Anda di halaman 1dari 63

KULIT KERING, KETOMBE,

DAN RAMBUT RONTOK


Regina Agape Christy Toding
2065050088

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


Periode 01 Agustus – 20 Agustus 2022
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
KULIT KERING

Gatal Tidak gatal

Penyakit Penyakit Dapatan/tidak


Sistemik (+) Sejak lahir
Sistemik (-) sejak lahir

Dermatitis Pruritus Xerotic Skin Iktiosis


Atopik, dermatitis uremikum,
asteatotik diabetes melitus,
keganasan
Rujuk
Kulit Kering
Dermatiti Iktiosis
s Atopik Vulgaris
Dermatiti
s
Asteatotik
DERMATITIS ATOPIK

Definisi
• Merupakan dermatitis eksematosa yang gatal
dan bersifat kronis dan kambuhan.
• Kondisi ini sering terjadi pada pasien yang
memiliki penyakit atopi lainnya (Rhinitis Alergi,
dan Asma Bronkial).
Patofisiologi
Proses Kompleks melibatkan
kelainan genetic (FLG, SPINK5)
dan Sistem Imun (NOD1,TLSP1)

DERMATITIS ATOPIK Faktor Intrinsik : Kelainan Fungsi sawar


kulit dan regulasi system
- Stress Psikis
imun pada individu atopik
Faktor Ekstrinsik :
- Infeksi Bakteri
- Paparan bahan
allergen
- Iritan Risiko lebih besar terjadi sensitisasi
dan iritasi dari bahan – bahan yang
ada di lingkungan serta lebih rentan
mengalami infeksi virus dan bakteri.
Dermatitis atopik banyak diderita bayi, dengan puncak prevalensinya 15-20% pada
masa anak-anak. Secara umum, keadaan ini ditandai dengan kulit kering dan gatal.
Rasa gatal dapat terjadi pada derajat sedang hingga berat sehingga mengganggu
tidur.

Gambaran klinis dermatitis atopik bergantung dari fase penyakitnya, dapat bersifat
akut, subakut, maupun kronik berulang.

- Pada lesi akut tampak patch, papul, sampai plak eritematosa, erosi, dan dapat
membasah (oozing) bila ada infeksi sekunder.
- Lesi kronik akan menunjukkan likenifikasi, yaitu penebalan kulit dengan
aksentuasi garis-garis kulit.

Predileksi yang khas pada anak dan dewasa, antara lain fleksura, leher depan dan
samping, dahi, wajah, pergelangan tangan, dan dorsum manus/pedis
Berdasarkan usia penderita, dermatitis atopik dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu
- fase bayi atau infantil (usia 0-2 tahun),
- fase anak (usia 2 tahun hingga pubertas), dan
- fase dewasa.

Pada fase bayi, predileksi dermatitis atopik adalah pada kedua pipi, kulit kepala, dahi,
telinga, leher, dan badan. Dengan bertambah usia, lesi dapat mengenai bagian ekstensor
ekstremitas. Bayi dengan dermatitis atopik sekitar 35% akan menderita asma.
Pada anak-anak: predileksi dermatitis atopik, di daerah
fleksural pergelangan tangan, pergelangan kaki, daerah
antekubital, popliteal, leher dan infragluteal dengan
distribusi lesi simetris.

Pada fase dewasa: tersering ada pada lipatan fleksural,


wajah, leher, lengan atas, punggung serta bagian dorsal
tangan, kaki, jari tangan, dan jari kaki.
Ahronowitz I, Leslie K.. Fitzpatrick’s Dermatologi 9th Ed. United States: McGraw-Hill Education, 2019
KRITERIA WILLIAM
Harus ada : rasa gatal ( pada anak – anak dengan bekas garukan)

Ditambah 3 atau lebih dari kriteria berikut :

1. Terkena pada daerah lipatan siku, lutut, di depan mata kaki atau sekitar leher (termasuk pipi pada anak usia kurang dari
10 tahun)

