2 : 18-27
ISSN 1412-4424
ABSTRACT
This study aims to observe and obtain a better concentration of powder extract of wild betel leaf ability in
controlling anthracnose disease on red chili fruits.This study was performed experimentally using a completely
randomized design consisting of 5 treatments and 4 replications thus obtained 20 trial units. The treatment
is the concentration of powder extract of wild betel leaf: KO= 0 g/l, K1= 25 g/l, K2= 50 g/l, K3= 75 g/l and
K4= 100 g/l of water. The study consisted of two tests: in vitro inhibition of the fungus C. capsici and in vivo
application of powder extract of wild betel leaf. The data were analyzed statistically using analysis of
variance and the means were tested with Duncan ‘s New Multiple Range Test (DNMRT) at level 5%. The
results showed that the concentration of powder extract of wild betel leaf significantly affected C. capsici
growth and increase the percentage of fungal growth inhibition. Powder extract of wild betel leaf at
concentration of 100 g/ l of water quite capable the hold of anthracnose disease cause C. capsici, so as to
reduce the intensity of attacks to 10% the effectiveness 52%.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mendapatkan konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan yang
lebih baik kemampuannya dalam mengendalikan penyakit antraknosa pada buah cabai merah. Penelitian ini
dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4
ulangan sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Perlakuannya adalah penggunaan beberapa konsentrasi ekstrak
tepung daun sirih hutan yaitu K0= 0 g/l, K1= 25 g/l, K2= 50 g/l, K3= 75 g/l dan K4= 100 g/l air. Penelitian terdiri
dari dua uji, yaitu uji penghambatan secara in vitro terhadap jamur C. capsici dan uji in vivo aplikasi ekstrak
tepung daun sirih hutan pada buah cabai. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis ragam
dan dilakukan uji lanjut Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian beberapa konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan mampu mengendalikan jamur C. capsici
dan cenderung meningkatkan persentase penghambatan pertumbuhan jamur C. capsici. Konsentrasi ekstrak
tepung daun sirih hutan 100 g/l air cukup mampu dalam mengendalikan penyakit antraknosa yang disebabkan
jamur C. capsici sehingga dapat menekan intensitas serangan menjadi 10 % dengan keefektifan sebesar 52%.
* Korespondensi penulis:
Email: elfina68@yahoo.com
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara mencelupkan buah cabai yang
cawan petri berdiameter 9 cm, tabung reaksi, menjadi sampel pengujian selama 3 menit ke
gelas piala 1000 ml, erlenmeyer 500 ml, gelas dalam suspensi inokulum jamur C. capsici yang
ukur, lampu bunsen, handsprayer, pipet tetes, telah disiapkan dengan kepadatan populasi spora
jarum ose, kuas, pinset, pipet mikro, cork borer 1,25 x 106 konidia/ml.
(pemotong agar), batang pengaduk kaca, ayakan,
toples, wadah kotak plastik, mikroskop, gelas Pembuatan konsentrasi ekstrak tepung
objek, gelas penutup, timbangan analitik, daun sirih hutan.
haemocytometer, kompor gas, blender, Tepung daun sirih hutan ditimbang sesuai
automatic mixer, laminar air flow cabinet, dengan konsentrasi perlakuan yaitu 25 g, 50 g,
autoclave dan inkubator. 75 g dan 100 g masing-masing ditambahkan 1000
Penelitian dilakukan secara eksperimen ml aquades. Larutan tersebut kemudian diaduk
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan didiamkan selama 2 jam. Selanjutnya larutan
(RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan tersebut disaring dengan kain kassa halus dan
sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Perlakuan ekstrak tepung daun sirih hutan ini digunakan
terdiri dari (K0) Konsentrasi 0 g/l air (tanpa untuk diaplikasikan sebagai perlakuan.
pemberian ekstrak tepung daun sirih hutan), (K1)
Konsentrasi 25 g/l air, (K2) Konsentrasi 50 g/l Uji daya hambat konsentrasi ekstrak tepung
air, (K 3 )Konsentrasi 75 g/l air dan (K 4 ) daun sirih hutan secara in vitro terhadap
Konsentrasi 100 g/l air. Penelitian terdiri dari dua jamur C. capsici.
uji, yaitu uji penghambatan secara in vitro Pengujian dilakukan dengan
terhadap jamur C. capsici dan uji in vivo aplikasi menumbuhkan biakan murni C. capsici dengan
ekstrak tepung daun sirih hutan pada buah cabai. ukuran diameter 5 mm yang diletakkan tepat
dibagian tengah cawan petri berisi PDA yang
Reisolasi jamur C. capsici telah dicampur denganm ekstrak tepung daun
Isolat murni jamur C. capsici diperoleh sirih hutan sesuai perlakuan dan diinkubasi dalam
dari koleksi Laboratorium Penyakit Tumbuhan incubator pada suhu kamar.
