Definisi
• Merupakan dermatitis eksematosa yang gatal
dan bersifat kronis dan kambuhan.
• Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang
memiliki penyakit atopi lainnya (Rhinitis Alergi,
dan Asma Bronkial).
Patofisiologi
Proses Kompleks melibatkan
kelainan genetic (FLG, SPINK5)
dan Sistem Imun (NOD1,TLSP1)
Gambaran klinis dermatitis atopik bergantung dari fase penyakitnya, dapat bersifat
akut, subakut, maupun kronik berulang.
- Pada lesi akut tampak patch, papul, sampai plak eritematosa, erosi, dan dapat
membasah (oozing) bila ada infeksi sekunder.
- Lesi kronik akan menunjukkan likenifikasi, yaitu penebalan kulit dengan
aksentuasi garis-garis kulit.
Predileksi yang khas pada anak dan dewasa, antara lain fleksura, leher depan dan
samping, dahi, wajah, pergelangan tangan, dan dorsum manus/pedis
Berdasarkan usia penderita, dermatitis atopik dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu
- fase bayi atau infantil (usia 0-2 tahun),
- fase anak (usia 2 tahun hingga pubertas), dan
- fase dewasa.
Pada fase bayi, predileksi dermatitis atopik adalah pada kedua pipi, kulit kepala, dahi,
telinga, leher, dan badan. Dengan bertambah usia, lesi dapat mengenai bagian ekstensor
ekstremitas. Bayi dengan dermatitis atopik sekitar 35% akan menderita asma.
Pada anak-anak: predileksi dermatitis atopik, di daerah
fleksural pergelangan tangan, pergelangan kaki, daerah
antekubital, popliteal, leher dan infragluteal dengan
distribusi lesi simetris.
1. Terkena pada daerah lipatan siku, lutut, di depan mata kaki atau sekitar leher (termasuk pipi pada anak usia kurang dari
10 tahun)
3. Kulit kering
4. Dermatitis pada area lipatan (termasuk pipi, kening, badan luar pada anak 4 tahun)
5. Mulai terkena pada usia kurang dari 2 tahun (tidak digunakan pada anak <4 tahun)
Kriteria Hanifin dan Rajka KRITERIA MAYOR
1. Pruritus
2. Distribusi dan morfologi yang khas (likenifikasi di area fleksual pada dewasa;keterlibatan
kulit wajah dan bagian ekstensor pada bayi dan anak)
3 Dermatitis kronis dan kambuhan
4. Riwayat atopi (asma, rhinitis alergi, dermatitis atopik) pada riwayat penyakit pribadi atau
keluarga
KRITERIA MINOR
1. Xerosis 6 Kecenderungan mengalami infeksi kulit/kelainan 13 Pitiriasis alba
sistem imun yang dimediasi sel 14. Lipatan leher anterior
2. Iktiosis hiperlinearitas palmaris/keratosis pilaris 7. Kecenderungan mengalami dermatitis pada tangan 15. Gatal saat berkeringat
dan kaki dengan penyebab yang tidak spesifik 16. Intoleransi terhadap wool atau pelarut lemak
3 Reaktivitas uji kulit tipe cepat (tipe I) 8. Eksim pada puting susu 17. Aksentuasi perifolikuler
18. Intoleransi terhadap makanan
4. Peningkatan immunoglobulin E 9. Cheilitis 19. Berat ringan penyakit dipengaruhi oleh iklim atau
10. Katarak anterior subcapsular cuaca atau faktoremosional
5. Onset penyakit saat muda 11. Periorbital darkening 20. White dermographism/delayed blanch
12. Facial pallor erythema
Diagnosis dermatitis atopic dapat ditregakkan apabila memenuhi 3 kriteria mayor dan
kriteria minor
EDUKASI
- Menghindari gosokan dan garukan
TATALAKSANA
- Menggunakan emolien atau pelembap
- Menghindari allergen yang menyebabkan kekambuhan : tungau debu rumah, polen ataupun
protein pada bulu binatang
- Menjaga jangan mudah stress
- Hindari berkeringat, jika berkeringat lap dan juga ganti baju , mandi
Medikamentosa
• Kortikosteroid Topikal (tidak untuk jangka yang lama)
- Lemah : Bayi
- Lemah sampai sedang : Anak
- Sedang sampai Kuat : Dewasa
Definisi
• Kelainan kulit yang dicirikan dengan kulit
kering (xerosis) disertai sisik, keratosis
pilaris, hiperlinearitas palmar dan plantar,
dan memiliki hubungan yang kuat
dengan kelainan atopik.
PATOFISIOLOGI
Mutasi gen filaggrin (FLG) yang
menyebabkan hilangnya fungsi
gen tersebut.
Deskuamasi yang
berlebihan
IKTIOSIS VULGARIS
Manifestasi klinis iktiosis dapat berupa kulit
kering yang bersisik skuama, fisura,
hiperlinearitas palmar, dan keratosis pilaris.
Definisi
• Merupakan dermatitis yang ditandai
dengan kulit kering, pecah-pecah, dan
terasa gatal dengan predileksi di
ekstremitas bawah.
PATOFISIOLOGI
Skuama putih
Skuama kuning Nodul dengan Patch abu-abu dengan titik
keperakan,
berminyak pustulasi hitam ( black dot)
berlapis
Dermatitis
seboroik
Psoriasis kapitis
Tinea kapitis
Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik merupakan peradangan kronis dan
kekambuhan pada area kulit dengan banyak kelenjar
sebasea (sebhorreic area)
Genetik
Stres emosional
Respons imun
Neurogenik
Gambaran Klinis
Shampoo yang
mengandung bahan
keratolitik : asam
salisilat, diberikan 2x
seminggu selama 4
minggu
Algoritma Terapi
Shampoo antifungal/
Shampoo antifungal/shampoo kortikosteroid potensi ringa-
selenium sulfide/zinc pyrithione sedang (kelas I-II) hinggan 4
minggu
Lesi pada psoriasis kapitis berupa skuama superfisial dan jarang ditemukan
adanya plak yang tebal.
Pada kasus dengan lesi plak adherent skuama dibersihkan dengan asam salisilat
10% dalam minyak mineral.
Tinea Kapitis
Tiga perempat kasus tinea kapitis terjadi antara usia 2 dan 9 tahun
Tinea kapitis tidak mengakibatkan kerontokan rambut apabila muncul pada orang
dewasa
1. ...
Gambaran klinis tinea kapitis bervariasi dari skuama dengan inflamasi minimal.
Hingga tipe inflamatif dan supuratif
Lesi primer tipe gray patch diawali dengan papul eritem kecil sekitar batang rambut
pada area kulit kepala, alis dan bulu mata.
Lanjutan..
Ditemukan area kebotakan tertutup skuama keabuan, serta diikuti dengan riwayat keron
tokan rambut pada teman sepermainannya atau kerontokan bulu-bulu pada anak anjing/
kucing yang dipeliharanya.
Lesi primer tinea favosa (kerion celsi) dapat berupa papula, pustula, plak,
atau nodul dengan atau tanpa alopesia. Karakteristik kerion celsi adalah
ditemukannya lesi krustasi yang nyeri tertutup pustul folikuler.
TATALA
tidak disarankan bila hanya selama 8 minggu untuk BB 20-40 kg
terapi topikal dan 250 mg/ hari
untuk BB >40 kg
selama 4 minggu
Spesies Trichopyton
KSANA BB 10-20 kg =
62,5 mg/hari
BB 20-40 kg =
125 mg/hari
Griseofulvin 8 minggu
Itrakonazol 2 minggu
Flukonazol 6 mg/kg BB/
hari selama 3-4 minggu
BB 10-20 kg =
250 mg/hari
selama 2-4
minggu
Tatalaksana
Traction
Trichotilomania
Alopecia
Telogen Pityriasis
effluvium amiantasea
ALOPESIA AERATA
Definisi
• Kerontokan rambut karena
proses autoimun yang
menyebabkan destruksi
folikel rambut.
Secara klinis, alopesia areata tampak sebagai patch
alopesia tanpa jaringan parut (non-scarring alopecia).
