Anda di halaman 1dari 38

PR E SE N T A S I K AS U S  

D E R M A T IT IS A T O PIK

 
 

Pembimbing :
dr. Jihan Rosita, Sp. KK

Muhammad Syaiful Akmal 1620221161


IDENTITAS PASIEN

 Nama : By. RNA


 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 3 Bulan 28 Hari (08 September 2018)
 Agama : Islam
 Tanggal masuk RS : 05 Januari 2019
 Tanggal periksa : 05 Januari 2019
ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)

Keluhan utama

• muncul bercak kemerahan di lipat


siku dan leher sejak 2 bulan yang lalu

Keluhan tambahan

• gatal
Riwayat penyakit
sekarang
• muncul bercak kemerahan di
lipat siku dan leher. sejak 2
bulan yang lalu,
• muncul tiba-tiba,
• semakin melebar
• disertai gatal,
• sulit tidur.
Riwayat penyakit sekarang

• Oleh pasien dibawa ke puskesmas dan


diberi obat salep dan obat minum,
• tetapi tidak ada perbaikan.
• Kemudian muncul bercak baru lagi di
daerah pipi kiri pada bayi.
• Tidak ada riwayat kontak dengan
benda seperti kalung atau gelang pada
bayi.
• Tidak ada riwayat terkena cairan atau
zat keras.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA

• Riwayat penyakit yang sama : • Riwayat penyakit yang sama :


disangkal ada pada ibu pasien, berupa
• Riwayat penyakit kulit eksim
sebelumnya: disangkal • Riwayat penyakit kulit
• Riwayat atopi: disangkal sebelumnya: disangkal
• Riwayat atopi: ada pada ibu
pasien, berupa eksim
Riwayat Sosial Ekonomi
• Pasien merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara.
• Pasien merupakan pasangan dari seorang
wiraswasta dan ibu rumah tangga
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : ringan


 Kesadaran : Compos mentis
 Vital sign
- TD : mmHg
- N : x/menit
- RR : 40x menit
- S : 36.0 o C
 Berat badan : 5.6 kg
 Tinggi badan : 59 cm
Pemeriksaan kepala = Tidak dilakukan px
Pemeriksaan mata = Tidak dilakukan px
Pemeriksaan Telinga = Tidak dilakukan px
Pemeriksaan Hidung = Tidak dilakukan px
Pemeriksaan Mulut = Tidak dilakukan px
Pemeriksaan Thorax = Tidak dilakukan px
Pemeriksaan Abdomen = Tidak dilakukan px
Pemeriksaan Ekstremitas= Tidak dilakukan px
Pemeriksaan Genital = Tidak dilakukan px
STATUS DERMATOLOGIS

 Lokasi:
 Regio maksila sinistra,
fossa cubiti dextra et sinistra
dan jugularis anterior
 Efloresensi:
 Terdapat plak eritema,
multipel diskret, teraba
skuama sedikit sebagian
madidans
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

 Dapat dilakukan tes hitung


jenis leukosit atau IgE serum.

 Pemeriksaan patch test dapat


dilakukan jika ada kecurigaan
alergi terhadap bahan tertentu.
DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis Atopik

DD
 Dermatitis numularis
 Dermatitis intertriginosa
 DKA
 DKI
PENATALAKSAAN

Non Medikamentosa

• Edukasi orang tua pasien terkait


penyakit
• Kompres NaCl pada lesi yang basah
• Hindari terjadi luka
• Dapat diberikan pelembab atau
lotion bayi untuk kulit sekitarnya
yang kering atau pada lesi setelah
lesi kering
PENATALAKSAAN

Medikamentos
a
• Cetirizin sirup 1x2.5 mg
• Methylprednisolon 1x2 mg
PROGNOSIS

Ad vitam :Bonam

Ad fungtionam : Bonam

Ad sanationam : Dubia ad Bonam


DEFINISI

 kelainan kulit akut, subakut atau kronik berulang


 biasa muncul saat bayi
 dikarakteristikkan dengan kulit kering dan gatal.
 berhubungan dengan riwayat dermatitis atopik pada keluarga,
rhinitis alergi, dan asma.
(Wolff, 2003)
DEFINISI (1)

 peradangan kulit berupa dermatitis yang kronis residif,


 disertai rasa gatal
 mengenai bagian tubuh tertentu terutama di wajah pada bayi
(fase infantil) dan bagian fleksural ekstremitas (fase anak).
(Boediardja, 2016)
EPIDEMIOLOGI

 Biasa muncul pada 2 bulan pertama kehidupan,


 60% pasien mengalami gejala = usia 1 tahun,
 30% pada usia 5 tahun
 10% pada usia 6 hingga 20 tahun.
 Bayi dengan dermatitis atopik, 35% akan berkembang
menjadi asma
 pria > wanita.
EPIDEMIOLOGI (1)

 Hubungan genetik belum bisa dipastikan, tetapi 60% orang


dewasa dengan dermatitis atopik memiliki anak dengan
dermatitis atopik.
 Prevalensi pada anak-anak lebih tinggi (sekitar 81%) jika
kedua orang tua memiliki dermatitis atopik.
(Wolff, 2003)
ETIOLOGI

 Inhalant. Alergen spesifik seperti kutu, serbuk bunga dan lain


sebagainya.

 Mikroba. Eksotoksin dari Staphylococcus aureus dapat


menjadi superantigen dan menstimulasi aktivasi sel T dan
makrofag.
ETIOLOGI (1)

 Autoalergen. Beberapa pasien dengan dermatitis atopik.


Memiliki antibody IgE yang menyerang protein pada manusia.
Autoalergen ini muncul dari jaringan yang rusak, kemudian
memicu IgE atau sel T dalam membentuk alergi berupa
peradangan.

 Makanan. Beberapa bayi dan anak-anak memiliki dermatitis


atopic berupa bercak kemerahan dengan telur, susu, kacang,
kedelai, ikan dan tepung.
ETIOLOGI (2)

 Lain-lain.
 Gangguan barier kulit (berkurangnya kadar seramid dan
meningkatnya transepidermal water loss karena sering mandi dan
cuci tangan),
 infeksi (S. aureus, Streptococcus dan jarang berupa jamur),
 musim (biasa muncul pada musim panas),
 pakaian (wol merupakan salah satu pemicu),
 stress emosional.
(Wolff, 2003)
PATOGENESIS

 Interaksi yang kompleks dari perlindungan kulit, genetik,


lingkungan, farmakologis dan faktor imunologi.
 Reaksi hipersensitifitas tipe 1 muncul akibat pelepasan zat
vasoaktif dari sel mast dan basophil yang telah tersensitisasi
oleh interaksi antigen dengan IgE. (Wolff, 2003)
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


 Kriteria Hanifin-Rajka
 Kriteria William
 Derajat sakit SCORAD
KRITERIA HANIFIN-RAJKA

Mayor (harus terdapat 3) Minor (harus terdapat 3 atau lebih)


 History of flexural dermatitis  Dry skin
 Onset under the age of 2 years  Ichthyosis
 Presence of an itchy rash  Palmar hyperlinearity
 Personal history of asthma  Keratosis piliaris
 History of dry skin  Type 1 allergy and increased serum IgE
 Visible flexural dermatitis  Hand and foot dermatitis
 Cheilitis
 Niple eczema
 Increased presence of Staphylococcus aureus and
Herpes simplex
 Perifollicular keratosis
 Pityriasis alba
 Early age of onset
 Recurrent conjunctivitis
 Dennie-Morgan infraorbital fold
 Keratoconus
 Facial pallor/facial erythema
 Anterior neck folds
 Itch when sweating
 Intolerance to wool and lipid solvents
 Perifolicular accentuation
 Food intolerance
 Course influenced by environmental and emotional
factors
 White dermographism or delayed blanch
KRITERIA WILLIAM

Mayor (harus terdapat 3) Minor (harus terdapat 3 atau lebih)


 Kulit yang gatal (atau tanda garukan pada  Riwayat perubahan kulit/kering di fosa kubiti, fosa
anak kecil) popliteal, bagian anterior dorsum pedis, atau seputar
leher (termasuk kedua pipi pada anak < 10 tahun)
 Riwayat asma atau hay fever pada anak (riwayat
atopi pada anak < 4 tahun pada generasi-1 dalam
keluarga)
 Riwayat kulit kering sepanjang akhir tahun
 Dermatitis fleksural (pipi, dahi, dan paha bagian
lateral pada anak < 4 tahun)
 Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak dinyatakan pada
anak < 4 tahun)
DERAJAT SAKIT SCORAD
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 hanya dilakukan jika ragu dalam klinis.


 tes hitung jenis leukosit atau IgE serum,
 meskipun peningkatan IgE dan eosinofil dapat terjadi pada sekitar
15% orang sehat.
 Pemeriksaan patch test dapat dilakukan jika ada kecurigaan
alergi terhadap bahan tertentu.
(Boediardja, 2016)
TATALAKSANA

 Non Medikamentosa
 Edukasi orang tua pasien terkait penyakit
 Hindari terjadi luka
 Dapat diberikan pelembab atau lotion bayi untuk kulit sekitarnya
yang kering atau pada lesi setelah lesi kering
 Hindari stress
TATALAKSANA

Medikamentosa
 Obat sistemik dapat diberikan antihistamin untuk anti gatal
dan kortikosteroid.

 Pemberian kortikosteroid bukan hal yang rutin, terutama


digunakan pada kasus yang parah atau rekalsitrans dengan
memperhatikan efek samping jangka panjang

 Topikal
 Kortikosteroid sebagia anti inflamasi, anti pruritus dan
immunosupresif
 Pelembab
PEMBAHASAN

 Penegakan diagnosis dermatitis atopik pada pasien ini


dilakukan berdasarkan kriteria Hanifin-Rajka :
 Terdapat gatal gatal, karena bayi selalu menggosok-gosokkan
tangannya ke arah bercak.
 Terdapat predileksi dan morfologi yang khas pada dermatitis atopik
(fleksural)
 Terdapat riwayat eksim yang serupa pada keluarga pasien,
Penatalaksanaan pasien ini adalah medikamentosa berupa
antihistamin dan kortikosteroid sistemik, serta edukasi terkait
penyakitnya, terutama terkait penyebab, terapi, kemungkinan
muncul kembali, pencegahan terjadi komplikasi.
PEMBAHASAN (1)

Penatalaksanaan pasien ini adalah medikamentosa berupa


antihistamin dan kortikosteroid sistemik,

edukasi terkait penyakitnya, terutama terkait penyebab, terapi,


kemungkinan muncul kembali, pencegahan terjadi komplikasi.
KESIMPULAN

 Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit yang


penyebabnya multifaktorial dapat internal maupun eksternal
dari pasien.

 Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis (kriteria


Hanifin-Rajka dan derajat sakit SCORAD) dan pemeriksaan
laboratorium bukan merupakan hal yang rutin dilakukan.

 Penyakit ini dapat diobati dengan terapi antihistamin dan


kortikosteroid sistemik dan topikal kortikosteroid. Penyakit
ini dapat kambuh yang dikarenakan penyebab multifaktorial
yang telah disebutkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

 Boediardja, SA. 2016, Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin edisi


ke-6, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
 
 Wolff K., Johnson RA, Suurmond D., 2016, Fitzpatrick’s Color
Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology Fitfth Edition. Mc
Grawhill.

 Shann F, 2017, Drug Doses. Department of Paediatrics


University of Melbourne, Australia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai