Anda di halaman 1dari 27

FITOKIMIA

ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PIPERIN


RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L.)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fitokimia

DOSEN PENGAMPU :
SUSANTI ERIKANIA, M.FARM.,APT

DISUSUN OLEH :
CINTYA DWI FEBRIYANTI L (201708034)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA

MADIUN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat

dan limpahan rahmatnya lah maka penulis bisa menyelesaikan paper ini dengan

tepat waktu. kami ucapkan terimaksih kepada dosen pembimbing ibu Susanti

Erikania M.,farm.Apt sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul

“Ekstraksi Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.)”, yang menurut penulis dapat

memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari mata kuliah

Fitokimia. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan

memohon pemakluman bila mana isi paper ini ada kekurangan dan ada tulisan

yang saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini

saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga

allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rimpang lengkuas 3


2.2 Metode ekstraksi......................................................................4
2.3 Kromatografi Lapis Tipis 5
2.4 Metode uji antioksidan 6
2.5 Penetapan Nilai % Inhibisi 6
2.6 Penetapan Nilai IC 50 .............................................................6
2.7 Penetapan Nilai AAI ...............................................................7

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Bahan 8
3.2 Alat 8
3.3 Prosedur Kerja 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 13
4.2 Pembahasan 18

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki
kelembaban tinggi sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis
tanaman. Salah satu pemanfaatan tanaman adalah sebagai obat tradisional.
Saat ini penggunaan tanaman sebagai alternatif pengobatan mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan masyarakat yang
menerapkan gaya hidup back to nature atau kembali ke alam. Hal tersebut
juga dipengaruhi oleh adanya efek samping obat tradisional yang relatif
kecil dibandingkan obat kimia dan harganya yang lebih terjangkau oleh
masyarakat luas (Djauhariya dan Hermani, 2004).
Pengembangan obat-obat tradisional yang berasal dari bahan-bahan
alam telah mendapat perhatian pemerintah maupun masyarakat karena
potensinya cukup tinggi. Hal ini pun didukung oleh kekayaan hayati
Indonesia yang beraneka ragam dengan berbagai tanaman yang berkhasiat
mencegah, mengurangi atau menghilangkan gangguan fisiologis tubuh,
serta ada pula yang memiliki daya antibakteri dan antijamur, diantaranya
adalah lengkuas (Hezmela, 2006).
Rimpang lengkuas telah lama digunakan sebagai obat tradisional
untuk mengobati radang lambung, kolik, panu, eksim jerawat, koreng,
bisul, kurap dan bercak-bercak kulit (Hezmela, 2006). Selain itu, rimpang
lengkuas juga dianggap memiliki khasiat antioksidan sebagai antitumor
atau sebagai anti kanker terutama di bagian mulut dan lambung (Sinaga,
2009).
Penelitian oleh Susilaningsih telah berhasil mengisolasi dan
mengidentifikasi 3 senyawa alkaloid pada ekstrak etil asetat yaitu 3,6-
dipentil-8-metilisokuinolin, 1,3-dipentil-6-metilisokuinolin dan piperin.
Sedangkan penelitian oleh Mohd Sirat dan Liamen elah berhasil
mengisolasi senyawa golongan alkaloid pada rimpang lengkuas yaitu
alkaloid piperin. Senyawa alkaloid memiliki banyak efek farmakologi
yaitu sebagai antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektor, antikanker dan
meningkatkan efek antioksidan sel (D. Manohara et al, 2004).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengisolasi senyawa piperin dari rimpang lengkuas?
2 Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa piperin menggunakan
KLT?
3 Bagaimana aktivitas antioksidan senyawa piperin dari rimpang
lengkuas?

3.1 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui cara mengisolasi senyawa piperin dari rimpang lengkuas
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa piperin menggunakan KLT
3. Mengetahui aktivitas antioksidan senyawa piperin dari rimpang
lengkuas

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.)