Tidak ditemukan kemerahan atau skuama pada kulit
kepala dengan kebotakan.
Definisi
• Merupakan kehilangan rambut akibat
kebiasaan pasien menarik rambutnya secara
repetitif.
• Kelainan ini merupakan suatu gangguan
kecemasan dengan manifestasi klinis
obsesif-kompulsif.
• Trichotillomania merupakan masalah
psikiatri, tetapi kelainan ini banyak ditemukan
terlebih dahulu oleh dermatologis.
Etiologi trichotillomania terbilang kompleks dan
dapat dipicu adanya faktor psikologis dalam
keluarga atau lingkungan sekitar.
Definisi
• Alopesia traksi adalah
kerontokan rambut yang
terjadi akibat tarikan yang
lama dan berulang-ulang
pada rambut kepala.
PATOFISIOLOGI
Alopesia traksi dapat diakibatkan karena rambut yang
ditarik ke belakang dan diikat, atau terlalu kencang
digulung ataupun diluruskan menggunakan sisir yang
panas. Pemakaian rambut tambahan (hair extension),
hair rollers, dan bahan kimia untuk melembutkan rambut
(chemical relaxers) juga dilaporkan dapat menyebabkan
alopesia traksi.
TATALAKSANA
Alopesia traksi banyak terjadi pada bagian depan (frontal) dan kulit kepala bagian
samping. Lokasi alopesia traksi dapat dipengaruhi pada kebiasaan perawatan
rambut pribadi pasien.
Pada alopesia traksi dapat ditemukan "fringesign", yaitu rambut-rambut yang masih
tersisa pada tepi frontal atau temporal.
Pada tahap awal, alopesia traksi bersifat noncicatricial (tanpa jaringan parut), tetapi
ketegangan yang berkepanjangan dan berlebihan menyebabkan kerusakan folikel
rambut dan alopecia permanen.
TELOGEN EFFLUVIUM
Definisi
• Telogen effluvium adalah peningkatan
kerontokan rambut yang berada dalam
fase telogen (fase istirahat) sebagai
respons terhadap perubahan fisiologis
ataupun patologis yang terjadi pada
tubuh
• Perubahan fisiologis tubuh yang dapat menyebabkan telogen effluvium
terjadi saat postpartum dan kerontokan yang terjadi pada neonatus.
Hair pull test dilakukan dengan menggenggam 40-60 rambut kulit kepala
yang dikelompokkan erat dengan ibu jari dan jari telunjuk dan rambut
ditarik dengan kuat dan perlahan dari kulit kepala.
Secara normal, hanya 2-3 rambut ditarik keluar dengan metode ini. Dalam
kerontokan yang berlebihan, lebih dari 10% rambut mudah dicabur dari
setiap bagian kulit kepala dengan syarat pasien tidak keramas lebih dari 24
jam
Meskipun demikian, hair pull test tidak cukup sensitif
untuk menegakkan diagnosis telogen effluvium.
2. Pemeriksaan fisik menunjukkan penipisan rambut dan pada kondisi yang berkepanjangan ditemukan alopesia difus tanpa
jaringan parut
3. Pemeriksaan hair pull test, dengan cara melihat jumlah rambut yang tercabut saat sejumlah helai rambut ditarik dapat
dikerjakan untuk membedakan telogen effluvium dengan penyebab alopesia difus lainnya. Hair pull test dikatakan positif
bila rambut yang tercabut >10%. Akan tetapi, standardisasi seberapa kuat tarikan dan berapa belai rambut yang ditarik
saat pencabutan yang bervariasi membuat perasat ini memiliki nilai diagnostik yang rendah.
4. Pemeriksaan dengan trikogram dapat dikerjakan untuk melihat struktur rambut tersebut, sehingga dapat dibedakan folikel
rambut tersebut ada pada fase telogen atau fase anagen.
5. Telogen effluvium memiliki prognosis yang baik. Pertumbuhan kembali rambut yang rontok akan terjadi apabila kondisi
perubahan fisiologis ataupun patologis yang mendasari telogen effluvium telah teratasi.
Thank You
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons
by Flaticon, and infographics & images by Freepik
Vectors
● Cartoon math elements background