Dosen Pengampu :
Oleh :
2019
“CYSTIC FIBROSIS DENGAN TUBERCULOSIS”
A. KASUS
Seorang anak laki-laki (12th) dengan berat badan 32kg datang ke klinik TB
dengan riwayat batuk produktif kronis yang disertai susah nafas dan mengi. Dia
juga mengalami kelesuan, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan serta
terjadi peradangan. 1 tahun sebelumnya dilakukan tes Mantoux dan hasilnya
positif. Pasien pernah berobat TB namun sering lupa minum obat sehingga terjadi
kekambuhan.
Pemeriksaan lab :
Pada dahak terdapat P.aerugunosa
Pada dahak BTA positif (dilakukan selama 2hari berturut-turut dengan 3dahak
SPS)
Kadar klorin 63 mmol/L
Tes mantoux positif
Pengobatan sekarang :
Ciprofloxacin 3x500mg
Symbicort (digunakan ketika asma kambuh)
RHZE 2tab 4KDT selama 58 hari
Cystic Fibrosis (CF) terjadi karena perbedaan potensial listrik transepitel yang
meningkat pada epitel saluran nafas. Perbedaan potensial transepitel
mencerminkan komponen dari laju transpor ion aktif dan resistensi terhadap aliran
2
ion superfisial. Epitel saluran nafas CF meningkatkan transport Na dan
menurunkan sekresi Cl. Sekresi Cl yang abnormal mencerminkan tidak adanya
cAMP-kinase dan protein kinase C yang diatur oleh saluran CFTR. Peningkatan
penyerapan Na merupakan fitur dalam epitel saluran nafas CF. Peningkatan
reabsorbsi Na sebagai fungsi kedua CFTR yaitu bertindak sebagai penghambat
saluran Na epitel.
3
4
(Harrison International Medicines)
C. GUADLINE
Guadline Cystic Fibrosis
Tujuan utama terapi CF adalah melakukan pembersihan sekresi dan
mengendalikan infeksi di paru-paru, mencegah obstruksi usus. Terapi gen atau
terapi untuk mengembalikan pemrosesan CFTR yang gagal merupakan salah satu
pilihan terapi.
Lung Desease (Penyakit Paru-paru) :
1. Antibiotik untuk infeksi paru-paru. Digunakan dosis yang lebih tinggi untuk
pasien dengan CF dibanding pasien infeksi dada tanpa CF karena peningkatan
izin total tubuh dan volume distribusi antibiotik pada pasien CF.
a. Antibiotik oral (2-3 minggu dan tidak kronis)
- Penisilin semisintetik atau Sefalosforin oral untuk mengobati
Staphylococcus
- Ciprofloxacin oral untuk mengurangi jumlah bakteri Psudomonas dan
mengendalikan gejala.
5
b. Antibiotik interavena diberikan pada pasien eksaserbasi yang lebih parah
atau eksaserbasi terkait dengan bakteri yang resisten terhadap antibiotik
oral.
- Sefalosforin dan Aminoglikosida (gentamycin atau ceftadizim) untuk
mengobati P.aeruginosa
c. Antibiotik aerosol
- Golongan aminoglikosida (tobramycin 300mg) efektif untuk menunda
eksaserbasi.
2. Inhalasi agonis adrenergik untuk mengontrol hambatan saluran udara namun
hanya dapat digunakan jangka pendek.
3. Glukokortikoid oral untuk mengurangi peradangan saluran nafas tetapi
penggunaan jangka panjang dibatasi.
6
(Journal “ Cystic Fibrosis”)
D. PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
Gejala utama pasien TB adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
7
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan.
E. KLASIFIKASI BERDASARKAN ORGAN TUBUH YANG TERKENA
1. TB paru.
TB paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. TB ekstra paru.
TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
F. DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
Diagnosis TB Paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).
Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
8
alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi,
foto toraks dan lain-lain.
G. GUADLINE TUBERKULOSIS
1. Kategori-1 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
a. Pasien baru TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
c. Pasien TB ekstra paru
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3
2. Kategori -2 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang
telah diobati sebelumnya:
a. Pasien kambuh
b. Pasien gagal
c. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/
(HRZE)/ 5(HR)3E3
9
- Pasien pernah berobat TB namun sering lupa minum obat sehingga terjadi
kekambuhan.
Obyek
Tes Hasil Lab Normal Keterangan
Tes dahak Terdapat Negatif (tidak Diagnosa Cystic
P.aeruginosa ditemukan) Fibrosis
kadar khorin 63mmol/L <60mmol/L Diagnosa cystic
Fibrosis
Dahak BTA Mycrobacterium tidak ditemukan Diagnosa TB
Tubercullosis bakteri
Mantoux Positif Negative Diagnosa TB
10
( Journal “ The Diagnosis of Cystic Fibrosis”)
Assesment
11
Keluhan Terapi DRP
Batuk kronis - Kebutuhan terapi
tambahan
Kelesuan dan keringat - Kebutuhan terapi
dingin pada malam hari tambahan
Sesak nafas dan mengi Symbicort (ketika asma) Terapi tepat
Penurunan BB - Kebutuhan terapi
tambahan
Peradangan - Kebutuhan terapi
tambahan
Dahak terdapat Ciprofloxacin 3 x 500mg Obat tidak efektif
P.aeruginosa
Kadar Chlorin Terapi gen Terapi tepat
63mmol/ml
- Dahak BTA terdapat RHZE 2tab 4KDT selama Ketidakpatuhan
Mycrobacterium 58 hari
Tubercullosis
- Tes Mantoux positif
PLAN
Terapi farmakologi :
1. Batuk kronis
2. Kelesuan dan keringat dingin pada malam hari
Pada kasus ini dapat ditambahkan obat multivitamin yang dapat memunjang
kebutuhan vitamin dalam tubuh.
3. Ciprofloxacin oral diganti dengan Tobramycin nebulized 2 x 300mg
- Penggantian ciprofloxacin dilakukan karena antibiotik ciprofloxacin
diberikan untuk penyakit CF yang tidak kronis, sedangkan pada kasus ini
CF sudah mengalami kronis.
- Penggunaan Tobramicyn nebulized dapat mengatasi bakteri P.aeruginosa
pada dahak serta peradangan dimana peradangan tersebut merupakan tanda
dari terdapatnya P.aeruginosa.
4. Penggantian obat : RHZE 2tablet 4 KDT diganti dengan RHZE 2tablet 4KDT
+ 500mg Streptomycin inj selama 58 hari
12
- Penggantian obat dilakukan karena terjadi kekambuhan pada TB yang
dialami pasien.
- Obat yang digunakan dapat mengatasi Mycrobacterium tubercullosis yang
terdeteksi pada tes BTA dan tes Mantoux.
13
(Journal “Inhaled Antibiotic Therapy in Chronic Respiratory Disease”)
DAFTAR PUSTAKA
Diego J. Maselli, Holly Keyt dan Marcos I. Restrepo. 2017. Inhaled Antibiotic
therapy in Chronic Respiratory Diseases. Univercity of Texas Health
Jane C Davies, Eric W F W Alton, Andrew Blush. 2007. Cystic Fibrosis. BMJ
Press. Departement of Gene Theraphy : London
14
Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Loscalzo J. Haucer S. Harrison’s
Principles Of Internal Medicine, 16th . New York : McGrawHill : 2005
Kemenkes RI
15
16