Anda di halaman 1dari 16

FARMAKOTERAPI

“KASUS DAN ANALISA KASUS CYSTIC FIBROSIS DENGAN

TUBERKULOSIS BERDASARKAN SOAP”

Dosen Pengampu :

Rahmawati Raising, M.Farm-Klin., Apt

Oleh :

Cyntia Dwi F.L (201708034)

Desinta Lani Pujiastuti (201708035)

Dian Yuliana (201708036)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019
“CYSTIC FIBROSIS DENGAN TUBERCULOSIS”

A. KASUS
Seorang anak laki-laki (12th) dengan berat badan 32kg datang ke klinik TB
dengan riwayat batuk produktif kronis yang disertai susah nafas dan mengi. Dia
juga mengalami kelesuan, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan serta
terjadi peradangan. 1 tahun sebelumnya dilakukan tes Mantoux dan hasilnya
positif. Pasien pernah berobat TB namun sering lupa minum obat sehingga terjadi
kekambuhan.

Pemeriksaan lab :
Pada dahak terdapat P.aerugunosa
Pada dahak BTA positif (dilakukan selama 2hari berturut-turut dengan 3dahak
SPS)
Kadar klorin 63 mmol/L
Tes mantoux positif

Pengobatan sekarang :
Ciprofloxacin 3x500mg
Symbicort (digunakan ketika asma kambuh)
RHZE 2tab 4KDT selama 58 hari

Pasien melakukan terapi gen setiap 1 bulan

B. PATOFISIOLOGI CYSTIC FIBROSIS

Cystic Fibrosis (CF) adalah gangguan monogenik yang muncul sebagai


penyakit multisistem. Penyakit ini ditandai oleh infeksi saluran udara kronis yang
mengarah ke bronkiektasis dan bronkiolektasis, insufisiensi pankreas dan
disfungsi usus, fungsi kelenjar keringat abnormal dan disfungsi urogenital. Cistic
Fibrosis (CF) ditandai dengan ketidakmampuan atau tidak berfungsi sempurna
dalam memperoduksi protein CFTR.

Lung desease (penyakit saluran nafas)

Cystic Fibrosis (CF) terjadi karena perbedaan potensial listrik transepitel yang
meningkat pada epitel saluran nafas. Perbedaan potensial transepitel
mencerminkan komponen dari laju transpor ion aktif dan resistensi terhadap aliran

2
ion superfisial. Epitel saluran nafas CF meningkatkan transport Na dan
menurunkan sekresi Cl. Sekresi Cl yang abnormal mencerminkan tidak adanya
cAMP-kinase dan protein kinase C yang diatur oleh saluran CFTR. Peningkatan
penyerapan Na merupakan fitur dalam epitel saluran nafas CF. Peningkatan
reabsorbsi Na sebagai fungsi kedua CFTR yaitu bertindak sebagai penghambat
saluran Na epitel.

Pembersihan lendir merupakan mekanisme pertahanan saluran udara dalam


melawan infeksi bakteri. Saluran udara yang normal memvariasi tingkat
penyerapan Na aktif dan sekresi Cl- untuk menyesuaikan volume cairan pada
permukaan saluran nafas. Tingkat penyerapan Na yang tinggi dan rendahnya
sekresi Cl- mengurangi kadar garam dan air lendir srta menipisnya cairan
periciliary yang menyebabkan adhesi lendir. Adhesi lendir menyebabkan
kegagalan untuk membersihkan lendir dengan mekanisme batuk.

Gastrointestinal desease (penyakit saluran cerna)

Tidak adanya saluran CFTR Cl dalam membran epitel pankreas membatasi


fungsi membran apikal Cl-HCO3 untuk mengeluarkan bikarbonat dan Na ke
dalam saluran. Kegagalan alam mengeluarkan Cl-HCO3 dan air menyebabkan
retensi enzim di pankreas sehingga menghancurkan hampir semua jaringan
pankreas. Sekresi cairan yang dimediasi CFTR diperparah oleh penyerapan cairan
yang berlebihan, abnormalitas regulasi yang dimediasi CFTR. Disfungsi tersebut
menyebabkan isi intraluminal dan obstruksi usus kecil dan besar.
Ketidakmampuan epitel kandung empedu untuk mengeluarkan garam dan air
menyebabkan kolesistasis kronis dan kolelitiasis. Pasien CF tidak datpat
menyerap NaCl dari keringat saat bergerak melalui saluran keringat karena
ketidakmampuan untuk menyerap Cl melintasu sel epitel duktus.

3
4
(Harrison International Medicines)

C. GUADLINE
Guadline Cystic Fibrosis
Tujuan utama terapi CF adalah melakukan pembersihan sekresi dan
mengendalikan infeksi di paru-paru, mencegah obstruksi usus. Terapi gen atau
terapi untuk mengembalikan pemrosesan CFTR yang gagal merupakan salah satu
pilihan terapi.
Lung Desease (Penyakit Paru-paru) :
1. Antibiotik untuk infeksi paru-paru. Digunakan dosis yang lebih tinggi untuk
pasien dengan CF dibanding pasien infeksi dada tanpa CF karena peningkatan
izin total tubuh dan volume distribusi antibiotik pada pasien CF.
a. Antibiotik oral (2-3 minggu dan tidak kronis)
- Penisilin semisintetik atau Sefalosforin oral untuk mengobati
Staphylococcus
- Ciprofloxacin oral untuk mengurangi jumlah bakteri Psudomonas dan
mengendalikan gejala.

5
b. Antibiotik interavena diberikan pada pasien eksaserbasi yang lebih parah
atau eksaserbasi terkait dengan bakteri yang resisten terhadap antibiotik
oral.
- Sefalosforin dan Aminoglikosida (gentamycin atau ceftadizim) untuk
mengobati P.aeruginosa
c. Antibiotik aerosol
- Golongan aminoglikosida (tobramycin 300mg) efektif untuk menunda
eksaserbasi.
2. Inhalasi agonis adrenergik untuk mengontrol hambatan saluran udara namun
hanya dapat digunakan jangka pendek.
3. Glukokortikoid oral untuk mengurangi peradangan saluran nafas tetapi
penggunaan jangka panjang dibatasi.

(Harrison International Medicines)

6
(Journal “ Cystic Fibrosis”)

Gastrointestinal Desease (penyakit saluran cerna)


1. Penggantian enzim pankreas
- Kapsul yang mengandung antara 4000 dan 20.000 unit lipase. Dosis enzim
tidak lebih dari 2.500unit/kg per makan disesuaikan dengan kenaikan berat
badan dan gejala.
2. Penggantian vitain larut lemak, terutama vitamin E dan K
3. Megalodiatrizoate untuk pengobatan obstruksi akut karena sindrom obstruksi
usus distal.

D. PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS
Gejala utama pasien TB adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,

7
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan.
E. KLASIFIKASI BERDASARKAN ORGAN TUBUH YANG TERKENA
1. TB paru.
TB paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. TB ekstra paru.
TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

F. DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
Diagnosis TB Paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).
Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

Diagnosis TB Ekstra Paru.


a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis
tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan

8
alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi,
foto toraks dan lain-lain.

G. GUADLINE TUBERKULOSIS
1. Kategori-1 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
a. Pasien baru TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
c. Pasien TB ekstra paru
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3

2. Kategori -2 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang
telah diobati sebelumnya:
a. Pasien kambuh
b. Pasien gagal
c. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/
(HRZE)/ 5(HR)3E3

H. ANALISIS KASUS BERDASARKAN SOAP


Subyek
- Seorang anak laki-laki (12th) dengan berat badan 32kg
- Riwayat batuk produktif kronis yang disertai susah nafas dan mengi
- Gejala : kelesuan, berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan serta
terjadi peradangan

9
- Pasien pernah berobat TB namun sering lupa minum obat sehingga terjadi
kekambuhan.

Obyek
Tes Hasil Lab Normal Keterangan
Tes dahak Terdapat Negatif (tidak Diagnosa Cystic
P.aeruginosa ditemukan) Fibrosis
kadar khorin 63mmol/L <60mmol/L Diagnosa cystic
Fibrosis
Dahak BTA Mycrobacterium tidak ditemukan Diagnosa TB
Tubercullosis bakteri
Mantoux Positif Negative Diagnosa TB

10
( Journal “ The Diagnosis of Cystic Fibrosis”)

Assesment

11
Keluhan Terapi DRP
Batuk kronis - Kebutuhan terapi
tambahan
Kelesuan dan keringat - Kebutuhan terapi
dingin pada malam hari tambahan
Sesak nafas dan mengi Symbicort (ketika asma) Terapi tepat
Penurunan BB - Kebutuhan terapi
tambahan
Peradangan - Kebutuhan terapi
tambahan
Dahak terdapat Ciprofloxacin 3 x 500mg Obat tidak efektif
P.aeruginosa
Kadar Chlorin Terapi gen Terapi tepat
63mmol/ml
- Dahak BTA terdapat RHZE 2tab 4KDT selama Ketidakpatuhan
Mycrobacterium 58 hari
Tubercullosis
- Tes Mantoux positif

PLAN
Terapi farmakologi :
1. Batuk kronis
2. Kelesuan dan keringat dingin pada malam hari
Pada kasus ini dapat ditambahkan obat multivitamin yang dapat memunjang
kebutuhan vitamin dalam tubuh.
3. Ciprofloxacin oral diganti dengan Tobramycin nebulized 2 x 300mg
- Penggantian ciprofloxacin dilakukan karena antibiotik ciprofloxacin
diberikan untuk penyakit CF yang tidak kronis, sedangkan pada kasus ini
CF sudah mengalami kronis.
- Penggunaan Tobramicyn nebulized dapat mengatasi bakteri P.aeruginosa
pada dahak serta peradangan dimana peradangan tersebut merupakan tanda
dari terdapatnya P.aeruginosa.
4. Penggantian obat : RHZE 2tablet 4 KDT diganti dengan RHZE 2tablet 4KDT
+ 500mg Streptomycin inj selama 58 hari

12
- Penggantian obat dilakukan karena terjadi kekambuhan pada TB yang
dialami pasien.
- Obat yang digunakan dapat mengatasi Mycrobacterium tubercullosis yang
terdeteksi pada tes BTA dan tes Mantoux.

(Journal “ Cystic Fibrosis”)

13
(Journal “Inhaled Antibiotic Therapy in Chronic Respiratory Disease”)

Terapi non Farmakologi


1. Olahraga teratur
2. Makan makanan yang sehat

DAFTAR PUSTAKA

Diego J. Maselli, Holly Keyt dan Marcos I. Restrepo. 2017. Inhaled Antibiotic
therapy in Chronic Respiratory Diseases. Univercity of Texas Health

Jane C Davies, Eric W F W Alton, Andrew Blush. 2007. Cystic Fibrosis. BMJ
Press. Departement of Gene Theraphy : London

Kris de Boeck, Francois Vermeulen, Lieven Dupont. 2017. The Diagnosis of


Cystic Fibrosis. Elsevier Masson SAS. Univercity of Leuven : Belgium

14
Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Loscalzo J. Haucer S. Harrison’s
Principles Of Internal Medicine, 16th . New York : McGrawHill : 2005
Kemenkes RI

Srensootan TB sumbernya semuanya dari kemenkes RI

15
16

Anda mungkin juga menyukai