Anda di halaman 1dari 27

ATOPIC DERMATITIS

Tutorial Klinik

Vincent Exel Susanto

Violensia Chrisianti

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA


Identitas Pasien
Nama : An. Nayla Safni

Usia :12 tahun

No RM : 01158937

Tgl periksa : 28/06/2017

2
Keluhan Utama
• Kulit bentol dan merah

Riwayat Penyakit Sekarang


• Gatal, diperparah dengan keringat
• Di tangan , kaki, selangkangan
• Sejak 4 hari yang lalu

3
Riwayat penyakit dahulu
• Dinyatakan alergi dengn keringat sendiri
• Alergi dingin dan debu, bersin-bersin
• Seebelumnya pernah mengalami hal serupa, sejak 2
tahun yang lalu. Kambuh 2 bulan yang lalu

4
UKK
Papul milier eritem tersebar dikedua lengan dan kaki
irregular tampak ekskkorasi multiple diskret

5
Definisi
Dermatitis atopik (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-
anak, sering berhubungan dengan peningkatan IgE dalam serum dan
riwayat atopi keluarga atau penderita (DA, rhinitis alergi, dan atau asma
bronchial).

Banyak istilah lain dipakai sebagai sinonim dermatitis atopik ialah

-eczema atopik,

-eczema konstitusional,

-eczema fleksural,

-neurodermitis diseminata,

-prurigo Besnier.

Tetapi yang paling sering digunakan ialah dermatitis atopik.


6
Pemeriksaan Fisik
• Dermatitis atopik pada bayi

Lesi yang terlihat dapat berupa


kulit kemerahan, dan dapat
ditemukan vesikel kecil pada
permukaan kulit yang meradang, kulit
yang mengelupas dan muncul eksudat
dengan keropeng yang basah dan
pecah-pecah (fisura).

7
Pemeriksaan Fisik
• Dermatitis atopik pada anak

Lesi yang terlihat biasanya


berbentuk papulr, terdapat plak
yang terlikenifikasi dan ditemukan
erosi dengan krusta terutama pada
daerah antekubiti dan fossa poplitea.
Kondisi ini dapat muncul pada leher
dan wajah.

8
Pemeriksaan Fisik
• Dermatitis atopik pada
orang dewasa

Distribusi lesi pada


orang dewasa hampir
sama seperti pada anak-
anak, namun lebih sering
muncul pada daerah
lipatan-lipatan, wajah dan
leher dengan likenifikasi
dan ekskoriasi yang
merupakan gejala yang
muncul.

9
Patogenesis
• Dermatitis atopik merupakan penyakit yang diakibatkan oleh reaksi
hipersensitivitas tipe I yang dimediasi oleh IgE

• Patogenesis terjadinya dermatitis atopik melibatkan kaskade imunologis


yang kompleks dan dipicu oleh berbagai faktor (multifaktorial), termasuk
gangguan pada epidermal barrier, disregulasi IgE, respon imun akibat defek
pada sel kutaneus dan faktor genetik.

• Elemen utama dalam disregulasi sistem imun yang terjadi terletak pada sel
langerhans, sel dendritik epidermal inflamatorik, monosit, makrofag,
limfosit, sel mast, dan keratinosit dimana semua elemen tersebut
berinteraksi melalui kaskade kompleks yang melibatkan pula kompleks
dominasi sel Th2 terhadap Th1. Sel Th2, sitokin, IL-4, IL-5, IL-10 dan IL-13
akan meningkat di dalam kulit, diikuti dengan berkurangnya sitokin Th1,
interferon-γ, dan IL-2.

10
11
Diagnosis
• Diagnosis dermatitis atopik dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan
anamnesis, selain itu dapat juga dengan menggunakan pemeriksaan
laboratorium berupa kultur bakteri atau virus, panel darah lengkap, atau
pemeriksaan patologis.

• Secara khusus, penegakkan diagnosis dengan menggunakan pemeriksaan


fisik dapat dilakukan dengan kriteria diagnosis Hanifin dan Rajka, dimana
jika terdapat 3 dari 4 kriteria mayor dan 3 dari 23 kriteria minor, maka
dermatitis atopik dapat ditegakkan.

12
Kriteria Mayor Kriteria Minor
Pruritus (gatal) Xerosis (kulit kering)
Morfologi sesuai umur dan distribusi lesi yang Infeksi kulit (khususnya S.aureus dan HSV)
khas
Bersifat kronik eksaserbasi Dermatitis non-spesifik
Adanya riwayat atopi individu atau keluarga Pitiriasis alba
Dermatitis di papilla mamae
Konjungtivitis berulang
Alergi makanan
Gatal bila berkeringat
Muka pucat atau eritem
Kadar IgE dalam serum meningkat
Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan
atau emosi
Tes alergi kulit tipe dadakan positif
Awitan pada usia dini
Iktiosis (khususnya hiperlinear palmaris atau
pilaris keratosis)
Keilitis
Katarak subscapular anterior
Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
13
Diagnosis Banding
• Dermatitis kontak alergi

• Dermatophytosis atau dermatophytids

• Sindrom defisiensi imun

• Penyakit neoplastik

• Penyakit hodgkin

• Dermatitis numularis

• Dermatitis seboroik

14
Pengobatan yang diberikan
R/Desoksimetason 0.25% CR (5gr) 10gr

Noroid lotion (200 ml) 50 ml

m.f.l.a. in pot

R/ Certirizin 5 mg/5 ml

15
Tatalaksana
Penatalaksanaan dermatitis atopik harus mengacu pada kelainan dasar,
selain mengobati gejala utama gatal untuk meringankan penderitaan
penderita. Penatalaksanaan ditekankan padakontrol jangka waktu lama
(long termcontrol), bukan hanya untuk mengatasi kekambuhan.
a) Menghindari bahan iritan
Penderita dermatitis atopik rentan terhadap bahan iritan yang memicu
dan memperberat kondisi seperti sabun, deterjen, bahan kimiawi, rokok,
pakaian kasar, suhu yang ekstrem dan lembab.Pemakaian sabun
hendaknya yang berdaya larut minimal terhadap lemak dan dengan PH
netral.
b) Mengeliminasi alergen yang telah terbukti
Alergen yang telah terbukti sebagai pemicu kekambuhan harus dihindari,
seperti makanan (susu, kacang, telur, ikan laut, kerang laut dan gandum),
debu rumah, bulu binatang, serbuk sari, tanaman dan sebagainya.

16
Tatalaksana
c) Pengobatan Topikal
- Menghilangkan hidrasi dengan pelembab
Pelembab dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pelembab humektan, oklusif , dan
emolien.

• Pelembab humektan merupakan bahan aktif dalam komestik yang


ditujukan untuk meningkatkan kandungan air pada epidermis. Bahan-
bahan yang termasuk ke dalam humektan terutama bahan-bahan yang
bersifat higroskopis yang dapat digunakan secara khusus untuk tujuan
melembabkan kulit, contoh humektan adalah gliserin.

• Pelembab oklusif adalah bahan aktif kosmetik yang menghambat


terjadinya penguapan air dari permukaan kulit. Dengan menghambat
terjadinya penguapan air pada permukaan kulit, bahan-bahan oklusif dapat
meningkatkan kandungan air dalam kulit. Contoh oklusif adalah
petrolatum.

17
Tatalaksana
• Pelembab emolien yang sering digunakan bisa berbentuk cairan, krim atau
salep. Misalnya krim hidrofilik urea 10%, dapat pula ditambahkan hidrokortison
1% didalamnya.Bila memakai pelembab yang mengandung asam laktat,
konsentrasinya jangan lebih dari 5% karena dapat mengiritasi bila
dermatitisnya masih aktif.
- Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal adalah yang paling banyak digunakan sebagai anti
inflamasi. Selain itu dapat berguna pada saat ekserbasi akut, anti pruritus
dan sebagai anti mitotik. Pada prinsipnya penggunaan steroid topikal dipilih
potensi yang paling lemah yang masih efektif, karena semakin kuat potensi
semakin banyak efek sampingnya.
Pada bayi digunakan kortikosteroid topikal potensi rendah, misalnya
hidrokortison 1-2,5%. Pada anak dan dewasa dipakai steroid potensi
menengah, misalnya triamsinolon, kecuali pada muka diberikan steroid yang
berpotensilebih rendah.Pada daerah genitalia dan intertriginosa juga
digunakan kortikosteroid topikal yang berpotensi rendah

18
Tatalaksana

19
Tatalaksana
- Preparat Tar
Walaupun tidak sekuat kortikosteroid topikal ,preparat tar batubara
mempunyai efek anti-gatal dan anti-inflamasi. Preparat tar sebaiknya dipakai
pada lesi kronik tidak digunakan pada lesi akutkarena dapat menyebabkan
iritasi. Efek sampingnya antaralain folikulitis, fotosensitivitas, dan potensi
karsinogenik.
- Inhibitor kalsineurin topikal
Inhibitor kalsineurin topikal merupakan non-steroidal agen yang bekerja
melalui jalur immunologik baik menghambat atau meningkatkan reaksi imun
dan inflamasi. Inhibitor kalsineurin topikal terdiri atas takrolimus dan
pimekrolimus. Takrolimus (FK-506) adalah suatu penghambat kalsineurin yang
bekerja untuk menghambat aktivasi sel yang terlibat seperti sel langerhans, sel
T, sel mas dan keratinosit. Sedangkan pimekrolimus (ASM 81) merupakan suatu
senyawa askomisin yaitu imunomodulator golongan makrolaktam, yang
pertama ditemukan dari hasil fermentasi Streptomyces hygroscopicusvar.