Gambar 2.1 Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.)

Taksonomi :

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Viridiplantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Alpinia Roxb

Spesies : Alpinia galanga L.

Morfologi Rimpang Lengkuas

Rimpang lengkuas memiliki ciri-ciri yaitu rimpang besar dan tebal,


berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2 – 4 cm, dan bercabang-cabang. 
Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat,
mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap,
sedangkan bagian dalamnya berwarna putih.  Daging rimpang yang sudah tua

3
berserat kasar.  Apabila dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak
kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat.  Untuk mendapatkan rimpang yang
masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih
kurang 3 bulan.  Rasanya tajam pedas, menggigit, dan berbau harum karena
kandungan minyak atsirinya.

Kandungan Kimia Tanaman Lengkuas

Rimpang lengkuas mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid,


flavonoid, terpenoid, steroid. Selain itu, rimpang juga mengandung lebih kurang
1% minyak atsiri yang terdiri dari metil sinamat, sineol, eugenol, kamfer,
sesquiterpen, d-pinen, galangin juga mengandung resin yang disebut galangol,
kristal berwarna putih yang disebut kaemferidadan galangin, kadinen,
heksabidrokadalen hidrat kuersetin, amilum (Azwar, 2010).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif yang dapat larut sehingga
terpisah dan bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang
diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak
dapat larut seperti serat, karbohidrat. protein. dan lain-lain (Depkes. 2000).

Beberapa macam metode ekstraksi yaitu :

a. CaraDingin
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan beberapa
kali pengocokan atan pengadukan pada temperatur ringan. Secara
teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama. dan
seterusnya (Depkes. 2000).

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang baru sampai


sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses
terdiri dari tahapan pengembangan bahan. tahapan maserat antara, tahap
perkolasi sebelumnya (penampungan ekstrak). terus menerus sampai
diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes.
2000).

4
b. Cara Panas

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik


didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna (Depkes. 2000).

Soxhlet adalah proses ekstraksi yang selalu bani yang umumnya


dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes.
2000).

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi


dan temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-
50°C (Depkes. 2000).

2.3 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pemisahan fisikokimia.


Lapisan yang memisahkan terdiri dan fase diam yang ditempatkan pada
penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang
akan dipisah adalah berupa larutan yang ditotolkan berupa bercak atau pita.
Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi
larutan pengembang yang cocok. pemisahan terjadi selama perambatan kapiler.
Selanjutnya. senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Sudjadi. 1988).
Kromatografi lapis tipis mempunyai banyak keuntungan. misalnya peralatan yang
diperlukan sedikit, murah, sederhana, waktu analisis cepat dan daya pisah cukup
baik (Sudjadi. 1988).

Derajat retensi pada kromatografi lapis tipis biasanya dinyatakan sebagai


faktor retensi :

Pada semua prosedur kromatografi, kondisi optimum untuk suatu


pemisahan merupakan hasil kecocokan antara fase diam dan fase gerak dalam
KLT (Sudjadi. 1988).

5
2.4 Metode Uji Antioksidan

a. Metode Perendaman Radiakal 2,2-Difenil-1-Pikril Hidrazil (Dpph)


Packer (1999) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan suatu senyawa
dapat diukur dan kemampuannya menangkap radikal bebas. Radikal bebas
yang biasa digunakan sebagai model dalam mengukur daya penangkapan
radikal bebas adalah DPPH yang merupakan senyawa radikal bebas yang
stabil sehingga apabila digunakan sebagai pereaksi dalam uji penangkapan
radikal bebas cukup dilarutkan. Jika disimpan dalam keadaan kering
dengan kondisi penyimpanan yang baik akan stabil selama bertahun-tahun
(Amelia. 2011).