Institut Pertanian Bogor, Bogor dengan kode isolat
IPBCC 13.1098 dengan bentuk agar miring Uji konsentrasi ekstrak tepung daun sirih
dalam test tube. Isolat C. capsici kemudian hutan secara in vivo pada buah cabai merah.
direisolasi kembali pada media PDA. Sebelum diinokulasi dengan jamur C.
capsici terlebih dahulu dilakukan sterilisasi
Pembuatan tepung daun sirih hutan permukaan pada kulit buah cabai merah.
Tepung daun sirih hutan dibuat dari daun Inokulasi jamur C. capsici dilakukan dengan
yang masih segar, diambil dari kebun masyarakat memasukkan buah cabai yang menjadi sampel
di Desa Rantau Berangin, Kecamatan penelitian ke dalam suspensi inokulum jamur C.
Bangkinang Barat, Kabupaten Kampar, Riau. capsici dengan kepadatan 1,25 x 106 konidia/
Daun sirih hutan dibersihkan dengan air kemudian ml selama 10 menit. Buah cabai setelah
dikeringanginkan selama satu minggu dan direndamkan ke dalam suspensi jamur C. capsici
dipotong-potong kecil dengan ukuran ± 2 dibiarkan kering selama 5 menit. Buah cabai yang
selanjutnya dihaluskan dan diayak dengan ayakan telah dicelupkan ke dalam suspensi inokulum
berukuran mesh 0,5 mm, hingga diperoleh tepung jamur C. capsici dan dibiarkan selama 5 menit
dan disimpan dalam toples. kemudian dimasukkan ke dalam larutan ekstrak
tepung daun sirih hutan sesuai dengan masing-
Uji patogenisitas masing perlakuan. Buah cabai yang telah diberi
Uji patogenisitas dilakukan dengan perlakuan dimasukkan ke dalam wadah kotak
menginokulasikan jamur C. capsici pada 5 buah plastik yang telah diberi alas terlebih dahulu
cabai. Inokulasi jamur C. capsici dilakukan dengan kertas saring lembab kemudian ditutup
rapat.
Pengamatan
1. Diameter koloni jamur C. capsici (mm) pada
medium PDA.
Penghitungan diameter koloni jamur C. I=
capsici pada cawan petri berdasarkan rumus:
Keterangan:
D I = intensitas serangan
ni = banyak buah yang diamati dengan kategori
serangan
Keterangan : vi = nilai skala kerusakan dari tiap kategori
D = diameter jamur C. capsici serangan
d1 = diameter vertikal koloni jamur C. capsici Z = nilai skala kerusakan tertinggi dari tiap
d2 = diameter horizontal koloni jamur C. capsici kategori serangan
N = banyak buah yang diamati
2. Persentase penghambatan konsentrasi ekstrak
tepung daun sirih hutan (%) terhadap jamur Kategori serangan ditetapkan melalui
C. capsici pada medium PDA. skoring modifikasi dari Hayati (2005) cit.
Pamekas (2007) sebagai berikut:
Rumus persentase penghambatan: Skala 0 = tidak ada bercak atau gejala penyakit
ab Skala 1 = luas bercak, > 0-20%
P= x 100 % Skala 2 = luas bercak, > 20-40%
a
Skala 3 = luas bercak, > 40-60%
Skala 4 = luas bercak, > 60-80%
Keterangan:
Skala 5 = luas bercak, > 80%
P = persentase penghambatan
n
a = diameter koloni jamur C. capsici pada
ni x vi medium PDA tanpa konsentrasi tepung
5. Keefektifan fungisida
Keefektifan fungisida dihitung dengan
i
x 100%daun sirih hutan rumus (Sugama dan Rochjadi, 1989): EF = [(IPk-
Z xN
IPp)/IPk] × 100%, dengan EF = keefektifan
3. Saat munculnya gejala awal penyakit
fungisida, IPk = intensitas penyakit pada kontrol,
antraknosa (hari) pada buah cabai merah.
