Anda di halaman 1dari 14

Dermatitis Atopik

Adinda Izzati L
22204101058
Latar Belakang
• Dermatitis atopik (DA) merupakan suatu penyakit peradangan kulit yang kronik,
ditandai dengan rasa gatal, eritema, edema, vesikel, dan luka
• Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak. Pada 70 % kasus dermatitis atopik
umumnya dimulai saat anak-anak dibawah 5 tahun dan 10% saat remaja/dewasa
(William H.C., 2005).
• Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil
anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa.
• Pada penderita DA 30 % akan berkembang menjadi asma, dan 35% berkembang
menjadi rhinitis alergi.
Definisi
Dermatitis Atopik (DA) merupakan
Dermatitis Atopik
peradangan kulit yang bersifat kronis
berulang, disertai gatal, timbul pada
tempat predileksi tertentu
Epidemiolog
Dermatitis atopikimenempati peringkat
pertama dari 10 besar penyakit kulit
anak.
Di Indonesia, angka prevalensi
dermatitis atopik diperkirakan sebesar
23,67%.
Etiologi Antigen berikatan dengan Ig E yg menempel pada
permukaan membran sel Langerhans

Faktor Intrinsik: Faktor Ekstrinsik:


genetik, disregulasi stres, iritan, infeksi, makanan,
sistem imun, disfungsi iklim Sel Langerhans (APC) menyerahkan antigen ke sel
sawar kulit T

↑ Trans Epidermal Water Loss (TEWL) sel T Helper 2 aktif

IL-4 IL-5
Kulit makin kering

Sitokin dihasilkan merangsang migrasi


eosinofil ke daerah yg
Port d’entry untuk penetrasi alergen, iritasi, bakteri,
terpapar antigen
dan virus
↑ aktivitas limfosit T

Sel B ↑ produksi Ig E
Manifestasi Klinis
Gejala klinis:
- Rasa gatal, dapat saangat berat hingga mengganggu tidur
- Efloresensi lesi sangat bergantung pada awitan dan berat penyakit
- Riwayat perjalanan penyakit kronis berulang

• Fase Infantil
• Fase Anak
• Fase Dewasa
Fase Infantil
Bentuk lesi: lesi akut, eritematous, papul, vesikel, erosi, eksudasi, dan krusta.

Lokasi lesi: kedua pipi, kulit kepala, dahi, telinga, leher, dan badan dengan
bertambahnya usia, lesi dapat mengenai bagian ekstensor ekstremitas.
Fase Anak
Bentuk lesi: lesi subakut, lebih kering, plak eritematous, skuama, batas tidak tegas, dapat
disertai eksudat, krusta, dan ekskoriasi.

Lokasi lesi: distribusi lesi simetris di daerah fleksural pergelangan tangan, pergelangan
kaki, daerah antekubital, popliteal, eher, dan infragluteal.
Fase Dewasa
Bentuk lesi: lesi kronik, kering, papul/plak eritematous, skuama dan likenfikasi.

Lokasi lesi: lipatan fleksural, wajah, leher, lengan atas, punggung, bagian dorsal tangan,
kaki, jari tangan, dan jari kaki.
Diagnosis
P e n il a ia n sk o r ( Z u lk a r n a i n I . , 2 0 0 9 ) :

Scoring
3 - 4 : r in g a n
4 ,5 - 7 ,5 : s ed a n g
8-9 : berat
Diagnosis Banding

-Dermatitis seboroik (pada fase infantil)


-Dermatitis kontak iritan
-Dermatitis kontak alergi
-Dermatitis Nurmularis
-Skabies
Tata Laksana
• Terapi topikal Edukasi
• Hidrasikulit (menggunakanpelembab) • Tidak mandi dengan air panas
• Kortikosteroidtopikal • hindari sabun yg mengandung
• Penghambatkalsineurintopikal (tacrolimus antiseptik
salep 0,03% atau 1%, dan • Menggunakan pelembab
pimecrolimuskrim 1%)

2. Terapi Sistemik Prognosis


• Kortikosteroid oral
• Penyakit cenderung menjadi lebih
• Antihistamin
• Antibiotik parah dan menetap pada anak-anak.
• Periode remisi sering terjadi pada
orang yang bertambah dewasa.
3. Hindari faktor pencetus (bahan alergen,
suhu, makanan, stres)
Kesimpulan
• Dermatitis atopik merupakan peradangan kulit kronis, residif, dan disertai gatal. Dermatitis atopik pada umumnya
terjadi selama masa bayi dan anak-anak, namun dapat menetap hingga dewasa.

• Penyakit ini sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE serum dan riwayat atopik pada keluarga atau penderita
(dermatitis atopi, rhinitis alergika, dan/atau asma bronkial).

• Penegakan Diagnosis dapat ditegakkan melalui Kriteria Williams ataupun Kriteria Hanifin-Rajka.

• Penatalaksanaan dermatitis atopik memerlukan pendekatan yang sistematik yang meliputi edukasi, terapi topikal
maupun sistemiks, serta identifikasi dan eliminasi faktor-faktor pencetus terjadinya dermatitis atopik seperti iritan,
alergen, agen infeksi, ataupun stres emosional.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai