Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis, September 2019, Hal 41-50 VOL. 2 N0.

2 2019
ISSN : 2654-2501

UJI DAYA HAMBAT BAKTERI Staphylococcus aureus MENGGUNAKAN


EKSTRAK DAUN TAHONGAI (Kleinhovia hospita L.)

Bacterial Inhibitory Test of Staphylococcus aureus Using Leaf Extract of


Tahongai (Kleinhovia hospita L.)

Tiara Magvirah*1), Marwati2), Fikri Ardhani1)


Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian1), Jurusan Teknologi Hasil Pertanian2)
Universitas Mulawarman, Samarinda, 75123
e-mail : tiaramagvirah@gmail.com
Diterima Mei 2019; diterima pasca revisi Agustus 2019
Layak diterbitkan September 2019

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya hambat bakteri Staphylococcus


aureus oleh ekstrak tanaman daun tahongai (Kleinhovia hospita L. Rancangan Acak
Lengkap digunakan pada penelitian ini dengan ulangan sebanyak lima kali. Perlakuan
dalam penelitian adalah p0 Aquades (kontrol negatif), p1 konsentrasi 1 g/L, p2
konsentrasi 3 g/L, p3 konsentrasi 10 g/L, p4 konsentrasi 30 g/L, p5 konsentrasi 100 g/L
dan antibiotik Kloramfenikol 10 g/L (kontrol positif). Data dianalisis menggunakan
sAnova dan dilanjutkan dengan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) taraf 5%. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pada konsentrasi ekstrak daun tahongai
(Kleinhovia hospita L.) memberikan pengaruh nyata (P < 0,05) terhadap daya hambat
bakteri Staphylococcus aureus pada p3 konsentrasi 10 g/L, p4 konsentrasi 30 g/L, p5
konsentrasi 100 g/L dan p6 antibiotik Kloramfenikol 10 g/L tetapi berbeda tidak nyata
terhadap p0 Aquades (kontrol negatif), p1 konsentrasi 1 g/L dan p2 konsentrasi 3 g/L.
Ekstrak pada tanaman daun tahongai (Kleinhovia hospita L.) dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada taraf dosis yang optimal dengan
konsentrasi p5 100 g/L diameter zona hambat yang diperoleh adalah 13,048±3,860 mm
akan tetapi tidak efektif jika dibandingkan antibiotik Kloramfenikol 10 g/L dengan
diameter zona hambat 22,199± 2,251 mm.

Kata kunci : Staphylococcus aureus, tahongai (Kleinhovia hospita L.), zona hambat

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the inhibition of Staphylococcus aureus by


using leaf extract of tahongai (Kleinhovia hospita L. This research used a complete
randomized design with five replications. The treatments were p0 aquades (negative
control), p1 concentration 1 g/L, p2 concentration 3 g/L, p3 concentration 10 g/L, p4
concentration 30 g/L, p5 concentration 100 g/L and antibiotic chloramfenikol 10 g/L
(positive control). The data were analyzed using variance/Anova and followed by the
smallest real difference test of BNT level of 5%. The experiment showed that the
treatment of leaf extract of tahongai (Kleinhovia hospita L.) gave significant effect (p <
0,05) on Staphylococcus aureus bacterial inhibition on p3 10 g/L, p4 30 g/L, p5 100 g/L
and p6 antibiotic chloramfenicol but not significantly different with p0 aquades (negative
control), p1 1 g/L and p2 3 g/L. Extracts on leaf plant tahongai can inhibit the growth of
Staphylococcus aureus bacteria at the optimal dose level with p5 100 g/L concentration
of the drag zone obtained 13,048±3,860 mm but not effective when compared to
antibiotic inhibitor zone antibiotic chloramfenikol 10 g/L (positive control) with area of
inhibition zone 22,199±2,251 mm
Keywords: Staphylococcus aureus, tahongai (Kleinhovia hospita L.), inhibitory zone

41
Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis, September 2019, Hal 41-50 VOL. 2 N0. 2 2019
ISSN : 2654-2501