2. Riwayat atopi, seperti asma atau hay fever

3. Kulit kering

4. Dermatitis pada area lipatan (termasuk pipi, kening, badan luar pada anak 4 tahun)

5. Mulai terkena pada usia kurang dari 2 tahun (tidak digunakan pada anak <4 tahun)
Kriteria Hanifin dan Rajka KRITERIA MAYOR
1. Pruritus
2. Distribusi dan morfologi yang khas (likenifikasi di area fleksual pada dewasa;keterlibatan
kulit wajah dan bagian ekstensor pada bayi dan anak)
3 Dermatitis kronis dan kambuhan
4. Riwayat atopi (asma, rhinitis alergi, dermatitis atopik) pada riwayat penyakit pribadi atau
keluarga
KRITERIA MINOR
1. Xerosis 6 Kecenderungan mengalami infeksi kulit/kelainan 13 Pitiriasis alba
sistem imun yang dimediasi sel 14. Lipatan leher anterior
2. Iktiosis hiperlinearitas palmaris/keratosis pilaris 7. Kecenderungan mengalami dermatitis pada tangan 15. Gatal saat berkeringat
dan kaki dengan penyebab yang tidak spesifik 16. Intoleransi terhadap wool atau pelarut lemak
3 Reaktivitas uji kulit tipe cepat (tipe I) 8. Eksim pada puting susu 17. Aksentuasi perifolikuler
18. Intoleransi terhadap makanan

4. Peningkatan immunoglobulin E 9. Cheilitis 19. Berat ringan penyakit dipengaruhi oleh iklim atau
10. Katarak anterior subcapsular cuaca atau faktoremosional
5. Onset penyakit saat muda 11. Periorbital darkening 20. White dermographism/delayed blanch
12. Facial pallor erythema

Diagnosis dermatitis atopic dapat ditregakkan apabila memenuhi 3 kriteria mayor dan
kriteria minor
EDUKASI
- Menghindari gosokan dan garukan
TATALAKSANA
- Menggunakan emolien atau pelembap
- Menghindari allergen yang menyebabkan kekambuhan : tungau debu rumah, polen ataupun
protein pada bulu binatang
- Menjaga jangan mudah stress
- Hindari berkeringat, jika berkeringat lap dan juga ganti baju , mandi

Medikamentosa
• Kortikosteroid Topikal (tidak untuk jangka yang lama)
- Lemah : Bayi
- Lemah sampai sedang : Anak
- Sedang sampai Kuat : Dewasa

• Antibiotik Topikal (Infeksi Sekunder)


• Antihistamin untuk mengurangi gatal
• Emolien (Bentuk lesi sub akut dan kronis untuk hidrasi)
IKTIOSIS VULGARIS

Definisi
• Kelainan kulit yang dicirikan dengan kulit
kering (xerosis) disertai sisik, keratosis
pilaris, hiperlinearitas palmar dan plantar,
dan memiliki hubungan yang kuat
dengan kelainan atopik.
PATOFISIOLOGI
Mutasi gen filaggrin (FLG) yang
menyebabkan hilangnya fungsi
gen tersebut.

● Penurunan hidrasi kulit


IKTIOSIS VULGARIS ● Peningkatan pH kulit
● Peningkatan
transepidermal water loss
↓ Kemampuan Skuama (TEWL)
untuk tetap terhidrasi saat
bergerak → lapisan atas
stratum korneum

Deskuamasi yang
berlebihan
IKTIOSIS VULGARIS
Manifestasi klinis iktiosis dapat berupa kulit
kering yang bersisik skuama, fisura,
hiperlinearitas palmar, dan keratosis pilaris.

Tanda-tanda atopi harus dicari mengingat


kelainan ini berhubungan erat dengan kelainan
atopik.

Iktiosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan


klinis.
 
TATALAKSANA

Prinsip : Menghilagkan skuama yang berlebih dan untuk


memperbaiki xerosis tanpa menyebabkan iritasi.

- Aplikasi emolien rutin tiap hari atau pelembap akan


menghasilkan efek yang baik
- Mengindari pekerjaan/aktivitas di air dan paparan bahan
iritan
DERMATITIS ASTEATOTIK

Definisi
• Merupakan dermatitis yang ditandai
dengan kulit kering, pecah-pecah, dan
terasa gatal dengan predileksi di
ekstremitas bawah.
PATOFISIOLOGI

DERMATITIS Abnormalitas pada maturitas Penurunan kandungan air


ASTEATOTIK epidermis pada epidermis

Kulit menjadi pecah


– pecah dan terjadi
inflamasi
Pada anamnesis dijumpai keluhan kulit kering,
pecah-pecah, dan gatal pada kedua tungkai bawah.

Pemeriksaan fisik didapatkan patch hiperpigmentasi,


dengan gambaran kulit xerotik, fissura, dan
ekskoriasi.

Gatal dan garukan yang berkepanjangan dapat


menimbulkan gambaran likenifikasi
TATALAKSANA

→ Tujuan terapi: meminimalisasi hilangnya air dalam jaringan kulit.


