Anda di halaman 1dari 7

Protobiont (2018) Vol.

7 (3) : 90 –96

Aktivitas Ekstrak Metanol Daun Akasia (Acacia mangium Wild) Terhadap Perkecambahan
Dan Pertumbuhan Maman Ungu (Cleome rutidospermaeD.C) Dan Rumput Grinting
(Cynodon dactylon L. Pers)

Sumi1, Riza linda1, Diah Wulandari Rousdy1


Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi
Pontianak, email korespondensi: rsumi21@yahoo.com

Abstract
Acacia (Acacia mangium Wild.) have alelokimia compound that can suppress the growth of the plants that it
can be used as bioherbicide. This aimto study determined the concentration of the methanol extract of leaf of
acacia capable of inhibit the germination and growth of weed, purple maman (Cleome rutidospermae DC.) and
grass grinting(Cynodon dactylon L.). This study use a completely randomized design (CRD) with five
replication and five treatment consist of control, concentrationmethanolextract0.2; 0.4; 0.6 and 0.8 g
mlˉ1.Resultshowed that the methanol extract of leafacacia with a concentration of 0.4 g mlˉ1able to inhibit
germinationpurple maman and grass grinting. Concentration of 0.2 g mlˉ1extract acacia can inhibit the growth
of plant height, root length, and a decrease in wet weight and dry weight in weed purple maman andgrass
grinting

Keywords :Acacia mangium, Cleome rutidospermae, Cynodon dactylon, Germination, Growth

PENDAHULUAN Pengendalian gulma yang ramah lingkungan dapat


dilakukan dengan cara pemanfaatan gulma melalui
Rumput grinting (Cynodondactylon) merupakan senyawa alelokimia tumbuhan yang bersifat
jenis rumput-rumputan berdaun sempit dan bioherbisida (herbisida alami). Efek dari
merupakan rumput yang memiliki kemampuan bioherbisida ini relatif tidak menimbulkan residu
bertahan hidup yang lebih dibandingkan jenis pada tanaman budidaya sehingga dijadikan
rumput lain seperti rumput tekidan rumput gajah. alternatif pengendalian (Rahayu, 2001).
Rumput ini tumbuh dengan baik pada musim semi
dapat bertahan di lahan yang tandus dalam musim Acacia mangium merupakan tumbuhan yang
kemarau walaupun pertumbuhan daunnya kerdil memiliki potensi senyawa alelokimia, yaitu
(Jayadi,1991). Maman ungu (Cleome alkaloid, flavonoid, fenol, glikosida, saponin,
rutidospermae) merupakan gulma yang tumbuh di steroid, tanin, dan terpenoid (Joseph et al., 2016).
berbagai tempat.Memiliki biji yang banyak dan Menurut Oyun (2006) daun akasia mengandung
termasuk gulma berdaun lebar yang memiliki golongan senyawa fenolik antara lain tanin, dan
permukaan daun yang luas dan perakaran yang flavonoid, yang mampu menghambat
dangkal (Pebriani et al., 2013). perkecambahan dan pertumbuhan tumbuhan.
Wijaya et al. (2011) menyatakan beberapa gulma Senyawa alelokimia yang terdapat pada daun akasia
seperti Dactyloctenium aegyptium, Borreria alata, menghambat perkecambahan dan pertumbuhan dua
Cleome rutidospermae dan C. dactylon merupakan jenis gulma, Quillaja saponaria Molina dan
gulma yang menjadi masalah utama di perkebunan Helenium aromaticumdengan penurunantertinggi
tebu di Lampung. Gulrma maman ungu dan rumput pada konsentrasi 50% (Aguilera et al., 2015). Ismail
grinting mampu bertahan hidup meski telah et al. (2004) mengatakan bahwa semakin tinggi
diaplikasikan herbisida pratumbuh seperti Ametrin, konsentrasi ekstrak, maka penghambatan
Diuron dan 2,4 D dengan dosis dan perlakuan yang perkecambahan dan pertumbuhan tanaman akan
berbeda-beda.
semakin tinggi. Informasi penggunaan senyawa
Pengendalian gulma menggunakan herbisida alelokimia sebagai bioherbisida pada akasia dalam
sintetis saat ini lebih banyak diminati karena menghambat pertumbuhan gulma lain belum
efektivitasnya yang cepat terlihat, tetapi banyak dilaporkan. Oleh karena itu, maka penelitian
penggunaan herbisida sintetis dalam jangka waktu tentang potensi ekstrak metanol daun akasia sebagai
yang panjang akan mempengaruhi kondisi tanah bioherbisida pengendali gulma rumput grinting dan
dan menyebabkan pencemaran lingkungan (Syakir maman ungu perlu dilakukan
et al., 2008).