Pendahuluan merupakan tanaman herbal yang memiliki


senyawa antioksidan yang didalamnya
Bakteri merupakan mikroorganisme terkandungan flavonoid, alkaloid, steroid
yang tidak dapat dilihat secara kasat mata dan saponin (Yuliana et al., 2013).
oleh manusia. Bakteri terbagi menjadi dua Tanaman daun tahongai dipilih pada
jenis yaitu bakteri Gram positif dan bakteri penelitian ini karena saat dilakukan
Gram negatif. Salah satu bakteri yang pembuatan ekstrak yang memiliki bahan
tergolong dalam Gram positif yaitu bakteri aktif paling banyak terdapat didaun
Staphylococcus aureus. Bakteri dibandingkan bunga dan batang. Menurut
Staphylococcus aureus merupakan Yuliana et al. (2013) kandungan kimia
bakteri yang bersifat patogen atau dapat yang dimiliki dalam daun tahongai
merugikan manusia maupun hewan (Kleinhovia hospita L.) adalah saponin,
mamalia karena dapat menyebabkan antrakinon, bufadienol dan cardenolin.
infeksi seperti jerawat, bisul, impetigo dan Penelitian bertujuan untuk mengetahui
infeksi luka sedangkan infeksi yang lebih daya hambat bakteri Staphylococcus
berat di antaranya pneumonia, meningitis, aureus dengan menggunakan ekstrak
steomyelitis, endokaditis, infeksi saluran tanaman daun tahongai (Kleinhovia
kemih, dan mastitis (Sahputra, 2014). hospita L.) dengan konsentrasi yang
Menurut Retnowati et al. (2009) upaya berbeda untuk mendapatkan dosis yang
masyarakat dalam pengendalian aktivitas optimal dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada umumnya bakteri sebagai alternatif penganti
menggunakan senyawa antimikroba atau antibiotik.
antibakteri dan antiseptik yang berasal
dari bahan-bahan kimia sintetik yang Materi dan Metode
justru dapat menimbulkan dampak yang
negatif pada kesehatan. Cara Bahan dan Alat
pengendalian bakteri Staphylococcus Penelitian ini merupakan penelitian
aureus dapat menggunakan tanaman eksperimen laboratorium bahan dan alat
yang mempunyai kandungan kimia alami yang digunakan yaitu: biakan murni
antimikrobia sehingga diharapkan dapat bakteri Staphylococcus aureus di peroleh
menekan pertumbuhan bakteri (Karlina et dari Laboratorium Mikrobiologi Hasil
al., 2013). Cara untuk menghambat Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
pertumbuhan bakteri salah satunya Mulawarman ekstrak tanaman daun
dengan menggunakan tanaman herbal tahongai (Kleinhovia hospita L.), Nutrien
yang memiliki kandungan antibakteri Agar (NA), pelarut etanol 96%, alkohol
sebagai bahan obat atau terapi untuk 95% antibiotik Kloramfenikol dan aquades.
mengantikan antinbiotik pada pengobatan Alat yang digunakan dalam
infeksi yang disebabkan oleh bakteri penelitian ini meliputi: Timbangan analitik,
Staphylococcus aureus. Tanaman herbal blender, rotary vaccum evaporator,
aman jika digunakan untuk pengobatan waterbath, shaker, oven, toples kaca,
pada manusia maupun ternak. Salah satu corong bunhner, batang pengaduk, gelas
tanaman herbal yang bisa digunakan ukur, cawan petri, tabung reaksi, inkubasi,
sebagai alternatif pengganti antibiotik yaitu autoklaf, hot plate magnetic stirrer, vortex,
tahongai (Klienhovia hospita L.). hot plate, pinset, mikro pipet, jangka
Tahongai (Kleinhovia hospita L.) sorong, jarum ose, lampu spritus, kertas
adalah tanaman asal Kalimantan banyak Whatmen, kertas saring, almunium foil,
dijumpai di pinggiran sungai. Tanaman kain kasa, kapas lidi steril, kertas Koran,
tahongai (Kleinhovia hospita L.) banyak sarung tangan, masker, kertas label, alat
dijadikan sebagai obat tradisional oleh tulis dan kamera.
masyarakat untuk mengobati penyakit
seperti liver dan hati (hepatitis). Tanaman Rancangan Percobaan
paliasa atau di Kalimantan tanaman ini Rancangan percobaan yang
sering disebut tanaman tahongai digunakan adalah Rancangan Acak

42
Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis, September 2019, Hal 41-50 VOL. 2 N0. 2 2019
ISSN : 2654-2501

