4 (1) : 89-93
Abstract
Bittervine (Mikania micrantha) is a kind of weed containing allelochemical compounds which can supress
growth of plants nearby, so that Bittervine can potentially be used as bioherbicide. This research aims to test
the potentiality and effective concentration of M. micrantha leaves extract in inhibiting seeds germination
and supressing growth of Blue tongue (Melastoma affine) weeds. This research was conducted at Biology
Laboratory, Chemistry Laboratory and Green house facility of Math and Science Faculty of Tanjungpura
University from May to September 2014. Completely Randomized Design was used in this research with
extract concentration at 0 (g/ml), 0,17 (g/ml), 0,43 (g/ml), 0,82 (g/ml) and 1,5 (g/ml), each with three
duplications. The result shows that the leaves extract of M. micrantha can inhibit seeds germination and
supress the growth of M. affine weeds. The extract effective concentration that can lower the germination
percentage and sprout length of M. affine was at 0,43 (g/ml). The extract effective concentration that can
supress the growth of M.affine encompassing plant height, wet weight and dry weight was at 0,17 (g/ml).
PENDAHULUAN
Sembung rambat (Mikania micrantha) merupakan
Gulma sebagai tumbuhan yang tumbuh pada salah satu gulma yang dapat mengurangi
waktu, tempat dan kondisi yang tidak diinginkan pertumbuhan dan produktivitas beberapa tanaman
manusia dapat mengganggu tanaman budidaya. budidaya (Priwiratama, 2011). Kehilangan hasil
Gulma mengganggu tanaman budidaya tidak akibat invasi M. micrantha misalnya pada
hanya dalam bentuk persaingan tetapi juga tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) dapat
menghambat pertumbuhan dan metabolisme mencapai 20%, pada tanaman karet (Hevea
suatu tanaman akibat pelepasan zat-zat kimia yang brasiliensis) mencapai 27-29% serta pada
dikeluarkan dari gulma tersebut (Kristanto, 2006). tanaman gandum (Triticum aestivum) yang
Keberadaan gulma saat ini masih menjadi mencapai 28% . Sifat invasi yang kuat dari gulma
permasalahan utama pada bidang pertanian ini menjadikan sembung rambat sulit dikendalikan
maupun perkebunan karena menurunkan kuantitas (Teoh et al., 1985 dalam Cock et al., 2000).
serta kualitas produksi tanaman budidaya
sehingga perlu dikendalikan (Syahputra et al., M. micrantha memiliki senyawa alelokimia
2011). berupa fenol, flavonoid dan terpenoid. Senyawa
tersebut menghambat pertumbuhan tumbuhan lain
Pengendalian gulma menggunakan herbisida sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida
sintetis saat ini lebih banyak diminati karena (Perez et al., 2010). Berdasarkan penelitian
efektivitasnya yang cepat terlihat, tetapi Pebriyani et al. (2013), daun M. micrantha dapat
penggunaan herbisida sintetis dalam jangka waktu menghambat perkecambahan biji dan
yang panjang akan mempengaruhi kondisi tanah pertumbuhan gulma maman ungu (Cleome
dan menyebabkan pencemaran lingkungan (Syakir rutidosperma) dan rumput bahia (Paspalum
et al., 2008). Oleh karena itu, teknik pengendalian notatum) pada konsentrasi ekstrak 0,15 (g/ml).
gulma yang ramah lingkungan dapat dilakukan Penelitian Ismail dan Moo (1994) juga
dengan upaya pemanfaatan gulma melalui menunjukkan pengaruh senyawa fenol dan
senyawa alelokimia yang dihasilkan oleh flavonoid pada M. micrantha yang menghambat
tumbuhan yang berpotensi sebagai bioherbisida perkecambahan biji dan pertumbuhan dari gulma
(herbisida alami) (Rahayu, 2003 dalam rumput johor (Asystasia gangetica), rumput jarum
Riskitavani dan Purwani, 2013). (Chrysopogon aciculatus) dan jukut pahit
89
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 89-93
0,82 (g/ml) dan 1,5 (g/ml) tidak berbeda nyata 2004 dalam Tripathi et al., 2012; Amador et al.,
(Tabel 1). Rerata hasil pengamatan parameter 2010).