90
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96

BAHAN DAN METODE kering kemudian dihaluskan dengan dry blender


Waktu dan Tempat Penelitian sehingga didapatkan serbuk (berat kering).
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Selanjutnya dimaserasi dengan pelarut metanol
dari bulan Desember sampai bulan Maret 2018. teknis selama 3x24 jam dilakukan pengadukan
Penelitian uji perkecambahan dan pertumbuhan di setiap hari, pelarut baru diganti jika warna sudah
lakukan di Laboratorium dan Rumah Kasa Jurusan bening. Maserat hasil penyaringan dikumpulkan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan menjadi satu dan disimpan di dalam toples kaca dan
Alam. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium diuapkan dengan vacum rotary evaporator sampai
Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas pertanian semua ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh
sedangkan evaporasi maserat dilakukan di disimpan di dalam desikator silika gel (Olayele,
Laboratorium Biokimia Politeknik Negeri 2007).
Pontianak.
Analisis Skrining Fitokimia
Bahan Identifikasi senyawa alkaloid dilakukan dengan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian menambahkan HCL dan pereaksi Mayer, Wagner
iniadalah akuades, biji gulma maman ungu dan Dragendroff. Jika terdapat endapan putih pada
danrumput grinting, daun akasia, FeCl3 1%, pereaksi mayer menunjukan adanya senyawa
methanol teknis, Pereaksi Dragendorff, Pereaksi alkaloid. Jika timbul warna Jingga pada pereaksi
Liebermann-Burchard, Pereaksi Wayer, pereaksi Dragendroff menunjukan adanya senyawa alkaloid.
Wagner, Serium Sulfat, dan tanah gambut. Jika timbul warna merah kecoklatan pada pereaksi
Wagner menunjukan adanya senyawa alkaloid.
Rancangan Penelitian Identifikasi senyawa flavonoid dilakukan
Penelitian menggunakan Rancangan Acak lengkap denganmenggunakan serium sulfat, dan jika timbul
(RAL) untuk masing- masing jenis gulma uji yaitu warna kuning atau kuning-coklat menunjukkan
gulma maman ungu dan rumput grinting dan adanya senyawa flavonoid.Identifikasi fenolik
Konsentrasi ekstrak daun akasia yang digunakan menggunakan pereaksi FeCl3 1%. Jika timbul warna
untuk masing- masing jenis gulma uji yaitu K0= 0 g hijau kehitaman menunjukan adanya senyawa
mlˉ1, K1= 0,2 g mlˉ1, K2 =0,4 g mlˉ1, K3=0,6 g mlˉ1 fenolik. Identifikasi steroid menggunakan pereaksi
dan K=0,8 g mlˉ1. Masing masing perlakuan diulang Liebermann-Buchard, jika timbul warna hijau
lima kali sehingga diperoleh 25 unit percobaan menunjukan adanya senyawa steroid. Identifikasi
untuk setiap jenis gulma. terpenoid menggunakan pereaksi Liebermann-
Buchard, dan jika timbul warna cokat kemerahan
Prosedur Kerja menunjukan adanya senyawa terpenoid. Identifikasi
Persiapan Media Tanam saponin menggunakan akuades apabila terbentuk
Media tanam yang digunakan pada penelitian ini busa stabil maka ekstrak mengandung senyawa
adalah tanah gambut.Tanah gambut yang digunakan saponin (Harbone, 1987).
dikeringanginkan dan diayak terlebih dahulu,
kemudian tanah gambut sebanyak 1/2 kg dimasukan Uji Perkecambahan Biji Gulma Maman Ungu dan
kedalam polybag dengan ukuran polybag 10x15cm. Rumput Grinting
Penelitian dilakukan pada saat gulma maman ungu
Pengambilan Daun Akasia, Biji Gulma Maman dan rumput grinting belum tumbuh (pratumbuh).
Ungu dan Rumput Grinting Biji gulma maman ungu dan rumput grinting
Daun akasiayang digunakan sebanyak 5 kg berat sebanyak 10 biji disemai pada setiap polibag
basah dan daun yang diambil adalah daun dengan sebagai media perkecambahan, kemudian
ciri tidak rusak karena hama dan tidak disemprotkan dengan 10 ml larutan ekstrak sesuai
memperlihatkan gejala terserang sakit. Biji gulma perlakuan (Penyemprotan larutan ekstrak dilakukan
maman ungu dan rumput grinting yang digunakan pada awal pengamatan. Pengamatan
yaitu dari biji yang tua. Dengan ciri tidak rusak perkecambahan diakhiri pada hari ke-10 (Pebriani
karena hama dan tidak memperlihatkan gejala et al., 2013 )
terserang sakit
Uji Pertumbuhan Biji Gulma Maman Ungu
Ekstraksi Daun Akasia danRumput Grinting
Sampel daun akasiayang telah disiapkan dicuci Benih gulma sebanyak 3 biji disemai pada setiap
bersih dan dikeringanginkan selama ± 2 minggu polibag. Setelah 10 hari dipilih 1 gulma yang
(tanpa terkena cahaya matahari).Sampel yang sudah memiliki ukuran yang sama pada masing-masing
91
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96