dan IPp = intensitas penyakit pada perlakuan;
Pengamatan dilakukan dengan mencatat lama
sedangkan kemampuan fungisida dinilai dengan
waktu munculnya gejala awal pada buah
kategori (Irasakti dan Sukatsa, 1987): 0 = tidak
cabai setelah diinokulasi dengan jamur C.
mampu, >0-20% = sangat kurang mampu, >20-
capsici dan aplikasi konsentrasi ekstrak
40% = kurang mampu, >40-60% = cukup
tepung daun sirih hutan.
mampu, >60-80% = mampu dan >80% = sangat
mampu.
4. Intensitas serangan C. capsici (%) pada buah
cabai merah. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penghitungan intensitas serangan dilakukan Diameter Koloni Jamur C. capsici (mm)
1 kali setelah didapat nilai persentase serangan pada medium PDA
e” 50% dari semua sampel buah cabai dalam Pemberian beberapa konsentrasi ekstrak
1 unit percobaan. Rumus intensitas serangan tepung daun sirih hutan berpengaruh nyata
yang digunakan adalah sebagai berikut: terhadap pertumbuhan diameter koloni jamur C.
capsici pada medium PDA. Hasil uji lanjut
DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Diameter koloni jamur C. capsici pada medium PDA setelah pemberian beberapa konsentrasi
ekstrak tepung daun sirih hutan
Konsentrasi Rerata diameter koloni
ekstrak tepung daun sirih hutan jamur C. capsici (mm)
90,00 c
0 g/l air
85,50 b
25 g/l air
85,25 b
50 g/l air
76,13 a
75 g/l air
100 g/l air 75,13 a
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT pada
taraf 5%, KK: 1,79%.
aa b c d e
Gambar 1. Pertumbuhan diameter koloni jamur C. capsici pada medium PDA 12 hari setelah
inokulasi (hsi). a: (S0) Konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan 0 g/l air, b:
(S1) Konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan 25 g/l air, c: (S2) Konsentrasi
ekstrak tepung daun sirih hutan 50 g/l air, d: (S3) Konsentrasi ekstrak tepung daun
sirih hutan 75 g/l air dan e: (S4) Konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan 100 g/
l air.
Persentase penghambatan konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan (%) terhadap
pertumbuhan jamur C. capsici pada medium PDA
Pemberian beberapa konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan berpengaruh nyata terhadap
rerata persentase penghambatan koloni jamur C. capsici. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5%
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase penghambatan koloni jamur C. capsici setelah pemberian beberapa konsentrasi
ekstrak tepung daun sirih hutan
Uji konsentrasi ekstrak tepung daun sirih tepung daun sirih hutan yang diberikan,
hutan 0 g/l air tidak terjadi penghambatan persentase penghambatan terhadap pertumbuhan
terhadap pertumbuhan koloni jamur C. capsici koloni jamur C. capsici juga semakin
(Table 2). Hal ini disebabkan karena pada besar. Hal ini dapat pula dihubungkan dengan
perlakuan konsentrasi ekstrak tepung daun sirih pertumbuhan diameter koloni jamur C. capsici
hutan 0 g/l air tidak terdapat kandungan senyawa (Tabel 1), dimana semakin besar konsentrasi
antifungal, sehingga tidak ada yang berperan ekstrak tepung daun sirih hutan yang diberikan
sebagai penghambat pertumbuhan koloni jamur maka rerata pertumbuhan diameter koloni jamur
C. capsici. Perlakuan ekstrak tepung daun sirih C. capsici semakin kecil. Semakin kecilnya
hutan 25 g/l air, rerata persentase penghambatan diameter koloni jamur C. capsici menunjukkan
koloni jamur C. capsici adalah sebesar 5,00% bahwa telah terjadi penghambatan yang semakin
dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan 50 g/ besar terhadap pertumbuhan jamur C. capsici.
