Anda di halaman 1dari 47

DERMATITIS ATOPIK

Penguji : dr. Riliani Hastuti, Sp.KK


Penyaji : Elsa Agustin, S.Ked
NIM : 712017044
DEPARTEMEN ILMU KULIT DAN KELAMIN
RSK DR. ABDULLAH RIVAI PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2019
Latar Belakang

Mengenai bagian
wajah pada fase
bayi dan bagian
Di negara
fleksural ekstermitas
Peradangan kulit berkembang, 10-20%
pada fase anak,
berupa dermatitis terjadi pada anak dan
dewasa ditelpak
yang kronis residif, 60% diantaranya
tangan
disertai rasa gatal, menetap sampai
dewasa
DERMATITIS
ATOPI

Dipengaruhi berbagai
Penegakkan faktor:
diagnosis dan Diagnosis • Genetic
pengobatan ditegakkan • Sawar kulit
secara cepat dan dengan • Lingkungan
tepat. anamnesis dan • Berkaitan dengan
pemeriksaan fisik. penyakit atopi lainya
TINJAUAN PUSTAKA
Peradangan kulit berupa dermatitis
yang kronis residif, disertai rasa
gatal, dan mengenai bagian tubuh
tertentu terutama di wajah pada bayi
Dermatitis atopik kerap terjadi (fase infantil) dan bagian fleksural
pada bayi dan anak, sekitar 50% ekstermitas (pada fase anak)
menghilang pada saat remaja,
kadang dapat menetap, atau bahkan
baru mulai muncul pada saat
dewasa.
Epidemiologi Dermatitis Atopi
Penelitian di Hannover Jerman
menggunakan kriteria Hanifin
Rajka pada anak sekolah (5-9
tahun) ditemukan sebesar 10,5%
dari 4219 anak. Oleh karena itu
Lebih dari separuh pasien DA mulai
data prevalensi biasanya diperoleh
setelah usia 2 tahun.
pada usia sebelum sekolah.

Di negara berkembang, 10-20%


anak menderita DA dan 60%
diantaranya menetap sampai
dewasa. Prevalensi peningkatan
mungkin dilibatkan oleh genetik
Etiopatogenesis Dermatitis Atopi

1. Genetik
Bila salah satu orang tua memiliki riwayat DA, maka insiden DA menjadi dua
kali lipat pada anaknya dan menjadi tiga kali lipat bila riwayat DA pada kedua
orang tua. Ditemukan peran kromosom 5q31-33 yang mengandung sitokin IL-3,
IL-4, IL-13 dan GM-CSF yang diproduksi oleh sel Th2. Aktivitas transkripsi gen
IL-4 akan mempengaruhi predisposisi dari DA.

2. Hubungan Disfungsi Sawar Kulit


DA erat hubunganya dengan gangguan fungsi sawar kulit akibat menurunnya
fungsi gen yang meregulasi keratin. Pada penderita DA ditemukan mutasi gen
filaggrin Mengganggu pembentukan protein untuk pembentukan sawar kulit
Gangguan fungsi sawar epidermis Gangguan permeabilitas dan pertahanan
terhadap mikroorganisme Bahan-bahan iritan, alergen, dan mikroba mudah
masuk ke dalam kulit.
Etiopatogenesis Dermatitis Atopi

3. Respon Imun Kulit


Pasien DA memiliki peningkatan eosinofil dan IgE yang berperan dalam
patogenesis DA. Kelainan imunopatogenesis utama DA berkaitan dengan sel Th,
yang berfungsi mengenali antigen dan mengatur respon imun. Pada penderita DA
juga terdapat 2 tipe sel dendritik dengan afinitas tinggi terhadap IgE yaitu sel
Langerhans (SL) dan sel epidermal dendritik inflamasi. SL yang mengandung IgE
berperan pada presentasi alergen kulit pada sel Th2 yang memproduksi IL-4, yang
memediasi perubahan isotipe imunoglobulin ke sintesis IgE dan meningkatkan
ekspresi molekul adhesi pada sel-sel endotelial.
Etiopatogenesis Dermatitis Atopi