- Emolien dipakai setiap hari, ditambah dengan penggunaan sabun
yang mengandung pelembap

- Kortikosteroid potensi lemah dapat digunakan

- Edukasi : Menghindari mandi yang terlalu sering atau terlalu lama


KETOMBE
KETOMBE

Dasar Kulit Eritem Dasar Kulit Tidak Aritem

Skuama putih
Skuama kuning Nodul dengan Patch abu-abu dengan titik
keperakan,
berminyak pustulasi hitam ( black dot)
berlapis

Dermatitis Tinea kapitis tipe gray patch/


Psoriasis kapitis Kerion celsi black dot
seboroik
Pendekatan Rambut Ketombe

Dermatitis
seboroik

Psoriasis kapitis

Tinea kapitis
Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik merupakan peradangan kronis dan
kekambuhan pada area kulit dengan banyak kelenjar
sebasea (sebhorreic area)

Predileksi pada area seboroik seperti kepala


dan wajah
Faktor Risiko Dermatitis seboroik

Beberapa Faktor risiko dapat menjadi patomekanisme terjadinya


Dermatitis Seboroik:

Kolonisasi jamur Malassezia

Peningkatan aktivitas kelenjar sebasea

Genetik

Stres emosional

Respons imun

Neurogenik
Gambaran Klinis

● Patch eritem sampai dengan hiperpigmentasi


disertai munvulnya sisik dan terasa gatal, sering
mengalami kekambuhan
Modalitas terapi untuk pengobatan Dermatitis Seboroik

Obat anti fungal:


Shampoo kortikosteroid:
shampoo ketokonazol
klobetasol propionat
2%/selenium sulfide
0,05% diberikan 2x
2,5%/zinc pyrithione
seminggu selama 4
diberikan 2x seminggu
minggu
selama 4 minggu

Shampoo yang
mengandung bahan
keratolitik : asam
salisilat, diberikan 2x
seminggu selama 4
minggu
Algoritma Terapi

Penilaian derajat keparahan Dermatitis Seboroik pada kulit kepala

Sedang hingga berat


Ringan

Shampoo antifungal/
Shampoo antifungal/shampoo kortikosteroid potensi ringa-
selenium sulfide/zinc pyrithione sedang (kelas I-II) hinggan 4
minggu

Perbaikan Tanpa perbaikan Perbaikan Tanpa perbaikan

Kurangi terapi secara Kurangi terapi secara


Rujuk Rujuk
gradual hingga remisi gradual hingga remisi
Psoriasis
Kapitis
DEFINISI

Psoriasis kapitis atau scalp psoriasis


merupakan psoriasis yang terjadi pada
kulit kepala dan dapat meluas hingga
dahi, belakang leher atau telinga.
Ringkasan Tata Laksana

Lesi pada psoriasis kapitis berupa skuama superfisial dan jarang ditemukan
adanya plak yang tebal.

Terapi yang diberikan berupa larutan tar/sampo ketokonasol diikuti dengan


pemberian betamethasone valerate 1% lotion; pada kasus yang refrakter
diberikan clobetasol proprionate 0,05% yang dioleskan pada kulit kepala.

Pada kasus dengan lesi plak adherent skuama dibersihkan dengan asam salisilat
10% dalam minyak mineral.
Tinea Kapitis

Merupakan infeksi dermatofita pada rambut dan kulit


kepala
Patofisiologi singkat

 Disebabkan oleh Microsporum Kanis dan Microsporum Audouinii


Terdapat tiga tipe invasi jamur pada rambut, yaitu:

Invasi rambut ectothrix ditandai adanya perkembangan arthroconidia


pada batang rambut luar, contoh: M. Canis, M. Gypseum, T.
Equinum, T. Verrucosum

Invasi rambut endothrix ditandai dengan perkembangan arthroconidia


hanya di dalam batang rambut, semua agen yang memproduksi
endothrix merupakan species bersifat antrofilik seperti T. Tonsurans
dan T. Violaceum

Favus biasanya disebabkan oleh T. Schoenleinii, memproduksi


krusta yang serupa dengan favus atau scutula yang berhubungan
dengan rambut rontok
Gambaran Tinea Kapitis

Tiga perempat kasus tinea kapitis terjadi antara usia 2 dan 9 tahun

Tinea kapitis tidak mengakibatkan kerontokan rambut apabila muncul pada orang
dewasa
1. ...

