7 (3) : 90 –96
Aktivitas Ekstrak Metanol Daun Akasia (Acacia mangium Wild) Terhadap Perkecambahan
Dan Pertumbuhan Maman Ungu (Cleome rutidospermaeD.C) Dan Rumput Grinting
(Cynodon dactylon L. Pers)
Abstract
Acacia (Acacia mangium Wild.) have alelokimia compound that can suppress the growth of the plants that it
can be used as bioherbicide. This aimto study determined the concentration of the methanol extract of leaf of
acacia capable of inhibit the germination and growth of weed, purple maman (Cleome rutidospermae DC.) and
grass grinting(Cynodon dactylon L.). This study use a completely randomized design (CRD) with five
replication and five treatment consist of control, concentrationmethanolextract0.2; 0.4; 0.6 and 0.8 g
mlˉ1.Resultshowed that the methanol extract of leafacacia with a concentration of 0.4 g mlˉ1able to inhibit
germinationpurple maman and grass grinting. Concentration of 0.2 g mlˉ1extract acacia can inhibit the growth
of plant height, root length, and a decrease in wet weight and dry weight in weed purple maman andgrass
grinting
90
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96
polibag. Penyemprotan larutan ekstrak sebanyak 10 Hasil skrining fitokimia pada ekstrak metanol daun
ml dilakukan sesuai dengan perlakuan yang akasia dapat dilihat pada Tabel 1.
diberikan pada hari ke-10 dan ke-20 setelah tanam.
Pengamatan dihentikan pada hari ke-30 setelah Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia EkstrakMetanol Daun
tanam (Pebriani et al., 2013 ) Akasia
92
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96
Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Akasia Terhadap =345,315, Ρ = 0,000), berat basah (F4, 24 = 193,830
Pertumbuhan Biji Gulma Maman Ungu Dengan Ρ = 0,000), dan berat kering F4, 24 ˭ 79,717, Ρ ˭
PemberianEkstrak Metanol Daun Akasia 0,002; ANOVA).
Rerata pertumbuhan gulma maman ungu pada30
HSTdengan pemberian ekstrak metanol daun akasia Tabel 4. Rerata Hasil pada Parameter Pertumbuhan
dapat dilihat pada Tabel3. Gulma rumput grinting pada 30 HST dengan
Pemberian Ekstrak Metanol Daun Akasia
Tabel 3. Rerata Hasil pada Parameter Pertumbuhan
Gulma Maman Ungu pada 30 HSTdengan K TT(cm) PA(cm) BB(g) BK(g)
Pemberian Ekstrak Metanol Daun Akasia E
K0 5,44±0,39 4,60±0,21 0,057±0,00 0,0110±0,00
a a a a
K TT(cm) PA(cm) BB(g) BK(g)
E K1 4,24±0,39 2,42±0,32 0,021±0,00 0,0063±0,00
b b b b
K0 10,4±0,41 8,09±0,72 0,585±0,06 0,038±0,00
a a a a K2 3,66±0,36 1,24±0,20 0,008±0,00 0,0032±0,00
c c c c
K1 7,10±0,47 3,90±0,47 0,311±0,03 0,021±0,00
b b b b K3 1,60±0,51 0,78±0,19 0,002±0,00 0,0009±0,00
d d d d
K2 6,46±0,46 3,26±0,37 0,171±0,02 0,008±0,00
b b c c K4 0± 0,00e 0 ±0,00e 0± 0,00d 0 ±0,00d
K3 3,40±0,78 1,50±0,62 0,029±0,00 0,003±0,00
c c d d Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang
K4 0 ±0,00d 0 ±0,00d 0 ±0,00d 0 ±0,00d tidak sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata menurut uji
Duncan pada signifikasi 5%. Konsentrasi ekstrak (KE), Kontrol
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang (KO), Konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 (K1), Konsentrasi 0,4 g mlˉ 1 (K2),
tidak sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata menurut uji Konsentrasi 0,6 g mlˉ 1 (K3) ,Konsentrasi 0,8 g mlˉ 1 (K4), Tinggi
Duncan pada signifikasi 5%. Konsentrasi ekstrak (KE), Kontrol Tanaman (TT), Panjang Akar (PA), Berat Basah (BB) dan Berat
(KO), Konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 (K1), Konsentrasi 0,4 g mlˉ 1 Kering (BK).
(K2),Konsentrasi 0,6 g mlˉ 1 (K3) ,Konsentrasi0,8g mlˉ1 (K4),
Tinggi Tanaman (TT), Panjang Akar (PA), Berat Basah (BB) Hasil uji lanjut Duncan pada parameter tinggi
dan Berat Kering (BK). tanaman, panjang akar, berat basah dan berat kering
pada rumput grinting pada semua perlakuan
Hasil analisis varian (ANOVA).Perlakuan ekstrak konsentrasi (K1, K2, K3 Dan K4) menunjukan hasil
metanol daun akasia berpengaruh nyata terhadap yang berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan
pertumbuhan gulma maman ungu.Tinggi tanaman perlakuan konsentrasi pada parameter berat basah
(F4, 24 =317,263, Ρ = 0,000),panjang akar (F4, 24 = dan berat kering (K3 dan K4) menunjukan hasil
180,823Ρ = 0,000), berat basah (F4, 24 = 238,087, Ρ yang tidak berbeda nyata.Perlakuan dengan
= 0,002) dan berat kering(F4, 24 ˭ 156,599 Ρ ˭ 0,000 konsentrasi (K1, K2, K3 dan K4) mampu
ANOVA). menurunkan semua parameter pertumbuhan gulma
rumput grinting. Semakin tinggi konsentasi ekstrak
Hasil uji lanjut Duncan pada parameter tinggi metanol daun akasia penurunan akan semakin
tanaman, panjang akar, berat basah dan berat kering menurun.
gulma maman ungu semua perlakuan konsentrasi
ekstrak metanol daun akasia (K1, K2, K3, dan K4) Pembahasan
menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan Ekstrak daun akasia dibuat dengan menggunakan
kontrol, tetapi konsentrasi (K1 dan K2) pada tinggi pelarut metanol dengan metode maserasi. Metode
tanaman dan panjang akar maman ungu ekstraksi ini digunakan untuk menghindari
menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (Tabel rusaknya senyawa kimia yang disebabkan oleh suhu
3). tinggi (Voigt, 1995). Pelarut metanol digunakan
Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Akasia dalam proses maserasi karena bersifat universal
terhadapPertumbuhanBiji Rumput Grinting yang dapat mengikat semua komponen kimia yang
denganPemberian Ekstrak Metanol Daun Akasia terdapat dalam tumbuhan, baik yang bersifat polar,
Rerata pertumbuhan gulma rumput grinting pada semi-polar, dan non-polar. Maserasi dilakukan
30HSTdengan pemberian ekstrak metanol daun selama 3x24 jam, dan tiap 24 jam dilakukan
akasiadapat dilihat pada Tabel 4. penggantian larutan untuk menghindari penjenuhan.
Hasil analisis varian (ANOVA).Perlakuan ekstrak Berdasarkan hasil skrining fitokimia pada ekstrak
metanol daun akasia berpengaruh nyata terhadap metanol daun akasia menunjukan hasil positif untuk
pertumbuhan gulma rumput grinting.Tinggi rumput uji alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid dan
(F4, 24 =165,319, Ρ ˭ 0,000), panjang akar (F4, 24 fenolik. Sedangkan uji saponin menunukan hasil
93
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96
negatif. Hasil skrining fitokimia ekstrak metanol menyebabkan tidak terjadinya induksi enzim α-
daun akasia pada penelitian ini berbeda dengan amilase.Sehingga tidak terjadinya hidrolisis amilum
penelitian Joseph et al. (2016) menyatakan bahwa menjadi glukosa pada endosperm di dalam biji
hasil analisis kualitatif metabolit sekunder dari sebagai cadangan makanan bagi embrio.