Shivaprasad. Mohan. Kharya. Shiradkar. & Lakshnian (2005)


menyatakan bahwa metode DPPH adalah yang metode paling sering
dilaporkan digunakan untuk skrining aktivitas antioksidan dan berbagai
tanaman obat. Metode perendaman radikal bebas DPPH didasarkan pada
reduksi dari radikal bebas DPPH yang berwarna oleh penghambat radikal
bebas. Prosedur ini melibatkan pengukuran penurunan serapan DPPH pada
panjang gelombang maksimalnya, yang sebanding terhadap konsentrasi
penghambat radikal bebas yang ditambahkan ke larutan reagen DPPH.
Aktivitas tersebut dinyatakan sebagai konsentrasi efektif (effective
concentration). EC5o atau (inhibitor concentration), 1C5o (Amelia. 2011).

2.5 Penentuan Persen Inhibisi

Aktivitas penangkal radikal diekspresikan sebagai persen inhibisi yang


dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

2.8 Penentuan Nilai IC 50 (Inhibitory Concentration)

Konsentrasi sampel dan persen inhibisinya diplot masing-masing pada


sumnbu x dan y pada persamaan regresi linear. Persamaan tersebut digunakan
untuk menentukan nilai 1C50 dan masing-masing sampel dinyatakan dengan nilai
y sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh sebagai IC50 (Nurjanah. Izzati, &
Abdullah, 2011).

6
2.7 Penentuan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)

Konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji (ppm) dibagi dengan nilai
1C50 yang diperoleh (ppm). Nilai AAI < O5 adalah antioksidan lema, AAI> O5-
1 adalah antioksidan sedang, AAI > 1-2 adalah antioksidan kuat, dan AAI > 2
adalah antioksidan sangat kuat (Vasic. Stefanovic. Licina. Radojevic & Comic.
2012. pp.211)

7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan

 Rimpang lengkuas  Aquadest


 Air  Reagen Mayer
 Etanol  Etil Asetat
 N-Heksana  NH4OH
 FeCl3  HCL
 Kloroform  Toluen
 Asam Asetat Anhidrat  Standar Senyawa Piperin
 NaOH  DPPh
 H2SO4

3.2 Alat

 Baskom  Bunsen
 Pisau  pH Meter
 Neraca Analitik  Corong Pisah
 Blender  KLT
 Beker Glass  Pipa Kapiler
 Cawan  Silika
 Waterbath  Chambers
 Evaporator  Sinar UV
 Kertas Saring  Spektrofotometri
 Tabung Reaksi  Labu Ukur
 Rak Tabung Reaksi  Pipet Volume
 Pipet Tetes  Gelas Ukur

3.3 Prosedur Kerja


1. Preparasi Simplisia Rimpang Lengkuas Putih

Mengumpulkan Rimpang Lengkuas sebanyak 1,2 kg kemudian


dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu.

Kemudian diiris tipis untuk memudahkan proses pengeringan,


kemudian ditimbang beratnya. Diperoleh berat 1 kg

8
Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. (tidak dibawah sinar
matahari langsung) selama 3 hari. Setelah kering ditimbang beratnya
dan diperoleh berat 285,5 gram.

Sampel yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk. Diperoleh berat


serbuk yaitu 220 gram.

2. Ekstraksi

 Pelarut N-Heksana

Sebanyak 110 gram serbuk rimpang lengkuas di maserasi dengan


pelarut n-heksana sebanyak 500 mL, selama 3 hari

Lalu disaring dengan kertas saring dan diperoleh sari ekstrak n-heksan
sebanyak 190 mL. Dan ampas yang diperoleh dimaserasi kembali
menggunakan pelarut etanol.

Sari ekstrak n-heksan diuapkan di atas waterbath dengan


suhu 70∘C,

Kemudian diperoleh ekstrak n-heksan sebanyak 3,9 gram

 Pelarut Etanol

Ampas dari hasil penyaringan di maserasi kembali dengan pelarut


etanol 95% sebanyak 550 mL

Sari ekstrak etanol yang diperoleh sebanyak 370 mL, kemudian


dipekatkan dengan rotary evaporator

Diuapkan kembali di atas waterbath dengan suhu 70∘C.