4. Aeroalergan
Faktor eksogen terutama alergi hidup seperti human dander, animal dander,
molds grasses, ragweed, dan pollen berperan penting terhadap peningkatan kadar
IgE. Agen microbial terutama S. Aureus mengadakan kolonisasi lebih dari 90%
pada lesi kulit dengan kerusakan barrier kulit. Pada DA dengan kadar IgE yang
tinggi juga merupakan faktor predisposisi infeksi kulit virus seperti herpes
simpleks, moluskum kontagiosum, HPV dan jamur superfisial trychophyton
rubrum dan spesies malasszia.
Manifestasi Klinis Dermatitis Atopi
DA secara subyektif lebih gatal. Rasa gatal dan garukan yang
terus menerus memicu kerusakan barier kulit, sehingga
memudahkan masuknya alergen dan iritan. Keadaan tersebut
menyebabkan dermatitis atopik sering berulang (kronik-residif).

• Gejala ruam yang gatal, biasanya


dimulai pada usia ± 3 bulan.
• Morfologi ruam simetris.
• Ada kemerahan yang tidak jelas dan
sisik halus bersama dengan eksudasi
serosa, vesikulasi dan pengerasan
kulit pada keadaan yang lebih akut.
• Kulit umumnya kering atau xerotik.
Distribusi dimulai pada wajah dan
menyebar ke batang dan anggota
tubuh, khususnya pada kelopak mata,
leher, siku, pergelangan kaki, lipatan
gluteal posterior, pergelangan tangan,
dan lutut.
Dermatitis Atopi Di Bagi menjadi 3 Fase:

1. Dermatitis atopik infantil


• Awitan terjadi pada usia 2 bulan.
• Tempat predileksi utama di wajah diikuti kedua pipi.
• Lesi dapat meluas ke dahi, kulit kepala, telinga, leher, pergelangan tangan, dan
tungkai terutama di bagian volar atau fleksor.
• Gambaran klinis pada fase ini berupa: eritema konfluen, papula, plak,
microvesiculation, scaling, dan pengerasan kulit eksudatif, erosi, dan ekskoriasi serta
skuama halus

2. Dermatitis atopik pada anak


• Usia 2-10 tahun, kelanjutan fase infatil atau muncul tanpa didahului fase infatil.
• Tempat predileksi di fosa kubiti dan poplitea, fleksor pergelangan tangan, kelopak
mata dan leher, dan tersebar simetris.
• Kulit lebih kering pada daerah lesi.
• Lesi cenderung menjadi kronis, disertai hiperkeratosis, hiperpigmentasi, erosi,
ekskoriasi, krusta dan skuama.
• Lebih sensitif terhadap alergen hirup, wol dan bulu binatang.
3. Dermatitis atopik pada remaja atau dewasa
• Usia >13 tahun, kelanjutan fase infantil atau fase anak.
• Tempat predileksi mirip dengan fase anak, dapat meluas mengenai ke dua telapak
tangan, jari-jari, pergelangan tangan, bibir, leher bagian anterior, skalp, dan puting
susu.
• Manifestasi klinis bersifat kronis, berupa plak hiperpigmentasi, hiperkeratosis,
likenifikasi, ekskoriasi dan skuamasi. Rasa gatal lebih hebat saat beristirahat, udara
panas dan berkeringat.
• Fase ini berlangsung kronik-residif sampai usia 30 tahun, bahkan lebih
Cara Mendiagnosis Dermatitis Atopi
Diagnosis dermatitis atopik ditegakkan secara klinis dengan gejala utama
gatal, penyebaran simetris di tempat predileksi (sesuai usia), terdapat dermatitis
kronik-residif, riwayat atopi pada pasien atau keluarganya. Diagnosis DA dapat
ditegakkan dengan kriteria Hanifin-Rajka, jika terdapat paling sedikit 3 kriteria
mayor dan 3 kriteria minor.