polibag. Penyemprotan larutan ekstrak sebanyak 10 Hasil skrining fitokimia pada ekstrak metanol daun
ml dilakukan sesuai dengan perlakuan yang akasia dapat dilihat pada Tabel 1.
diberikan pada hari ke-10 dan ke-20 setelah tanam.
Pengamatan dihentikan pada hari ke-30 setelah Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia EkstrakMetanol Daun
tanam (Pebriani et al., 2013 ) Akasia

Nama Pereaksi Senyawa Hasil


Pengukuran Parameter Lingkungan Metabolit deteksi
Pengukuran pH tanah dan kesuburan tanah (N, P Dragendorff Alkaloid (+++)
dan K) dilakukan sebelum tanam pengukuran ini Mayer Alkaloid (+++)
dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Wagner Alkaloid (+++)
Serium Sulfat Flavonoid (+++)
Pertanian Universitas Tanjungpura. Pengukuran pH
Lieberman-Burchard Terpenoid (+++)
tanah menggunakan soil tester, suhu udara dan Lieberman-Burchard Steroid (++)
kelembaban udara menggunakan termohigrometer FeCl3 1% Fenolik (+++)
dan dilakukan pada saat tanam. Air + HCL Saponin (-)
Keterangan : (-) Tidak ada; (+) sedikit; (+++) banyak
Parameter Pengamatan
Parameter Pengamatan Perkecambahan
Parameter perkecambahan yang diamati meliputi Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Akasia terhadap
persentase perkecambahan (%) dan panjang Perkecambahan Biji Gulma Maman Ungu dan
kecambah (cm) gulma maman ungu dan rumput Rumput Grinting
grinting. Pengambilan data dilakukan pada hari ke- Rerata persentase perkecambahan dan panjang
10 setelah tanam. kecambah gulma maman ungu dan rumput grinting
dengan pemberian ekstrak metanol daun akasia
Parameter Pengamatan Pertumbuhan dapat diihat pada Tabel 2.
Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi
tinggi tanaman (cm), panjang akar (cm), berat basah Tabel 2. Rerata Persentase Perkecambahan dan panjang
(g) serta berat kering (g). Pengukuran dilakukan Kecambah Gulma Maman Ungu dan Rumput
pada akhir pengamatan yaitu pada hari ke-30 Grinting dengan Pemberian Ekstrak Metanol
Daun Akasia pada 30 (HST)
Maman Ungu Rumput Grinting
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan KE PP (%) PK (cm) PP(%) PK(cm)
K0 100±0,00a 5,34±0,21a 100±0,00a 3,39±0,28a
menggunakan Analysis Of Variance (ANOVA).
K1 58±10,95b 3,13±0,38b 68±10,95b 2,45±0,27b
Apabila hasil ANOVA menunjukkan adanya K2 30±7,07c 1,26±0,23c 48±4,47c 1,68±0,20c
pengaruh nyata antara perlakuan, maka diuji lanjut K3 8±8,36d 0,26±0,28d 10±12,24d 0,22±0,23d
menggunakan Duncan’s Multi Range Test (DMRT) K4 0±0,00d 0±0,00d 0±0,00d 0±0,00d
pada taraf 5%. Pengolahan data statistik dilakukan
dengan menggunakan program SPSS 18. Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang
tidak sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata menurut uji
Duncan pada signifikasi 5%. Konsentrasi ekstrak (KE), Kontrol
HASIL DAN PEMBAHASAN (KO), Konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 (K1), Konsentrasi 0,4 g mlˉ 1 (K2),
Hasil Konsentrasi 0,6 g mlˉ 1 (K3), Konsentrasi 0,8 g mlˉ 1 (K4),
Analisis skrining fitokimia Persentase Perkecambahan (PP) dan Panjang Kecambah (PK).
Berdasarkan hasil pengamatan, pada ekstrak Hasil analisis varian (ANOVA), perlakuan ekstrak
metanol daun akasia terdapat kandungan senyawa metanol daun akasiaberpengaruh nyata terhadap
metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid,
persentase perkecambahan biji maman ungu (F4,
terpenoid, steroid dan fenolik Tabel 1. Hasil Positif
24=173,042,Ρ = 0,000) persentase perkecambahan
uji alkaloid dengan perekasi mayer ditandai dengan
biji rumput grinting(F4, 24 = 146,828 Ρ = 0,000),
endapan berwarna putih, uji alkaloid dengan rerata panjang kecambah maman ungu(F 4, 24
pereaksi wagner ditandai dengan endapan berwarna =379,539, Ρ = 0,000), rerata panjang kecambah
coklat, uji alkaloid dengan pereaksi dragendroff rumput grinting (F4, 24 =204,767, Ρ= 0,000;
ditandai dengan endapan coklat kemerahan. Uji ANOVA).Rerata persentase perkecambahan dan
flavonoid ditandai dengan endapan bewarna
panjang kecambah gulma maman ungu dan rumput
bewarna kuning kecoklatan, uji terpenoid ditandai
grinting dengan pemberian ekstrak metanol daun
dengan endapan coklat kemerahan. Uji steroid
akasia dapat diihat pada (Tabel 2).
ditandai dengan endapan berwarna hijau. Uji
fenolik ditandai dengan endapan berwarna hitam.