l air dengan rerata persentase penghambatan Selain itu, juga karena kandungan senyawa
koloni jamur C. capsici sebesar 5,28%. antifungal yang semakin tinggi seiring peningkatan
Peningkatan konsentrasi ekstrak tepung daun sirih konsentrasi, akan memberikan penghambatan
hutan menjadi 75 g/l air menghasilkan rerata yang semakin besar. Hal ini sesuai dengan
persentase penghambatan koloni jamur C. penelitian Elfina et al. yang menyatakan bahwa
capsici semakin besar yaitu 15,42% dan berbeda peningkatan konsentrasi tepung daun sirih hutan
nyata dengan perlakuan 25 g/l air dan 50 g/l air. untuk seed coating (pelapisan benih) untuk
Perlakuan dengan pemberian konsentrasi ekstrak mengendalikan C. capsici terbawa benih cabai
tepung daun sirih hutan yang lebih tinggi (100 g/ memperlihatkan adanya peningkatan daya
l air), penghambatan terhadap koloni jamur C. hambat terhadap pertumbuhan koloni jamur.
capsici tidak memperlihatkan perbedaan yang Semakin besar konsentrasi ekstrak
nyata dengan perlakuan 75 g/l air tetapi tepung daun sirih hutan yang diberikan maka
mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi kandungan senyawa fenol semakin banyak
dengan rerata persentase penghambatan koloni terdapat dalam medium PDA dan reaksi yang
jamur C. capsici sebesar 16,53%. ditimbulkan akan semakin kuat sehingga
Data tersebut di atas juga menunjukkan menyebabkan pertumbuhan jamur menjadi
bahwa dengan peningkatan konsentrasi ekstrak lambat. Lambatnya pertumbuhan jamur ini
disebabkan oleh sifat fungistatik dari senyawa Saat munculnya gejala awal penyakit
antifungal yang terkandung di dalam daun sirih antraknosa (hari) pada buah cabai merah
hutan. Hal ini sesuai dengan Andarwulan dan Pemberian beberapa konsentrasi ekstrak
Nuri (2000) juga menyatakan bahwa semakin tepung daun sirih hutan berpengaruh nyata
banyak kandungan senyawa fenol maka aktivitas terhadap rerata saat munculnya gejala awal
antioksidan akan semakin meningkat. penyakit atraknosa pada buah cabai merah. Hasil
uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Saat munculnya gejala awal penyakit antraknosa pada buah cabai merah setelah pemberian
beberapa konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan
Konsentrasi
Rerata saat munculnya gejala awal (hari)
ekstrak tepung daun sirih hutan
0 g/l air 2,95 c
25 g/l air 3,33 b
50 g/l air 3,48 b
75 g/l air 3,68 b
100 g/l air 4,25 a
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT pada
taraf 5%, KK: 7,02% .
Saat munculnya gejala awal penyakit air, 50 g/l air dan 75 g/l air. Lebih lamanya saat
pada perlakuan tanpa pemberian konsentrasi muncul gejala awal penyakit pada konsentrasi
ekstrak tepung daun sirih hutan (0 g/l air) berbeda 100 g/l air diduga karena kandungan senyawa
nyata dengan pemberian konsentrasi ekstrak antifungal daun sirih hutan lebih banyak sehingga
tepung daun sirih hutan lainnya (Tabel 3). lebih mampu untuk menghambat infeksi awal dari
Perlakuan tanpa pemberian konsentrasi ekstrak jamur C. capsici. Pernyataan ini sejalan dengan
tepung daun sirih hutan menunjukkan rerata saat Suryana (2004) yang melaporkan bahwa dengan
munculya gejala awal penyakit antraknosa pada meningkatnya konsentrasi ekstrak daun sirih
buah cabai merah dengan waktu yang lebih cepat yang diberikan maka persentase penghambatan
yakni 2,95 hari. Hal ini dikarenakan pada tanpa terhadap pertumbuhan Rhizoctonia solani
pemberian konsentrasi ekstrak tepung daun sirih semakin besar.
hutan (0 g/l air) tidak adanya kandungan senyawa Cara kerja senyawa antifungal daun sirih
antifungal yang dapat menghambat tumbuh dan hutan adalah secara sistemik. Orjala et al. (1993)
berkembangnya jamur C. capsici sehingga tidak Piper aduncum mengandung minyak atsiri 0,1%,
ada yang berperan dalam memperlambat monoterpen, dehidrikalkon, dan 5,7,3,4
munculnya gejala awal pada buah cabai merah. tetrahidroksiflavon, derivate asam benzoate,
Perlakuan ekstrak tepung daun sirih hutan 25 g/ asam karboksilat dan asam phenolat yang dapat
l air menunjukkan rerata saat munculnya gejala aktif terhadap mikroba seperti jamur dan bakteri.
awal 3,33 hari dan berbeda tidak nyata dengan Koul et al. (2008) juga menyatakan bahwa
perlakuan 50 g/l air dan 75 g/l air yakni 3,48 hari senyawa-senyawa aktif tersebut mampu
dan 3,68 hari. menekan pertumbuhan jamur patogen dengan
Peningkatan konsentrasi ekstrak tepung cara mengganggu dinding sel yaitu dengan
daun sirih hutan menjadi 100 g/l air menghambat permeabilitas dinding sel sehingga
memperlihatkan saat munculnya gejala awal komponen penting seperti protein keluar dari sel
penyakit yang semakin lama dengan rerata 4,25 dan sel berangsur-angsur mati. Penghambatan
hari dan berbeda nyata dengan perlakuan 25 g/l yang terjadi menyebabkan kemunculan gejala
awal penyakit semakin lama seiring dengan Intensitas serangan jamur C. capsici (%)
peningkatan konsentrasi. Foeh (2000) pada buah cabai merah
melaporkan bahwa ekstrak daun sirih mampu Pemberian beberapa konsentrasi ekstrak
menghambat perkecambahan spora Alternaria tepung daun sirih hutan berpengaruh nyata
porri. terhadap intensitas serangan jamur C. capsici
pada buah cabai merah. Hasil uji lanjut DNMRT
pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Intensitas serangan C. capsici pada buah cabai merah setelah pemberian beberapa
konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan
Konsentrasi Rerata intensitas serangan
ekstrak tepung daun sirih hutan (%)
0 g/l air 21,00 d
25 g/l air 18,00 cd
50 g/l air 15,50 bc
75 g/l air 14,50 b
10,00 a
100 g/l air
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT pada
taraf 5% KK: 1,00% setelah data ditransformasi y
Intensitas serangan penyakit pada buah namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan 50
cabai merah dengan tanpa pemberian konsentrasi g/l air yakni 15,50%. Hal ini diduga pada
ekstrak tepung daun sirih hutan (0 g/l air) berbeda konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan 25
nyata dengan pemberian konsentrasi ekstrak g/l air dan 50 g/l air kandungan senyawa
tepung daun sirih hutan 50 g/l air, 75 g/l air dan antimikrobanya tidak berbeda jauh sehingga
100 g/l air namun berbeda tidak nyata dengan kemampuan dalam menekan pertumbuhan spora
pemberian konsentrasi 25 g/l air (Tabel 4). jamur juga berbeda tidak nyata. Peningkatan
Pemberian konsentrasi ekstrak tepung daun sirih konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan
hutan 25 g/l air dengan rerata intensitas serangan menjadi 75 g/l air berbeda tidak nyata dengan
sebesar 18% berbeda nyata dengan perlakuan perlakuan 50 g/l air namun berbeda nyata dengan
75 g/l air dan 100 g/l air yaitu 14,5% dan 10%, perlakuan 100 g/l air (Gambar 2).
(S3) (S4)
Gambar 2. Intensitas serangan penyakit antraknosa pada buah cabai merah. (S0) Konsentrasi ekstrak tepung
daun sirih hutan 0 g/l air, (S1) Konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan 25 g/l air, (S2) Konsentrasi
ekstrak tepung daun sirih hutan 50 g/l air, (S3) Konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan 75 g/l air
dan (S4) Konsentrasi ekstrak tepung daun sirih hutan 100 g/l air.