Kriteria Mayor: Kriteria Minor: • Keratokonus


• Riwayat dermatitis di • Xerosis • Katarak
fleksura • Iktiosis • Orbita menjadi gelap
• Awitan dibawah usia 2 tahun • Palmar hiperlineariti • Muka pucat dan eritema
• Pruritus • Keratosis pilaris • Lipatan leher bagian
• Riwayat asma pada penderita • Kadar IgE meningkat depan
• Riwayat xerosis • Dermatitis pada tangan • Gatal bila berkeringat
• Tampak dermatitis di dan kaki • Intoleransi bahan wol
fleksura • Keilitis • Hipersensitivitas makanan
• Dermatitis papila mame • Perjalan penyakit
• Infeksi kulit dipengaruhi lingkungan
• Perifolikular keratosis • White dermatografism
• Pitiriasis alba dan delayed blanched
• Awitan pada usia dini respon
• Konjungtivitis berulang
• Lipatan infra orbital
Diagnosis Banding Dermatitis Atopi

Dermatitis atopik infantil


Diagnosis banding pada dermatitis bayi adalah dermatitis seboroik, psoriasis dan
dermatitis popok Perbedaan antara eksim seboroik dan dermatitis atopik tidak selalu
terjadi secara langsung tetapi timbulnya eksim seboroik biasanya pada 6 minggu dan
berlangsung sekitar 6 minggu. Tidak gatal, tidak ada riwayat keluarga atopi dan
distribusinya berbeda, terutama mengenai daerah kulit kepala, wajah, aksila, dan area
sekitar popok/celana.

Dermatitis atopik pada anak


Diagnosis banding pada anak adalah adalah dermatitis nomularis, drmstitid
intertriginosa, dermatitis kontak dan dermatitis traumatik

Dermatitis atopik pada dewasa


Diagnosis banding pada dewasa adalah neurodermatitis atau liken simpleks
kronikus
Komplikasi Dermatitis Atopi

• Dermatitis atopik yang mengalami perluasan dapat menjadi


eritroderma
• Atrofi kulit (striae atroficans), keratoconus, katarak, dan
keratoconjunctivitis dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid
jangka panjang
Pemeriksaan Penunjang Dermatitis Atopi

Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan bila ada keraguan


klinis. Peningkatan kadar IgE serum juga dapat terjadi pada sekitar
15% orang sehat, demikian pula kadar eosinofil, sehingga tidak
patognomonik. Uji kulit dilakukan bila ada dugaan pasien alergik
terhadap debu atau makanan tertentu, bukan untuk diagnostik.
Tatalaksana Dermatitis Atopi
Kongres Konsensus Internasional Dermatitis Atopik ke II di New Orleans, 2002,
telah menyepakati pedoman terbaru terapi dermatitis atopik, dengan memperhatikan:
1. Efektivitas obat sistemik yang aman, bertujuan untuk mengurangi rasa gatal, reaksi
alergik dan inflamasi, dapat diberikan antihistamin dan kortikosteroid.
2. Jenis terapi topikal, berupa:
• Kortikosteroid, dipilih yang aman untuk dipakai dalam jangka panjang.
• Pelembab untuk mengatsi gangguan sawar kulit, digunakan pada kulit kering
• Obat penghambat kalsineurin (pimekrolimus atau takrolimus)
3. Kualitas kehidupan dan tumbuh kembang anak.
Penatalaksanaan Dermatitis Atopi
1. Edukasi dan konseling, perlu 2. Pemilihan obat topikal:
diberikan informasi dan edukasi
kepada orangtua, para pengasuh, Pelembab, beberapa jenis pelembab antara
keluarga dan pasien tentang lain berupa humektan, natural moisturizing
dermatitis atopik, perjalanan factor, emolien, protein rejuvenators, dan
penyakit, serta berbagai faktor yang bahan lipofilik. Pemakaian pelembab
mempengaruhi penyakit. dilakukan secara teratur 2 kali sehari,
dioleskan segera setelah mandi.
Kortikosteroid, Pada DA fase bayi dan
anak yang derajat ringan dianjurkan
kortikosteroid golongan VII, misal
3. Pengobatan sistemik, kadang hidrokortison krim 1-2%, metil prednisolon
diperlukan terapi sistemik pada atau flumetason. Pada DA derajat sedang
dermatitis atopik anak. Antihistamin kortikosteroid golongan VI, misalnya
mampu mengurangi rasa gatal sehingga desonid, triamsinolon asetonid,
mengurangi frekuensi garukan yang prednikarbat.
dapat memperburuk penyakit. Obat penghambat kalsineurin, Takrolimus
menunjukkan mekanisme kerja menghambat
degranulasi sel mas dan mensupresi
pengeluaran TNFα
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Tn. M


Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 62 tahun
Pekerjaan : Supir Taksi
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : jln. Nasional Ryosari Rt 027 Rw 06
talang ubi utara, Pali.
Tanggal Pemeriksaan : 1 Juli 2019
Keluhan Utama:
Keluhan Tambahan:
Terdapat bintil-bintil berisi air
bening pada daerah kedua telapak Gatal
tangan sejak kurang lebih ± 2 bulan
yang lalu.

Riwayat Perjalanan
Penyakit

Awalnya ± 2 bulan yang lalu, pasien Bintil mulai pecah dan mengeluarkan
mengatakan adanya timbul bintil berisi cairan bening, kemudian bekas bintil
air sebesar jarum pentul pada bagian tersebut mengering, dan timbul bintil-
kedua telapak tangan. bintil baru yang bertambah banyak.

± 2 tahun yang lalu, pasien juga


Bintil disertai rasa gatal. Gatal dirasakan mengeluhkan keluhan yang sama muncul
pada saat berkeringat, dan pada malam bintil berisi air yang bening yang disertai
hari gatal dirasakan lebih menggangu. gatal pada kedua telapak tangan, tetapi
membaik setelah berobat kedokter.
± 35 tahun yang lalu, keluhan bintil
bening berisi cairan yang disertai gatal
terdapat pada sela jari kaki.

keluhan tersebut muncul pada saat


kaki pasien dalam keadaan berkeringat.
Keluhan tersebut sering kali kambuh,
namun tidak sering dan sekarang sudah
jarang terjadi pada kaki.
Pasien mengatakan tidak ada riwayat
timbul bintil pada saat setelah
menggunakan minyak pelumas
mobil.

pasien berobat ke poli kulit RSK. A.


Rivai Palembang dan diberikan obat
ranitidin, obat racik, dan salep.

Setelah 1 minggu pengobatan


pasien mengatakan bintil sudah
berkurang hanya terasa gatal yg
sudah berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu:
• Riwayat keluhan yang sama
dengan sebelumnya ada
• Riwayat asma ada
• Riwayat rhinitis disangkal
• Riwayat alergi terhadap bahan
iritan disangkal (mis: minyak Riwayat Penyakit Keluarga:
pelumas) • Ada anggota keluarga yang
• Riwayat alergi makanan ada mempunyai riwayat ekzema
(telur) pada ayah pasien.
• Cucu pasien juga mengalami
keluhan yang sama berupa bintil
yang berisi air.
• Riwayat asma dan rhinitis alergi
pada keluarga (-)
Pemeriksaan Fisik
Status generalis:
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Berat badan : 45 kg
Nadi : 90 kali/menit, reguler
Pernafasan : 23 kali/menit
Temperature : 36.7 ºC

Keadaan spesifik:
Kepala : tidak ada kelainan
Leher : tidak ada kelainan
Thoraks : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Genitalia : tidak ada kelainan
Ekstremitas : lihat status dermatologikus
Status Dermatologikus

Pada regio manus dextra dan sinistra terdapat vesikel multiple


diskret bentuk reguller berukuran miliar disertai dengan skuama
halus, dan terdapat pula likenifikasi dan erosi pada kulit.