Lengkap (RAL) dengan tujuh perlakuan dikeringkan selama ± 7 hari dengan suhu
dan lima kali ulangan. Perlakuan dalam ruang. Berat segar daun tahongai yang
penelitian ini adalah lima jenis konsentrasi digunakan sebanyak 5 kg. Pembuatan
ekstrak daun tahongai (Kleinhovia hospita ekstraksi tanaman daun tahongai
L.), menggunakan antibiotik sebagai (Kleinhovia hospita L.) menggunakan cara
kontrol positif dan aquades sebagai maserasi. Sampel tanaman daun tahongai
kontrol negatif: (Kleinhovia hospita L.) dikeringkan dengan
p0 :Aquades (Kontrol Positif) suhu ruang kemudian dilakukan
p1 :Larutan ekstrak daun tahongai pengovenan terlebih dahulu dengan
konsentrasi 1 g/L menggunakan suhu 40 0C selama 60
p2 :Larutan ekstrak daun tahongai menit untuk untuk memastikan daun
konsentrasi 3 g/L benar-benar kering di Laboratorium Kimia
p3 :Larutan ekstrak daun tahongai Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
konsentrasi 10 g/L Universitas Mulawarman. Daun tahongai
p4 :Larutan ekstrak daun tahongai (Kleinhovia hospita L.) yang telah dioven
konsentrasi 30 g/L menghasilkan 1,175 kg sampel.
p5 :Larutan ekstrak daun tahongai Pengekstrakan daun tanaman
konsentrasi 100 g/L tahongai (Kleinhovia hospita L.) yang telah
p6 :Antibiotik Kloramfenikol (Kontrol kering ditimbang kemudian diblender,
Negatif) konsentrasi 10 g/L serbuk daun tahongai (Kleinhovia hospita
L.) yang digunakan sebanyak 585,92 g
Prosedur Penelitian diekstraksi dengan cara maserasi didalam
Persiapan alat dan bahan. toples kaca menggunakan etanol 96%
Persiapan alat dan bahan yang digunakan sebanyak 3000 mL selama 24 jam
untuk pengambilan sampel daun tahongai ditempat yang terlindung dari cahaya,
yaitu pisau, kantong plastik, kertas koran selama proses maserasi dilakukan
dan tali rapia. Alat dan bahan yang akan pengadukan secara terus-menerus
digunakan untuk pembuatan ekstrak dengan tujuan agar serbuk daun tahongai
tanaman daun tahongai (Kleinhovia (Kleinhovia hospita L.) dapat terendam
hospita L.) yaitu rotary vaccum evaporator, secara merata menggunakan mesin
waterbath, oven, corong bunhner, mesin shaker. Setelah 24 jam filtrat dan serbuk
shaker, toples kaca, timbangan analitik, dipisahkan menggunakan kertas saring
blander, etanol 96%, gelas ukur, kertas dengan bantuan corong Buchner yang
saring, batang pengaduk, almunium foil, terhubung dengan tabung rotary vaccum
botol sampel dan kertas label. evaporator. Filtrat hasil maserasi
Alat yang digunakan pada pengujian kemudian dipekatkan dengan rotary
daya hambat bakteri yaitu oven, autoklaf, vaccum evaporator selama 1-2 jam hingga
inkubasi, hot plate magnetik stirrer, hot tidak ada penyaringan yang menetes pada
plate, vortex, timbangan analitik, batang alat. Filtrat yang pekat dikumpulkan pada
pengaduk, gelas ukur, cawan petri, tabung botol sampel untuk diuapkan kembali
reaksi, rak tabung, pinset, penggaris, dioven dengan suhu 40ºC sampai pelarut
jarum ose, kapas lidi steril, lampu spritus, sampel ekstrak daun tahongai (Kleinhovia
kertas Whatmen, almunium foil, kain kasa, hospita L.) menguap untuk mendapatkan
kapas, sarung tangan dan masker. Bahan ekstrak kental dan menghasilkan ekstrak
yang digunakan Nutrien Agar (NA), tanaman daun tahongai (Kleinhovia
ekstrak tanaman daun tahongai hospita L.) sebanyak 30 g.
(Kleinhovia hospita L.), alkohol 95 % Sterilisasi alat. Alat-alat yang akan
antibiotik dan aquades steril. digunakan untuk menguji daya hambat
Pembuatan Ekstraksi Tanaman bakteri menggunakan ekstrak tahongai
Daun Tahongai (Kleinhovia hospita L.) sebelumnya disterilisasi terlebih dahulu
Tanaman daun tahongai (Kleinhovia agar terhidar dari kontaminasi oleh bakteri
hospita L.) yang telah diperoleh kemudian lain. Cawan petri dan kertas cakram
daun dibersihkan terlebih dahulu lalu disterilisasi kering dalam oven dengan

43
Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis, September 2019, Hal 41-50 VOL. 2 N0. 2 2019
ISSN : 2654-2501

suhu 170 ºC selama 120 menit. Media masing perlakuan diberi tanda selanjutnya
agar, kapas lidi, tabung reaksi berisi diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37
aquades 10 mL, pinset dan sterilisasi °C. Zona hambat atau zona bening yang
basah menggunakan autoklaf dengan terbentuk dari masing-masing media yang
suhu 121ºC tekanan 1 atm selama 15 menggunakan kertas cakram diukur
menit. menggunakan jangka sorong dengan
Pembuatan Media. Nutrien Agar satuan mm.
(NA) digunakan sebagai media, dilarutkan Pengamatan dan Pengukuran.
dengan menggunakan akuades steril Pengamatan pada media dilakukan
dengan konsentrasi 20 g/L pada pengujian setelah 24 jam pada masa inkubasi.
ini menggunakan media NA sebanyak 4 g Diameter zona hambat atau zona bening
200 mL-1 selanjutnya disterilkan dalam yang disekitar kertas cakram merupakan
autoklaf pada suhu 121ºC tekanan 1 atm petunjuk kepekaan bakteri terhadap
selama 15 menit. Media NA sebanyak 5 bahan antibakteri yang digunakan sebagai
mL yang telah disterilkan dimasukkan ke bahan uji dan dinyatakan dengan diameter
dalam tabung reaksi yang akan digunakan zona hambat. Zona hambat yang
sebagai media agar miring untuk terbentuk di sekitar cakram diukur dengan
peremajaan kultur Staphylococcus aureus diameter vertikal dan diameter horizontal
dan sebanyak 10 mL ke dalam cawan petri dengan satuan mm menggunakan jangka
untuk pengujian daya hambat bakteri sorong (Toy el al., 2015).
Staphylococcus aureus menggunakan
ekstrak tanaman daun tahongai
(Kleinhovia hospita L.) (Nurdin, 2015).
Uji Daya Hambat Bakteri
Staphylococcus aureus. Uji daya
hambat menggunakan difusi agar dengan
metode Kirby Bauer menggunakan kertas
cakram. Penelitian ini menggunakan 5
jenis konsentrasi yaitu 1 g/L, 3 g/L, 10
g/L, 30 g/L, 100 g/L, antibiotik
Kloramfenikol 10 g/L sebagai kontrol
positif dan aquades steril sebagai kontrol
negatif.
Uji daya hambat ekstrak tanaman
daun tahongai (Kleinhovia hospita L.) Gambar 1. Pengukuran diameter zona
terhadap bakteri Staphylococcus aureus hambat Stahylococcus aureus
dilakukan sebagai berikut: pada biakan
murni Staphylococcus aureus yang telah Diameter zona hambat diukur dengan
diremajakan kemudian diambil lalu dikultur (Dv −Dc)+(𝐷𝐻 −𝐷𝐶 )
rumus :
di aquades steril kemudian dihomogenkan 2
Keterangan:
dimesin vortex. Media Nutrien Agar (NA)
pada cawan petri dioleskan biakan bakteri Zona hambat
Staphylococcus aureus di permukaan DV : Diameter vertikal
media agar yang telah mengeras dengan DH : Diameter horisontal
menggunakan kapas lidi steril. Media yang DC : Diameter cakram
telah dioles bakteri Staphylococcus
aureus diletakan kertas cakram Analisis Data
berdiameter 6 mm yang telah direndam Data yang di peroleh selanjutnya
dalam larutan ekstrak tanaman daun dianalisis menggunakan sidik
tahongai dengan konsentrasi 1 g/L, 3 g/L, ragam/Anova, apabila terjadi perbedaan
10 g/L, 30 g/L, 100 g/L, antibiotik 10 g/L yang nyata maka dilanjutkan dengan uji
sebagai kontrol positif, aquades steril lanjut beda nyata terkecil (BNT) taraf 5%.
sebagai kontrol negatif dan masing-

