Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

BLOK KELUHAN KARDIOVASKULER


OBAT-OBAT YANG BEKERJA PADA SISTEM KARDIOVASKULER

OLEH:
Nama: Yovanka Aroya
NIM: 2010911320019
Kelompok: 20

ASISTEN PRAKTIKUM:
M. Ihrammuf Tezar ( NIM. 1810911310014)

DOSEN KOORDINATOR PRAKTIKUM:


dr. Alfi Yasmina M.Kes, M.Pd.Ked, Ph.D

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
A. Hasil Eksperimen
1. Start – Phenylephrine (10 μg/kg) – Glyceryl trinitrate (20 mg/kg) – Stop

2. Start – Noreadrenaline (10 μg/kg) – Verapamil (1 mg/kg) – Stop

3. Start – Adrenaline (10 μg/kg) – Atenolol (20 mg/kg) – Stop


4. Start – Angiotensin II (1 μg/kg) – Losartan (20 mg/kg) – Stop

5. Start – Phenylephrine (10 μg/kg) – Captopril (20 mg/kg) – Stop


6. Start – Digoxin (20 mg/kg) – Stop

7. Start – Isoprenaline (10 μg/kg) – Adenosine (10 mg/kg) – Stop


B. Pembahasan
Kerja jantung dipengaruhi oleh berbagai hal, baik dari luar tubuh maupun
dari dalam tubuh. Berbagai contoh hal yang bisa mempengaruhi kerja jantung,
antara lain cuaca, kondisi psikis, obat, dan lain-lainnya. Pada patofisiologi
jantung, curah jantung tergantung pada empat faktor utama, yaitu preload,
afterload, kontraktilitas, dan kecepatan jantung. Kecepatan jantung merupakan
salah satu faktor penting dari curah jantung. Apabila fungsi intrinsik jantung
dan isi sekuncup berkurang, mekanisme kompensasi pertama untuk
mempertahankan curah jantung adalah meningkatkan kecepatan jantung
(karena aktivasi simpatis adrenoseptor β).[1] Pada praktikum ini, diberikan
beberapa obat yang bisa mempengaruhi kerja jantung. Saat diberikan
phenylephrine yang merupakan agonis dari reseptor alfa. Obat ini bekerja di
pembuluh darah serta lebih dominan pada vena. Phenylephrine akan
memberikan efek penyempitan pada pembuluh darah.[1] Maka dari itu, pada
percobaan injeksi phenylephrine terlihat bahwa grafik pada ABP dan VBP
meningkat tetapi lebih terlihat jelas peningkatan pada VBP sedangkan pada HR
tidak berpengaruh. Glyceryl trinitrate akan memberikan efek nitric oxicide
menyebabkan relaksasi otot polos akibatnya pembuluh darah akan dilatasi
sehingga tekanan sistolik maupun diastolik akan menurun, curah jantung
berkurang, dan sebagai mekanisme kompensasi akan meningkatkan frekuensi
denyut jantung.[1] Maka dari itu, terlihat bahwa grafik pada ABP menurun.
Noradrenalin merupakan obat yang bekerja pada reseptor α dan juga β, apabila
bekerja di reseptor β bekerja pada bagian jantung terutama memberikan efek
pada peningkatan kontraktilitas jantung, dan juga meningkatkan denyut
jantung.[1] Verapamil salah satu obat yang tergolong calcium channel blocker.
Kontraksi jantung dipengaruhi oleh meningkatnya ion Ca 2+ ke dalam sitosol
akan meningkatkan kontraksi, sehingga apabila diberi obat yang bersifat
calcium channel blocker, ion kalsium tidak akan bisa masuk ke sitosol
sehingga kontraksi tidak akan terjadi. Selain itu, obat CCB akan juga
menghambat konduksi nodus AV. Sebagai kompensasinya, jantung
meningkatkan denyutnya.[2] Adrenalin bekerja sebagai agonis pada reseptor α
dan juga β tetapi lebih dominan pada β. Adrenalin merupakan obat yang lebih
bekerja pada jantung sedangkan pada alfa juga memiliki efek tetapi tidak
terlalu signifikan dikarenakan adanya kompensasi. Adrenalin akan
meningkatkan kontraksi jantung dan memperpendek waktu relaksasi.
Akibatnya, curah jantung bertambah.[2] Maka dari itu, pada percobaan terlihat
bahwa grafik pada HR dan HF meningkat karena ada kompensasi grafik ABP
dan VBP cenderung normal. Atenolol merupakan obat yang bersifat β-blocker.
Apabila reseptor β diblokir, maka efeknya akan berupa denyut jantung
menurun, kontraktilitas otot jantung berkurang, dan menurunkan tekanan
darah. Atenolol bersama beberapa obat lainnya, seperti asebutolol, metropolol,
dan bisoprolol termasuk dalam β-blocker yang cardioselective, artinya obat-
obat itu hanya akan bekerja pada reseptor β1 yang terdapat di jantung.
Sehingga untuk pasien yang memiliki riwayat asma atau bronkospasme, obat-