25
Pemeriksaan syaraf tepi

Tidak ada kelainan

26
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan bila ada keraguan


klinis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:

• Uji tempel kulit terhadap alergen tertentu.

• Pengukuran kadar IgE serum.

27
Diagnosis Banding

1. Dermatitis Atopik
2. Pomfoliks
3. Dermatitis kontak iritan

28
Diagnosis kerja

Dermatitis Atopi
Tatalaksana
Non-medikamentosa:


• Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit dermatitis atopik bersifat kronik dan
berulang sehingga perlu diberi pengertian kepada keluarga untuk menghindari faktor
risiko dan bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian seperti wol, debu
rumah.
• Menjaga kelembaban dari kulit.
• Menjaga kebersihan dan pemilihan bahan pakaian yang tebal dan ketat.
• Menjelaskan kepada keluargapasien cara menggunakan obat oles yang benar yaitu
tipis dan merata pada daerah yang terdapat lesi
• Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk tidak mengaruk tempat lesi.
• Edukasi tentang memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembap agar
kulit tidak kering.
• Menjelaskan kepada keluarga pasien pemakaian pelembab teratur selama 2 hari
sekali segera setelah mandi walaupun tidak ada gejala DA.

Tatalaksana

Medikamentosa:
• Kortikosteroid topikal :
bethametasone dipropionat 0.05% krim 14 gram dioleskan pada bagian
yang terdapat lesi 2 kali sehari diberikan selama 2 minggu.
• Antihistamin:
Dosis cetirizine 10 mg tablet, diminum 1kali sebelum tidur.
• Pelembab:
urea 10%, dipakai teratur 2x sehari.
Prognosis


Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad comestica : dubia ad bonam
ANALISA KASUS

33
Peradangan kulit berupa dermatitis yang
kronis residif, disertai rasa gatal, dan
mengenai bagian tubuh tertentu terutama
di wajah pada bayi (fase infantil) dan
bagian fleksural ekstermitas (pada fase
anak)

Dermatitis atopik kerap terjadi pada


bayi dan anak, sekitar 50% menghilang
pada saat remaja, kadang dapat menetap,
atau bahkan baru mulai muncul pada saat
dewasa.

34
Anamnesis

± 2 tahun yang
Pasien laki-laki, Bintil disertai
Bintil mulai lalu, pasien
62 tahun datang rasa gatal yang Riwayat
pecah dan juga
dengan mengeluarkan dirasakan keluarga dengan
mengeluhkan
timbulnya bintil cairan bening, terutama saat keluhan gatal –
keluhan yang
berisi air malam hari gatal pada kulit
kemudian bekas sama dan
sebesar jarum dan saat (+)
bintil tersebut sering kambuh
pentul pada berkeringat.
mengering. dan membaik
kedua telapak
setelah diberi
tangan.
obat dari dokter

Berdasarkan teori:
• Dermatitis atopik dapat mengenai muncul pada saat dewasa
• Predileksi mirip fase anak, dapat meluas mengenai kedua telapak tangan, jari,
pergelangan tangan, bibir, leher bagian anterior, kulit kepala, dan puting susu.
• Lesi bersifat kronis berupa plak hiperpigmentasi, hiperkeratosis, likenifikasi, erosi
dan skuama.
• Rasa gatal lebih hebat pada saat beristirahat, udara panas, berkeringat.
35
Diagnosis Banding Ditinjau Dari Epidemiologi

Kasus: pasien Tn. M berjenis kelamin laki-laki


berusia 62 bulan, berkebangsaan Indonesia.

Dermatitis Atopi Pomfoliks DKI

Kejadian dermatitis
Terjadi semua golongan
atopik kerap terjadi
Insidenya bisa terjadi
pada bayi, anak dan umur, ras ,dan jenis
pada semua usia,
dewasa, sekitar 50%
umumnya sebelum usia 40 kelamin. Paling banyak
DA Fase Infantil 2
tahun jarang pada usia
bulan-2 tahun, Fase berhubungan dengan
dibawah 10 tahun.
anak 2 bulan -10 tahun,
pekerjaan.
fase remaja-dewasa.

