Anda di halaman 1dari 10

MATRIKS PENELITIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


BKU PROTEKSI TANAMAN

NAMA : FIKRI HAIKAL


STAMBUK : E 281 18 296
USULAN PENELITIAN
EFEKTIVITAS MASERASI AKAR TUBA SERTA PENGGUNAAN TWEEN
80 SEBAGAI SURFAKTAN UNTUK MENGATASI ULAT (Spodoptera
fungiperda) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

PERUMUSAN MASALAH
Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang di usahakan oleh
masyarakat Desa Kasoloang, Kecamatan Baimbaira Kabupaten Pasangkayu.
Penentuan lokasi penelitian ini diambil karena kurangnya pemahaman petani
mengenai pestisida nabati serta mayoritas petani disini bercocok tanam jagung.
Komuditas jagung merupakan komoditas nasional yang cukup strategis,dan saat ini
termasuk ke dalam program kementrian pertanian Republik Indonesia yaitu upaya
khusus padi, jagung dan kedelai (UPSUS PAJALE). Pada tahun 2020, produksi
jagung di Kabupaten Pasangkayu mencapai 59.524 ton/ha serta produktifitas
sebesar 5.73 ton. Dengan luas panen sebesar 10.181 hektar (BPS, 2020)
Di Indonesia di ketahui sekitar 50 spesies serangga yang menyerang tanaman
jagung diantaranya adalah lalat bibit (Atherigona.sp), ulat penggerek batang
jagung(Ostrinia furnacalis) dan ulat pengerek tongkol (Helicoverpa armigera)
sehingga dapat menurunkan produksi jagung hingga 80 % (Achmad dkk, 2011).
Ulat grayak merupakan salah satu hama yang kerap mengganggu pertanian di
Indonesia, termasuk pertanaman jagung. Saat ini ada jenis ulat grayak baru yang
tengah mewabah di dunia yakni Fall Armyworm (FAW) atau S. frugiperda. Hama
tersebut termasuk ke dalam ordo Lepidoptera, famili Noctuidae. S. fungiperda
menyerang tanaman pangan seperti jagung, padi, dan gandum.
Di Indonesia. Serangga ini berasal dari Amerika dan telah menyebar di berbagai
negara. Pada awal tahun 2019, hama ini ditemukan pada tanaman jagung di daerah
Sumatera (Kementan 2019). Kisaran inang S. frugiperda sangat luas dan termasuk
hama invasif karena memiliki siklus hidup yang pendek. Serangga betina S.

1
frugiperda mampu menghasilkan 900- 1200 telur. Siklus hidupnya berkisar antara
32-46 hari (Sharanabasapa dkk. 2018). S. frugiperda menyerang seluruh stadia
tanaman jagung mulai dari fase vegetatif hingga fase generatif dan menyebabkan
kerusakan tertinggi pada fase vegetatif (Trisyono dkk, 2019)
S. fungiperda adalah spesies tropis, suhu optimal untuk perkembangan larva
dilaporkan 28°C, tetapi lebih rendah untuk oviposisi dan pupation. Di daerah tropis,
perkembangbiakan dapat berkelanjutan dengan empat hingga enam generasi per
tahun, tetapi di wilayah utara hanya satu atau dua generasi yang berkembang; pada
suhu yang lebih rendah, aktivitas dan perkembangan berhenti, dan ketika
pembekuan terjadi, semua tahapan biasanya mati. Di AS, S. fungiperda biasanya
hanya ada pada musim dingin di Texas selatan dan Florida. Pada musim dingin
yang ringan, pupa bertahan di lokasi. (Ramirez-Garcia, 1987).
Masyarakat pada umumnya menggunakan metode kimia untuk mengendalikan
populasi serangga penggangu. Metode ini dinilai kurang aman bagi lingkungan,
hingga adanya pengendalian dan dari penggunaan pestisida tersebut (Ari, 2015)
oleh karena itu masyarakat lebih menginginkan metode yang ramah bagi
lingkungan sejalan dengan penelitian ini menggunakan meserasi akar tuba dan
tween 80 sebagai pengendalian berbasis hayati.
Tuba Derris elliptica adalah sejenis tumbuhan merambat dan membelit hingga
setinggi 10 m dan racunnya di manfaatkan sebagai insektisida organik untuk
megatasi kutu-kutu dan ulat yang menjadi hama di perkebunan, selain dapat
membunuh serangga penggangu, ekstrak akar tuba dapat di manfaatkan sebagai
pengawet barang rumah tangga yang terbuat dari kayu mahoni terhadap serangan
rayap kayu kering, hal ini di buktikan dari penlelitian yang di lakukan oleh (Astuti,
2015) pada tumbuhan tuba D. elliptica di temukan bioaktif rationan (C23H22O6)
yang terbukti dapat bermanfaat sebagai insektisida. Tumbuhan tuba di bidang
pertanian dan perkebunan telah di gunakan sebagai pengendali ulat (Tryawati,
2007).
Senyawa retonon pada tanaman tuba banyak di gunakan di bidang pertanian
sebagai insektisida yang aman di gunakan oleh petani dan dapat digunakan sebgai
larvasida bagi ngegat (Plutela xylostella Linn). Rotone memasuki tubuh serangga