Gambaran klinis tinea kapitis bervariasi dari skuama dengan inflamasi minimal.
Hingga tipe inflamatif dan supuratif

Lesi primer tipe gray patch diawali dengan papul eritem kecil sekitar batang rambut
pada area kulit kepala, alis dan bulu mata.
Lanjutan..

Lesi primer tinea favosa dapat berupa papula, pustula,


plak atau nodul dengan/tanpa alopesia

Karakteristik kerion celsi adalah ditemukannya lesi krustasi


yang nyeri tertutup pustul folikuler. Umumnya ditemukan
lesi skuama, eritema dan alopesia, apabila rambut rsak pada
permukaan kulit kepala dapat terjadi aopesia titik hitam
(black dot) dan skuama

Respons imun seluler yang meningkat dapat menyebabkan


terjadinya inflamasi berat (kerion) dengan lesi eksudatif, nodular,
membasah dan meninggalkan bekas berupa alopesia sikatrikal yang
permanen
Lesi primer tipe grey patch tampak papul eritem kecil di sekitar batang rambut pada area
kulit kepala, alis, dan bulu mata. Dalam beberapa hari, papul merah berubah menjadi pucat
dan berskuama, rambut berubah warna, kusam, dan rapuh. Selanjutnya rambut tersebut patah
beberapa milimeter di atas permukaan kulit kepala. Lesi tersebut menyebar membentuk
papul-papul dalam susunan tipikal berbentuk cincin dengan area lain yang terinfeksi.

Ditemukan area kebotakan tertutup skuama keabuan, serta diikuti dengan riwayat keron
tokan rambut pada teman sepermainannya atau kerontokan bulu-bulu pada anak anjing/
kucing yang dipeliharanya.
Lesi primer tinea favosa (kerion celsi) dapat berupa papula, pustula, plak,
atau nodul dengan atau tanpa alopesia. Karakteristik kerion celsi adalah
ditemukannya lesi krustasi yang nyeri tertutup pustul folikuler.

Umumnya, ditemukan lesi skuama, eritema, dan alopesia Apabila rambut


rusak pada permukaan kulit kepala, dapat terjadi alopesia titik hitam (black
dot) dan skuama.
Respons imum seluler yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya
inflamasi berat (kerion) dengan lesi eksudatif, nodular, membasah, dan
meninggalkan bekas berupa alopesia sikatrikal yang permanen. Dapat
ditemukan limfadenopati regional sesuai dengan lokasi lesi tinea
favosa.
Pemeriksaan Laboratorium

Tinea kapitis; swab keiron dengan


memeriksa spesimen menggunakan KOH
10% dibawah mikroskop
Rambut atau kulit kepala yang terinfeksi dapat
diinokulasikan pada agar saboraud/ dermatotype test
medium lainnya dan organisme penyebab dapat
diidentifikasi dalam waktu beberapa minggu.

Kultur jamur pada tinea kapitis tipe gray patch tumbuh


microsporum canis. Sementara itu pada kultur kerion
celsi ditemukan M. Canis dan M. Gypseum

Pemeriksaan lampu wood hanya


berfluoresensi pada tinea kapitis
Tinea Kapitis Terapi Topikal Spesies Microsporum
Rambut dicuci dengan sampo Griseofulvin • Itrakonazol 50-100
antimikotik: selenium sulfida 1-fine particle/ mg/ hari atau 5 mg/
2,5% 2-4 kali/minggu (B,2) atau microsize 20-25 kgBB/hari selama
sampo ketokonazol 2% 2 hari mg/kgBB/hari minggu.
sekali selama 2-4 minggu (B,2) dan • Terbinafin 62,5
ultramicrosize 10- mg/hari untuk BB
Untuk pengobatan tinea kapitis, 15 mg/kgBB/ hari 10-20 kg, 125 mg,

TATALA
tidak disarankan bila hanya selama 8 minggu untuk BB 20-40 kg
terapi topikal dan 250 mg/ hari
untuk BB >40 kg
selama 4 minggu
Spesies Trichopyton

KSANA BB 10-20 kg =
62,5 mg/hari

BB 20-40 kg =
125 mg/hari
Griseofulvin 8 minggu
Itrakonazol 2 minggu
Flukonazol 6 mg/kg BB/
hari selama 3-4 minggu