perkecambahan gulma M. affine dapat dilihat pada
Tabel 1. Ekstrak daun M. micrantha pada konsentrasi 0,17
(g/ml) belum memberikan pengaruh yang nyata
Tabel 1. Rerata persentase perkecambahan dan panjang dibanding kontrol untuk menghambat
kecambah M. affine pada beberapa konsentrasi perkecambahan biji gulma M. affine (Tabel 1).
ekstrak M. micrantha selama 14 hari Alelokimia yang terkandung dalam konsentrasi
konsentrasi persentase ekstrak 0,17 (g/ml) diduga masih rendah.
rerata panjang
ekstrak perkecambahan
kecambah (cm) Kandungan alelokimia yang rendah
(g/ml) (%)
mengindikasikan bahwa senyawa alelokimia
0 100 a 0,22 a
0,17 30 ab 0,062 ab masih sedikit sehingga belum dapat menghambat
0,43 13,33 bc
0,03 bc perkecambahan biji (Rice, 1984). Ekstrak dengan
0,82 3,33 c
0,003 c konsentrasi 0,43 (g/ml), 0,82 (g/ml) dan 1,5 (g/ml)
1,5 0 c
0c memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan
Keterangan: Angka yang ditandai dengan huruf yang sama kontrol (Tabel 1). Kandungan alelokimia yang
pada satu kolom menunjukkan pengaruh yang terdapat dalam konsentrasi 0,43 (g/ml), 0,82 (g/ml)
tidak berbeda nyata pada uji lanjut Nemenyi
Test taraf 5%.
dan 1,5 (g/ml) sudah mampu menghambat
perkecambahan biji.
Penurunan pertumbuhan gulma M. affine secara
nyata jika dibandingkan kontrol mulai terjadi pada Penghambatan perkecambahan disebabkan
konsentrasi 0,17 (g/ml) dan menyebabkan penghambatan alelokimia terhadap kerja hormon
kematian pada konsentrasi 0,43 (g/ml), 0,82 (g/ml) yang berperan dalam perkecambahan biji. Rice
dan 1,5 (g/ml) (Tabel 2). Rerata hasil pengamatan (1984) menyatakan bahwa alelokimia yang
parameter pertumbuhan gulma M. affine dapat diserap oleh biji bersama air akan menghambat
dilihat pada Tabel 2. sintesis hormon giberelin pada biji. Terhambatnya
sintesis giberelin akan menurunkan kerja enzim
Tabel 2. Rerata pertumbuhan M. affine pada beberapa penghidrolisis bahan organik dalam endosperma
konsentrasi ekstrak M. micrantha selama 35 sebagai cadangan makanan bagi embrio.
hari
konsentrasi tinggi Penelitian Pebriyani et al. (2013) menggunakan
berat berat ekstrak yang sama memberikan pengaruh
ekstrak tanaman
basah (g) kering (g) penurunan persentase perkecambahan biji gulma
(g/ml) (cm)
0 1,73 a 0,066 a 0,01767 a maman ungu (Cleome rutidosperma) pada
0,17 0,36 b
0,001 b
0,00043 b konsentrasi lebih rendah dari penelitian ini.
0,43 0 b
0 b
0b Penurunan persentase perkecambahan C.
b b
0,82 0 0 0b rutidosperma terjadi pada penambahan ekstrak
1,5 0b 0b 0b 0,15 (g/ml), sedangkan pada penelitian ini
Keterangan: Angka yang ditandai dengan huruf yang sama penghambatan perkecambahan M. affine pada
pada satu kolom menunjukkan pengaruh yang
tidak berbeda nyata pada uji lanjut Nemenyi konsentrasi ekstrak 0,43 (g/ml).
Test taraf 5%.
Penghambatan terjadi pada konsentrasi lebih
Pembahasan tinggi diduga terdapat perbedaan pada ketebalan
Pengaruh ekstrak M. micrantha terhadap kulit biji dan adanya lapisan pelindung
perkecambahan biji gulma M. affine endosperma dan embrio pada biji M. affine
Berdasarkan hasil penelitian, persentase dibanding C. rutidosperma sehingga ekstrak M.
perkecambahan biji gulma M. affine mengalami micrantha diperlukan dengan konsentrasi lebih
penurunan setelah diberi perlakuan dengan ekstrak tinggi. Menurut Pebriyani et al. (2013), biji C.
daun sembung rambat (M. micrantha) (Tabel 1). rutidosperma merupakan biji yang tidak memiliki
Penghambatan perkecambahan biji M. affine lapisan pelindung endosperma dan embrio
disebabkan adanya pengaruh dari alelokimia yang sehingga memudahkan senyawa alelokimia
terkandung di dalam ekstrak daun M. micrantha. merusak embrio secara langsung. Salisbury dan
Daun M. micrantha mengandung alelokimia Ross (1992) menegaskan bahwa kulit biji
berupa fenol, flavonoid dan terpenoid yang dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
menghambat pertumbuhan tumbuhan (Bakir et al., penyerapan air secara imbibisi oleh biji selama
proses perkecambahan.
91
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 89-93
Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi 0,43 titik tumbuh. Kondisi ini mengakibatkan
(g/ml) dan 0,82 (g/ml) memiliki kemampuan pertumbuhan sel dan pembesaran sel ikut
penghambatan yang tidak berbeda nyata (Tabel 1). terhambat sehingga pembentukan plumula (calon
Kandungan alelokimia pada rentang konsentrasi pucuk) dan radikula (akar muda) akan terhambat.
antara 0,43 (g/ml) dan 0,82 (g/ml) diduga sudah
mampu menghambat perkecambahan biji M. Pengaruh ekstrak M. micrantha terhadap
affine. Konsentrasi 0,43 (g/ml) merupakan pertumbuhan gulma M.affine
konsentrasi efektif dalam penghambatan Ekstrak M. micrantha yang diberikan pada M.
perkecambahan biji M. affine karena pada affine memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi,
konsentrasi yang lebih kecil sudah mampu berat basah dan berat kering gulma dibanding
menghambat dan memberikan pengaruh nyata kontrol mulai dari konsentrasi terendah 0,17 (g/ml)
dibanding kontrol. hingga menyebabkan kematian pada konsentrasi
0,43 (g/ml), 0,82 (g/ml) dan konsentrasi tertinggi
Konsentrasi ekstrak 1,5 (g/ml) merupakan 1,5 (g/ml) (Tabel 2). Hasil tersebut menunjukkan
penghambat paling kuat yang dinyatakan dengan bahwa senyawa alelokimia pada konsentrasi
tidak terjadi perkecambahan (Tabel 1). Walaupun ekstrak 0,17 (g/ml) sudah mampu menghambat
penghambat paling kuat, konsentrasi 1,5 (g/ml) proses-proses fisiologis pada gulma M. affine
tidak dianjurkan untuk dijadikan sebagai antara lain sintesis fitohormon, mitosis sel, fungsi
konsentrasi efektif karena tidak sesuai dengan enzim dan proses fotosintesis.
prinsip pengendalian gulma bahwa penggunaan
herbisida tidak boleh menekan populasi gulma Penghambatan ini sesuai dengan pernyataan Rice
sampai nol (Sukman dan Yakup, 2002). (1984) bahwa hambatan yang disebabkan oleh
adanya senyawa alelokimia berupa fenol dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain dapat flavonoid akan mengaktifkan enzim Indol Asetic
menurunkan persentase perkecambahan, ekstrak Acid (IAA) oksidase dalam merusak auksin yang
M. micrantha dapat mempengaruhi panjang berperan pada pemanjangan sel, sehingga
kecambah M. affine. Panjang kecambah M. affine pemanjangan sel tidak berlangsung sebagaimana
mengalami penurunan dengan meningkatnya mestinya yang berakibat pada terhambatnya tinggi
konsentrasi ekstrak M. micrantha yang diberikan tanaman.
(Tabel 1). Panjang kecambah gulma M. affine
pada konsentrasi ekstrak 0,43 (g/ml) memberikan Kandungan alelokimia dalam ekstrak daun M.
pengaruh yang nyata dibanding kontrol (Tabel 1). micrantha diduga penghambat proses mitosis sel.
