DOSEN PENGAMPU :
SUSANTI ERIKANIA, M.FARM.,APT
DISUSUN OLEH :
CINTYA DWI FEBRIYANTI L (201708034)
MADIUN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnya lah maka penulis bisa menyelesaikan paper ini dengan
tepat waktu. kami ucapkan terimaksih kepada dosen pembimbing ibu Susanti
“Ekstraksi Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.)”, yang menurut penulis dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari mata kuliah
Fitokimia. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon pemakluman bila mana isi paper ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini
saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Bahan 8
3.2 Alat 8
3.3 Prosedur Kerja 8
4.1 Hasil 13
4.2 Pembahasan 18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 22
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengisolasi senyawa piperin dari rimpang lengkuas?
2 Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa piperin menggunakan
KLT?
3 Bagaimana aktivitas antioksidan senyawa piperin dari rimpang
lengkuas?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
3
berserat kasar. Apabila dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak
kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat. Untuk mendapatkan rimpang yang
masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih
kurang 3 bulan. Rasanya tajam pedas, menggigit, dan berbau harum karena
kandungan minyak atsirinya.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif yang dapat larut sehingga
terpisah dan bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang
diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak
dapat larut seperti serat, karbohidrat. protein. dan lain-lain (Depkes. 2000).
a. CaraDingin
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan beberapa
kali pengocokan atan pengadukan pada temperatur ringan. Secara
teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama. dan
seterusnya (Depkes. 2000).
4
b. Cara Panas
5
2.4 Metode Uji Antioksidan
6
2.7 Penentuan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)
Konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji (ppm) dibagi dengan nilai
1C50 yang diperoleh (ppm). Nilai AAI < O5 adalah antioksidan lema, AAI> O5-
1 adalah antioksidan sedang, AAI > 1-2 adalah antioksidan kuat, dan AAI > 2
adalah antioksidan sangat kuat (Vasic. Stefanovic. Licina. Radojevic & Comic.
2012. pp.211)
7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan
3.2 Alat
Baskom Bunsen
Pisau pH Meter
Neraca Analitik Corong Pisah
Blender KLT
Beker Glass Pipa Kapiler
Cawan Silika
Waterbath Chambers
Evaporator Sinar UV
Kertas Saring Spektrofotometri
Tabung Reaksi Labu Ukur
Rak Tabung Reaksi Pipet Volume
Pipet Tetes Gelas Ukur
8
Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. (tidak dibawah sinar
matahari langsung) selama 3 hari. Setelah kering ditimbang beratnya
dan diperoleh berat 285,5 gram.
2. Ekstraksi
Pelarut N-Heksana
Lalu disaring dengan kertas saring dan diperoleh sari ekstrak n-heksan
sebanyak 190 mL. Dan ampas yang diperoleh dimaserasi kembali
menggunakan pelarut etanol.
Pelarut Etanol
9
3. Identifikasi Fitokimia
pada corong pisah dihasilkan 2 lapisan yaitu lapisan asam dan lapisan
etil asetat dimana lapisan asam berada di bawah dengan BJ 1,19 gr/ml
dan lapisan atas yaitu etil asetat dengan BJ 0,894 gr/ml
Menyiapkan fase gerak yaitu toluen dan etil asetat teknis dengan
perbandingan 70:30 (7ml : 3ml)
Pengujian Antioksidan
12
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.2 Ekstraksi
Tanin Steroid
No Ekstrak dan dan Saponin Flavonoid Alkaloid
Polifenol Terpenoid
13
(-) (-) (-) (+)
1 Etanol
(+)
Tanin Steroid
No Ekstrak dan dan Saponin Flavonoid Alkaloid
Polifenol Terpenoid
(-) (+) (-) (-)
2 N-Heksana
(-)
LAPISAN ETIL
14
UV 366
UV 254
15
Standar Piperin Lapisan Etil Asetat Lapisan Asam
1 ,2
Nilai Rf Rf = = 1 ,2 1,3
2,2 Rf = = 0,54 Rf = = 0,59
2,2 2,2
0,54
1. Sampel
a. Perhitungan % inhibisi
16
b. Persamaan Kurva Baku
c. Perhitungan IC 50
Y = -0,66x + 910
50 = -0,66x + 910
0,66x = 910 – 50
860
X = = 1303
0,66
d. Perhitungan AAI
17
2. Kontrol Positif (Vitamin c)
a. Perhitungan % Inhibisi
0,005−0,144
20 ppm = x 100 = -2780%
0,005
0,005−0,122
40ppm = x 100 = -2340%
0,005
0,005−0,105
60ppm = x 100 = -2000%
0,005
0,005−0,036
80ppm = x 100 = -620%
0,005
18
c. Perhitungan IC 50
Y = 34,1x - 3640
50 = 34,1x - 3640
-34,1x = -3640 - 50
−3690
X = = 108,2
−34,1
4.2 Pembahasan
19
disimpan dalam waktu lama karena kadar air dalam simplisia berkurang.