Meskipun sesuai dengan teori, namun hal ini


belum dapat menyingkirkan diagnosis banding
36
Diagnosis Banding Ditinjau Dari Tempat Predileksi

Kasus: awalnya terdapat di bagian kedua telapak


tangan dan sela jari kaki.

Dermatitis Atopi Pomfoliks DKI

Lesi pomfoliks dapat


• Predileksi mirip fase anak,
dapat meluas mengenai terjadi pada telapak
kedua telapak tangan, jari, Punggung tangan dan jari-
tangan dan terkadang
pergelangan tangan, bibir, jari tangan.
leher bagian anterior, kulit ditemukan pada telapak
kepala, dan puting susu.
kaki.

Diagnosis banding dermatitis atopi lebih mendekati


dibandingkan pomfoliks dan DKI.
37
Diagnosis Banding Ditinjau Dari Efloresensi
Pada regio manus dextra dan sinistra terdapat vesikel multiple diskret bentuk
reguller berukuran miliar disertai dengan skuama halus, dan terdapat pula
likenifikasi dan erosi pada kulit.

Dermatitis Atopi Pomfoliks DKI

Vesikel dapat menyatu tanpa


• Lesi bersifat
pecah menjadi bula, dapat
kronis berupa plak
Skuamasi, eritema,
hiperpigmentasi, pula bula pecah secara
vesikel hingga bula,
hiperkeratosis,
spontan. Bula dapat mungkin juga nekrosis.
likenifikasi, erosi
dan skuama. mengering, deskuamasi,
dapat terlihat celah pada
kulit dan rasa nyeri.

Diagnosis banding dermatitis atopi lebih mendekati


dibandingkan pomfoliks, dan DKI
38
Berdasarkan teori pemeriksaan penunjang pada dermatitis atopi berupa:
•Uji kulit terhadap bahan tertentu.
•Pengukuran kadar IgE serum.

Pada kasus ini tidak perlu dilakukan


pemeriksaan penunjang

Berdasarkan teori, uji kulit dilakukan bila ada


dugaan pasien iritan terhadap bahan tertentu,
bukan untuk diagnostik.

39
Penegakkan diagnosis dermatitis atopi berdasarkan kriteria
Harifin-Rakja:

Kriteria Mayor: Kriteria Minor: • Keratokonus


• Riwayat dermatitis di • Xerosis • Katarak
fleksura • Iktiosis • Orbita menjadi gelap
• Awitan dibawah usia 2 tahun • Palmar hiperlineariti • Muka pucat dan eritema
• Pruritus • Keratosis pilaris • Lipatan leher bagian
• Riwayat asma pada penderita • Kadar IgE meningkat depan
• Riwayat xerosis • Dermatitis pada tangan • Gatal bila berkeringat
• Tampak dermatitis fleksura dan kaki • Intoleransi bahan wol
• Keilitis • Hipersensitivitas makanan
• Dermatitis papila mame • Perjalan penyakit
• Infeksi kulit dipengaruhi lingkungan
• Perifolikular keratosis • White dermatografism
• Pitiriasis alba dan delayed blanched
• Awitan pada usia dini respon
• Konjungtivitis berulang
• Lipatan infra orbital

Berdasarkan teori, jika didapatkan 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor, maka
diagnosis DA bisa ditegakkan. Pada kasus telah didapatkan kriteria sesuai
teori, sehingga diagnosis Dermatitis Atopi pada kasus ini dapat ditegakkan 40
Untuk menilai derajat sakit dapat menggunakan score for
atopic dermatitis (SCORAD):

Keterangan:
A : Penilaiaan luas penyakit
B : Penilaiaan intensitas
C : Penilaiaan subjektif

Penilaiaan:
• Dermatitis atopik ringan (skor
SCORAD <15)
• Dermatitis atopik sedang (skor
SCORAD antara 15-40)
• Dermatitis atopik berat (skor
SCORAD >40)

Nilai SCORAD pada kasus ini:

41
A = 1 (manus dextra) + 1 (manus sinistra) = 2

Kriteria Intensitas
Eritema
Papul 1

B=4 Krusta 0
Ekskoriasi 1
Likenifikasi 1
Xerosis 1

C = 14

SCORAD = A/5 + 7B/2 + C


= 2/5 + (7x4)/2 + 14 =28,4

Interpretasi :Dermatitis atopi sedang.