Rice (1984) menyatakan bahwa alelokimia sejenis
Kandungan alelokimia pada ekstrak M. micrantha fenol mengganggu mitosis sel dengan merusak
diduga mempengaruhi aktivitas auksin untuk benang-benang spindel pada saat metafase. Jika
pemanjangan sel, gangguan mitosis sel serta proses pembelahan sel terhambat, maka
penurunan permeabilitas membran. Penghambatan pembesaran sel juga ikut terhambat yang
terhadap aktivitas auksin ini sesuai dengan berakibat terjadi penurunan pertumbuhan tanaman.
pernyataan Sastroutomo (1990) bahwa senyawa
alelokimia menghambat pertumbuhan kecambah Hasil penurunan tinggi tanaman sejalan dengan
dengan menghambat aktivitas auksin dalam hasil penurunan berat basah dan berat kering
proses pemanjangan dan pembesaran sel. (Tabel 2). Gardner et al. (1991) menyatakan
Penghambatan pertumbuhan panjang kecambah bahwa berat basah merupakan total kandungan air
juga terjadi melalui aktivitas senyawa fenol dalam pada organ-organ tumbuhan dan hasil fotosintesis
menghambat proses mitosis pada embrio, di dalam tubuh tumbuhan. Berkurangnya tinggi
sehingga pembelahan sel terhambat dan tanaman menyebabkan jumlah nodus tempat
berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah tumbuh daun ikut berkurang yang berakibat pada
(Rice, 1984). berkurangnya berat basah tanaman. Berkurangnya
jumlah daun juga akan mengurangi terjadinya
Penghambatan lainnya yaitu terjadi penurunan fotosintesis sehingga hasil fotosintesis yang
permeabilitas membran sel akibat adanya senyawa diakumulasi tanaman ikut berkurang akibatnya
fenol. Sastroutomo (1990) menyatakan bahwa terjadi penurunan berat kering tanaman.
terjadinya penurunan permeabilitas sel
menyebabkan terhambatnya pengangkutan hasil Hasil penelitian menunjukkan penghambatan
perombakan cadangan makanan secara difusi dari terbaik terjadi pada konsentrasi 0,17 (g/ml). Hal
endosperma melewati membran sel menuju titik- ini didukung penelitian Pebriyani et al. (2013)
92
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 89-93
menggunakan gulma berdaun lebar C. Benth. On Weed spp.’, Allelopathy Journal, vol.
rutidosperma yang menunjukkan penghambatan 26, no. 2, hal. 291 - 430
pertumbuhan pada pemberian ekstrak 0,15 (g/ml). Pebriyani, Linda R & Mukarlina, 2013, ‘Potensi
Gulma C. rutidosperma dan M. affine merupakan Ekstrak Daun Sembung Rambat (Mikania
micrantha H.B.K) Sebagai Bioherbisida
gulma berdaun lebar yang mempunyai titik
terhadap Gulma Maman Ungu (Cleome
tumbuh yang terbuka sehingga sangat sensitif rutidosperma D.C) dan Rumput Bahia
terhadap herbisida (Djafarudddin, 2001). (Paspalum conjugatum Flugge)’, Protobiont,
vol. 2, no. 2, hal. 32 - 38, <http:
Ekstrak M. micrantha pada penelitian ini efektif //jurnal.untan.ac.id/ index.php/ jprb>
bekerja pada gulma pasca tumbuh. Kondisi ini Perez, AMC, Ocotero VM, Balcazari RI & Jimenez FG,
dibuktikan dari perbedaan konsentrasi yang 2010, ‘Phytochemical and Pharmological
diperlukan untuk menghambat perkecambahan Studies on Mikania micrantha H.B.K’.,
(0,43 g/ml) lebih tinggi dibandingkan konsentrasi Experimental Botany, vol. 78, hal. 77 - 80
untuk menghambat pertumbuhan (0,17 g/ml). Priwiratama, H, 2011, ‘Mikania micrantha H.B.K’,