Diperoleh ekstrak etanol sebanyak 4,6 gram

9
3. Identifikasi Fitokimia

Tanin dan polifenol : Ekstrak + 5 ml aquadest kemudian disaring +


fecl3 10% 3 gtt (hasil positf jika berwarna coklat kehijauan atau biru
kehitaman)

Steroid dan triterpenoid : Ekstrak + chloroform 3 gtt + 5 gtt asam


asetat anhidrat + h2so4 pekat 3 gtt (hasil positif jika berwarna biru
atau hijau)

Saponin : Ekstrak + aquadest 5 gtt, dipanaskan dan dikocok (hasil


positif jika membentuk busa yang stabil kurang lebih selama
15menit)

Flavonoid : Ekstrak + naoh 10% 3 gtt (hasil positif jika berwarna


orange atau jingga)

Alkaloid : Estrak + reagen mayer 5 gtt (hasil postif jika terbentuk


endapan putih atau kuning)

4. Fraksinasi (Metode Partisi)

ekstrak etanol ditambah hcl 2N hingga mencapai ph 3-4 (30ml


dengan pH 3)

Hasil dimasukkan ke corong pisah selanjutnya dimasukkan etil


asetat dengan perbandingan 1:1 (30ml : 30ml)

pada corong pisah dihasilkan 2 lapisan yaitu lapisan asam dan lapisan
etil asetat dimana lapisan asam berada di bawah dengan BJ 1,19 gr/ml
dan lapisan atas yaitu etil asetat dengan BJ 0,894 gr/ml

Kemudian masing-masing lapisan dipisahkan

Lapisan etil asetat (26ml) dipekatkan diatas WB dengan suhu 70C


Lapisan asam+ nh4oh hingga ph mencapai 8-9 (20ml dengan pH 9)
Masing-masing lapisan dilakukan KLT
10
5. Kromatografi Lapis Tipis

Menyiapkan alat dan bahan

Menyiapkan fase gerak yaitu toluen dan etil asetat teknis dengan
perbandingan 70:30 (7ml : 3ml)

Fae gerak dimasukkan ke dalam chamber

Menyiapkan silica gel GF 254.

Menyiapkan ekstrak etil asetat, larutan asam, dan standar senyawa


piperin

Menotolkan masing – masing esktrak dan sampel pada silica gel


GF 254.

Dimasukan ke dalam chamber,dan ditunggu hingga fase gerak


tidak merembes ke atas lagi pada silica gel GF 254.

Setelah itu silica gel GF 254 di keringkan dengan cara diangin –


anginkan

Hasil di baca di bawah sinar UV 254 dan 366

6. Uji Antioksidan Senyawa Piperin

Pembuatan laruran stok 1000ppm

Pembuatan larutan seri kadar dari 1000ppm yaitu


100ppm,200ppm,300ppm,400ppm dan 500ppm sebanyak 10ml

Pembuatan larutan DDPh 0.5mM yaitu 10 mg diadkan dalam 50 ml


etanol PA
11
Pengujian antioksidan

Menghitung %perendaman (inhibisi)

Pengujian Antioksidan

Blanko : etanol PA sebanyak 4ml + 1ml larutan DDPh 0,5mM dikocok


lalu didiamkan 30 menit

Larutan uji : Masing - masing sampel di pipet 4ml + 1 ml lart. DDPh


0,5mM dikocok lalu didiamkan 30 menit.