92
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96

Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Akasia Terhadap =345,315, Ρ = 0,000), berat basah (F4, 24 = 193,830
Pertumbuhan Biji Gulma Maman Ungu Dengan Ρ = 0,000), dan berat kering F4, 24 ˭ 79,717, Ρ ˭
PemberianEkstrak Metanol Daun Akasia 0,002; ANOVA).
Rerata pertumbuhan gulma maman ungu pada30
HSTdengan pemberian ekstrak metanol daun akasia Tabel 4. Rerata Hasil pada Parameter Pertumbuhan
dapat dilihat pada Tabel3. Gulma rumput grinting pada 30 HST dengan
Pemberian Ekstrak Metanol Daun Akasia
Tabel 3. Rerata Hasil pada Parameter Pertumbuhan
Gulma Maman Ungu pada 30 HSTdengan K TT(cm) PA(cm) BB(g) BK(g)
Pemberian Ekstrak Metanol Daun Akasia E
K0 5,44±0,39 4,60±0,21 0,057±0,00 0,0110±0,00
a a a a
K TT(cm) PA(cm) BB(g) BK(g)
E K1 4,24±0,39 2,42±0,32 0,021±0,00 0,0063±0,00
b b b b
K0 10,4±0,41 8,09±0,72 0,585±0,06 0,038±0,00
a a a a K2 3,66±0,36 1,24±0,20 0,008±0,00 0,0032±0,00
c c c c
K1 7,10±0,47 3,90±0,47 0,311±0,03 0,021±0,00
b b b b K3 1,60±0,51 0,78±0,19 0,002±0,00 0,0009±0,00
d d d d
K2 6,46±0,46 3,26±0,37 0,171±0,02 0,008±0,00
b b c c K4 0± 0,00e 0 ±0,00e 0± 0,00d 0 ±0,00d
K3 3,40±0,78 1,50±0,62 0,029±0,00 0,003±0,00
c c d d Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang
K4 0 ±0,00d 0 ±0,00d 0 ±0,00d 0 ±0,00d tidak sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata menurut uji
Duncan pada signifikasi 5%. Konsentrasi ekstrak (KE), Kontrol
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang (KO), Konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 (K1), Konsentrasi 0,4 g mlˉ 1 (K2),
tidak sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata menurut uji Konsentrasi 0,6 g mlˉ 1 (K3) ,Konsentrasi 0,8 g mlˉ 1 (K4), Tinggi
Duncan pada signifikasi 5%. Konsentrasi ekstrak (KE), Kontrol Tanaman (TT), Panjang Akar (PA), Berat Basah (BB) dan Berat
(KO), Konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 (K1), Konsentrasi 0,4 g mlˉ 1 Kering (BK).
(K2),Konsentrasi 0,6 g mlˉ 1 (K3) ,Konsentrasi0,8g mlˉ1 (K4),
Tinggi Tanaman (TT), Panjang Akar (PA), Berat Basah (BB) Hasil uji lanjut Duncan pada parameter tinggi
dan Berat Kering (BK). tanaman, panjang akar, berat basah dan berat kering
pada rumput grinting pada semua perlakuan
Hasil analisis varian (ANOVA).Perlakuan ekstrak konsentrasi (K1, K2, K3 Dan K4) menunjukan hasil
metanol daun akasia berpengaruh nyata terhadap yang berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan
pertumbuhan gulma maman ungu.Tinggi tanaman perlakuan konsentrasi pada parameter berat basah
(F4, 24 =317,263, Ρ = 0,000),panjang akar (F4, 24 = dan berat kering (K3 dan K4) menunjukan hasil
180,823Ρ = 0,000), berat basah (F4, 24 = 238,087, Ρ yang tidak berbeda nyata.Perlakuan dengan
= 0,002) dan berat kering(F4, 24 ˭ 156,599 Ρ ˭ 0,000 konsentrasi (K1, K2, K3 dan K4) mampu
ANOVA). menurunkan semua parameter pertumbuhan gulma
rumput grinting. Semakin tinggi konsentasi ekstrak
Hasil uji lanjut Duncan pada parameter tinggi metanol daun akasia penurunan akan semakin
tanaman, panjang akar, berat basah dan berat kering menurun.
gulma maman ungu semua perlakuan konsentrasi
ekstrak metanol daun akasia (K1, K2, K3, dan K4) Pembahasan
menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan Ekstrak daun akasia dibuat dengan menggunakan
kontrol, tetapi konsentrasi (K1 dan K2) pada tinggi pelarut metanol dengan metode maserasi. Metode
tanaman dan panjang akar maman ungu ekstraksi ini digunakan untuk menghindari
menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (Tabel rusaknya senyawa kimia yang disebabkan oleh suhu
3). tinggi (Voigt, 1995). Pelarut metanol digunakan
Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Akasia dalam proses maserasi karena bersifat universal
terhadapPertumbuhanBiji Rumput Grinting yang dapat mengikat semua komponen kimia yang
denganPemberian Ekstrak Metanol Daun Akasia terdapat dalam tumbuhan, baik yang bersifat polar,
Rerata pertumbuhan gulma rumput grinting pada semi-polar, dan non-polar. Maserasi dilakukan
30HSTdengan pemberian ekstrak metanol daun selama 3x24 jam, dan tiap 24 jam dilakukan
akasiadapat dilihat pada Tabel 4. penggantian larutan untuk menghindari penjenuhan.
Hasil analisis varian (ANOVA).Perlakuan ekstrak Berdasarkan hasil skrining fitokimia pada ekstrak
metanol daun akasia berpengaruh nyata terhadap metanol daun akasia menunjukan hasil positif untuk
pertumbuhan gulma rumput grinting.Tinggi rumput uji alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid dan
(F4, 24 =165,319, Ρ ˭ 0,000), panjang akar (F4, 24 fenolik. Sedangkan uji saponin menunukan hasil
93
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96

negatif. Hasil skrining fitokimia ekstrak metanol menyebabkan tidak terjadinya induksi enzim α-
daun akasia pada penelitian ini berbeda dengan amilase.Sehingga tidak terjadinya hidrolisis amilum
penelitian Joseph et al. (2016) menyatakan bahwa menjadi glukosa pada endosperm di dalam biji
hasil analisis kualitatif metabolit sekunder dari sebagai cadangan makanan bagi embrio.
batang, daun, dan bunga akasia mengandung
golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, Kemampuan penghambatan ekstrak metanol daun
terpenoid, tanin, fenol dan steroid, kuinon, akasia lebih baik pada gulma maman ungu
glikosida. Sedangkan pada penelitian ini pada daun dibanding rumput grinting. Hal ini berdasarkan
akasia hanya mengandung senyawa alkaloid, hasil persentase perkecambahan (Tabel 2 ) diduga
flavonoid, terpenoid, steroid dan fenolik tetapi tidak dipengaruhi oleh struktur anatomi biji gulma. Biji
mengandung senyawa saponin dan gulma maman ungu termasuk dalam biji dikotil
glikosida.Perbedaan ini diduga karena beberapa yang diduga tidak memiliki lapisan aleuron, lapisan
faktor yaitu, metode ekstraksi, ukuran partikel yang melindungi endosperm dan embrio.Selain itu
sampel, waktu ekstraksi dan perbandingan sampel biji maman ungu juga tidak memiliki lapisan
dengan pelarut (Harbone, 1987), dan juga bisa koleoriza yaitu lapisan yang melindungi radikula
dipengaruhi oleh faktor internal seperti genetik dan dan plumula (Hidayat, 1995). Kondisi ini
umur tanaman dan dipengaruhi juga oleh faktor memudahkan masuknya senyawa alelokimia
eksternal yaitu klimatik, geografi, hama dan ekstrak metanol daun akasia kedalam bijisehingga
penyakit (Febrianti, 2010). menghambat perkecambahan biji maman ungu.

Perlakuan ekstrak metanol daun akasia pada Hasil penelitian menunjukan bahwa selain dapat
konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 merupakan konsentrasi menurunkan persentase perkecambahan juga dapat
terkecil yang dapat menghambat persentase menghambat rerata panjang kecambah maman ungu
perkecambahan dan panjang kecambah maman dan rumput grinting.Panjang kecambah maman
ungu dan rumput grinting. Penurunan persentase ungu dan rumput grinting mengalami penurunan
perkecambahan maman ungu dan rumput grinting dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak yang
menjadi 58% dan 68%. Konsentrasi 0,4 g mlˉ 1 diberikan (Tabel 2). Konsentrasi 0,4 g mlˉ 1
merupakan konsentrasi yang efektif dalam merupakan konsentrasi yang dapat menghambat
menghambat perkecambahan biji gulma maman panjang kecambah. Penghambatan panjang
ungu dan rumput grinting, karena menghasilkan kecambah terjadi melalui gangguan proses mitosis
persentase perkecambahan dibawah 50 % untuk yang mengakibatkan terhambatnya pembelahan sel.
maman ungu sebesar 30% dan rumput grinting Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wattimena
sebesar 48% (Tabel 1). Riskitavani & Purwani (1987) bahwa senyawa fenolik dapat menghambat
(2013), menyatakan bahwa senyawa alelokimia proses mitosis dengan merusak benang-benang
yang terkandung di dalam ekstrak dengan spindel di dalam sel pada tahap metafase, akibatnya
persentase perkecambahan dibawah 50% dapat jumlah sel tidak bertambah.
bekerja lebih optimal dalam proses penghambatan
perkecambahan gulma. Perlakuan konsentrasi ekstrak 0,2 g mlˉ 1 untuk
parameter tinggi tanaman panjang akar, berat basah
Ekstrak metanol daun akasia mengandung beberapa dan berat kering (Tabel 2 dan Tabel 3) menunjukkan
metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, hasil yang berbeda nyata dengan kontrol.
fenolik, steroid, dan terpenoid.Oyun (2006), Konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 ini merupakan konsentrasi
menyatakan bahwa senyawa alelokimia kelompok terendah yang memiliki kemampuan dalam
fenolik seperti tanin, dan flavonoid yang terdapat menghambat pertumbuhan gulma. Kondisi ini
pada daun akasia dapat menghambat menunjukkan bahwa senyawa alelokimia pada
perkecambahan dan pertumbuhan konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 sudah mampu menghambat
tanaman.Senyawa fenolik bersifat alelokimia yang proses-proses fisiologi pada gulma maman ungu
dapat menghambat perkecambahan, salah satunya dan rumput grinting (Gardner et al., 1991)
dengan gangguan sintesis hormon (Einhellig, 1995).
Penghambatan pertumbuhan tinggi tanaman dan
Menurut Rice (1995), senyawa alelokimia yang panjang akar maman ungu dan rumput grinting
telah bercampur dengan ekstrak yang mengandung (Tabel 2 dan Tabel 3 ) diduga disebabkan oleh
alelokimia akan menghambat sintesis hormon senyawa alelokimia yang terdapat di dalam ekstrak
seperti asam giberelin (GA). Trenggono (1990), metanol daun akasia. Adanya senyawa fenolik yang
menyatakan bahwa penghambatan sintesis giberelin terdapat didalam ekstrak metanol daun akasia dapat
94
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96