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Info PT Vol. G –
Peran ekstrak M micrantha sebagai bioherbisida
0002, hal. 1-2, <www.iopri.org/download/
pasca tumbuh ini sejalan dengan penelitian Mutlu finish/4-gulma>
et al. (2010) bahwa ekstrak Nepeta meyeri Rice, EL, 1984, Alleopathy, Second Edition, Academic
menghambat gulma Convolvulus arvensis dan Press Inc., London
Portulaca olerace pasca tumbuh menggunakan Riskitavani, DV & Purwani, KI, 2013, ‘Studi Potensi
konsentrasi lebih tinggi dalam menghambat Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang
perkecambahan (2x10-4 g/ml) dibandingkan (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput
konsentrasi yang digunakan untuk menghambat Teki (Cyperus rotundus)’, Jurnal Sains dan Seni
pertumbuhan (10-4 g/ml) POMITS, vol. 2, no. 2, hal. E-59 – E-63
. Salisbury, FB & Ross, CW, 1992, Fisiologi Tumbuhan,
Terjemahan Lukman, R & Sumaryono, Penerbit
Ekstrak daun sembung rambat (M. micrantha)
ITB, Bandung
berpotensi sebagai bioherbisida dalam Sastroutomo, SS, 1990, Ekologi Gulma, PT Gramedia
menghambat perkecambahan biji dan Pustaka Utama, Jakarta
pertumbuhan gulma senduduk (M. affine). Setia, N, Batish, DR, Singh, HP & Kohli, RK, 2007,
‘Phytotoxicity Of Volatile Oil From Eucalyptus
citriodora Against Some Weedy Species’,
DAFTAR PUSTAKA
Journal of Environmental Biology, vol. 28, no.
Amador, PMC, Munoz VO, Ibarra RB & Garcia FJ, 1, hal. 63 - 66
2010, ‘Phytochemical and Pharmacological Sukman, Y & Yakup, 2002, Gulma dan Teknik
Studies on Mikania micrantha H.B.K. Pengendaliannya, Rajawali, Jakarta
(Asteraceae)’, FYTON, vol. 79, hal. 77 - 80 Syahputra, E, Sarbino & Siti D, 2011, ‘Weeds
Cock, MJW, Ellison CA, Evans HC & Ooi PAC, 2000, Assessment di Perkebunan Kelapa Sawit Lahan
‘Can Failure be Turned into Success for Gambut’, Jurnal Teknologi Perkebunan &
Biological Control of Mile-a-Minute Weed PSDL, vol. 1, hal. 37 - 42
(Mikania micrantha)?’, Proceedings of the X Syakir, M, Bintoro, MH, Agusta, H & Hermanto, 2008,
International Symposium on Biological Control ‘Pemanfaatan Limbah Sagu Sebagai
of Weeds, hal. 155 - 167 Pengendalian Gulma pada Lahan Perdu, Jurnal
Djafaruddin, 2001, Dasar-Dasar Perlindungan Littri, vol.14, no. 3, hal. 107 - 112, Balai
Tanaman, Bumi Aksara, Jakarta Penelitan Tanaman Obat dan Aromatik, IPB,
Gardner, FP, Pearce, RB & Mitchel, RL, 1991, Bogor
Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerjemah Tripathi, RS, Khan, ML & Yadav, AS, 2012, ‘Biology
Herawati, S., Penerbit UI Press, Jakarta of Mikania micrantha H.B.K.: a Review’, CAB
Ismail BS & Moo LS, 1994, ‘Evidence for Allelopathic International 2012, Invasive Alien Plants: An
Activity of Mikania micrantha H.B.K. on Three Ecological Appraisal for the Indian
Weed Species’, Pertanika Jurnal Science & Subcontinent (eds J.R. Bhatt et al.), diakses 10
Technology, vol. 2, no. 1, hal. 73 - 83 Desember 2013 <www.nerist.ac.in/departement/
Kristanto, BA, 2006, ‘Perubahan Karakter Tanaman forestry/>
Jagung (Zea mays L.) Akibat Alelopati dan
Persaingan Teki (Cyperus rotundus L.)’, Jurnal
Indonesia Tropica Animal Agriculture, vol. 31,
no. 3, hal. 189- 194
Mutlu, S, Atici, O & Esim, N, 2010, ‘Bioherbicidal
Effects Of Essential Oils Of Nepeta meyeri
93