Diuji dengan spektrofotometri UV VIS pada panjang gelombang 512


nm

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Preparasi Simplisia Lengkuas

No Bahan Tanaman Bobot


1 Lengkuas Segar 1,2 kg
2 Simplisia 285,5 g
3 Serbuk 220 g

4.1.2 Ekstraksi

No Nama Ekstrak Bobot Ekstrak Rendemen (%)


1 Ekstrak N-Heksana 3,9 gram 3,5
2 Ekstrak Etanol 4,6 gram 4,1

Rendemen ekstrak n-heksana Rendemen ekstrak etanol


berat ekstrak berat ekstrak
Rendemen = x 100 % Rendemen = x 100 %
berat serbuk berat serbuk
3,9 4,6
= x 100 % = 3,5% = x 100 % = 4,1%
110 110

4.1.3 Identifikasi Fitokimia

Tanin Steroid
No Ekstrak dan dan Saponin Flavonoid Alkaloid
Polifenol Terpenoid

13
(-) (-) (-) (+)

1 Etanol

(+)

Tanin Steroid
No Ekstrak dan dan Saponin Flavonoid Alkaloid
Polifenol Terpenoid
(-) (+) (-) (-)

2 N-Heksana

(-)

4.1.4 Proses Pemisahan Lapisan Asam Dengan Lapisan Etil

LAPISAN ETIL

4.1.5 Kromatografi Lapis Tipis

14
UV 366
UV 254

15
Standar Piperin Lapisan Etil Asetat Lapisan Asam
1 ,2
Nilai Rf Rf = = 1 ,2 1,3
2,2 Rf = = 0,54 Rf = = 0,59
2,2 2,2
0,54

Standart piperin berdasarkan teori adalah Rf = 0,5

4.1.6 Uji Antioksidan

1. Sampel

a. Perhitungan % inhibisi

Absorbansi Blanko = 0,005


0,005−(−0,035)
100ppm = x 100= 800%
0,005
0,005−(−0,038)
200ppm = x 100 = 860%
0,005
0,005−(−0,027)
300ppm = x 100 = 640%
0,005
0,005−(−0,031)
400ppm = x 100 = 720%
0,005
0,005−(−0,022)
500ppm = x 100 = 540%
0,005

Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A) % inhibisi


100 -0,035 800
200 -0,038 860
300 -0,027 640
400 -0,031 720
500 -0,022 540

16
b. Persamaan Kurva Baku

c. Perhitungan IC 50

Y = -0,66x + 910
50 = -0,66x + 910
0,66x = 910 – 50
860
X = = 1303
0,66

Konsentrasi (ppm) Inhibisi (%) IC 50


100 800
200 860
300 640
400 720 1303
500 540

d. Perhitungan AAI

konsentrasi DPPH yang digunakan


AAI =
nilai IC 50
200
= 1303 = 0,15

17
2. Kontrol Positif (Vitamin c)

a. Perhitungan % Inhibisi

Absorbansi blanko = 0,005

0,005−0,144
20 ppm = x 100 = -2780%
0,005
0,005−0,122
40ppm = x 100 = -2340%
0,005
0,005−0,105
60ppm = x 100 = -2000%
0,005
0,005−0,036
80ppm = x 100 = -620%
0,005

Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A) % inhibisi


20 0,144 -2780
40 0,122 -2340
60 0,105 -2000
80 0,036 -620

b. Persamaan Kurva Baku

18
c. Perhitungan IC 50

Y = 34,1x - 3640
50 = 34,1x - 3640
-34,1x = -3640 - 50
−3690
X = = 108,2
−34,1

Konsentrasi (ppm) Inhibisi (%) IC 50


20 -2780
40 -2340
108,2
60 -2000
80 -620

d. Perhitungan Nilai AAI

kon sentrasi DPPH yang digunakan


AAI =
nilai IC 50
200
= 108,2 = 1,8

4.2 Pembahasan

Lengkuas (Alpinia galanga L.) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian


yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Lengkuas
memiliki banyak kandungan salah satunya yaitu piperin yang merupakan
golongan alkaloid dengan khasiat sebagai antioksidan. Pada penelitian ini,
dilakukan uji aktivitas antioksidan oleh senyawa piperin yang terkandung dalam
rimpang lengkuas. Namun sebelum dilakukan uji aktivitas, terlebih dahulu
dilakukan preparasi simplisia rimpang lengkuas, ekstraksi, identifikasi fitokimia,
fraksinasi, kromatografi lapis tipis (KLT) dan yang terakhir uji aktivitas
antioksidan.
Preparasi simplisia rimpang lengkuas meliputi pengumpulan bahan baku,
sortasi basah, pencucian, perajangan dan sortasi kering. Pengumpulan bahan baku
pada penelitian ini dilakukan di desa Babadan, Ponorogo. Sortasi basah dilakukan
untuk memisahkan kotoran-kotoran dari bahan bahan simplisia. Kemudian
dilakukan pencucian untuk menghilangkan tanah atau pengotor lain yang melekat
pada bahan simplisia. Selanjutnya perajangan dilakukan untuk mempermudah
proses pengeringan dimana rimpang lengkuang memiliki ukuran yang besar dan
tebal sehingga sulit untuk dikeringkan jika tanpa proses perajangan. Lalu
pengeringan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat

19
disimpan dalam waktu lama karena kadar air dalam simplisia berkurang.
Kemudian sortasi kering untuk memisahkan benda asing dan pengotor lain yang
masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Selanjutnya dilakukan proses
ekstraksi.
Esktraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pada penelitian ini, serbuk rimpang lengkuas (Alpinia
galanga L.) dilakukan proses ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan
dua jenis pelarut yang berbeda. Pertama serbuk rimpang lengkuas dimaserasi
dengan pelarut n-heksan yaitu pelarut non-polar dengan perbandingan 1:5 selama
3 hari. Selama proses maserasi, setiap pagi dilakukan pengadukan agar senyawa
non polar yang terkandung dalam serbuk terikat oleh pelarut non polar (n-
heksana) secara sempurna. Setelah 3 hari, dilakukan penyaringan dan sari ekstrak
n-heksana dipekatkan diatas waterbath dengan suhu 70oC, sehingga menjadi
ekstrak n-heksana rimpang lengkuas. Sedangkan ampas hasil penyaringan
dimaserasi lagi dengan etanol 96% (pelarut polar) dimana senyawa non polar
sudah diikat oleh n-heksana sehingga meninggalkan senyawa polar. Proses re-
maserasi ini juga dilakukan selama 3 hari dan diaduk setiap pagi. Hasil
penyaringan dipekatkan di rotary evaporator dan waterbath suhu 70 oC menjadi
ekstrak etanol rimpang lengkuas. Kemudian dihitung rendemen ekstrak dengan
perbandingan bobot ekstrak terhadap bobot serbuk dikali 100%. Ekstrak n-heksan
diperoleh remdemen ekstrak sebesar 3,5% sedangkan ekstrak etanol sebesara
4,1%. Semakin besar rendemen yang dihasilkan maka makin efisien perlakuan
yang diterapkan dengan tidak mengesampingkan sifat lain. Selanjutnya dilakukan
penapisan atau identifikasi fitokimia.
Penapisan fitokimia dilakukan pada masing-masing ekstrak (ekstrak n-
heksana dan ekstrak etanol rimpang lengkuas) yang bertujuan untuk
mengetahuikandungan senyawa pada maisng-masing ekstrak. Pada ekstrak etanol
diperoleh hasil positif pada senyawa alkaloid dan flavonoid, dimana terbentuk
endapan kuning ketika ekstrak ditambahkan dengan reagen Mayer hal tersebut
membuktikan mengandung senyawa alkaloid. Positif mengandung flavonoid
ketika ekstrak ditambahkan NaOH 10% dan menghasilkan warna jingga.
Sedangkan ekstrak n-heksana hanya positif pada senyawa Triterpenoid dan
Steroid dimana ekstrak ketika ditambahkan kloroform, asam asetat anhidrat dan
H2SO4 pekat menghasilkan warna hijau. Selanjutnya dilakukan proses fraksinasi.
Fraksinasi adalah proses penarikan senyawa pada suatu ekstrak dengan
menggunakan dua macam pelarut yang saling tidak bercampur. Pada penelitian ini
digunakan etil asetat dan HCl 2N. Ketika ekstrak etanol ditambahkan dengan HCl
2N hingga diperoleh pH 3 terbentuk garam alkaloid yang selanjutnya
ditambahkan etil asetat. Garam alkaloid yang telah terbentuk akan larut dalam air
sedangkan senyawa lain akan larut dalam etil asetat akibat perbedaan kelarutan
sehingga diperoleh dua lapisan yang tidak saling bercampur yaitu lapisan asam
dan lapisan etil asetat. Lapisan dengan bobot jenis (BJ) yang lebih besar berada

20
dibawah lapisan dengan BJ yang lebih rendah sehingga lapisan asam berada
dibawah dengan BJ 1,19gr/ml dan lapisan etil asetat berada diatas dengan BJ
0,894gr/ml. Lapisan etil asetat dipekatkan menggunakan waterbath sedangkan
lapisan asam yang dicurigai mengandung senyawa piperin ditambahkan dengan
NH4OH hingga pH larutan 8-9 dengan tujuan agar garam alkaloid membentuk
alkaloid kembali. Selanjutnya dilakukan proses KLT.
Analisis kandungan kimia awal dilakukan dengan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT). Fase diam yang digunakan yaitu silikal gel sedangkan fase gerak
yang digunakan adalah campuran toluen dan etil asetat teknis dengan
perbandingan 7:3. Ekstrak etil asetat, fraksi asam dan standar piperin masing-
masing ditotolkan dalam silika gel (plat/lempeng KLT) yang kemudian
dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi fase gerak. Pada langkah ini fase
gerak akan naik ke plat KLT, namun plat KLT harus segera diangkat ketika fase
gerak sudah tidak naik kembali karena jika terlalu lama maka akan mempengaruhi
hasil ketika penyinaran dengan sinar UV sehingga hasil lebih jelek. Sinar UV
yang digunakan yaitu 254 dan 366. Fraksi asam yang dicurigai mengandung
senyawa piperin memiliki Rf 0,59 sedangkan standar piperin memiliki Rf 0,54
dan ekstrak etil asetat memiliki Rf 0,54. Meskipun ekstrak etil asetat memiliki Rf
yang sejajar dengan Rf standar piperin namun memiliki warna noda yang berbeda
yaitu ekstrak etil asetat dengan warna noda kuning dan standar piperin dengan
warna noda biru. Sedangkan fraksi asam memiliki warna noda yang sama dengan
standar piperin yaitu biru sehingga fraksi asam diduga atau kemungkinan
memiliki senyawa piperin. Selanjutnya fraksi asam dilakukan uji aktivitas
antioksidan.
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Sampel ketika
diuji aktivitas antioksidan dengan DPPH dan dilakukan pembacaan dengan
spektrofotometri UV Vis diperoleh nilai absorbansi. Dari nilai absorbansi dihitung
nilai inhibisi terhadap absorbansi blanko yaitu 0,005A yang kemudian dibuat
kurva antara konsentrasi larutan sampel vs inhibisi dan diperoleh persamaan
linier. Persamaan lininer digunakan untuk menghitung nilai IC50 dimana IC50
adalah nilai yang menunjukkan konsentrasi sampel yang mampu menghambat
aktvitas suatu radikal sebesar 50%. Aktivitas antioksidan dinyatakan sangat kuat
apabila nilai IC 50 <50μg/ml, kuat apabila nilai IC50 50-100μg/ml, sedang
apabila IC50 bernilai 100-150μg/ml dan lemah apabila IC50 bernilai 151-
200μg/ml (Blois, 2005). Selanjutnya nilai IC50 digunakan untuk menghitung nilai
AAI dimana nilai AAI diperoleh dri konsentrasi DPPH yang digunkan dalam uji
dibagi dengan nilai IC50. Nilai AAI <0,5 adalah antioksidan lemah, AAI >0,5-1
adalah antioksidan sedang, AAI 1-2 adalah antioksidan kuat dan AAI >2 adalah
antioksidan sangat kuat (Vasic et al, 2012).
Pada penelitian ini diperoleh IC50 sebesar 1303 dan AAI 0,15 sehingga
termasuk kategori lemah. Berdasarkan penelitian oleh Srividya et al, 2010, ekstrak
etanol lengkuas memiliki nilai IC 50 69,5±1375μg/ml. Selain itu penelitian oleh

21
Mahae dan Chaiseri, ekstrak rimpang lengkuas memiliki nilai IC50 10,66mg/ml.
Semakin rendah nilai IC50 maka semakin kuat aktivitas antioksidannya begitupun
sebaliknya. Perbedaan aktivitas antioksidan antara fraksi rimpang lengkuas yang
diteliti dengan penelitian lain kemungkinan disebabkan oleh bentuk sediaan
dimana sampel sudah berupa fraksi sedangkan penelitian lain berupa ekstrak
selain itu juga kemungkinan dipengaruhi oleh tempat tumbuh rimpang lengkuas
yang berbeda.
Sedangkan Vitamin C memiliki nilai IC50 108 dan nilai AAI sebesar 1,8
yang merupakan kategori kuat. Hal ini menunjukkan bahwa vitamin C memiliki
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingan rimpang lengkuas. Vitamin C
memiliki gugus hidroksi bebas yang bertindak sebagai penangkap radikal bebas
dan jika memiliki gugus polihidroksi akan meningkatkan aktivitas antioksidan.
Pada penelitian ini vitamin C digunakan sebagai kontrol positif atau pembanding
karena berfungsi sebagai antioksidan sekunder yang menangkal radikal bebas
ekstraseluler (Praptiwi dan Harapini, 2006).

22
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap rimpang


Lengkuas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji penapisan atau identifikasi fitokimia menunjukkan ekstrak etanol
rimpang lengkuas mengandung alkaloid yang merupakan gugus besar dari
senyawa piperin, sedangkan ekstrak n-heksan rimpang lengkuas tidak
mengandung alkaloid.
2. Uji senyawa piperin menggunakan KLT dengan fase gerak toluen : etil
asetat (7:3) diperoleh Rf 0,59 dimana Rf standar piperin yaitu 0,54
sehingga diduga atau kemungkinan fraksi rimpang lengkuas mengandung
senyawa piperin.
3. Uji antioksidan rimpang lengkuas diperoleh nilai AAI sebesar 0,15% yang
merupakan kategori lemah sedangkan kontrol positif (Vitamin C) memiliki
nilai AAI sebesar dan berada pada kategori kuat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Mahae Nopparat, Chaiseri Siree. 2009. Antioxidant Activities and Antioxidative


Component in Extract of Alpinia galanga (L.) Sw. Kasetsart J. (Nat Sci) 43
(2). Thailand.

Srividya A.R, Dhannabal S.P, Satish kumar M,N, Part Kumar H. Bavadia. 2010.
Antioxidant and Antidiabetics Activity of Alpinia galanga. International
Journal of Pharmacognosy and Phytochemical. ISSN 0975 4873.

Untoro Muhammad, Enny Fachriyah, Dewi Kusrini. 2016. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Golongan Alkaloid dari Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia
purpurata). Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. ISSN 1410-8917.

Vasic, S.M., Stefanovic, O.D., Licina, B.Z.,Radojevic, I.D., Comic, L.R. (2012).
Biological Activities of Extract from Cultivated Granadilla Passiflora alata.
EXCLI Journal. Vol 11 ISSN 1611-2156.

24

Anda mungkin juga menyukai