Perlakuan konsentrasi 100 g/l air memperlihatkan tersebut. Eugenol dapat menyebabkan lisis pada
rerata intensitas serangan jamur C. capsici yang miselium jamur (Curl dan Johnson, 1972).
lebih rendah yakni 10%. Hal ini diduga karena
kandungan senyawa antifungal yang lebih tinggi Keefektifan dan aras kemampuan fungisida
sehingga dapat lebih menekan pertumbuhan spora Keefektifan dan aras kemampuan
jamur C. capsici bahkan dapat mematikan sel fungisida ekstrak tepung daun sirih hutan
jamur, terkait dengan sifat fungisidal dari mengendalikan penyakit antraknosa pada buah
kandungan senyawa antifungal daun sirih hutan cabai merah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Keefektifan dan aras kemampuan ekstrak tepung daun sirih hutan untuk mengendalikan
penyakit antraknosa pada buah cabai merah
ekstrak tepung daun sirih hutan terhadap Nazmul, M.H., M. Salmah, Syahid dan
tanaman cabai merah. Mahmood. 2011. In vitro screening of
antifungal activity of plants in Malaysia.
DAFTAR PUSTAKA Journal Biomedical Research, volume 22
Andarwulan dan Nuri. 2000. Phenolic synthesis (1): 28-30.
in selected root cultures and seeds. Food Nurhayati, I., A. Syulasmi dan Y. Hamdiyati.
Science Study Program. Post Graduated 2007. Aktivitas antifungi ekstrak kunyit
Program. Bogor Agricultural University, (Curcuma domestica Val) terhadap
Bogor. 70 hal. pertumbuhan jamur Alternaria porri Ellis
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. Indonesia secara in vitro. Di dalam Seminar Jurusan
Dalam Angka 2012. http:// Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
indonesia.bps.go.id/pub/brs/2013/08/ Orjala, J,. A. D. Wright., C.A.J. Erdelmeir, O.
hortikultura. (13 Juni 2014). Sticher dan T. Rali.1993. New
Badan Pusat Statistik Riau. 2013. Riau Dalam Monoterpen Subtitued Dihydrochalcones
Angka 2012. Pekanbaru. From Piper aduncum. Helvetica chicmica
Balai Penelitian Hortikultura Lembang. 1993. acta. 76: 1481-1486.
Materi Latihan PHT Tanaman Sayuran Pamekas, T. 2007. Potensi ekstrak cangkang
untuk Staf PT Sarana Agro Pratama: kepiting untuk mengendalikan penyakit
Kerja sama Balai Penelitian Hortikultura pasca panen antraknosa pada buah cabai
Lembang dengan PT Sarana Agro merah. Jurnal Akta Agrosia, volume 10
Pratama. (1) : 72-75.
Curl, E. A. dan I. F. Johnson. 1972. Methods for Sugama, I.W. dan A. Rochjadi. 1989.
Research on The Ecology of Soil Borne Kemempanan beberapa fungisida
Plant Pathogens. Burges Publishing menekan serangan jamur Hemileia
Company, Minnesota. vastatrix Berk & Br. pada tanaman kopi
Dadang dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati: arabica. Prosiding Kongres Nasional X
Prinsip, Pemanfaatan dan Pengembangan. dan Seminar PFI, Bali. Hlm. 415-416.
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Sumetriani, M. 2010. Efektivitas ekstrak bawang
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. putih (Allium sativum Linn.) untuk
Elfina, Y.S,. M. Ali. dan Y. Venita. 2014. menghambat pertumbuhan jamur
Penggunaan Formulasi Biofungisida Dan Lagenidium sp. penyebab penyakit pada
Pestisida Nabati Menggunakan Bahan abalone (Haliotis asinina). Skripsi
Lokal Untuk Menngendalikan Penyakit Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan
Tanaman.Laporan Penelitian Lembaga Alam. Universitas Udayana. Bali. (tidak
Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. dipublikasi).
Foeh, R. H. 2000. Pengujian efek fungisidal Suryana, I. 2004. Pengujian aktivitas ekstrak
beberapa ekstrak tanaman terhadap daun sirih (Piper betle Linn.) terhadap
Alternaria porri (Ell) secara in vitro. Rhizoctonia sp. secara in vitro. Skripsi
Skripsi Fakultas Pertanian Institut Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Pertanian Bogor. (tidak dipublikasi). Bogor. Bogor. (tidak dipublikasi).
Irasakti, L. dan Sukatsa. 1987. Uji kemempanan
beberapa fungisida terhadap penyakit
bercak coklat pada tanaman padi. Gatra
Penelitian Penyakit Tumbuhan dalam
Pengendalian Secara Terpadu, PFI,
Surabaya, 24-26 Nopember. Hal. 55-70.