0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
94 tayangan14 halaman
Ringkasan jurnal ini adalah:
1. Jurnal ini menvalidasi metode kromatografi gas-spektrometri massa untuk menentukan kadar residu insektisida endosulfan dalam sayuran kubis.
2. Metode ini memenuhi persyaratan sistem kesesuaian, linearitas, akurasi, dan presisi dengan batas deteksi dan kuantifikasi yang rendah.
3. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan kadar residu endosulfan dalam kubis.
Ringkasan jurnal ini adalah:
1. Jurnal ini menvalidasi metode kromatografi gas-spektrometri massa untuk menentukan kadar residu insektisida endosulfan dalam sayuran kubis.
2. Metode ini memenuhi persyaratan sistem kesesuaian, linearitas, akurasi, dan presisi dengan batas deteksi dan kuantifikasi yang rendah.
3. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan kadar residu endosulfan dalam kubis.
Ringkasan jurnal ini adalah:
1. Jurnal ini menvalidasi metode kromatografi gas-spektrometri massa untuk menentukan kadar residu insektisida endosulfan dalam sayuran kubis.
2. Metode ini memenuhi persyaratan sistem kesesuaian, linearitas, akurasi, dan presisi dengan batas deteksi dan kuantifikasi yang rendah.
3. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan kadar residu endosulfan dalam kubis.
OLEH : NAMA : MUHAMAD RONALDDIN Z NIM : Q1A118151 KELAS : ITP D
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALUOLEO 2019 REVIEW JURNAL
APLIKASI X-RAY HPLC
Judul Validasi Metode HPLC untuk Penetapan Aspirin dan
Asam Salisilat dalam Plasma Kelinci (Lepus curpaeums) secara Simultan
Volume dan Vol.6 No.2
halaman Penulis Agus Siswanto, Achmad Fudholi, Akhmad Kharis Nugroho, Sudibyo Martono Reviewer MUHAMAD RONALDDIN Z (Q1A118151)
Tanggal 7 sepetember 2019
Latar Aspirin merupakan obat antinflamasi non steroid yang
belakang juga mempunyai efek antiplatelet untuk pencegahan stroke. Aspirin di dalam tubuh, sangat mudah terurai menjadi asam salisilat sebagai metabolit utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi metode penetapan kadar aspirin bersama- sama dengan asam salisilat dalam plasma menggunakan HPLC. Validasi metode analisis meliputi uji kesesuaian sistem, uji linearitas, penentuan LOD dan LOQ, penentuan perolehan kembali, akurasi, dan presisi. Kadar analit ditetapkan dengan HPLC menggunakan asam benzoat sebagai standar internal, dengan kondisi kolom Purospher Star RP-18 Endcapped (250 x 4,6 mm i.d., 5 µm), fase gerak asetonitril : dapar fosfat 20 mM pH 2,5 (30:70 v/v), volume injeksi 20 µL, kecepatan alir 1,5 mL/menit, dan detektor UV-Vis pada panjang gelombang UV 230 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode yang diusulkan memenuhi persyaratan kesesuaian sistem dan linearitas yang baik (r >0,990) dengan LOQ (aspirin = 0,024 µg/mL, asam salisilat = 0,336 µg/mL) dan LOD (aspirin = 0,007 µg/mL, asam salisilat = 0,101 µg/mL). Metode analisis memberikan perolehan kembali 85- 115%, akurasi, dan presisi sesuai persyaratan untuk bioanalisis dengan CV < 5 %. Dengan demikian, metode yang diusulkan dapat digunakan untuk menetapkan kadar aspirin dan asam salisilat dalam plasma.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan
memvalidasi metode penetapan kadar aspirin bersama- sama dengan asam salisilat dalam plasma menggunakan HPLC. Pendahuluan Aspirin merupakan obat analgesik, anti- inflamasi dan antipiretik yang sangat luas penggunaannya. Dalam dosis rendah, aspirin digunakan sebagai zat antitrombosis untuk mencegah agregasi platelet melalui penghambatan enzim siklooksigenase. Aspirin diabsorpsi secara cepat di saluran pencernaan bagian atas, terutama di bagian pertama duodenum.1,2 Setelah pemberian secara oral, aspirin terhidrolisis secara cepat di dalam tubuh menghasilkan asam salisilat sebagai metabolit utama. Bioavailabilitas aspirin rendah akibat first pass effect metabolism dan hidrolisis menjadi salisilat di dinding usus.4 Banyak penelitian melaporkan bioavailabilitas aspirin dalam bentuk asam salisilat.5 Oleh karena itu, pemantauan asam salisilat sebagai metabolit utama dalam darah bersama-sama aspirin sangat diperlukan untuk menentukan profil farmakokinetik aspirin. Dalam studi farmakokinetik, metode analisis kadar obat dalam sampel hayati merupakan kunci utama kesahihan data. Beberapa metode analisis HPLC untuk menetapkan aspirin dan asam salisilat dalam plasma telah dikembangkan oleh banyak peneliti. Beberapa penelitian menggunakan metode HPLC untuk menetapkan aspirin sebagai senyawa tunggal atau penetapan aspirin bersama dengan asam salisilat.
Pembahasan Metode HPLC dalam penelitian ini merupakan
hasil pengembangan dari metode-metode yang telah ada dengan berbagai modifikasi dan penyesuaian.3 Asam benzoat digunakan sebagai standar internal dalam proses ekstraksi sampel plasma. Oleh karena itu, diperlukan uji validitas metode analisis aspirin dan asam salisilat dalam plasma dengan beberapa tahapan untuk mendapatkan metode analisis yang sesuai, antara lain: pemilihan komposisi fase gerak dan kolom yang sesuai, metode ekstraksi yang tepat, dan validasi metode analisis yang diusulkan. Penggunaan standar internal dalam preparasi sampel yang rumit dan panjang diperlukan untuk untuk mengkoreksi sampel yang hilang selama preparasi. Dengan memperhatikan polaritas analit aspirin dan asam salisilat maka kebanyakan peneliti menggunakan senyawa asam sebagai standar internal seperti asam p-toluat, asam benzoat dan senyawa analognya. Dalam proses ekstraksi ini dipilih asam benzoat sebagai standar internal. Penggunaan asam benzoat sebagai standar internal memberikan hasil yang memuaskan karena: kromatogram terpisah sempurna dari peak aspirin dan asam salisilat (Rs > 2), TR asam benzoat (6,86 menit) dekat dengan aspirin (5,85 menit) dan asam salisilat (8,53 menit), dapat me-mimic analit pada tiap tahap preparasi sampel karena asam benzoat mempunyai polaritas yang mirip analit, dan memiliki respon terhadap detektor UV serupa dengan respon analit pada λ 230 nm. Penentuan komposisi fase gerak Guna mendapatkan derajat pemisahan (Rs) yang baik untuk aspirin, asam salisilat, dan asam benzoat maka dikembangkan penggunaan beberapa fase gerak yang sesuai. Pemilihan fase gerak yang sesuai dilakukan berdasarkan 2 indikator yaitu Rs >2 dan waktu retensi yang pendek (<10 menit). Beberapa komposisi fase gerak yang digunakan yaitu kombinasi metanol, asetonitril, dan dapar fosfat 20 mM pH 2,5-3,5 Selektivitas Penentuan selektivitas dilakukan dengan membandingkan kromatogram darah blanko dan kromatogram plasma yang di-spike Pada sampel blangko, tidak ada kromatogram yang muncul disekitar waktu retensi aspirin, asam benzoat, dan asam salisilat (6-10 menit). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada gangguan respon senyawa endogen dalam plasma terhadap kromatogram analit. Sementara itu, pada kromatogram analit plasma yang dikenai spiking, muncul puncak di sekitar waktu retensi analit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode analisis memenuhi syarat selektivitas. Kurva baku aspirin dan asam salisilat Kurva baku merupakan acuan dalam penetapan kadar obat dalam plasma darah. Ketidakcermatan dalam pembuatan kurva baku akan menimbulkan kesalahan sistemik dalam penentuan kadar sampel. Linieritas metode analisis merupakan kemampuan untuk memberikan hasil uji yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel LOD dan LOQ LOD dan LOQ merupakan parameter sensitivitas suatu metode. Pada penelitian ini, nilai LOD dan LOQ dianalisis secara statistik melaluipersamaan regresi linear kurva baku pada kadar aspirin 0,10-1,01 µg/mL dan asam salisilat 0,10-4,02 µg/mL. Dalam sampel plasma, aspirin dan asam salisilat berada pada konsentrasi rendah. Oleh karena itu, diperlukan metode analisis dengan LOD dan LOQ yang rendah agar dapat mendeteksi dan mengkuantifikasi analit. Sensitivitas metode untuk aspirin terlihat dari perolehan nilai LOD = 0,007 µg/mL dan LOQ = 0,024 µg/mL. Sementara itu, untuk asam salisilat memberikan perolehan nilai LOD = 0,101 µg/mL dan LOQ = 0,336 µg/mL Profil farmakokinetik aspirin setelah pemberian secara intravena Metode HPLC untuk analisis aspirin dan asam salisilat digunakan pada penetapan kadar analit setelah pemberian larutan aspirin secara intravena pada kelinci. Pada menit awal kadar aspirin dalam darah sangat tinggi, namun segera mengalami penurunan kadar yang sangat tajam karena sebagian besar aspirin mengalami hidrolisis menjadi asam salisilat setelah pemberian secara intravena. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode HPLC untuk analisis aspirin dan asam salisilat yang diusulkan memenuhi persyaratan kesesuaian sistem dan linieritas yang baik. Metode analisis memberikan perolehan kembali, akurasi, dan presisi sesuai persyaratan untuk bioanalisis dengan CV < 5 %. Dengan demikian, metode yang diusulkan dapat digunakan untuk menetapkan kadar aspirin dan asam salisilat dalam plasma.
Kelebihan Kelebihan dari jurnal ini yaitu Kombinasi unsure
gambar dan tabel menjadikan lebih mudah dipahami
Kekurangan Kekurangan dari jurnal ini yaitu Kesimpulan yang
kurang mencakup seleuruh hasil pembahasan REVIEW JURNAL
MS
Judul Validasi metode kromatografi gas-spektrometri massa
untuk penetapan kadar residu endosulfan dalam kubis
Volume dan Vol.2 No.1
halaman
Penulis Dini tri anggraini, riesta primaharinastiti, isnaeni
Reviewer MUHAMAD RONALDDIN Z (Q1A118151)
Tanggal 7 september 2019
Latar Tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengembangkan
belakang dan menvalidasi metode sederhana yang cocok untuk analisis jumlah jejak endosulfan dalam kubis. Sampel kubis diekstraksi dengan aseton dan endosulfan di partisi menjadi diklorometana/n- heksana. Penentuan akhir dilakukan dengan massa spektrometri. Studi fortifikasi 0,02 mg/kg setiap senyawa (endosulfan I, endosulfan II, endosulfan sulfat) dan pemulihan yang diperoleh berkisar 69,67% hingga 124,02% dengan koefisien nilai variasi 5,56-11,54% metode ini menunjukan linearitas yang baik pada kisaran yang di uji 2-6 ml dan batas deteksi dan kuantifikasi untuk endosulfan yang di pelajari bervariasi, 0,1273 ml hingga 0,1469 ml dan 0,856 ml hingga 0,4451 ml masing-masing. Tujuan Penelitian ini bertujuan melakukan validasi metode kromatografi gas-spektrometri massa untuk penetapan kadar residu endosulfan dalam kubis. Metode KG-SM selain dapat mengidentifikasi dan mengonfirmasikan adanya suatu senyawa, juga mempunyai sensitivitas tinggi dan dapat mendeteksi dalam ppm maupun ppb Pendahuluan Dalam rangka meningkatkan kebutuhan pangan manusia, maka segala upaya dilakukan untuk menghasilkan produk pangan yang melimpah. Segala macam cara dilakukan agar produk pangan tersebut tidak mengalami gagal panen atau terserang hama yang dapat mengakibatkan produksi pangan tersebut menurun. Salah satu cara yang terbukti mampu meningkatkan produksi adalah dengan menggunakan pestisida. Pestisida telah digunakan secara luas untuk menjamin peningkatan hasil panen, digunakan selama proses produksi dan setelah produk pertanian dipanen. Penggunaan pestisida yang meningkat dan tidak dikendalikan telah mengkontaminasi lingkungan serta dapat berefek jangka panjang pada kesehatan manusia. Penggunaan pestisida dalam proses produksi pertanian dapat menghasilkan residu pestisida pada hasil pertanian termasuk sayuran. Keberadaan residu pestisida ini selalu menjadi masalah yang serius dan perlu diperhatikan. Khususnya ketika produk tersebut dikonsumsi dalam keadaan segar. Endosulfan adalah salah satu pestisida dari golongan organoklorin. Endosulfan merupakan insektisida dan akarisida dari kelompok siklodien yang efektif untuk mengendalikan serangga dan tungau penusuk-penghisap, pengunyah dan pengebor pada berbagai tanaman Keracunan akut oleh endosulfan dapat mengakibatkan kejang-kejang, gangguan kejiwaan, epilepsi, kelumpuhan, edema otak, gangguan memori dan kematian. Untuk paparan jangka lama dapat mengakibatkan imunosupresi, gangguan saraf, cacat lahir bawaan (seperti kelainan kromosom, keterbelakangan mental, gangguan belajar dan kehilangan memori). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa sayuran terutama kubis mengandung lebih dari satu jenis residu pestisida dan yang paling banyak dijumpai pada kubis adalah endosulfan. Kubis diperkirakan mengandung pestisida endosulfan, karena pestisida ini digunakan untuk mengendalikan hama ulat grayak yang sering menyerang tanaman kubis. Batas Maksimum Residu pestisida endosulfan yang diperbolehkan terdapat pada sayuran terutama kubis adalah sebesar 2 mg/kg. Beberapa metode telah dilakukan untuk penentuan pestisida; antara lain kromatografi gas. Keunggulan metode kromatografi gas (KG) adalah metode ini mampu mendeteksi sampai pada jumLah nanogram, resolusi tinggi serta membutuhkan sampel dalam jumLah kecil. Beberapa detektor kromatografi gas yang cocok digunakan untuk menganalisis senyawa organik mudah menguap yang mempunyai konsentrasi rendah dalam lingkungan di antaranya, yaitu Flame Ionization Detector (FID), Electron Capture Detector (ECD), Photoionisation Detector (PID), dan spektrometri massa (SM). Penelitian ini bertujuan melakukan validasi metode kromatografi gas-spektrometri massa untuk penetapan kadar residu endosulfan dalam kubis. Metode KG-SM selain dapat mengidentifikasi dan mengonfirmasikan adanya suatu senyawa, juga mempunyai sensitivitas tinggi dan dapat mendeteksi dalam ppm maupun ppb Pembahasan Endosulfan mempunyai dua bentuk stereoisomer, yaitu α-endosulfan (endosulfan I) dan β-endosulfan (endosulfan II). Selain memiliki dua senyawa induk tersebut, endosulfan juga memiliki metabolit utama yang biasanya terdapat dalam sayuran, yaitu endosulfan sulfat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis residu untuk ketiga jenis endosulfan tersebut. Karena kesulitan untuk mendapatkan blanko matriks kubis, maka matriks kubis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pasar. Matriks kubis yang digunakan sebelumnya sudah diidentifikasi dan ternyata tidak mengandung senyawa endosulfan I, endosulfan II dan endosulfan sulfat. Parameter yang pertama dilakukan adalah selektifitas. Uji ini dilakukan untuk melihat adakah pengaruh matriks kubis pada proses analisis. Hasil uji selektifitas menunjukkan bahwa matriks kubis tidak memberikan gangguan pada daerah retention time dari standar endosulfan, meskipun matriks kubis begitu kompleks. Berdasarkan kromatogram standar campuran endosulfan, waktu retensi endosulfan I = 11,82 menit ; tR endosulfan II= 15,62 menit ; tR endosulfan sulfat = 18,79 menit. Parameter validasi yang diuji berikutnya adalah linearitas. Pada penentuan linieritas digunakan 5 konsentrasi, ini merupakan konsentrasi minimum yang harus digunakan untuk penentuan linieritas. Konsentrasi yang digunakan untuk masing-masing senyawa analit antara 2-6 ppm. Hasil uji tersebut menghasilkan harga r, Vxo dan Xp pada masing-masing analit. Parameter validasi selanjutnya adalah batas deteksi dan batas kuantitasi (Limit of Detection/LOD-Limit of Quantitation/LOQ). Penentuan LOD-LOQ dilakukan berdasarkan pengukuran standar deviasi respon slope kurva kalibrasi, yang terdiri dari lima konsentrasi rendah pada daerah LOD-LOQ. Diperoleh data persamaan regresi pada rentang konsentrasi 0,7-1,5 ppm. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode kromatografi gas-spektrometri massa untuk analisis residu pestisida endosulfan dalam sampel kubis yang sesuai spesifikasi dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan validasi metode dengan parameter: selektivitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linieritas, akurasi, dan presisi. Harga batas deteksi 0,1275 µg/mL, 0,1273 µg/mL dan 0,1469 µg/mL masing-masing untuk endosulfan I, endosulfan II dan endosulfan sulfat serta memiliki harga %recovery sebesar 69,67%- 124,02%.
Kelebihan Kelebihan dari jurnal ini yaitu Untuk penulisan sesuai
dengan ketentuan pembuatan suatu jurnal
Kekurangan Kekurangan dari jurnal ini yaitu Penggunaan bahasa yang
kurang di pahami REVIEW JURNAL
AMINO ACID ANALYZER
Judul Komposisi Kandungan Asam Amino Pada Teripang
Emas (Stichoupus horens) di Perairan Pulau Bintan, Kepulauan Riau Volume dan Vol. 6, No.2 halaman
Penulis Gianto, Made Suhandana*, R. Marwita Sari Putri
Reviewer MUHAMAD RONALDDIN Z (Q1A118151)
Tanggal 7 september 2019 Latar Jurnal yang berjudul “Komposisi Kandungan Asam belakang Amino Pada Teripang Emas (Stichoupus horens) di Perairan Pulau Bintan, Kepulauan Riau” Protein pada teripang mempunyai asam amino yang lengkap, baik asam amino essensial maupun asam amino non essensial. Hasil uji proksimat penelitian teripang emas memiliki kadar protein yang sangat tinggi yaitu sebesar 95,14% dan lemak 0,20% dibandingkan dengan jenis teripang lainnya sementara protein teripang emas sangat rendah yaitu sebesar 1,78% dan abu 1,54%. Kandungan asam amino teripang kering tertinggi pada daging teripang emas terlihat di asam glutamat sebesar 6,6049%, glisin 7,1769%, asam aspartat 3,9227% dan prolin sebesar 3,4189% sementara hasil asam amino teripang basah memiliki nilai asam amino yang rendah dengan nilai asam glutamat 0,2281%, Glisin 0,2308% dan Alanin 0,2169%. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi asam amino yang terkandung pada teripang emas sehingga dapat dijadikan dasar pertimbangan, pengelolaan, pengembangan khususnya teripang.
Pendahuluan Teripang adalah hewan invertebrata laut yang
merupakan anggota hewan berkulit duri (Echinodermata) memiliki potensi ekonomi yang cukup besar karena mengandung berbagai bahan yang bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani, obat luka dan anti inflamasi. Teripang diketahui bermanfaat sebagi bahan baku obat karena banyak mengandung senyawa bioaktif. Beberapa senyawa yang telah berhasil diekstrak adalah saponin, teriperten glikosida, chondroitin sulphate, neuritogenic gangliosides, 12- methyltetradecanoic acid (12-MTA), dan lektin. Protein pada teripang mempunyai asam amino yang lengkap, baik asam amino essensial maupun asam amino non essensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan sumber protein yang disebut juga asam amino eksogen. Asam amino seringkali disebut dan dikenal sebagai zat pembangun yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein. Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh disebut juga asam amino endogen. Analisis asam amino ini sangat diperlukan, misalnya untuk menganalisis hasil industri seperti makanan, makanan temak, obat- obatan, juga untuk analisis cairan biologi dan hidrolisat protein
Pembahasan Proksimat Teripang Emas
Teripang emas memiliki kadar air yang sangat tinggi yaitu sebesar 95,14% dan lemak 0,20% dibandingkan dengan jenis teripang lainnya sementara protein teripang emas sangat rendah yaitu sebesar 1,78% dan abu 1,54%. Biota mengandung air dengan kadar yang berbeda-beda. Air dalam bahan pangan ada yang berada pada keadaan bebas (free water), terserap dalam matriks/jaringan (adsorbed), atau terikat secara kimia (bound water. Air dalam pangan dinyatakan dalam bentuk kadar air dan aktivitas air. Kadar air menyatakan jumlah absolut aid dalam bahan pangan dan biota perairan. Kadar air teripang berhubungan dengan morfologi teripang. Teripang merupakan biota perairan yang lunak. %. Kadar air yang tinggi pada daging teripang menunjukan bahwa daging teripang memiliki tekstur yang lunak dan mudah lumer pada suhu ruang. Kadar air beberapa jenis teripang dalam keadaan kering berkisar antara 1-15% Jenis teripang tersebut antara lain Stichopus herrmanni, Thelenota ananas, Thelenota anax, Holothuria fuscogilva, Holothuria fuscopunctata, Actinopyga mauritiana, Actinopyga caerulea dan Bohadschia argus. Protein memiliki sifat fungsional dalam proses pengolahan pangan seperti emulsifier, pembentuk busa, pengental, dan pembentuk gel. Protein juga dapat berfungsi sebagai katalisator dalam bentuk enzim-enzim dalam sistem biologis. Kandungan protein pada daging teripang dikarenakan pada tubuh teripang sebagian besar tersusun