Anda di halaman 1dari 45

DERMATITIS

ATOPI

LOGO
1

 DERMATITIS ATOPI
 STANDAR KOMPETENSI 4A
Mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara mandiri dan tuntas.

4.A Kompetensi yang harus dicapai


pada saat lulus dokter

Company Logo
www.themegallery.com
TUJUAN UMUM 2

Peserta didik mampu menjelaskan mengenai


penyakit dermatitis atopi
TUJUAN KHUSUS 3

1. Peserta didik mampu menjelaskan definisi,


epidemiologi,dan etiologi Dermatitis Atopi
2. Peserta didik mampu menjelaskan gejala klinis
Dermatitis Atopi
3. Peserta didik mampu menjelaskan diagnosis dan
diagnosis banding Dermatitis Atopi
4. Peserta didik mampu menjelaskan dan memberikan
pengobatan awal pada keadaan yang bukan gawat
darurat dan menentukan rujukan yang tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya
5. Peserta didik mampu menindaklanjuti pasien
sesudah kembali dari rujukan
6. Peserta didik mampu menjelaskan prognosis
Dermatitis Atopi
7. Merujuk kasus berat/ rekalsitran
PENDAHULUAN 4

DEFINISI
• Dermatitis atopi  penyakit inflamasi
kronik pada kulit, sering ditemukan pada
bayi dan anak-anak dengan karakteristik
berupa kulit kering, pruritus, eritema,
udem, skuama, ekskoriasi, likenifikasi

Dapat ditemukan bersama dengan penyakit


asma dan rinitis alergik
EPIDEMIOLOGI 5

Prevalensinya meningkat pada anak 


10-20% dengan onset dibawah umur 5
tahun  90%
Pada negara berkembang  10-20%
anak dengan dermatitis atopi
80% anak dengan DA berat disertai
dengan eksaserbasi
Prevalensi pada dewasa  1-3%
Prevalensi ♀ : ♂  1,3 : 1
ETIOLOGI 6

Penyebab DA tidak diketahui secara


pasti, namun diduga sebagai akibat
interaksi komplek antara kerentanan
genetik pada gen yang menghasilkan
defek barier kulit, defek sistem imun
alamiah dan peningkatan respon
imunologis terhadap allergen serta
antigen mikro.
ETIOLOGI 7

Faktor-faktor lingkungan : kulit kering,


berkeringat, panas, perubahan cuaca,
infeksi, stres, detergen , sabun antiseptik
Makanan yg sering dihubungkan dengan
DA adalah susu sapi, telur, kacang,
gandum dan kedelai
ETIOLOGI 8

Penderita atau anggota keluarga terdapat


stigmata atopik , yaitu :
Rinitis alergik, asma bronkial, hay fever

Pada kulit : dermatografisme putih, &


kecenderungan timbul urtika

Resistensi menurun thd infeksi virus & bakteri

Alergi terhadap berbagai alergen protein.


PATOGENESIS 9

Belum diketahui secara pasti


Dermatitis atopik berhubungan dengan
penurunan fungsi barier kulit akibat penurunan
regulasi gen cornified envelope (filaggrin dan
loricrin), penurunan kadar ceramide,
peningkatan kadar enzim proteolitik endogen
dan peningkatan transepidermal water loss
(TEWL)
PATOGENESIS 10

Secara imunologik :
 Peningkatan produksi IgE  genetik
(80% kasus)
 Terdapat IgE spesifik pada berbagai
antigen
 Pelepasan histamin oleh sel mast 
peningkatan basofil
Histamin dianggap sebagai zat penting
yg memberi reaksi pada DA
PATOGENESIS 11

 Inflamasi pada kulit atopik diatur oleh ekspresi local


sitokin dan kemokin proinflamasi.
 Sitokin seperti tumor necrosis factor-α (TNF- α) dan
interleukin-l (IL-l) yang berasal dari sel penghuni
tetap [(keratinosit, sel mast, sel-sel dendritik (DC)]
berikatan dengan reseptor pada endotel pembuluh
darah, mengaktivasi celluler signaling pathway, yang
memicu induksi vascular endothelial cell adhesion
molecules.
 Sekali sel-sel inflamasi menginfiltrasi kulit, maka sel-
sel tersebut akan merespon gradient kemotaktik
yang dibentuk oleh kemokin dari lokasi infeksi atau
trauma.
GEJALA KLINIS 12

Subyektif  selalu terdapat pruritus

Infantil
(0 bulan - 2 tahun)

Tiga
bentu
k

Dewasa Anak
(13 - 30 tahun) (2 – 12 tahun)
GEJALA KLINIK 13

Bentuk infantil eksema-susu

Eritema batas tegas, papul-papul, vesikel


miliar  erosif, eksudatif  krusta.
Onsetnya pada umur 3 bulan
Predileksinya :
Dibawah 6 bulan  sering pada wajah,
scalp dan > 6 bulan predileksinya pada
ekstremitas fleksor maupun ekstensor
Dermatitis Atopic 14
15

Bentuk anak
 Tidak eksudatif lagi,  mulai likenifikasi,
hipopigmentasi
 Predileksi :
 Tengkuk
 Fleksor kubiti
 Fleksor poplitea
Atopic Dermatitis 16

17
Atopic dermatitis 17

18
Cont.. 18

Bentuk dewasa
 Eksema likenoid fleksural dengan predileksi
pada regio periorbital di wajah
 Remisi kronik dan eksaserbasi 
punggung atas,
bahu dan scalp

Company Logo
Diagnosis DA 19

 Anamnesis
 Gejala klinis
 IgE meninggi pada 70-80% kasus
 SCORAD  studi epidemiologis
 Kriteria Hanifin & Rajka:
- rasa gatal hebat dgn tempat predileksi
khas
- kronis residif
- stigmata atopik di keluarga
 3 mayor & 3 minor
Kriteria Major 20

Pruritus
Eksema dengan predileksi wajah dan
ekstensor  bayi dan anak
Dewasa  eksema fleksural
Dermatitis kronik atau relaps
Riwayat keluarga dengan penyakit atopi
(dermatitis, hay fever, asma)
Kriteria Minor 21

 Xerosis
 Infeksi kutaneus
 Dermatitis non spesifik pada ekstremitas
superior dan inferior
 Iktiosis, Hiperlinear telapak tangan dan kaki,
keratosis pilaris
 Pityriasis alba
 Nipple eczema
 Peningkatan serum IgE
 Respon atipikal vaskular (facial pallor, white
dermatographism)
Kriteria Minor 22

 Katarak subskapular anterior, keratokonus


 Skin tes  Positif
 Onsetnya pada umur muda
 Lipatan infraorbital/Morgan-Dennie lines
 Periorbital darkening
 Eritema pada wajah
 Perifollicular accentuaion
 Hertoghe`s sign (penipisan alis atau tidak ada
alis di bagian lateral)
 Dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau stres
23

 Dennie-Morgan infraorbital fold  cekungan


mata yg menyolok & simetris, namun dpt
ditemukan 1 atau 2 cekungan di palpebra inf
24

 White demographism
PEMERIKSAAN PENUNJANG 25

Peningkatan serum IgE  mayoritas


pada pasien DA
Pada pemeriksaan darah rutin
peningkatan oesinofil dan basofil
RAST (Radio immunosorban assay)
Prick Test
26

Company Logo
www.themegallery.com
Diferensial Diagnosis 27

Dermatitis seboroik Psoriasis

Dermatitis kontak alergi Skabies


Penatalaksanaan 28

A. Tujuan penatalaksanaan :
 Mengeliminasi inflamasi dan infeksi
 Mempertahankan fungsi stratum
korneum sebagai barier dengan
menggunakan emolien
Penggunaan antipruritus untuk
mereduksi kerusakan pada kulit dan
mengontrol eksaserbasi
B. Non Farmakologis 29

Emolien atau Moisturizer


Menghindari paparan faktor pencetus
Mandi & Emolien 30

 Air mandi jangan terlalu panas, dpt


ditambahkan minyak (10-15`) menambah
rasa gatal
 Dikeringkan dengan menepuk handuk, jgn
digosok
 Hindari sabun antiseptik/antibakteri
 Segera setelah mandi lesi diberi antiinflamasi
topikal, kulit normal diberi emolien
 Lama kerja emolien 6 jam  ulangi
Wet wrap dressing 33

 Wet wrap dressing: verban diberi lar KS atau


oles krim KS oles di kulit kemudian dibalut
basah dengan air hangat dan ditutup dgn baju
kering di atasnya 
± 2-3 minggu  efek seperti oklusi
 Pemberian emolien juga dpt secara Wet wrap
dressing
 Kompes basah >>>  kulit kering, maserasi,
fisura
C. Farmakologis 29

Terapi topikal
Terapi sistemik
Fototerapi
Terapi topikal 30

 Kortikosteroid
betamethasone valerate 0.1% cream
 Topikal calcineurin inhibitor
Pimecrolimus cream 1% (mild - moderate AD)
Tacrolimus (moderate -severe AD)
 Emolien (pelembab)
 Wet wrap dressing
Topikal Kortikosteroid 31

 Bayi & anak kecil  KS potensi rendah


 Lesi berat  KS potensi lebih kuat jangka
waktu pendek (< 2 minggu) kemudian
diturunkan potensinya
 Hindari potensi kuat u/ muka, intertriginosa
 Mometason  cukup 1x/hr
 Setelah inflamasi berkurang, frekuensi
diturunkan 2-3x/minggu atau potensi
diturunkan, kemudian dihentikan
Topikal Kortikosteroid 31

Tabel 2. Kategori potensi kortikosteroid3,4,5


Kelas I (superpotent) Kelas V (mid-strength)
 Clobetasol propionate 0,05%  Flurandrenolide 0,05%
 Betamethason dipropionate 0,05%  Fluticasone propionate 0,05%
 Diflorasone diacetate 0,05%  Betamethasone dipropionate 0,05%
 Halobetasol propionate 0,05%  Triamcinolone acetonide 0,1%
 Hydrocortison butyrate 0,1%
 Fluocinolone acetonide 0,025%
 Betamethasone valerate 0,1%
 Hydrocortisone valerate 0,2%

Kelas II (potent) Kelas VI (rendah)


 Amcinonide 0,1%  Alclometasone dipropionate 0,05%
 Betamethasone dipropionate 0,05%  Triamcinolone acetonide 0,1%
 Mometasone furoate 0,1%  Desonide 0,05%
 Diflorasone diacetate 0,05%  Fluocinolone acetonide 0,01%
 Halcinonide 0,1%  Betamethasone valerate 0,1%
 Fluocinonide 0,05%
 Desoximethasone 0,25%
Topikal Kortikosteroid (lanjutan) 31

Tabel 2. Kategori potensi kortikosteroid3,4,5


Kelas III (potent) Kelas VII (rendah)
 Triamcinolone acetonide 0,1%  Topikal dengan hydrocortisone
 Fluticasone propionate 0,005%  Dexamethason, flumethason
 Amcinonide 0,1%  Prednisolon dan metilprednisolon
 Betamethasone dipropionate 0,05%
 Diflorasone diacetate 0,05%
 Halcinonide 0,1%
 Fluocinonide 0,05%

Kelas IV (mid-strength)  
 Flurandrenolide 0,05%
 Mometasone furoate 0,1%
 Triamcinolone acetonide 0,1%
 Betamethasone valerate 0,12%
 Fluocinolone acetonide 0,025%
 Hydrocortisone valerate 0,2%
2. Terapi Sistemik 34

 Antihistamin  menghilangkan pruritus


 Kortikosteroid Glukokortikoid  prednison 
jarang  dermatitis atopi kronik
 Antibiotik  untuk infeksi sekunder
Penatalaksanaan lanjut (terapi
35
sistemik)

 Siklosporin
 Antimetabolit
 Mycophenolate mofetil
 Methotrexate
 Azathioprine
 Terapi lain :
 Interferon-γ
 Omalizumab
 Allergen imunoterapi
 Probiotik
 Vitamin D
Fototerapi 36

 PUVA (photochemotherapy)
 UVA
 UVB
KOMPLIKASI 37

 Altered life quality


 Pada okular  blepharitis kronik dan
keratokonjungtivitis atopik
 Infeksi
 Skin – urtikaria
 Rambut– alopesia areata
PROGNOSIS 38

 Periode remisi  >> frekuensinya saat pasien


beranjak dewasa

 Resolusi spontan  setelah 5 tahun (40-60%


pada pasien yang menderita DA selama bayi,
khususnya DA mild )
Edukasi 39

 Suhu kamar sejuk, suhu panas  gatal


 Hindari pakaian kasar, tebal atau wol  iritasi
kulit
 Kuku dipotong pendek  cegah garukan
 Kurangi gatal: emolien, kompres basah,
antiinflamasi topikal
Company Logo
www.themegallery.com
THANK
YOU

LOGO

Anda mungkin juga menyukai