menyebabkan gangguan pada transportasi auksin Ekstrak metanol daun akasia pada penelitian ini
dari pucuk ke akar dan gangguan sintesis sitokinin efektif bekerja pada pascatumbuh dibandingkan
dibagian akar. pratumbuh.Ekstrak metanol daun akasia pada
penelitian ini efektif bekerja pada pascatumbuh
Sitokinin berfungsi untuk pembelahan dan dibandingkan pratumbuh. Penghambatan yang
diferensiasi sel akar sedagkan auksin merupakan paling efektif untuk gulma maman ungu dan rumput
senyawa yang dapat memacu pemanjangan akar grinting adalah saat pasca tumbuh, hal ini
(Gardner et al.,1991). Menurut Ardi (1999) dipengaruhi oleh stadia pertumbuhan gulma karena
hambatan aktivitas hormon oleh senyawa fenolik pada saat pasca tumbuh gulma masih muda dan
dapat menyebabkan pembelahan sel pada bagian aktivitas enzim pertumbuhan sangat aktif sehingga
meristem pucuk dan akar terganggu sehingga gulma lebih rentan terhadap herbisida sehingga
menghambat pertumbuhan tinggi tanaman dan penyerapan herbisida akan lebih banyak dan
panjang akar. akhirnya akan mengakibatkan pertumbuhan
gulmamenjadi abnormal. Sedangkan pada saat
Perlakuan konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 ekstrak metanol pratumbuh bekerja dengan cara mematikan biji
daun akasia menunjukan hasil yang berbeda nyata gulmayang akan berkecambah, tetapi agar merata
pada berat basah dan berat kering maman ungu dan pada gulma sasaran diperlukan pengolahan tanah
rumput grinting. Penurunan berat basah dan berat yang baik dan tekstur tanah yang gembur dan juga
kering tanaman diduga karena senyawa alelokimia memerlukan banyak pelarut dalam
yang terdapat di dalam ekstrak metanol daun akasia. pengaplikasiannya (Barus, 2003).
Senyawa alelokimia menghambat fungsi fisiologis
di dalam jaringan yang menyebabkan terganggunya Kondisi ini dibuktikan dengan perbedaan
proses penyerapan nutrisi dan fotosintesis konsentrasi yang diperlukan untuk menghambat
perkecambahan sebesar 0,4 g mlˉ 1 lebih tinggi
Penurunan berat basah dan kering tanaman dibandingkan konsentrasi yang digunakan untuk
dipengaruhi oleh kandungan air di dalam sel menghambat pertumbuhan yaitu sebesar 0,2 g mlˉ 1.
tanaman. Ketersediaan air yang cukup akan Sjahril dan Syam’un (2011) menyatakan bahwa
mengoptimalkan proses fotosintesis, sehingga herbisida berdasarkan aplikasinya terbagi menjadi
menghasilkan asimilat untuk perkembangan herbisida pratumbuh dan pascatumbuh.Herbisida
tanaman lebih cepat, sehingga berat basah tanaman pratumbuh diberikan pada gulma yang sedang
akan bertambah. Terjadinya gangguan pada tumbuh sebagai penyiapan lahan sebelum tanam,
pengikatan air, akan menurunkan fungsi sel akar sedangkan herbisida pascatumbuh aplikasinya
dalam penyerapan ion pada media tanam sehingga dilakukan pada gulma dan tanaman yang sudah
pertumbuhan vegetatif tanaman akan terganggu tumbuh. Hal ini sejalan dengan penelitian Apri et
(Sastroutomo,1990). al. (2018) menggunakan ekstrak metanol rhizom
alang- alang (Imperata cylindrica) menghambat
Hasil penelitian menggunakan ekstrak metanol gulma maman ungu pasca tumbuh menggunakan
daun akasia pada konsentrasi 0,8 g mlˉ 1 konsentrasi yang lebih tinggi dalam menghambat
menyebabkan kematian pada gulma. Gejala perkecambahan 0,3 g mlˉ 1 dibandingkan konsentrasi
kematian gulma ditandai dengan daun layu dan yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
mengalami kematian. Riskitavani dan Purwani 0,2 g mlˉ1.
(2013), menyatakan bahwa layu pada tanaman
disebabkan adanya kandungan senyawa fenolik DAFTAR PUSTAKA
yang terdapat di dalam ekstrak metanol daun akasia.
Semakin tinggi kandungan senyawa fenolik seperti Aguilera, N, Becerra, J, & Guedes, Ml, 2015,
tanin, dan flavonoid yang terakumulasi di dalam Allelopathic Effect Of The Invasive Acacia
tanah akan bersifat racun yang dapat menjadikan Dealbata Link (Fabaceae) On Two Native Plant
sel-sel tidak elastis dan menghambat transpor ion Species In South-Central Chile, Jurnal Gayana,
Bot 7 vol.72, no. 2, hal. 231-239
terlarut melewati membran sel. Hambatan tersebut
menyebabkan jumlah ion terlarut pada bagian Apri, L, Mukarlina, Riza, L, , 2018, Potensi Ekstrak
tanaman tidak merata yang menyebabkan Metanol Rhizom Alang-Alang (Imperata
pertumbuhan abnormal pada tumbuhan. Jika hal ini cylindrica (L.) (Beauv) ) Dalam Penghambatan
berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan Pertumbuhan Gulma Maman Ungu (Cleome
kematian pada tumbuhan. rutidosperma D.C) , Jurnal Protobiont, vol. 7, no.
1, hal. 25 – 30