2
sebagai racun kontak dan racun perut. Rotone bekerja di dalam tubuh seranga dan
akan menggangu respirasi dan metabolism sehingga mengakibatkan kerusakan
fungsionalyaitu kerusakan plasma yang mengakibatkan hilangnya energi sel (Yoon
A S. dkk 2006).
Hasil penelitian terdahulu di dapatkan ekstrak akar tuba mengandung 4 jenis
retinoid yitu retone dengan kadar 0,3% - 12% deguelin dengan kadar 0.15 - 2.9%,
elipton dengan kadar 0,35% - 4,6% dan toksikarol dengan kadar 0% - 4,4%
(Dubouet J G 1988). Mengikuti pernyataan bahwa insektisida nabati di katakana
efektif jika dapat menyebapkan kematian pada hama sebesar 80% (Dadang, dkk
2008)
Surfaktan (surface active agent) merupakan senyawa kimia yang mampu
menurunkan tegangan permukaan cairan (Harti dkk, 2016). Surfaktan biasanya
senyawa organik yang amphifilik. Oleh karena itu, oleh karena itu mereka larut
dalam pelarut organic dan air. Merka mengadsorpsi dan berkonsentrasi di
permukaan fluida/cairan unutk mnegubah sifat permukaan secara signifikan,
khususnya untuk mengurangi tergangan permukaan atau tegangan antar muka
(IFT) (Sheng dkk., 2015)
Menurut Rowe (2006) tween 80 merupakan surfaktan yang banyak digunakan,
karena memiliki sifat tidak toksik dan stabil terhadap adanya pengaruh pH.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
konsentrasi tween 80 sebagai surfaktan terhadap karakteristik fisik sediaan
nanoemulgel ibuprofen. Karakteristik fisik nanoemulgel yang perlu diketahui
adalah organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas, daya
proteksi, ukuran partikel, dan indeks polidispersitas.
Berdasarkan penelitian terdahulu ekstrak akar tuba 50 WP (wettable powder)
merupakan sediaan bentuk tepung, yang dilakukan di Laboratorium Hama dan
Penyakit Tumbuhan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang dan yang dalam
bentuk larutan dilakukan di Laboratorium BPTP Riau. dengan konsentrasi 2 gram/l
air berbeda nyata dengan 4 gram/l air berbeda nyata dengan konsentrasi 6 gram/l
air. Hal ini di perkuat oleh pendapat Harboene (1987) dalam Nursal (1997) bahwa
pemberian konsentrasi ekstrak yang rendah maka pengaruh yang ditimbulkan pada

3
serangga akan semakin lama, di samping itu daya kerja suatu pestisida nabati sangat
di tentukan oleh besarnya konsentrasi yang diberikan. Senyawa kimia pada akar
tuba Retone sangat beracun bagi serangga namun ralatif tidak beracun bagi
tanaman, retone dapat di pakai sebagai racun kontak dan racun perut untuk
mengendalikan serangga (Zubari, 2004). Tumbuhan tuba Derris elliptica
mengandung senyawa bioaktif yang dapat membunuh serangga phitopahagous dan
aman terhadap serangga non target (Sarwar, 2015).

TUJUAN DAN KEGUNAAN


Mendapatkan dosis yang optimal dalam mematikan hama ulat (Spodossptera
fungiperda) pada tanaman jagung jagung (Zea Mays).
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai
meserasi akar tuba serta penggunaan tween 80 dalam penggunaan pestisida nabati.
HIPOTESIS
Terdapat dosis yang efektif dalam mematikan ulat (Spodoptera fungiperda) pada
tanaman jagung (Zea mays) serta penggunaan tween 80 sebagai surfaktannya .
METODOLOGI
Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) di lahan
petani langsung menggunakan 5 perlakuan dengan 4 ulangan, metode ini di pilih
untuk mengetahui berbagai tingkatan konsentrasi serta daya bunuh pestisida nabati
terhadap ulat (S. fungiperda) pada tanaman jagung (Zea mays). Penelitian ini
mengacu pada pendapat Harboene (1987) daya kerja suatu pestisida nabati sangat
ditentukan oleh besarnya konsentrasi yang diberikan.

