PERUMUSAN MASALAH
Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang di usahakan oleh
masyarakat Desa Kasoloang, Kecamatan Baimbaira Kabupaten Pasangkayu.
Penentuan lokasi penelitian ini diambil karena kurangnya pemahaman petani
mengenai pestisida nabati serta mayoritas petani disini bercocok tanam jagung.
Komuditas jagung merupakan komoditas nasional yang cukup strategis,dan saat ini
termasuk ke dalam program kementrian pertanian Republik Indonesia yaitu upaya
khusus padi, jagung dan kedelai (UPSUS PAJALE). Pada tahun 2020, produksi
jagung di Kabupaten Pasangkayu mencapai 59.524 ton/ha serta produktifitas
sebesar 5.73 ton. Dengan luas panen sebesar 10.181 hektar (BPS, 2020)
Di Indonesia di ketahui sekitar 50 spesies serangga yang menyerang tanaman
jagung diantaranya adalah lalat bibit (Atherigona.sp), ulat penggerek batang
jagung(Ostrinia furnacalis) dan ulat pengerek tongkol (Helicoverpa armigera)
sehingga dapat menurunkan produksi jagung hingga 80 % (Achmad dkk, 2011).
Ulat grayak merupakan salah satu hama yang kerap mengganggu pertanian di
Indonesia, termasuk pertanaman jagung. Saat ini ada jenis ulat grayak baru yang
tengah mewabah di dunia yakni Fall Armyworm (FAW) atau S. frugiperda. Hama
tersebut termasuk ke dalam ordo Lepidoptera, famili Noctuidae. S. fungiperda
menyerang tanaman pangan seperti jagung, padi, dan gandum.
Di Indonesia. Serangga ini berasal dari Amerika dan telah menyebar di berbagai
negara. Pada awal tahun 2019, hama ini ditemukan pada tanaman jagung di daerah
Sumatera (Kementan 2019). Kisaran inang S. frugiperda sangat luas dan termasuk
hama invasif karena memiliki siklus hidup yang pendek. Serangga betina S.
1
frugiperda mampu menghasilkan 900- 1200 telur. Siklus hidupnya berkisar antara
32-46 hari (Sharanabasapa dkk. 2018). S. frugiperda menyerang seluruh stadia
tanaman jagung mulai dari fase vegetatif hingga fase generatif dan menyebabkan
kerusakan tertinggi pada fase vegetatif (Trisyono dkk, 2019)
S. fungiperda adalah spesies tropis, suhu optimal untuk perkembangan larva
dilaporkan 28°C, tetapi lebih rendah untuk oviposisi dan pupation. Di daerah tropis,
perkembangbiakan dapat berkelanjutan dengan empat hingga enam generasi per
tahun, tetapi di wilayah utara hanya satu atau dua generasi yang berkembang; pada
suhu yang lebih rendah, aktivitas dan perkembangan berhenti, dan ketika
pembekuan terjadi, semua tahapan biasanya mati. Di AS, S. fungiperda biasanya
hanya ada pada musim dingin di Texas selatan dan Florida. Pada musim dingin
yang ringan, pupa bertahan di lokasi. (Ramirez-Garcia, 1987).
Masyarakat pada umumnya menggunakan metode kimia untuk mengendalikan
populasi serangga penggangu. Metode ini dinilai kurang aman bagi lingkungan,
hingga adanya pengendalian dan dari penggunaan pestisida tersebut (Ari, 2015)
oleh karena itu masyarakat lebih menginginkan metode yang ramah bagi
lingkungan sejalan dengan penelitian ini menggunakan meserasi akar tuba dan
tween 80 sebagai pengendalian berbasis hayati.
Tuba Derris elliptica adalah sejenis tumbuhan merambat dan membelit hingga
setinggi 10 m dan racunnya di manfaatkan sebagai insektisida organik untuk
megatasi kutu-kutu dan ulat yang menjadi hama di perkebunan, selain dapat
membunuh serangga penggangu, ekstrak akar tuba dapat di manfaatkan sebagai
pengawet barang rumah tangga yang terbuat dari kayu mahoni terhadap serangan
rayap kayu kering, hal ini di buktikan dari penlelitian yang di lakukan oleh (Astuti,
2015) pada tumbuhan tuba D. elliptica di temukan bioaktif rationan (C23H22O6)
yang terbukti dapat bermanfaat sebagai insektisida. Tumbuhan tuba di bidang
pertanian dan perkebunan telah di gunakan sebagai pengendali ulat (Tryawati,
2007).
Senyawa retonon pada tanaman tuba banyak di gunakan di bidang pertanian
sebagai insektisida yang aman di gunakan oleh petani dan dapat digunakan sebgai
larvasida bagi ngegat (Plutela xylostella Linn). Rotone memasuki tubuh serangga
2
sebagai racun kontak dan racun perut. Rotone bekerja di dalam tubuh seranga dan
akan menggangu respirasi dan metabolism sehingga mengakibatkan kerusakan
fungsionalyaitu kerusakan plasma yang mengakibatkan hilangnya energi sel (Yoon
A S. dkk 2006).