obatan itu aman untuk dikonsumsi.[2] Maka dari itu, pada percobaan terlihat
bahwa grafik pada HR dan HF menurun berkebalikan dengan kerja obat
adrenalin. Renin disekresi oleh jukstaglomerular dan akan memecah
angiotensinogen menjadi Angiotensin-1 yang tidak aktif. Selanjutnya,
Angiotensin-1 akan dikonversi oleh ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
menjadi Angiotensin-2. Angiotensin-2 bekerja pada berbagai reseptor yaitu
otot polos vaskuler, korteks adrenal, jantung, dan juga system saraf pusat.
Akibatnya, curah jantung dan denyut jantung meningkat. Losartan merupakan
obat yang menyebabkan penurunan curah jantung dan juga denyut jantung
dikarenakan memiliki sifat Angiotensin-Receptor Blocker, sehingga
Angiotensin-2 tidak akan bekerja. Obat-obatan ARB cenderung lebih efektif
digunakan karena obat tersebut bekerja untuk menghambat kerja angiotensin
secara lebih menyeluruh daripada ACE-Inhibitor.[2] Captopril merupakan obat
yang bersifat ACE-Inhibitor dan efeknya sama seperti obat dengan golongan
ARB. Obat ini bekerja dengan menghambat konversi Angiotensin-1 menjadi
Angiotensin-2 pada sistem renin angiotensin.[1] Digoxin merupakan obat yang
bekerja pada jantung dengan 2 mekanisme yang pertama, menghambat Na + K+
ATPase dengan menghambat pompa Na+ tersebut, sehingga Na + terperangkap
di intrasel, yang selanjutnya akan meningkatkan pertukaran Na +/Ca2+,
mengakibatkan peningkatan kadar Ca 2+ intrasel, dan akhirnya meningkatkan
kekuatan kontraksi (inotropik positif). Selain itu mekanisme lainnya adalah
menstimulasi parasimpatis mengakibatkan penurunan denyut nodus SA, dan
memblokade konduksi nodus AV (kronotropik negatif). [2] Maka dari itu, pada
percobaan terlihat bahwa grafik pada HR menurun sedangkan HF meningkat.
Isoprenalin bekerja secara khusus pada reseptor β2 dan mampu bekerja secara
antagonis untuk mencegah bronchokonstriksi pada asma bronkial. Obat ini
merupakan agonis reseptor β sehingga pemberian isoprenaline akan
menyebabkan meningkatnya kontraktilitas jantung dan meningkatkan denyut
nadi dan juga curah jantung.[1] Maka dari itu, pada percobaan terlihat bahwa
grafik pada HR dan HF meningkat Adenosine memberikan efek aktivasi arus
masuk kalium (hiperpolarisasi dan penurunan kontraksi), menghambat
masuknya kalsium sehingga terjadi relaksasi otot serta menghambat nodus SA
dan nodus AV. [2] Maka dari itu, pada percobaan terlihat bahwa grafik pada HR
dan HF menurun.
C. Kesimpulan
Jantung adalah salah satu organ dalam tubuh manusia yang terus bekerja
selama kehidupan berlangsung. Obat obatan merupakan salah satu yang
mempengaruhi kerja jantung. Obat yang digunakan untuk terapi pada penyakit
jantung terbagi menjadi beberapa menurut cara kerjanya, seperti β-blocker,
Calcium-channel blocker, diuretic, digitalis, agonis reseptor β, ACEI, ARB,
vasodilator, dan yang lainnya. Β-blocker dibagi menjadi dua kategori, yaitu
kardioselektif yang hanya akan bekerja pada jantung dan non-kardioselektif..
Β-blocker berfungsi untuk menghambat reseptor β. Calcium-channel blocker
bekerja dalam menghambat kanal kalsium sehingga menyebabkan otot tidak
dapat berkontraksi, contoh obatnya adalah verapamil, amlodipine, nifedipine,
dan lainnya. Contoh obat diuretic adalah thiazide. Obat digoxin merupakan
salah satu contoh obat digitalis yang memiliki toksisitas yang tinggi sehingga
pemakaiannya perlu kehati-hatian. Obat ACEI adalah obat yang menghambat
konversi angiotensin 1 ke angiotensin 2 pada sistem renin-angiotensin. Contoh
obatnya adalah captopril, enalapril, dan lisinopril. Obat losartan dan
kandesartan adalah contoh obat ARB atau Angiotensin Receptor Blocker. Obat
ini bekerja dalam menghambat kerja angiotensin secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J., 2014, Farmakologi Dasar &
Klinik, Vol.2,Edisi 12,Editor Bahasa Indonesia Ricky Soeharsono et al. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
2. Gunawan, gan sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2007.

Anda mungkin juga menyukai