur 3. Hasil pemeriksaan klinis menunjukan telah
adanya perbaikan pada hipertensinya: tekanan darah 160 / 100 mm
Hg (110/85), kalium 3,2 mEq / L (3,5-5,3), asam urat 6 mg / dl (3,5-7),
kreatinin (ClCr) 5102 ml / menit (90-120), kolesterol total 280 mg / dl
(200 mg / dl)). Pasien memiliki riwayat ketidakpatuhan minum obat
selama menggunakan struktur 3. Berdasarkan SBTE (Structure Based
Therapeutic Evaluation) apakah mungkin keluhan yang diungkapkan
lelaki tersebut merupakan ESO struktur 3 pada CNS ? Dalam upaya
mengoptimalkan terapi berdasar SBTE, apakah penggantian struktur 3
dengan struktur 1 dapat meningkatkan kepatuhan dan meminimalkan
ESO?
PROPRANOLOL HCl NADOLOL HCl

O 2 x -1 -2 O 4 x -1 -4
Phenyl 2x2 +4 Phenyl 1x2 +2
N 1 x -1 -1 N 1 x -1 -1
C (aliphatic) 6 x 0,5 +3 C (aliphatic) 7 x 0,5 +3,5
Prediksi log P +4 Prediksi log P +0,5
PROPRANOLOL

Propranolol adalah obat β-adrenergik blocker non-selektif. Efek


samping dari propranolol adalah depresi, mimpi buruk, dan
insomnia. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan propranolol
menembus sawar darah otak (CNS) karena sifatnya yang lipofilik
(Westerlund, 1985).
Selain itu, untuk menduduki reseptor β-adrenergik, propranolol harus
berkompetisi dengan katekolamin sehingga menginaktivasi
katekolamin. Katekolamin merupakan neurotransmitter yang
berperan dalam depresi. Apabila katekolamin diinaktivasi, maka
dapat meningkatkan resiko depresi (Residen Bagian Psikiatri UCLA,
1997)
PROPRANOLOL

Rokok merupakan induktor enzim pemetabolisme CYP1A2. Enzim


tersebut merupakan enzim pemetabolisme propranolol. Sehingga
karena kerja enzim dihambat, maka kadar propranolol dalam
plasma berkurang. Akibatnya terjadi penurunan efek yang
ditimbulkan (kurang efektif) (Rahman, 2015; Johnson et al., 2000).
NADOLOL

Propranolol memiliki durasi kerja yang pendek (short acting) sehingga


pemberian propranolol dipersering. Biasanya propranolol diberikan 4
kali sehari (setiap 6 jam). Berbeda dengan nadolol, nadolol
merupakan obat hipertensi golongan beta blocker yang memiliki
durasi kerja yang panjang (long acting). Nadolol hanya diberikan
sekali sehari (Furberg et al.,1978).
Propranolol dapat diganti dengan nadolol karena dapat meningkatkan
tingkat kepatuhan pasien. Selain itu, nadolol merupakan obat yang
bersifat hidrofilik sehingga mampu mengurangi efek samping yang
dihasilkan propranolol di CNS (Westerlund, 1985).
Pada struktur propranolol terdapat gugus benzen atau aromatik yang
mudah di tempati gugus OH melalui reaksi hidroksilasi aromatik pada
metabolisme fase I. Hal ini menyebabkan propranolol memiliki durasi
kerja yang singkat. Sedangkan pada nadolol terdapat dua subtituen
tambahan berupa gugus hidroksi yang menyebabkan tidak mudah
mengalami metabolisme sehingga durasi kerjanya lebih lama
(McDevitt, 1987).
DAFTAR REFERENSI

Furberg, B., Dahlqvist, A., Raak, A., & Wrege, U., 1978, Comparison of The
New Beta-adrenoceptor Antagonist, Nadolol, and Propranolol in The
Treatment of Angina Pectoris, Current Medical Research and Opinion,
5 (5), pp: 388-393.
Johnson, J. A., Herring, V. L., Wolfe, M. S., & Relling, M. V., 2000, CYP1A2
and CYP2D6 4-Hydroxylate Propranolol and Both Reactions Exhibit
Racial Differences, Journal of Pharmacology and Experimental
Therapeutics, 294 (3), pp: 1099-1105.
McDevitt, 1987, Comparison of Pharmacokinetic Properties of Beta
Adrenoceptor Blocking Drugs. Europian Heart Journal. Vol 8. Page 9-
14.
Rahman, A., 2015, Pengaruh Rokok Pada Metabolisme Obat, Jambi
Medical Journal, 3 (1).
Residen Bagian Psikiatri UCLA, 1997, Psikiatri, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Westerlund, A., 1985, Central Nervous System Side-Effects with Hydrophilic
and Lipophilic β-Blockers, Eur. J. Clin. Pharmacol, 28 [Suppl], pp: 73-76.
TERIMAKASIH

ANY QUESTION? 

Anda mungkin juga menyukai