batang, daun, dan bunga akasia mengandung
golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, Kemampuan penghambatan ekstrak metanol daun
terpenoid, tanin, fenol dan steroid, kuinon, akasia lebih baik pada gulma maman ungu
glikosida. Sedangkan pada penelitian ini pada daun dibanding rumput grinting. Hal ini berdasarkan
akasia hanya mengandung senyawa alkaloid, hasil persentase perkecambahan (Tabel 2 ) diduga
flavonoid, terpenoid, steroid dan fenolik tetapi tidak dipengaruhi oleh struktur anatomi biji gulma. Biji
mengandung senyawa saponin dan gulma maman ungu termasuk dalam biji dikotil
glikosida.Perbedaan ini diduga karena beberapa yang diduga tidak memiliki lapisan aleuron, lapisan
faktor yaitu, metode ekstraksi, ukuran partikel yang melindungi endosperm dan embrio.Selain itu
sampel, waktu ekstraksi dan perbandingan sampel biji maman ungu juga tidak memiliki lapisan
dengan pelarut (Harbone, 1987), dan juga bisa koleoriza yaitu lapisan yang melindungi radikula
dipengaruhi oleh faktor internal seperti genetik dan dan plumula (Hidayat, 1995). Kondisi ini
umur tanaman dan dipengaruhi juga oleh faktor memudahkan masuknya senyawa alelokimia
eksternal yaitu klimatik, geografi, hama dan ekstrak metanol daun akasia kedalam bijisehingga
penyakit (Febrianti, 2010). menghambat perkecambahan biji maman ungu.
Perlakuan ekstrak metanol daun akasia pada Hasil penelitian menunjukan bahwa selain dapat
konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 merupakan konsentrasi menurunkan persentase perkecambahan juga dapat
terkecil yang dapat menghambat persentase menghambat rerata panjang kecambah maman ungu
perkecambahan dan panjang kecambah maman dan rumput grinting.Panjang kecambah maman
ungu dan rumput grinting. Penurunan persentase ungu dan rumput grinting mengalami penurunan
perkecambahan maman ungu dan rumput grinting dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak yang
menjadi 58% dan 68%. Konsentrasi 0,4 g mlˉ 1 diberikan (Tabel 2). Konsentrasi 0,4 g mlˉ 1
merupakan konsentrasi yang efektif dalam merupakan konsentrasi yang dapat menghambat
menghambat perkecambahan biji gulma maman panjang kecambah. Penghambatan panjang
ungu dan rumput grinting, karena menghasilkan kecambah terjadi melalui gangguan proses mitosis
persentase perkecambahan dibawah 50 % untuk yang mengakibatkan terhambatnya pembelahan sel.
maman ungu sebesar 30% dan rumput grinting Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wattimena
sebesar 48% (Tabel 1). Riskitavani & Purwani (1987) bahwa senyawa fenolik dapat menghambat
(2013), menyatakan bahwa senyawa alelokimia proses mitosis dengan merusak benang-benang
yang terkandung di dalam ekstrak dengan spindel di dalam sel pada tahap metafase, akibatnya
persentase perkecambahan dibawah 50% dapat jumlah sel tidak bertambah.
bekerja lebih optimal dalam proses penghambatan
perkecambahan gulma. Perlakuan konsentrasi ekstrak 0,2 g mlˉ 1 untuk
parameter tinggi tanaman panjang akar, berat basah
Ekstrak metanol daun akasia mengandung beberapa dan berat kering (Tabel 2 dan Tabel 3) menunjukkan
metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, hasil yang berbeda nyata dengan kontrol.
fenolik, steroid, dan terpenoid.Oyun (2006), Konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 ini merupakan konsentrasi
menyatakan bahwa senyawa alelokimia kelompok terendah yang memiliki kemampuan dalam
fenolik seperti tanin, dan flavonoid yang terdapat menghambat pertumbuhan gulma. Kondisi ini
pada daun akasia dapat menghambat menunjukkan bahwa senyawa alelokimia pada
perkecambahan dan pertumbuhan konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 sudah mampu menghambat
tanaman.Senyawa fenolik bersifat alelokimia yang proses-proses fisiologi pada gulma maman ungu
dapat menghambat perkecambahan, salah satunya dan rumput grinting (Gardner et al., 1991)
dengan gangguan sintesis hormon (Einhellig, 1995).