44
Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis, September 2019, Hal 41-50 VOL. 2 N0. 2 2019
ISSN : 2654-2501

Hasil dan Pembahasan e f g

Ekstraksi Tanaman Daun Tahongai


(Kleinhovia hospita L.)
Pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Etanol 96%. Pelarut Gambar 2. Uji daya hambat
etanol memiliki sifat yang mudah menguap Staphylococcus aureus
sehingga saat pada proses pengekstrakan
dengan alat rotary vaccum evaporator Keterangan:
ekstrak tanaman daun tahongai a : Aquades (Kontrol -)
(Kleinhovia hospita L.) dan larutan etanol b : 1 g/L
akan dipisahkan untuk memastikan c : 3 g/L
pelarut benar-benar hilang dan d : 10 g/L
mendapatkan ekstrak kental dilakukan e : 30 g/L
pengoven dengan suhu 40ºC. Pelarut f : 100 g/L
Etanol 96% berfungsi untuk menarik zat- g : Antibiotik 10 g/L (Kontrol +)
zat aktif pada tanaman daun tahongai
(Kleinhovia hospita L.) yang bersifat non Diameter Cakram
polar sehingga Etanol 96% digunakan Pemberian ekstrak tanaman daun
karena tidak berbahaya dan bersifat tidak tahongai (Kleinhovia hospita L.) dengan
beracun. dosis berbeda pada uji daya hambat
bakteri Staphylococcus aureus
Uji Daya Hambat Menggunakan Difusi berdasarkan analisis Anova (Analisys of
Cakram Variance) menunjukkan hasil berpengaruh
Metode yang digunakan dalam nyata (P < 0,05) terhadap daya hambat
penelitian ini adalah difusi cakram cara bakteri Staphylococcus aureus. Data rata-
Kirby Bauer yaitu untuk dapat melihat rata hasil pengamatan tersebut disajikan
aktivitas antibakteri pada ekstrak tanaman pada Tabel 1. Berdasarkan hasil uji BNT
daun tahongai (Kleinhovia hospita L.) pada taraf 5% diketahui bahwa perlakuan
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. p0 (Kontrol negatif) berbeda tidak nyata
Aktivitas antibakteri dapat dilihat dengan terhadap p1 dan p2 tetapi berbeda nyata
ada atau tidaknya zona hambat di sekitar terhadap perlakuan p3 konsentrasi 10 g/L,
cakram pada p1 konsentrasi 1 g/L, p2 p4 konsentrasi 30 g/L, p5 konsentrasi 100
konsentrasi 3 g/L, p3 konsentrasi 10 g/L, g/L, dan p6 antibiotik (kontrol positif).
p4 konsentrasi 30 g/L dan p5 konsentrasi Perlakuan p3 konsentrasi 10 g/L berbeda
100 g/L pada koloni bakteri dengan tidak nyata terhadap p4 konsentrasi 30 g/L
membandingkan diameter zona hambat tetapi berbeda nyata terhadap p5
yang dihasilkan pada p6 antibiotik 10 g/L konsentrasi 100 g/L, p0 (kontrol positif), p1
sebagai kontrol positif sedangkan konsentrasi 1 g/L, p2 konsentrasi 3 g/L dan
aquades steril sebagai kontrol negatif p6 antibiotik (kontrol positif) konsentrasi 10
digunakan untuk memastikan bahwa g/L. Perlakuan p5 konsentasi 100 g/L
pelarut tidak berpengaruh terhadap berbeda nyata terhadap p0 (Kontrol
diameter zona hambat yang dihasilkan negatif), p1 konsentrasi 1 g/L,p2
pada ekstrak tanaman daun tahongai konsentrasi 3 g/L, p3 konsentrasi 10 g/L,
(Kleinhovia hospita L.) p4 konsentrasi 30 g/L dan p6 antibiotik
(kontrol negatif) konsentrasi 10 g/L.
a b c d Perlakuan p6 antibiotik (kontrol positif)
konsentrasi 10 g/L berbeda nyata
terhadap p0 (kontrol Negatif), p1
konsentrasi 1 g/L, p2 konsentrasi 3 g/L, p3
konsentrasi 10 g/L, p4 konsentrasi 30 g/L
dan p5 konsentrasi 100 g/L.