dari kolagen yang berada pada jaringan otot sebesar 70%. Protein teripang yang terdapat pada daging diketahui kaya akan glisin, asam glutamat dan arginin. Protein beberapa jenis teripang dalam keadaan kering memiliki kadar protein dari 40-65%. Jenis teripang tersebut fuscopunctata, Actinopyga mauritiana, Actinopyga caerulea dan Bohadschia argus. Kadar abu menunjukkan kandungan mineral yang terdapat pada daging teripang. Kadar abu pada teripang emas sebesar 1,54%. Lebih rendah jika dibandingkan dengan jenis teripang lain seperti Stichopus variegates. Kadar abu basis kering pada beberapa jenis teripang berkisar antara 15-40%. Jenis teripang tersebut antara lain Stichopus herrmanni, Thelenota ananas, Thelenota anax, Holothuria fuscogilva, Holothuria fuscopunctata, Actinopyga mauritiana, Actinopyga caerulea dan Bohadschia argus, Lemak dan minyak terdapat dalam hampir semua biota perairan dengan kandungan yang berbeda. Teripang emas merupakan biota perairan yang memiliki kandungan lemak sebesar 0,20%. Kandungan lemak pada teripang emas perlu dihilangkan untuk meningkatkan Asam Amino Teripang Emas Asam amino merupakan komponen penyusun protein. Masing-masing asam amino berikatan melalui ikatan kovalen. Protein dapat dipecah menjadi unit yang lebih sederhana (asam amino) melalaui proses hidrolisis. Hasil analisis jenis dan kadar asam amino menunjukan ada perbedaan antara teripang emas kering dan teripang emas basah. Perbedaan tersebut disebabkan oleh proses pengolahan dari bagian tubuh yang diuji. Protein pada teripang mempunyai asam amino yang lengkap, baik asam amino essensial maupun asam amino non essensial. Pengolahan dapat mempengaruhi komponen kimia pada produk. Pengaruh yang terjadi dapat menaikkan atau menurunkan komposisi kimia. Akintola et al. (2013) menyebutkan pengasapan dapat meningkatkan konsentrasi alanin, treonin, tirosin, dan sistein dan menyebabkan rasa manis pada produk. Sampel dikeringkan mengalami peningkatan kadar asam amino histidin dan arginin. Kandungan asam amino tertinggi pada daging teripang emas kering terlihat di asam glutamat sebesar 6.6049%, glisin 7.1769%, asam aspartat 3.9227% dan prolin sebesar 3.4189% sementara hasil asam amino teripang basah memiliki nilai asam amino yang rendah dengan nilai asam glutamate 0.2281%, Glisin 0.2308% dan Alanin 0.2169%. Asam amino yang terdapat pada teripang cukup lengkap dengan tiga asam amino terbesar adalah glycine, glutamic acid, dan proline. Asam glutamat merupakan asam amino yang dapat memberikan rasa gurih. Gugus hidrogen pada asam glutamat dapat disubstansi dengan sodium sehingga membentuk monosodium glutamat yang memiliki intensitas rasa gurih yang tinggi sehingga banyak digunakan sebagai flavor enhancer. Teripang emas memiliki kandungan asam amino glisin yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam glutamat. Teripang emas memiliki potensi yang baik digunakan sebagai bahan baku pembuat kolagen. Asam amino glisin mempunyai nilai yang dominan baik pada kolagen. Komposisi asam amino juga menentukan karakteristik kolagen yang dihasilkan. Komponen-komponen asam amino dari teripang memiliki fungsi dalam regulasi imun. Sebagian besar (70%) dari protein dinding tubuh teripang terdiri dari kolagen Asam amino pada umumnya larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar, yaitu eter, aseton, dan kloroform. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika non polar Kesimpulan Teripang emas memiliki kadar air yang sangat tinggi yaitu sebesar 95,14% dan lemak 0,20% dibandingkan dengan jenis teripang lainnya sementara protein teripang emas sangat rendah yaitu sebesar 1,78% dan abu 1,54%. Kandungan asam amino teripang emas memiliki nilai tertinggi pada asam amino non esensial yaitu asam aspartat, asam glutamat, glisin, prolin. Hal ini menunjukkan teripang basah maupun kering ini berpotensi sebagai bahan yang bisa digunakan untuk bidang farmasetikal maupun bidang makanan fungsional. Teripang emas memiliki potensi sebagai bahan baku pembuat kolagen dengan kandungan asam amino glisin (7,18%), asam glutamat (6,60%), prolin (3,42%), dan alanin (2,53%).
Kelebihan Kelebihan dari jurnal ini yaitu Pembahasan metode yang