Penghambatan pertumbuhan tinggi tanaman dan
Menurut Rice (1995), senyawa alelokimia yang panjang akar maman ungu dan rumput grinting
telah bercampur dengan ekstrak yang mengandung (Tabel 2 dan Tabel 3 ) diduga disebabkan oleh
alelokimia akan menghambat sintesis hormon senyawa alelokimia yang terdapat di dalam ekstrak
seperti asam giberelin (GA). Trenggono (1990), metanol daun akasia. Adanya senyawa fenolik yang
menyatakan bahwa penghambatan sintesis giberelin terdapat didalam ekstrak metanol daun akasia dapat
94
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96
menyebabkan gangguan pada transportasi auksin Ekstrak metanol daun akasia pada penelitian ini
dari pucuk ke akar dan gangguan sintesis sitokinin efektif bekerja pada pascatumbuh dibandingkan
dibagian akar. pratumbuh.Ekstrak metanol daun akasia pada
penelitian ini efektif bekerja pada pascatumbuh
Sitokinin berfungsi untuk pembelahan dan dibandingkan pratumbuh. Penghambatan yang
diferensiasi sel akar sedagkan auksin merupakan paling efektif untuk gulma maman ungu dan rumput
senyawa yang dapat memacu pemanjangan akar grinting adalah saat pasca tumbuh, hal ini
(Gardner et al.,1991). Menurut Ardi (1999) dipengaruhi oleh stadia pertumbuhan gulma karena
hambatan aktivitas hormon oleh senyawa fenolik pada saat pasca tumbuh gulma masih muda dan
dapat menyebabkan pembelahan sel pada bagian aktivitas enzim pertumbuhan sangat aktif sehingga
meristem pucuk dan akar terganggu sehingga gulma lebih rentan terhadap herbisida sehingga
menghambat pertumbuhan tinggi tanaman dan penyerapan herbisida akan lebih banyak dan
panjang akar. akhirnya akan mengakibatkan pertumbuhan
gulmamenjadi abnormal. Sedangkan pada saat
Perlakuan konsentrasi 0,2 g mlˉ 1 ekstrak metanol pratumbuh bekerja dengan cara mematikan biji
daun akasia menunjukan hasil yang berbeda nyata gulmayang akan berkecambah, tetapi agar merata
pada berat basah dan berat kering maman ungu dan pada gulma sasaran diperlukan pengolahan tanah
rumput grinting. Penurunan berat basah dan berat yang baik dan tekstur tanah yang gembur dan juga
kering tanaman diduga karena senyawa alelokimia memerlukan banyak pelarut dalam
yang terdapat di dalam ekstrak metanol daun akasia. pengaplikasiannya (Barus, 2003).
Senyawa alelokimia menghambat fungsi fisiologis
di dalam jaringan yang menyebabkan terganggunya Kondisi ini dibuktikan dengan perbedaan
proses penyerapan nutrisi dan fotosintesis konsentrasi yang diperlukan untuk menghambat
perkecambahan sebesar 0,4 g mlˉ 1 lebih tinggi
Penurunan berat basah dan kering tanaman dibandingkan konsentrasi yang digunakan untuk
dipengaruhi oleh kandungan air di dalam sel menghambat pertumbuhan yaitu sebesar 0,2 g mlˉ 1.