45
Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis, September 2019, Hal 41-50 VOL. 2 N0. 2 2019
ISSN : 2654-2501

Tabel 1. Rata-rata diameter cakram bakteri Staphylococcus aureus


Konsentrasi Diameter cakram (mm)
p0 Aquades (Kontrol -) 0,000 ± 0,000 a
p1 (1 g/L) 0,000 ± 0,000 a
p2 (3 g/L) 0,000 ± 0,000 a
p3(10 g/L) 6,420 ± 1,390 b
p4(30 g/L) 7,944 ± 3,070 b
p5(100 g/L) 13,048 ± 3,860 c
p6 Antibiotik (Kontrol +) 22,199 ± 2,251 d
Keterangan: p0 = aquades (kontrol -), p1 = larutan ekstrak tanaman daun tahongai konsentrasi 1 g/L, p2 = larutan ekstrak
tanaman daun tahongai konsentrasi 3 g/L, p3 = larutan ekstrak tanaman tahongai konsentrasi 10 g/L, p4 = larutan ekstrak
tanaman daun tahongai konsentrasi 30 g/L, p5 = larutan ekstrak tanaman daun tahongai konsentrasi 100 g/L, p6 =
Antibiotik Kloramfenikol konsentrasi 10 g/L (kontrol +)
*Angka rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji
BNT 5%

25

20

15

10

0
p0 p1 p2 p3 p4 p5 p6

Keterangan: p0 = kontrol negatif, p1 = ekstrak tanaman daun tahongai konsentrasi 1 g/L, p2 = ekstrak tanaman daun
tahongai konsentrasi 3 g/L, p3 = ekstrak tanaman daun tahongai konsentasi 10 g/L, p4 = ekstrak tanaman daun tahongai
konsentrasi 30 g/L, p5 = ekstrak tanaman daun tahongai konsentrasi 100 g/L, p6 = antibiotik Kloramfenikol konsentrasi
10 g L

Gambar 3. Grafik perbandingan diameter cakram ekstrak daun tahongai dengan antibiotik

Grafik Diameter Cakram pada diperoleh sedangkan p6 antibiotik sebagai


Penelitian kontrol positif memperoleh diameter zona
Perbandingan dosis antibiotik hambat 22,20 mm.
dengan dosis ekstrak tanaman daun Daya hambat ekstrak tanaman daun
tahongai (Kleinhovia hospita L.) terhadap tahongai (Kleinhovia hospita L.) pada p5
daya hambat bakteri Staphylococcus konsentrasi 100 g/L lebih tinggi dari pada
aureus disajikan pada Gambar 3. Gambar p0 aquades (kontrol positif), p1
3 menunjukan bahwa diameter cakram konsentrasi 1 g/L, p2 konsentrasi 3 g/L, p3
ekstrak tanaman daun tahongai konsentrasi 10 g/L, p4 konsentrasi 30 g/L
(Kleinhovia hospita L.) yang tertinggi sedangkan p6 menggunakan antibiotik
diperoleh pada p5 dengan konsentrasi 100 konsentrasi 10 g/L (kontrol positif)
g/L diameter zona hambat yang diperoleh memiliki daya hambat yang lebih tinggi
yaitu 13,07 mm sedangkan pada p0 dari p0 aquades (kontrol positif), p1
kontrol positif dengan menggunakan konsentrasi 1 g/L, p2 konsentrasi 3 g/L, p3
aquades, p1 dengan konsentrasi 1 g/L dan konsentrasi 10 g/L, p4 konsentrasi 30 g/L,
p2 dengan konsentrasi 3 g/L tidak terdapat p5 konsentrasi 100 g/L.
diameter zona hambat yang

46
Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis, September 2019, Hal 41-50 VOL. 2 N0. 2 2019
ISSN : 2654-2501

