Singkong
2. Kentang
3. Bayam
4. Seledri
Nama Racun : Amanita toksin (terdiri dari 2 jenis peptid siklik yaitu amatoksin dan
phallotoksin)
Dosis Toksisitas :
Racun amatoksin utama adalah a-amanitin, LD50 secara IP adalah 0,2-0,5 mg/kgbb.
Efek racun lambat, kematian terjadi setelah 2-6 hari.
Phallotoksin Efek toksik phallotoksin akan muncul relative cepat. LD50 secara IP
adalah 1,5-2,5mg/kgBB dan kematian terjasi setelah 2-3 hari.
Ciri Toksisitas :
Fase laten/tidak menunjukkan gejala (<24 jam dan biasanya 12 jam setelah tertelan)
Fase gastrointestinal (6 – 24 jam setelah tertelan) : rasa nyeri perut, muntah, diare
yang berair, hypovolemia, gangguan elektrolit, gangguan asam basa, penurunan
masa protrombin.
Period of well-being (24 – 48 jam setelah tertelan) : fungsi hati dan ginjal menurun.
Fase hepatik (3 – 5 hari setelah tertelan) : peningkatan LFT/Liver Function
Farmakodinamik
Racun amatoksin : Toksin menghentikan sintesis protein di dalam sel eukariotik
melalui penghambatan aksi RNA polymerase B dengan cara memblok RNA
polymerase m-RNA. Secara in vivo, sintesis r-RNA juga terhenti, meskipun bloking
RNA polymerase A tidak tampak secara in vivo. Efek amatoksin hanya tampak pada
sel eukariotik. Akibatnya sintesis asam nukleat di inti sel serta sintesis protein akan
ikut terhambat pula. Kerusakan terbesar akibat toksin ini terjadi pada organ hati dan
ginjal
Racun Phallotoksin : Membra plasma sel liver diserang dan ion-ion menjadi lepas
dari sel, mula-mula ion Ca, selanjutnya outflow massif ion K. Phallotoksin juga
terikat pada membrane sel seperti pada reticulum endoplasma dan lisosom. Jika
membrane lisosom rusak, enzim akan bebas bereaksi dan merusak sel.
Cara Mendeteksi :