BB 10-20 kg =
250 mg/hari
selama 2-4
minggu
Tatalaksana

1.Obat Antifungal Topikal Atau Sistemik


2.Hindari Penggunaan Barang Bersamaan Dengan Anggota
Keluarga Atau Teman
3.Pemberian Terapi Untuk Binatang Peliharaan
PITIRIASIS
AMIANTACEA
Kondisi yang ditandai
dengan pengelupasan atau
deskuamasi secara
berlebihan pada kulit
kepala

Reaksi inflamasi pada kulit kepala,


seperti pada psoriasis kapitis, dermatitis
seboroik, dermatitis atopik, atau tinea
kapitis.
Tatalaksana
• Keratolitik dan kortikosteroid topikal
• Keratolitik: asam salisilat
Tatalaksana
• Sampo ketokonazol, ciclopirox, dan zinc
pyrithione (keratolitik)
• Terapi sistemik: agen biologis TNF alpha
RAMBUT
RONTOK
Alopesia
Tinea Kapitis
Aerata

Traction
Trichotilomania
Alopecia

Telogen Pityriasis
effluvium amiantasea
ALOPESIA AERATA

Definisi
• Kerontokan rambut karena
proses autoimun yang
menyebabkan destruksi
folikel rambut.
Secara klinis, alopesia areata tampak sebagai patch
alopesia tanpa jaringan parut (non-scarring alopecia).
Tidak ditemukan kemerahan atau skuama pada kulit
kepala dengan kebotakan.

Ditemukan satu atau beberapa bercak kebotakan


pada kulit kepala atau bagian badan lain yang
berambut (misal janggut), Pada saat penyakit masih
dalam proses aktif, rambut menyerupai tanda seru
(exclamation hair/!) pada batas area dengan
kebotakan.
Penegakan diagnosis alopesia areata dilakukan secara
klinis.

Pemeriksaan dengan dermoskop dapat membantu


penegakan diagnosis alopesia areata.

Beberapa kasus alopesia areata dapat muncul secara


koinsidensi bersama vitiligo dan penyakit tiroid autoimun,
sehingga disarankan untuk mengevaluasi fungsi hormon
tiroid pada pasien alopesia areata.
TATALAKSANA
- Kortikosteroid Topikal atau intralesional
- Solusio Minoxidil 2% atau 5%
- Anthralin
- Steroid dalam preparat shampoo
- Kortikosteroid Oral (Alopesia Ekstensif atau
universalis )
- Methotreksat
- Siklosporin
- Fototerapi  Psoralen plus UVA maupun narrowband
UVB
TRICHOTILLOMANIA

Definisi
• Merupakan kehilangan rambut akibat
kebiasaan pasien menarik rambutnya secara
repetitif.
• Kelainan ini merupakan suatu gangguan
kecemasan dengan manifestasi klinis
obsesif-kompulsif.
• Trichotillomania merupakan masalah
psikiatri, tetapi kelainan ini banyak ditemukan
terlebih dahulu oleh dermatologis.
Etiologi trichotillomania terbilang kompleks dan
dapat dipicu adanya faktor psikologis dalam
keluarga atau lingkungan sekitar.

Faktor genetik juga merupakan salah satu faktor


predisposisi pada terjadinya trichotillomania, yaitu
adanya mutasi gen SLITRKI yang berpengaruh
pada perkembangan korteks maupun pertumbuhan
neuron.
Pada trichotillomania ditemukan area kebotakan dengan batas tegas.
Apabila dilihat dari dekat, sebenarnya tidak ditemukan area yang
benar benar botak. Namun, area yang dipenuhi rambut-rambut yang
pendek.

Rambut yang panjang telah patah karena dicabut/ditarik. Rambut


yang tersisa terlalu pendek untuk dipilin dan kemudian dicabut.
Biasanya kelainan ini terjadi pada anak dan remaja yang mempunyai
gangguan psikologis dan keluhan membaik apabila keadaan
membaik.

Penegakan diagnosis trichotilomania dilakukan secara klinis.


TATALAKSANA
Tata laksana lebih mencakup pada penyelesaian
masalah psikologis yang mendasari, terapi perilaku dan
dapat juga dikombinasi dengan terapi medikamentosa
seperti pemberian SSRI (selective serotonin reuptake
inhibitors)
ALOPESIA TRAKSI

Definisi
• Alopesia traksi adalah
kerontokan rambut yang
terjadi akibat tarikan yang
lama dan berulang-ulang
pada rambut kepala.
PATOFISIOLOGI
Alopesia traksi dapat diakibatkan karena rambut yang
ditarik ke belakang dan diikat, atau terlalu kencang
digulung ataupun diluruskan menggunakan sisir yang
panas. Pemakaian rambut tambahan (hair extension),
hair rollers, dan bahan kimia untuk melembutkan rambut
(chemical relaxers) juga dilaporkan dapat menyebabkan
alopesia traksi.
TATALAKSANA
Alopesia traksi banyak terjadi pada bagian depan (frontal) dan kulit kepala bagian
samping. Lokasi alopesia traksi dapat dipengaruhi pada kebiasaan perawatan
rambut pribadi pasien.