Penelitian ini menggunakan metode senyawa aktif diantaranya flavonoid,


maserasi, metode ini digunakan karena alkaloid, steroid dan saponin. Senyawa
proses pengerjaannya yang mudah serta yang dapat menghambat pertumbuhan
peralatannya yang sederhana. Proses bakteri Staphylococcus aureus salah
pengekstrakan menggunakan metode satunya adalah flavonoid karena senyawa
maserasi ini bertujuan untuk menarik zat- ini memiliki antioksidan yang cukup kuat
zat aktif yang ada pada tanaman daun pada tamanan daun tahongai. Menurut
tahongai (Kleinhovia hospita L.) serta tidak Karlina et al. (2013) hal ini disebabkan
merusak senyawa-senyawa yang karena lapisan bakteri Gram positif yang
terkandung dalam sampel daun tahongai memiliki struktur peptidoglikan, sedikit lipid
(Kleinhovia hospita L.) dengan larutan dan asam teikoat. Asam teikoat
etanol 96%. Menurut Aziz et al. (2014) merupakan polimer yang dapat larut
pelarut etanol yang digunakan dalam dalam air dan bersifat polar. Senyawa
pengekstrak memberikan hasil yang baik flavonoid merupakan senyawa yang
dari pada pelarut heksana dan air. Pelarut bersifat polar sehingga lebih senyawa
etanol memiliki polaritas yang tinggi flavonoid dengan mudah menembus
sehingga dapat menghasilkan persen lapisan peptidoglikan yang bersifat polar
yield lebih banyak dibandingkan daripada lapisan lipid yang bersifat non
menggunakan pelarut lainnya. Etanol polar. Menurut Arung et al. (2009) ekstrak
memiliki titik didih yang rendah dan methanol pada daun paliasa atau di
cenderung aman serta tidak beracun dan Kalimantan sering disebut daun tahongai
tidak berbahaya. Pelarut etanol memiliki efek antioksidan yang kuat
mempunyai dua sisi yang terdiri dari gugus sebesar 96% dibandingkan dengan
-
OH yang bersifat polar dan gugus CH2CH3 vitamin C 98% melalui metode 1,1-
yang bersifat non polar, sifat non polar ini diphenyl-2-picrylhydrazyl.
yang membuat etanol mampu Flavonoid merupakan kelompok
mengekstrak kandungan minyak atsiri dan senyawa metabolit sekunder dan
alkaloid yang terdapat dalam daun salam termaksud dalam golongan senyawa
India secara optimal. fenolik yang banyak ditemukan pada
Berdasarkan hasil pengamatan uji jaringan tanaman yang besifat sebagai
daya hambat bakteri Staphylococcus antimikroba, antivirus dan antioksidan
aureus yang menggunakan ekstrak yang dapat berperan untuk mencegah
tanaman daun tahongai (Kleinhovia kerusakan sel serta komponen selularnya
hospita L.) pada pengujian ini menunjukan oleh radikal bebas reaktif. Flavonoid
bahwa terdapat beberapa diameter zona berperan pula sebagai antioksidan dengan
hambat yang dihasilkan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya
konsentrasi yang berbeda setelah melalui kemampuan dengan mengkelat
dilakukan inkubasi selama 24 jam dengan logam dalam bentuk glukosida
suhu 37ºC. Secara umum terdapat (mengandung rantai samping glukosa)
beberapa faktor yang dapat atau dalam bentuk bebas yang disebut
mempengaruhi daya hambat pada ekstrak aglikon (Redha, 2010).
tanaman daun tahongai pada bahan hasil Selain flavonoid diduga terdapat
alam terhadap pertumbuhan bakteri senyawa alkaloid pada ekstrak tanaman
Staphylococcus aureus, karena bahan daun tahongai (Kleinhovia hospita L.) yang
alam ini memiliki kandungan senyawa memiliki kemampuan sebagai antibakteri.
antibakteri yang dapat merusak dinding Sahputra (2014) menyatakan mekanisme
sel bakteri. Menurut Tuntun (2016) pada senyawa alkaloid yaitu dengan
mekanisme kerja pada zat aktif sebagai menganggu komponen penyusun
antibakteri yaitu meracuni protoplasma, peptidoglikan pada sel bakteri sehingga
merusak dan menembus dinding sel dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
bakteri, serta dapat mengendapkan terganggunya sintesis peptidoglikan yang
protein sel bakteri. Tanaman daun membuat pembentukan sel tidak
tahongai (Kleinhovia hospita L.) memiliki sempurna karena tidak terdapat

47
Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis, September 2019, Hal 41-50 VOL. 2 N0. 2 2019
ISSN : 2654-2501

kandungan peptidoglikan serta dinding sel 10 g/L, p4 konsentrasi 30 g/L dan p6


hanya meliputi membrane sel. antibiotik (kontrol positif) konsentrasi 10
Aktivitas antibakteri pada ekstrak g/L. Perlakuan p6 antibiotik (kontrol positif)
tanaman daun tahongai (Kleinhovia konsentrasi 10 g/L berbeda nyata
hospita L.) dengan konsentrasi yang terhadap perlakuan p0 aquades (kontrol
berbeda menunjukan terdapat zona negatif), p1 konsentrasi 1 g/L, p2
bening yang tumbuh disekitar kertas konsentrasi 3 g/L, p3 konsentrasi 10 g/L,
cakram. Semakin tinggi konsentrasi yang p4 konsentrasi 30 g/L dan p5 konsentrasi
digunakan dalam penelitian ini semakin 100 g/L.
tinggi pula zona bening yang terbentuk Hasil rata-rata daya hambat bakteri
disekitar kertas cakram yang telah Staphylococcus aureus dengan ekstrak
direndam dengan berbagai konsentrasi tanaman daun tahongai yang tertinggi
yang ditentukan. Hal tersebut disebabkan diperoleh pada perlakuan p5 dengan
karena semakin tinggi konsentrasi yang konsentrasi 100 g/L dengan diameter zona
digunakan semakin tinggi pula senyawa- bening 13,048 mm, pada p4 konsentrasi
senyawa bahan aktif yang terdapat pada 30 g/L diameter zona bening yang
konsentrasi ektrak daun tahongai yang dihasilkan dengan 7,944 mm dan p3
berbeda. Menurut Tuntun (2016) semakin konsentrasi 10 g/L merupakan diameter
tinggi konsentrasi ekstrak terhadap zona bening yang rendah dengan rata-rata
pertumbuhan Staphylococcus aureus 6,240 mm. Menurut penelitian terdahulu
maka semakin besar zona hambat yang yang dilakukan oleh Bell pada tahun 1984
terbentuk. Besarnya diameter zona suatu bahan dikatakan mempunyai
hambat yang terbentuk disebabkan oleh aktivitas antibakteri apabila diameter
kandungan zat antibakteri yang lebih hambatan yang terbentuk lebih besar atau
banyak pada konsentrasi yang lebih tinggi. sama dengan 6 mm.
Terbentuknya zona hambat pertumbuhan Pada p1 konsentrasi 1 g/L dan p2
bakteri menunjukkan bahwa ekstrak konsentrasi 3 g/L pada inkubasi ke-18 jam
memiliki senyawa aktif antibakteri. terdapat zona bening tetapi setelah 24 jam
Zona hambat ekstrak tanaman daun diamati tidak terdapat zona bening. Hal ini
tahongai yang dihasilkan dalam pengujian disebabkan karena kecepatan
ini dengan menggunakan konsentrasi pertumbuhan bakteri setiap menitnya akan
yang berbeda berdasarkan analisis sidik bertambah. Menurut Kaseng et al. (2016)
ragam (Anova) menunjukan hasil yang hal ini diduga karena konsentrasi flavanoid
segnifikan maka dilakukan uji lanjut yang terdapat pada ekstrak tidak cukup
dengan uji BNT taraf 5%. Berdasarkan untuk merusak membran sel bakteri
hasil uji zona hambat menunjukan bahwa sehingga bakteri masih bisa
perlakuan p0 (Aquades) sebagai kontrol memperbanyak selnya. Konsentrasi
negatif berbeda tidak nyata terhadap p1 ekstrak yang menunjukan zona hambat
konsentrasi 1 g/L dan p2 konsentrasi 3 g/L kecil bukan berarti sampel tersebut kurang
tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan aktif, akan tetapi kemungkinan tidak
p3 konsentrasi 10 g/L, p4 konsentrasi 30 terdeteksi pada konsentrasi sampel uji
g/L, p5 konsentrasi 100 g/L, dan p6 yang digunakan atau kadar hambat
antibiotik 10 g/L (kontrol positif). Perlakuan umunya belum tercapai (Toy et al., 2015).
p3 konsentrasi 10 g/L berbeda tidak nyata Hasil tersebut tidak sejalan dengan hasil
terhadap p4 konsentrasi 30 g/L tetapi pengamatan Tuntun (2016) yang
berbeda nyata terhadap perlakuan p0 sebelumnya telah melakukan penelitian
(Aquades) sebagai kontrol negatif, p5 daya hambat bakteri Staphylococcus
konsentrasi 100 g/L, p1 konsentrasi 1 g/L, aureus dengan menggunakan ekstrak
p2 konsentrasi 3 g/L dan p6 antibiotik 10 daun papaya memiliki senyawa aktif yang
g/L (kontrol positif). Perlakuan p5 sama dimiliki oleh daun tahongai
konsentasi 100 g/L berbeda nyata (Kleinhovia hospita L.) menyatakan bahwa
terhadap p0 (Aquades), p1 konsentrasi 1 zona hambat pertumbuhan bakteri
g/L, p2 konsentrasi 3 g/L, p3 konsentrasi Staphylococcus aureus sebesar 13 mm

48
Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis, September 2019, Hal 41-50 VOL. 2 N0. 2 2019
ISSN : 2654-2501