D0 : kontrol

D1 : meserasi akar tuba 10 ml dan surfaktan tween 80 2 ml/ L air

D2 : meserasi akar tuba 30 ml dan surfaktan tween 80 4 ml/L air

D3 : meserasi akar tuba 50 ml dan surfaktan tween 80 6 ml/L air

D4 : meserasi akar tuba 70 ml dan surfaktan tween 80 8 ml/L air

4
Jumlah perlakuan = 5 perlakuan

Jumlah ulangan = 4 ulangan

Jumlah bedeng percobaan = 20 bedeng

Jumlah tanaman =40 tanaman/bedeng

Jumlah tanaman seluruhnya =800 tanaman

Ukuran bedeng = 1 m × 10 m

LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini akan di laksanakan di Desa Kasoloang Kec.Bambaira
Kab.Pasangkayu Sulawesi Barat. Penelitian ini di lakukan selama 3 bulan dari bulan
Mei sampai Agustus.
Perlakuan yang digunakan yaitu 5 perlakuan dengan 4 pengulangan
menggunakan konsentrasi 10 ml, 30 ml, 50 ml, 70 ml dan kontrol. Rumus untuk
menentukan pengulangan yaitu dengan rumus Federer (1997).
r-1) (t-1) ≥ 15
Keterangan :
r = Jumlah Pengulagan
t = Jumlah Perlakuan , dalam hal ini ada 5 perlakuan (10 ml, 30 ml, 50 ml, 70
ml) dan kontrol), sehingga :
(r-1) (t-1) ≥ 15
(r-1) (5-1) ≥ 15
(r-1) (5) ≥ 15
5r – 5 ≥ 15
5r ≥ 20
r=4
Jadi banyaknya pengulangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 4 kali. Berikut ini adalah rancangan pemberian meserasi dan tween 80
dengan metode RAL (Rancangan Acak Lengkap).
Desain penelitian metode RAL (Rancangan Acak Lenkap).

5
P1.10% P1.50% P1.10% P1.50% P1.70% K1
P2.30% P2.10% P2.30% P2.50% K2 P2.70%

P3.70% P3.50% P3.10% P3.50% P3.40% K3

P4.30% P4.50% P4.70% P4.10% K4 P4.50%

K1 = Kontrol pengulangan 1

K2 = Kontrol pengulangan 2

K3 = Kontrol pengulangan 3

K4 = Kontrol pengulangan 4

P1.10 ml = Pengulangan 1 dengan konsentrasi 10 ml.

P2.10 ml = Pengulangan 2 dengan konsentrasi 10 ml.

P3.10 ml = Pengulangan 3 dengan konsentrasi 10 ml.

P4.10 ml = Pengulangan 4 dengan konsentrasi 10 ml.

P1.30 ml = Pengulangan 1 dengan konsentrasi 30 ml.

P2.30 ml = Pengulangan 2 dengan konsentrasi 30 ml.

P3.30 ml = Pengulangan 3 dengan konsentrasi 30 ml.

P4.30 ml = Pengulangan 4 dengan konsentrasi 30 ml.

P1.50 ml = Pengulangan 1 dengan konsentrasi 50 ml.

P2.50 ml = Pengulangan 2 dengan konsentrasi 50 ml.

P3.50 ml = Pengulangan 3 dengan konsentrasi 50 ml.

P4.50 ml = Pengulangan 4 dengan konsentrasi 50 ml.

P1.70 ml = Pengulangan 1 dengan konsentrasi 70 ml.

P2.70 ml = Pengulangan 2 dengan konsentrasi 70 ml.

P3.70 ml = Pengulangan 3 dengan konsentrasi 70 ml.

P4.70 ml = Pengulangan 4 dengan konsentrasi 70 ml.