20
Tatalaksana
e) Pengobatan sistemik
- Antihistamin oral
Antihistamin digunakan sebagai antipruritus yang cukup memuaskan,
membantu untuk mengurangi rasa gatal yang hebat terutama pada malam
hari.Karena dapat mengganggu tidur, antihistamin yang dipakai ialah yang
mempunyai efek sedatif, misalnya hidroksisin, difenhidramin dan
sinequan.cetrizine dan fexofenadine telah diuji keberhasilannya untuk
mengatasi rasa gatal pada penderita dermatitis atopik anak-anak dan dewasa.
- Antibiotik oral
Pada penderita dermatitis atopik lebih dari 90% ditemukan peningkatan
koloni Staphylococcus aureus.Untuk yang belum resisten dapat diberikan
eritromisin, asitromisin atau klaritomisin, sedang untuk yang sudah resisten
diberikan dikloksasilin, oksasilin, atau generasi pertama sefalosporin. Apabila
dicurigai terinfeksi oleh virus herpes simpleks, kortikosteroid dihentikan
sementara dan diberikan oral asiklovir.

21
Tatalaksana
- Kortikosteroid sistemik

Pada umumnya kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk mengontrol


eksaserbasi akut.Penggunaannya hanya dalam jangka pendek, dosis
rendah, berselang-seling, diturunkan bertahap dan kemudian diganti
kortikosteroid topikal.

- Siklosporin

Dermatitis atopik yang sulit digunakan dengan pengobatan konvesional


dapat diberikan siklosporin jangka pendek. Siklosporin oral sebagai terapi
sistemik dermatitis atopik tersedia dalam bentuk kapsul gelatin 25 atau 100
mg, durasi terapi singkat, namun penggunaan lebih dari setahun tidak
dianjurkan. Relaps dan rekurensi sering terjadi setelah penghentian terapi
siklosporin

22
Tatalaksana
e) Mengurangi stress
Stress emosi pada penderita dermatitis atopik merupakan pemicu kekambuhan,
bukan sebagai penyebab.Usaha-usaha mengurangi stress adalah dengan
melakukan konseling pada penderita dermatitis atopik, terutama yang
mempunyai kebiasan menggaruk.
f) Terapi sinar
Pengobatan dengan sinar ultraviolet seperti UVA, UVB, narrowband UVB,
UVA-1, kombinasi UVA dan UVB, atau bersama psoralen (fotokemoterapi)
dapat digunakan sebagai terapi tambahan karena dapat menyebabkan remisi
panjang, namun berisiko menimbulkan penuaan kulit dini dan keganasan
kulit pada pengobatan jangka lama. Sinar UVB narrowband lebih aman
dibanding PUVA, yang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa dan
melanoma maligna.
Fototerapi dipertimbangkan pada dermatitis atopik yang berat dan luas yang
tidak responsif terhadap pengobatan topikal. Fotokemoterapi tidak dianjurkan
untuk anak usia kurang dari 12 tahun karena dapat mengganggu
perkembangan mata.

23
Tatalaksana
g) Balut basah

Balut basah (wet wrap dressing) dapat diberikan sebagai terapi tambahan
untuk mengurangi gatal, terutama untuk lesi yang berat dan kronik atau
yang refrakter terhadap pengobatan biasa. Bahan pembalut (kasa balut)
dapat diberi larutan kortikosteroid atau mengoleskan krim kortikosteroid
pada lesi kemudian dibalut basah dengan air hangat dan ditutup dengan
lapisan atau baju kering di atasnya. Cara ini sebaiknya dilakukan secara
intermiten dan dalam waktu tidaklebih dari 2-3 minggu.

Balut basah dapat pula dilakukan dengan mengoleskan emolien saja di


bawahnya sehingga memberi rasa mendinginkan dan mengurangi gatal
serta berfungsi sebagai pelindung efektif terhadap garukan sehingga
mempercepat penyembuhan. Penggunaan balut basah yang berlebihan
dapat menyebabkan maserasi sehingga memudahkan infeksi sekunder.

24
Modalitas terapi berdasarkan US Preventaive Statement Task Force

*Keterangan:

A: Sangat direkomendasikan untuk pasien dalam praktik sehari-hari

B: Tidak direkomendasikan untuk pasien pada pemakaian rutin 25


Edukasi Pasien
• Mandi dengan tidak menggunakan air panas

• Tidak menggunakan AC saat tidur

• Menggunakan pakaian yang lembut dan nyaman

• Menjaga stamina tubuh

• Mengkonsumsi buah dan sayuran

• Jangan digaruk jika gatal

26
Terimakasih
27

Anda mungkin juga menyukai