pada konsentrasi ekstrak daun pepaya Daftar Pustaka


1,5% dan 15 mm pada konsentrasi ekstrak
daun pepaya 3%. Kandungan yang Abdullatif, 2016. Daya Hambat Ekstrak
terdapat dalam daun pepaya yaitu Rimpang Kunyit (Curcuma
senyawa kimia yang bersifat antibakteri, domestica Val.) Terhadap
antiseptik, antiinflamasi dan antifungal. Pertumbuhan Staphylococcus
Senyawa antibakteri yang terdapat pada aureus dan Staphylococcus
daun pepaya diantaranya alkaloid, epidermidis Secara in Vitro. Skripsi.
flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid. Universitas Muh. Semarang.
Perbedaan ini dapat disebabkan karena Arung, E. T., Kusuma, I. W,
beberapa hal seperti perbedaan varietas Purwatiningsih, S., Roh, S. S., Yang,
daun dan metode ekstraksi yang C. H., Jeon, S., Kim, Y. U., Sukaton,
digunakan. Perlakuan p6 sebagai kontrol E., Susilo, J., Astuti. Y., Wicaksono,
positif menggunakan antibiotik dengan B. D., Sandra, F., Shimizu, K dan
konsentrasi 10 g/L menunjukan zona Kondo R. 2009. Antioxidant Activity
bening pada uji daya hambat and Cytotoxicity of the Traditional
Staphylococcus aureus sebesar 22,199 Indonesian Medicine Tangohai
mm. (Kleinhovia hospita L.) Extract. J
Antibiotik yang digunakan secara Acupunct Meridian Stud (4):306-309
terus menerus dengan dosis yang makin Aziz, T., Febrizky, S., Mario, A, D. 2014.
meningkat pada pengobatan penyakit Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap
infeksi pada ternak akan berbahaya dan Persen Yieldalkaloid dari Daun
bakeri akan resisten pada antibiotik Salam India (Murraya Koenigii).
tersebut. Menurut Wasitaningrum (2009) Universitas Sriwijawa. Palembang.
resistensi terhadap antibiotik disebabkan Tekni Kimia Vol. 20(2).
oleh seringnya antibiotik tersebut Karlina, C. Y., Ibrahim, M dan Trimulyono,
digunakan pada ternak yang ditunjukkan G. 2013. Aktivitas antibakteri ekstrak
dengan adanya peningkatan pola herbal krokot (Portulaca oleracea L.)
kepekaan antibiotik dari tahun ke tahun. terhadap Staphylococcus aureus
Kepekaan bakteri menunjukan bahwa dan Escherichia coli. Lentera Bio Vol
kuman-kuman tersebut sebagian besar 2 (1): 87-93.
telah resisten pada antibiotik. Menurut Kaseng, E., S, Muhlishah, N dan Irawan,
Abdullatif (2016) antibiotik yang terus S. 2016. Uji Daya Hambat Terhadap
menerus meningkat dapat menyebabkan Pertumbuhan Bakteri Uji
berbagai masalah diantaranya timbulnya Staphylococcus aureus dan
galur bakteri resisten terhadap berbagai Escherichia coli Ekstrak Etanol Daun
jenis antibiotik lainnya yang dapat Mangrove Rhizophora mucronata
menyebabkan pengobatan penyakit dan Efek Antidiabetiknya pada
infeksi dengan antibiotik yang tidak efektif. Mencit yang diinduksi Aloksan.
Universitas Negeri Makassar.
Kesimpulan Makassar. Bioneture. Vol 17(1) : 1-6.
Nurdin, M. 2015. Uji Bioaktivitas Senyawa
Ekstrak daun tahongai (Kleinhovia (Heksa-Tetra Kontana) dari
hospita L.) dapat menghambat Callyspongia pseudoreticulata
pertumbuhan bakteri Staphylococcus Sebagai Anti Bakteri Penyakit Layu
aureus pada konsentrasi 10 g/L sampai (Ralstonia solanacearum) pada
dengan 100 g/L dengan rata-rata diameter Tanaman Kentang. Fakultas MIPA
zona hambat 6,420 mm sampai dengan Universitas Islam Makasar. Sulawasi
13,048 mm.Daya hambat tertinggi adalah Selatan. Ind. J. Chem. Res. 2:142 –
ekstrak tahongai (Kleinhovia hospita L.) 146.
dengan konsentrasi 100 g/L dengan rata- Redha, A., 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat
rata diameter zona hambat 13,048 mm. Antioksidatif dan Peranannya Dalam
Sistem Biologis. Jurusan Teknologi

49
Jurnal Peternakan Lingkungan Tropis, September 2019, Hal 41-50 VOL. 2 N0. 2 2019
ISSN : 2654-2501

Pertanian Negeri Pontianak. Tuntun, M. 2016. Uji Efektivitas Ekstrak


Kalimantan Selatan. Belian. Vol. 9(2) Daun Pepaya ( Carica papaya L.)
: 196-202. Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Rostinawati, T. 2009. Aktivitas Antibakteri Eccherichia coli Dan
Ekstrak Etanol Bunga Rosella Staphylococcus aureus. Jurusan
(Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Analisis Kesehatan Politeknik
Escherichia coli, Salmonella typhi Kesehatan Tanjung karang. Jurnal
dan Staphylococcus aureus Dengan Kesehatan. Vol. VII(3)
Metode Difusi Agar. Skripsi. Wasitaningrum, I,. D., A. 2009. Uji
Universitas Padjadjaran. Resistensi Bakteri dan Escherichia
Jatinangor. coli Dari Isolat Susu Sapi Segar
Sahputra, A. 2014. Uji Efektifitas Ekstrak Terhadap Beberapa Antibiotik.
Madu Karet Dalam Menghambat Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Pertumbuhan Staphylococcus Sukarta. Sukarta.
aureus. Skripsi. Universitas Islam Yuliana, Widarsa, T., dan Wiranatha, G.
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2013. Pemberian ekstrak methanol
Toy, T., S., S, Lampus, B., S dan daun paliasa menurunkan kadar
Hutagalung, S., P. 2015. Uji daya glukosa darah tikus hiperglikemik.
hambat ekstrak rumput laut Veteriner. Vol. 14(4): 495-50
Gracilaria SP terhadap
pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus. Fakultas
Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Manado. Jurnal e-GiGi
(eG) Vol 3(1) 153-159

50

Anda mungkin juga menyukai