Kemudian sortasi kering untuk memisahkan benda asing dan pengotor lain yang
masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Selanjutnya dilakukan proses
ekstraksi.
Esktraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pada penelitian ini, serbuk rimpang lengkuas (Alpinia
galanga L.) dilakukan proses ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan
dua jenis pelarut yang berbeda. Pertama serbuk rimpang lengkuas dimaserasi
dengan pelarut n-heksan yaitu pelarut non-polar dengan perbandingan 1:5 selama
3 hari. Selama proses maserasi, setiap pagi dilakukan pengadukan agar senyawa
non polar yang terkandung dalam serbuk terikat oleh pelarut non polar (n-
heksana) secara sempurna. Setelah 3 hari, dilakukan penyaringan dan sari ekstrak
n-heksana dipekatkan diatas waterbath dengan suhu 70oC, sehingga menjadi
ekstrak n-heksana rimpang lengkuas. Sedangkan ampas hasil penyaringan
dimaserasi lagi dengan etanol 96% (pelarut polar) dimana senyawa non polar
sudah diikat oleh n-heksana sehingga meninggalkan senyawa polar. Proses re-
maserasi ini juga dilakukan selama 3 hari dan diaduk setiap pagi. Hasil
penyaringan dipekatkan di rotary evaporator dan waterbath suhu 70 oC menjadi
ekstrak etanol rimpang lengkuas. Kemudian dihitung rendemen ekstrak dengan
perbandingan bobot ekstrak terhadap bobot serbuk dikali 100%. Ekstrak n-heksan
diperoleh remdemen ekstrak sebesar 3,5% sedangkan ekstrak etanol sebesara
4,1%. Semakin besar rendemen yang dihasilkan maka makin efisien perlakuan
yang diterapkan dengan tidak mengesampingkan sifat lain. Selanjutnya dilakukan
penapisan atau identifikasi fitokimia.
Penapisan fitokimia dilakukan pada masing-masing ekstrak (ekstrak n-
heksana dan ekstrak etanol rimpang lengkuas) yang bertujuan untuk
mengetahuikandungan senyawa pada maisng-masing ekstrak. Pada ekstrak etanol
diperoleh hasil positif pada senyawa alkaloid dan flavonoid, dimana terbentuk
endapan kuning ketika ekstrak ditambahkan dengan reagen Mayer hal tersebut
membuktikan mengandung senyawa alkaloid. Positif mengandung flavonoid
ketika ekstrak ditambahkan NaOH 10% dan menghasilkan warna jingga.
Sedangkan ekstrak n-heksana hanya positif pada senyawa Triterpenoid dan
Steroid dimana ekstrak ketika ditambahkan kloroform, asam asetat anhidrat dan
H2SO4 pekat menghasilkan warna hijau. Selanjutnya dilakukan proses fraksinasi.
Fraksinasi adalah proses penarikan senyawa pada suatu ekstrak dengan
menggunakan dua macam pelarut yang saling tidak bercampur. Pada penelitian ini
digunakan etil asetat dan HCl 2N. Ketika ekstrak etanol ditambahkan dengan HCl
2N hingga diperoleh pH 3 terbentuk garam alkaloid yang selanjutnya
ditambahkan etil asetat. Garam alkaloid yang telah terbentuk akan larut dalam air
sedangkan senyawa lain akan larut dalam etil asetat akibat perbedaan kelarutan
sehingga diperoleh dua lapisan yang tidak saling bercampur yaitu lapisan asam
dan lapisan etil asetat. Lapisan dengan bobot jenis (BJ) yang lebih besar berada
20
dibawah lapisan dengan BJ yang lebih rendah sehingga lapisan asam berada
dibawah dengan BJ 1,19gr/ml dan lapisan etil asetat berada diatas dengan BJ
0,894gr/ml. Lapisan etil asetat dipekatkan menggunakan waterbath sedangkan
lapisan asam yang dicurigai mengandung senyawa piperin ditambahkan dengan
NH4OH hingga pH larutan 8-9 dengan tujuan agar garam alkaloid membentuk
alkaloid kembali. Selanjutnya dilakukan proses KLT.
Analisis kandungan kimia awal dilakukan dengan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT). Fase diam yang digunakan yaitu silikal gel sedangkan fase gerak
yang digunakan adalah campuran toluen dan etil asetat teknis dengan
perbandingan 7:3. Ekstrak etil asetat, fraksi asam dan standar piperin masing-
masing ditotolkan dalam silika gel (plat/lempeng KLT) yang kemudian
dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi fase gerak. Pada langkah ini fase
gerak akan naik ke plat KLT, namun plat KLT harus segera diangkat ketika fase
gerak sudah tidak naik kembali karena jika terlalu lama maka akan mempengaruhi
hasil ketika penyinaran dengan sinar UV sehingga hasil lebih jelek. Sinar UV
yang digunakan yaitu 254 dan 366. Fraksi asam yang dicurigai mengandung
senyawa piperin memiliki Rf 0,59 sedangkan standar piperin memiliki Rf 0,54
dan ekstrak etil asetat memiliki Rf 0,54. Meskipun ekstrak etil asetat memiliki Rf
yang sejajar dengan Rf standar piperin namun memiliki warna noda yang berbeda
yaitu ekstrak etil asetat dengan warna noda kuning dan standar piperin dengan
warna noda biru. Sedangkan fraksi asam memiliki warna noda yang sama dengan
standar piperin yaitu biru sehingga fraksi asam diduga atau kemungkinan
memiliki senyawa piperin. Selanjutnya fraksi asam dilakukan uji aktivitas
antioksidan.
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Sampel ketika
diuji aktivitas antioksidan dengan DPPH dan dilakukan pembacaan dengan
spektrofotometri UV Vis diperoleh nilai absorbansi. Dari nilai absorbansi dihitung
nilai inhibisi terhadap absorbansi blanko yaitu 0,005A yang kemudian dibuat
kurva antara konsentrasi larutan sampel vs inhibisi dan diperoleh persamaan
linier. Persamaan lininer digunakan untuk menghitung nilai IC50 dimana IC50
adalah nilai yang menunjukkan konsentrasi sampel yang mampu menghambat
aktvitas suatu radikal sebesar 50%. Aktivitas antioksidan dinyatakan sangat kuat
apabila nilai IC 50 <50μg/ml, kuat apabila nilai IC50 50-100μg/ml, sedang
apabila IC50 bernilai 100-150μg/ml dan lemah apabila IC50 bernilai 151-
200μg/ml (Blois, 2005). Selanjutnya nilai IC50 digunakan untuk menghitung nilai
AAI dimana nilai AAI diperoleh dri konsentrasi DPPH yang digunkan dalam uji
dibagi dengan nilai IC50. Nilai AAI <0,5 adalah antioksidan lemah, AAI >0,5-1
adalah antioksidan sedang, AAI 1-2 adalah antioksidan kuat dan AAI >2 adalah
antioksidan sangat kuat (Vasic et al, 2012).
Pada penelitian ini diperoleh IC50 sebesar 1303 dan AAI 0,15 sehingga
termasuk kategori lemah. Berdasarkan penelitian oleh Srividya et al, 2010, ekstrak
etanol lengkuas memiliki nilai IC 50 69,5±1375μg/ml. Selain itu penelitian oleh
21
Mahae dan Chaiseri, ekstrak rimpang lengkuas memiliki nilai IC50 10,66mg/ml.
Semakin rendah nilai IC50 maka semakin kuat aktivitas antioksidannya begitupun
sebaliknya. Perbedaan aktivitas antioksidan antara fraksi rimpang lengkuas yang
diteliti dengan penelitian lain kemungkinan disebabkan oleh bentuk sediaan
dimana sampel sudah berupa fraksi sedangkan penelitian lain berupa ekstrak
selain itu juga kemungkinan dipengaruhi oleh tempat tumbuh rimpang lengkuas
yang berbeda.
Sedangkan Vitamin C memiliki nilai IC50 108 dan nilai AAI sebesar 1,8
yang merupakan kategori kuat. Hal ini menunjukkan bahwa vitamin C memiliki
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingan rimpang lengkuas. Vitamin C
memiliki gugus hidroksi bebas yang bertindak sebagai penangkap radikal bebas
dan jika memiliki gugus polihidroksi akan meningkatkan aktivitas antioksidan.
Pada penelitian ini vitamin C digunakan sebagai kontrol positif atau pembanding
karena berfungsi sebagai antioksidan sekunder yang menangkal radikal bebas
ekstraseluler (Praptiwi dan Harapini, 2006).
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
Srividya A.R, Dhannabal S.P, Satish kumar M,N, Part Kumar H. Bavadia. 2010.
Antioxidant and Antidiabetics Activity of Alpinia galanga. International
Journal of Pharmacognosy and Phytochemical. ISSN 0975 4873.
Untoro Muhammad, Enny Fachriyah, Dewi Kusrini. 2016. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Golongan Alkaloid dari Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia
purpurata). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. ISSN 1410-8917.
Vasic, S.M., Stefanovic, O.D., Licina, B.Z.,Radojevic, I.D., Comic, L.R. (2012).
Biological Activities of Extract from Cultivated Granadilla Passiflora alata.
EXCLI Journal. Vol 11 ISSN 1611-2156.
24