Hasil penelitian terdahulu di dapatkan ekstrak akar tuba mengandung 4 jenis
retinoid yitu retone dengan kadar 0,3% - 12% deguelin dengan kadar 0.15 - 2.9%,
elipton dengan kadar 0,35% - 4,6% dan toksikarol dengan kadar 0% - 4,4%
(Dubouet J G 1988). Mengikuti pernyataan bahwa insektisida nabati di katakana
efektif jika dapat menyebapkan kematian pada hama sebesar 80% (Dadang, dkk
2008)
Surfaktan (surface active agent) merupakan senyawa kimia yang mampu
menurunkan tegangan permukaan cairan (Harti dkk, 2016). Surfaktan biasanya
senyawa organik yang amphifilik. Oleh karena itu, oleh karena itu mereka larut
dalam pelarut organic dan air. Merka mengadsorpsi dan berkonsentrasi di
permukaan fluida/cairan unutk mnegubah sifat permukaan secara signifikan,
khususnya untuk mengurangi tergangan permukaan atau tegangan antar muka
(IFT) (Sheng dkk., 2015)
Menurut Rowe (2006) tween 80 merupakan surfaktan yang banyak digunakan,
karena memiliki sifat tidak toksik dan stabil terhadap adanya pengaruh pH.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
konsentrasi tween 80 sebagai surfaktan terhadap karakteristik fisik sediaan
nanoemulgel ibuprofen. Karakteristik fisik nanoemulgel yang perlu diketahui
adalah organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas, daya
proteksi, ukuran partikel, dan indeks polidispersitas.
Berdasarkan penelitian terdahulu ekstrak akar tuba 50 WP (wettable powder)
merupakan sediaan bentuk tepung, yang dilakukan di Laboratorium Hama dan
Penyakit Tumbuhan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang dan yang dalam
bentuk larutan dilakukan di Laboratorium BPTP Riau. dengan konsentrasi 2 gram/l
air berbeda nyata dengan 4 gram/l air berbeda nyata dengan konsentrasi 6 gram/l
air. Hal ini di perkuat oleh pendapat Harboene (1987) dalam Nursal (1997) bahwa
pemberian konsentrasi ekstrak yang rendah maka pengaruh yang ditimbulkan pada
3
serangga akan semakin lama, di samping itu daya kerja suatu pestisida nabati sangat
di tentukan oleh besarnya konsentrasi yang diberikan. Senyawa kimia pada akar
tuba Retone sangat beracun bagi serangga namun ralatif tidak beracun bagi
tanaman, retone dapat di pakai sebagai racun kontak dan racun perut untuk
mengendalikan serangga (Zubari, 2004). Tumbuhan tuba Derris elliptica
mengandung senyawa bioaktif yang dapat membunuh serangga phitopahagous dan
aman terhadap serangga non target (Sarwar, 2015).
D0 : kontrol
4
Jumlah perlakuan = 5 perlakuan
Ukuran bedeng = 1 m × 10 m
LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini akan di laksanakan di Desa Kasoloang Kec.Bambaira
Kab.Pasangkayu Sulawesi Barat. Penelitian ini di lakukan selama 3 bulan dari bulan
Mei sampai Agustus.
Perlakuan yang digunakan yaitu 5 perlakuan dengan 4 pengulangan
menggunakan konsentrasi 10 ml, 30 ml, 50 ml, 70 ml dan kontrol. Rumus untuk
menentukan pengulangan yaitu dengan rumus Federer (1997).
r-1) (t-1) ≥ 15
Keterangan :
r = Jumlah Pengulagan
t = Jumlah Perlakuan , dalam hal ini ada 5 perlakuan (10 ml, 30 ml, 50 ml, 70
ml) dan kontrol), sehingga :
(r-1) (t-1) ≥ 15
(r-1) (5-1) ≥ 15
(r-1) (5) ≥ 15
5r – 5 ≥ 15
5r ≥ 20
r=4
Jadi banyaknya pengulangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 4 kali. Berikut ini adalah rancangan pemberian meserasi dan tween 80
dengan metode RAL (Rancangan Acak Lengkap).
Desain penelitian metode RAL (Rancangan Acak Lenkap).
5
P1.10% P1.50% P1.10% P1.50% P1.70% K1
P2.30% P2.10% P2.30% P2.50% K2 P2.70%
K1 = Kontrol pengulangan 1
K2 = Kontrol pengulangan 2
K3 = Kontrol pengulangan 3
K4 = Kontrol pengulangan 4
6
7
KESEDIAAN SEBAGAI PEMBIMBING UTAMA
Nama Dosen : Gol. Kesediaan: TTD
Menyetujui,
Ketua BKU Proteksi Tanaman Yang Bersangkutan
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako
8
DAFTAR PUSTAKA
Erwin, A.J, Hasanuddin I, dan A.A. Arsunan. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Akar
Tuba (Derris elliptica) Terhadap Mortalitas Larva Anopheles.sp. Bagian
Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakart, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Faderer, W.T., 1997, Ekperimental Design Theory and Application, 3rd ed., New
Delhi Bombay Calcuta; Oxford and IBH PublishingCo
Harti, J. Y., Nirwana, & Irdoni, 2016. Sintesis Surfaktan Metil Ester Sulfonat dari
Palm Oil Methyl Ester dan Natrium Metabisulfit dengan Penambahan Katalis
Kalsium Oksida. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Riau,
vol.3, no.1, p.p 1–7
The Key Center For Polyner Collaids. 2001. Surfactants. Rowe, R.C. et Al. (2006).
Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed, The Pharmaceutical Press,
London.
9
In-Vitro. Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah, Malang.
Rowe, R.C. et Al. 2006. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
10