Pada alopesia traksi dapat ditemukan "fringesign", yaitu rambut-rambut yang masih
tersisa pada tepi frontal atau temporal.

Pada tahap awal, alopesia traksi bersifat noncicatricial (tanpa jaringan parut), tetapi
ketegangan yang berkepanjangan dan berlebihan menyebabkan kerusakan folikel
rambut dan alopecia permanen.
TELOGEN EFFLUVIUM

Definisi
• Telogen effluvium adalah peningkatan
kerontokan rambut yang berada dalam
fase telogen (fase istirahat) sebagai
respons terhadap perubahan fisiologis
ataupun patologis yang terjadi pada
tubuh
• Perubahan fisiologis tubuh yang dapat menyebabkan telogen effluvium
terjadi saat postpartum dan kerontokan yang terjadi pada neonatus.

• Kondisi patologis yang dapat menyebabkan telogen effluvium, antara


lain demam tinggi, infeksi berat, infeksi kronis (HIV, SLE), stres
psikologis yang berat dan berkepanjangan, pasca tindakan bedah,
hipotiroidisme. dan endokrinopati lain, malnutrisi, penghentian
kontrasepsi oral, serta penggunaan obat-obatan antikoagulan, antitiroid,
antikonvulsan interferon-a-2b, logam, dan B-blockers).
Penegakan diagnosis telogen effluvium dapat dilakukan secara klini Uji
penarikan rambut atau hair pull test menunjukkan hasil positif pada telogen
effluvium.

Hair pull test dilakukan dengan menggenggam 40-60 rambut kulit kepala
yang dikelompokkan erat dengan ibu jari dan jari telunjuk dan rambut
ditarik dengan kuat dan perlahan dari kulit kepala.

Secara normal, hanya 2-3 rambut ditarik keluar dengan metode ini. Dalam
kerontokan yang berlebihan, lebih dari 10% rambut mudah dicabur dari
setiap bagian kulit kepala dengan syarat pasien tidak keramas lebih dari 24
jam
Meskipun demikian, hair pull test tidak cukup sensitif
untuk menegakkan diagnosis telogen effluvium.

Trichogram dari rambut yang dikumpulkan selama uji


penarikan rambut dengan pemeriksaan mikroskopis
cahaya menunjukkan rambut yang berbentuk seperti alat
pemukul (club hair)
TATALAKSANA
1. Penegakan diagnosis telogen effluvium dilakukan secara klinis dengan menggali kemungkinan adanya perubahan
fisiologis ataupun patologis yang dapat memengaruhi kondisi tubuh.

2. Pemeriksaan fisik menunjukkan penipisan rambut dan pada kondisi yang berkepanjangan ditemukan alopesia difus tanpa
jaringan parut

3. Pemeriksaan hair pull test, dengan cara melihat jumlah rambut yang tercabut saat sejumlah helai rambut ditarik dapat
dikerjakan untuk membedakan telogen effluvium dengan penyebab alopesia difus lainnya. Hair pull test dikatakan positif
bila rambut yang tercabut >10%. Akan tetapi, standardisasi seberapa kuat tarikan dan berapa belai rambut yang ditarik
saat pencabutan yang bervariasi membuat perasat ini memiliki nilai diagnostik yang rendah.

4. Pemeriksaan dengan trikogram dapat dikerjakan untuk melihat struktur rambut tersebut, sehingga dapat dibedakan folikel
rambut tersebut ada pada fase telogen atau fase anagen.

5. Telogen effluvium memiliki prognosis yang baik. Pertumbuhan kembali rambut yang rontok akan terjadi apabila kondisi
perubahan fisiologis ataupun patologis yang mendasari telogen effluvium telah teratasi.
Thank You
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons
by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution


Icon pack: math
Alternative resources
Here’s an assortment of alternative resources whose
style fits that of this template:

Vectors
● Cartoon math elements background

Anda mungkin juga menyukai