tanaman. Ketersediaan air yang cukup akan Sjahril dan Syam’un (2011) menyatakan bahwa
mengoptimalkan proses fotosintesis, sehingga herbisida berdasarkan aplikasinya terbagi menjadi
menghasilkan asimilat untuk perkembangan herbisida pratumbuh dan pascatumbuh.Herbisida
tanaman lebih cepat, sehingga berat basah tanaman pratumbuh diberikan pada gulma yang sedang
akan bertambah. Terjadinya gangguan pada tumbuh sebagai penyiapan lahan sebelum tanam,
pengikatan air, akan menurunkan fungsi sel akar sedangkan herbisida pascatumbuh aplikasinya
dalam penyerapan ion pada media tanam sehingga dilakukan pada gulma dan tanaman yang sudah
pertumbuhan vegetatif tanaman akan terganggu tumbuh. Hal ini sejalan dengan penelitian Apri et
(Sastroutomo,1990). al. (2018) menggunakan ekstrak metanol rhizom
alang- alang (Imperata cylindrica) menghambat
Hasil penelitian menggunakan ekstrak metanol gulma maman ungu pasca tumbuh menggunakan
daun akasia pada konsentrasi 0,8 g mlˉ 1 konsentrasi yang lebih tinggi dalam menghambat
menyebabkan kematian pada gulma. Gejala perkecambahan 0,3 g mlˉ 1 dibandingkan konsentrasi
kematian gulma ditandai dengan daun layu dan yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
mengalami kematian. Riskitavani dan Purwani 0,2 g mlˉ1.
(2013), menyatakan bahwa layu pada tanaman
disebabkan adanya kandungan senyawa fenolik DAFTAR PUSTAKA
yang terdapat di dalam ekstrak metanol daun akasia.
Semakin tinggi kandungan senyawa fenolik seperti Aguilera, N, Becerra, J, & Guedes, Ml, 2015,
tanin, dan flavonoid yang terakumulasi di dalam Allelopathic Effect Of The Invasive Acacia
tanah akan bersifat racun yang dapat menjadikan Dealbata Link (Fabaceae) On Two Native Plant
sel-sel tidak elastis dan menghambat transpor ion Species In South-Central Chile, Jurnal Gayana,
Bot 7 vol.72, no. 2, hal. 231-239
terlarut melewati membran sel. Hambatan tersebut
menyebabkan jumlah ion terlarut pada bagian Apri, L, Mukarlina, Riza, L, , 2018, Potensi Ekstrak
tanaman tidak merata yang menyebabkan Metanol Rhizom Alang-Alang (Imperata
pertumbuhan abnormal pada tumbuhan. Jika hal ini cylindrica (L.) (Beauv) ) Dalam Penghambatan
berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan Pertumbuhan Gulma Maman Ungu (Cleome
kematian pada tumbuhan. rutidosperma D.C) , Jurnal Protobiont, vol. 7, no.
1, hal. 25 – 30
95
Protobiont (2018) Vol. 7 (3) : 90 –96
Hidayat, E.B, 1995, Anatomi Tumbuhan Berbiji, Penerbit Syakir, M, Bintoro, MH, Agusta, H & Hermanto, 2008,
ITB, Bandung, Hal. 247-262 Pemanfaatan Limbah Sagu Sebagai Pengendalian
Gulma pada Lahan Perdu, Jurnal Littri, vol.14,
Harbone, JB, 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara no. 3, hal. 107 - 112, Balai Penelitan Tanaman
Modern Menganalisis Tumbuhan, Edisi ke-2, Obat dan Aromatik, IPB, Bogor
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soedira, ITB Press, Bandung Trenggono, RM, 1990, Biologi Benih, Institut Pertanian
Bogor Press, Bogor
Ismail, Nan, & Metali, F, 2014, Allelopathi Effect Of
Invasive Acacia mangium On Germination And Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi,
Growth Of Local Paddy Varieties, Jurnal Of Diterjemahkan oleh Soendani N.S., UGM Press,
Agronomy,vol.1 , no. 13, hal. 158-168 Yogyakarta
Jayadi, S, 1991, Tanaman Makanan Ternak Tropika, Wattimena, GA, 1987, Zat Pengatur Tumbuh, PAU
Institut Pertanian Bogor, Bogor Bioteknologi IPB, Bogor
Joseph, H, Zulkapli, MM, Iskandar, H& Santin, S, 2016, Wijaya, RB, Yudono, P & Rogomulyo, R, 2011, Uji
Molluscicidal Activity Of The Plant Acacia Efikasi Herbisida Pratumbuh untuk Pengendalian
Mangium (Willd.) Against The Snail Gulma Pertanaman Tebu (Saccharumofficinarum
Pomaceae Canaliculata (Lam.), Jurnal Borneo L.)
Akedemika, vol. 1, no. 2, hal. 27-33