42
Tatalaksana

Berdasarkan SCORAD DA pada kasus ini merupakan derajat sedang, sehingga


tatalaksana kortikosteroid hanya diberikan secara topical, karena pemberian kortikosteroid
sistemik hanya digunakan terutama pada kasus yang berat. Selain itu, kortikosteroid topikal
lebih dipilih karena berbagai pertimbangan yaitu lesi tidak luas, ukuran lesi tidak besar dan
juga lokasi lesi mudah dijangkau, selain itu efek sampingnya lebih minimal. Pada kasus ini
dipilih kortikosteroid golongan potensi kuat atau super poten (III,II,1), karena pada dewasa
kortikosteroid topikal yang kuat dan dalam jangka waktu yang singkat mengingat ketebalan
dari kulit berada pada telapak tangan, lokalisasi penyakit dan kulit pada dewasa cenderung
lebih tebal dibandingkan anak atau dan dianjurkan memilih bentuk sediaan krim.

43
Tatalaksana
Untuk menghitung jumlah kortikosteroid topikal yang diresepkan, sebaiknya
menggunakan ukuran “fingertip unit” yang dibuat oleh Long dan Finley. Satu
“fingertip unit” setara dengan 0,5 gram krim atau salep

Pada laki-laki satu FTU setara dengan 0,5 gram, sedangkan pada perempuan setara
dengan 0,4 gram. Bayi dan anak kira-kira 1/4 atau 1/3 nya.
Pada pasien ini, didapatkan 14 gram selama 2 minggu dari perhitungan FTU.
Perhitungan ini didapatkan dari total seluruh lesi, kedua telapak tangan 1 FTU. Jadi total 1
FTU x 0,5 gram x 2 x 14 hari = 14 gram yang diberikan selama 2 minggu.

44
Tatalaksana

Pada kasus ini juga diberikan penatalaksaan berupa:


• Bethametasone dipropionat 0.05% krim 14 gram dioleskan
pada bagian yang terdapat lesi 2 kali sehari diberikan selama
2 minggu
• Cetirizine tab 10 mg 1 x sehari sebelum tidur.
• Pelembab: krim urea 10%, Pelembab dipakai teratur 2x sehari
segera setelah mandi.

45
• SIMPULAN

• Pada kasus memiliki tiga diagnosis banding yaitu dermatitis atopik, pomfoliks
,dan dermatitis kontak iritan. Diagnosis DA ditegakkan dari anamnesis
pemeriksaan fisik dan status epidermiologikus dan dipastikan dari kriteria Hanifin
dan Rajka minimal 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor. Pada pasien ini untuk
terdapat 5 kriteria mayor didapatkan adanya keluhan pruritus, riwayat xerosis,
riwayat asma, riwayat flexural dermatitis dan ada dermatitis flexural. Untuk
kriteria minor didapatkan 5 yaitu :Xerosis,, Gatal bila berkeringat, alergi
makanan, dermatitis kaki dan tangan, timbul bila dipengaruhi cuaca dan
lingkungan.
• Tatalaksana dermatitis atopik berupa non medikmentosa (edukasi) dan
medikamentosa yaitu Bethametasone dipropionat 0.05% krim 14 gram dioleskan
pada bagian yang terdapat lesi 2 kali sehari diberikan selama 2 minggu,
Cetirizine tab 10 mg 1 x sehari sebelum tidur, Pelembab: krim urea 10%,
Pelembab dipakai teratur 2x sehari segera setelah mandi.

• 4

Anda mungkin juga menyukai