95
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96

H.B.K) Sebagai Bioherbisida terhadap Gulma


Ardi, 1999, Potensi Alelopati Akar Rimpang Alang- Maman Ungu (Cleome rutidosperma D.C) dan
Alang (Imperata cylindrica ( L.) Beauv Terhadap Rumput Bahia (Paspalum notatum Flugge),
Mimosa pudica L, Jurnal .Stigma, vol. 7 no.1, hal. Jurnal Protobiont, vol.2, no. 2, hal. 32 – 38
66- 68
Rahayu, ES, 2001, Potensi Alelopati Lima Kultivar Padi
Barus, 2003, Pengendalian Gulma Di Perkebunan, terhadap Gulma Pesaingnya, Dalam, D, Suroto,
Efektivitas Dan Efisiensi Aplikasi Herbisida, A, Yunus, E. Purwanto, dan Supriyono (Eds.)
Yogyakarta. Prosiding I Konfrensi Nasional Himpunan Ilmu
Gulma Indonesia XV, Surakarta 17 -19 Juli 2001
Einhellig FA, 1995, Allelopathy: Current Status ang
Future Goals. Chapter 1. In: Inderjit, K.M.M Rice, E, L, 1995, Allelopathy, Orlando, Academic Press,
Dakshini, and Einhellig, FA, 1995, Acs Inc
Symposium Series: Allelopathy
Organism,Processes and Aplications. Riskitavani, DV & Purwani, KI, 2013, Studi Potensi
Washington DC, American Chemical Society Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia
catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus
Febrianti F, 2010, Kandungan Total Fenol Komponen rotundus), Jurnal Sains Dan Seni Pomits, vol. 2,
Bioaktif Dan Aktivitas Antioksidan Buah Pedada no. 2, hal. 59-69
(SonerattiaCaseolaris). Skripsi, Bogor, Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Sjahril, R & Syam’un, E, 2011, Herbisida dan
Aplikasinya, Makasar
Gardner, FP, Pearce, RB & Mitchel, RL, 1991, Fisiologi
Tanaman Budidaya, Penerjemah Herawati, S., Sastroutomo, SS, 1990, Ekologi Gulma, PT Gramedia
Penerbit UI Press, Jakarta Pustaka Utama, Jakarta

Hidayat, E.B, 1995, Anatomi Tumbuhan Berbiji, Penerbit Syakir, M, Bintoro, MH, Agusta, H & Hermanto, 2008,
ITB, Bandung, Hal. 247-262 Pemanfaatan Limbah Sagu Sebagai Pengendalian
Gulma pada Lahan Perdu, Jurnal Littri, vol.14,
Harbone, JB, 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara no. 3, hal. 107 - 112, Balai Penelitan Tanaman
Modern Menganalisis Tumbuhan, Edisi ke-2, Obat dan Aromatik, IPB, Bogor
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soedira, ITB Press, Bandung Trenggono, RM, 1990, Biologi Benih, Institut Pertanian
Bogor Press, Bogor
Ismail, Nan, & Metali, F, 2014, Allelopathi Effect Of
Invasive Acacia mangium On Germination And Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi,
Growth Of Local Paddy Varieties, Jurnal Of Diterjemahkan oleh Soendani N.S., UGM Press,
Agronomy,vol.1 , no. 13, hal. 158-168 Yogyakarta

Jayadi, S, 1991, Tanaman Makanan Ternak Tropika, Wattimena, GA, 1987, Zat Pengatur Tumbuh, PAU
Institut Pertanian Bogor, Bogor Bioteknologi IPB, Bogor

Joseph, H, Zulkapli, MM, Iskandar, H& Santin, S, 2016, Wijaya, RB, Yudono, P & Rogomulyo, R, 2011, Uji
Molluscicidal Activity Of The Plant Acacia Efikasi Herbisida Pratumbuh untuk Pengendalian
Mangium (Willd.) Against The Snail Gulma Pertanaman Tebu (Saccharumofficinarum
Pomaceae Canaliculata (Lam.), Jurnal Borneo L.)
Akedemika, vol. 1, no. 2, hal. 27-33

Olayele, MT, 2007, Cytotoxicity and Antibacterial


Activity of Methanolic Ekstract of Hisbiscus
sabdariffa, Journal of Medicinal Plants Research,
vol. 1, no. 1, hal. 9-13

Oyun, MB, 2006, Allelopathic Potentialities of Gliricidia


sepium and Acacia auriculiformis on the
Germination and Seedling Vigour of Maize (Zea
mays L.) Jurnal Agricultural and Biological
Science, vol.1 , no. 3, hal. 44-47

Pebriani, Riza ,L, & Mukarlina, 2013, Potensi Ekstrak


Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha
96

Anda mungkin juga menyukai