6
7
KESEDIAAN SEBAGAI PEMBIMBING UTAMA
Nama Dosen : Gol. Kesediaan: TTD

Prof. Dr. Ir, Moh. Yunus, M.P Bersedia/Tidakbersedia


195702171985111001

KESEDIAAN SEBAGAI PEMBIMBING ANGGOTA


Nama Dosen : Gol. Kesediaan: TTD

Dr. Hasriyanty, SP, M.Si


197210272000122001 Bersedia/Tidakbersedia

Palu, April 2021

Menyetujui,
Ketua BKU Proteksi Tanaman Yang Bersangkutan

Dr. Ir. Flora Pasaru, M.Si Fikri haikal


NIP. 19560618 198603 1 002 E 281 18 296

Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako

Dr. Irwan Lakani, S.P., M.SI


NIP.19701015 200212 1 001

8
DAFTAR PUSTAKA

Achmad.T & J Tandiabang , 2011.Dinamika Populasi Hama Utama Tanaman


Jagung Pada Pola Tanam Berbasis Jagung. Balai Penelitian tanaman Serealia.
Maros Sulawesi Selatan.

BPS, 2020. Produksi Tanaman Padi dan Palawija Sulawesi Barat .

Dubouet J G 1988 Characterization of Vegetative and Rotenoid Yields of Various


Philippine Derris Thesis of University of the Philippines Los Banos

Dadang and Prijono D 2008 Insektisida Nabati Prinsip, Pemanfaatan dan


Pengembangan. Thesis of Institut Pertanian Bogor

Erwin, A.J, Hasanuddin I, dan A.A. Arsunan. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Akar
Tuba (Derris elliptica) Terhadap Mortalitas Larva Anopheles.sp. Bagian
Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakart, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Faderer, W.T., 1997, Ekperimental Design Theory and Application, 3rd ed., New
Delhi Bombay Calcuta; Oxford and IBH PublishingCo

Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan, Edisi kedua, Hal 5, 69-76, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soedira, ITB Press, Bandung.

Harti, J. Y., Nirwana, & Irdoni, 2016. Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat dari
Palm Oil Methyl Ester dan Natrium Metabisulfit dengan Penambahan Katalis
Kalsium Oksida. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Riau,
vol.3, no.1, p.p 1–7

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2019. Pengenalan Fall Armyworm


(Spodoptera frugiperda J. E. Smith) Hama Baru pada Tanaman Jagung di
Indonesia. Jakarta (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia. 64 p.

The Key Center For Polyner Collaids. 2001. Surfactants. Rowe, R.C. et Al. (2006).
Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed, The Pharmaceutical Press,
London.

Triyawati, M. 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica


(Roxb.) Bent) Terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) Secara

9
In-Vitro. Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah, Malang.

Ramirez-Garcia L, Bravo Mojica H, Llanderal Cazares C, 1987. Development of


Spodoptera frugiperda (J.E. Smith) (Lepidoptera: Noctuidae) under different
conditions of temperature and humidity. Agrociencia, 67:161-171

Rowe, R.C. et Al. 2006. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

Sahabuddin, Johannes dan Elijonnahdi P. 2005. Toksisitas Ekstrak Akar Tuba


(Derris elliptica) (Roxb) Terhadap Larva Nyamuk Aedes sp. Vektor Penyakit
demam Berdarah. Jurnal Agroland, 12 : 39-44.

Sheng JJ, Bemd L, Nasser A. 2015. “Status OF Polymer Flooding Technology”.


Journal of Canadian Petroleum Technology.

Sharanabasappa, CM Kalleshwaraswamy, MS Maruthi, HB Pavithra. (2018).


Biology of invasive fall army worm Spodoptera frugiperda (j.e. Smith)
(lepidoptera: noctuidae) on maize. Indian Journal of Entomology, 80(3): 540-
543. doi: 10.5958/0974- 8172.2018.00238.9

The Key Center For Polyner Collaids. 2001. Surfactants.

Trisyono Y, Suputa, V Aryuwandari, M Hartaman dan Jumari. (2019). Occurrence


of heavy infestation by the fall armyworm Spodoptera frugiperda, a new alien
invasive pest, in corn in Lampung Indonesia. Jurnal Perlindungan Tanaman
Indonesia, 23(1), 156-160

Yoon A S, Ovatlamporn C, Itharat A and Wiwattanapatapee R 2006 Extraction of


Rotenone from Derris elliptica and Derris malaccensis by Pressurized Liquid
Extraction Compared with Maceration. J. Chromatogr. A 1125 172-176

Zubairi, S. I, M., Sarmadi. R. A,. Aziz, M. K. A,. Ramli, R,.Latip and N. I. A.


Nordin. 2004. Siposium Kimia Analisis Kebangsaan..26-28.

10

Anda mungkin juga menyukai