Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Dosen pengampu:

Ns. M. Nurman, M . Kep

Anggota Kelompok :

1. Alfadila Sari (1914201094)


2. Nuratul Iqrama (1914201017)
3. Hosiana Magdalena (191420101)
4. Dea Hestytriana (1914201091)
5. Merizal Afriandy (1914201061)

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERWATAN
2020/2021

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Dermatitis Atopic (DA) adalah : suatu penyakit kulit inflamasi yang khas, bersifat
kronis dan sering terjadi kekambuhan (eksaserbasi) terutama mengenai bayi dan
anak, dapat pula pada dewasa.
Dermatitis Atopic (DA) adalah : suatu gangguan kulit kronik ( atau sekelompok
gangguan yang berkaitan ), yang sering ditemukan pada penderita rhinitis alergika
dan asma serta diantara para anggota keluarga mereka. (Sylvia A, Price & Lorraine
M. Wilson,2014).

2. Etiologi
Penyebab pasti dermatitis atopik (DA) masih belum diketahui. Penyakit ini
biasanya disertai dengan peningkatan kadar immunoglobulin E (IgE) dalam serum
serta adanya riwayat alergi lainnya (rinithis alergika dan asma) pada keluarga
maupun penderita.
Istilah alergi dipakai untuk merujuk pada setiap bentuk reaksi
hipersensitivitas yang melibatkan IgE sebagai antibody yang terjadi akibat paparan
allergen. Beberapa allergen sebagai berikut :
a) Aeroallergen atau allergen inhalant : tungau debu rumah, serbuk sari buah, bulu
binatang, jamur dan kecoa
b) Makanan : susu, telur, kacang, ikan laut, kerang laut dan gandum.
c) Mikroorganisme : bakteri seperti staphylococcus aureus, streptococcus pspesies dan
ragi seperti pityrosporum ovale, candida albicans dan trichophyton species.
d) Bahan iritan atau allergen : wool, desinfektans, nikel dsb.
3. Patofisiologi
Immunopatogenesis dermatitis atopik dimulai dengan paparan immunogen
atau allergen dari luar yang mencapai kulit, dapat melalui sirkulasi setelah inhalasi
atau secara langsung melalui kontak dengan kulit. Pada pemaparan pertama terjadi
sensitisasi, dimana allergen dapat ditangkap oleh sel penyaji antigen (antigen
precenting cell = APC) untuk kemudian diproses dan disajikan kepada sel limfosit T.
Hal ini menyebabkan sel T menjadi aktif dan mengenali allergen tersebut melalui
reseptor T ( T — Cell receptor = TCR). Setelah paparan sel T akan berdeferensiasi
menjadi sub populasi sel Th2 karena mensekresi IL — 4 dan sitokin ini merangsang
aktivitas sel B untuk menjadi sel plasma dan memproduksi IgE (yang spesifik
terhadap allergen). Begitu ada di dalam sirkulasi IgE segera berikatan dengan sel
mast (MC) dan basofil. Pada paparan allergen berikutnya, IgE telah terssedia pada
permukaan sel mast, sehingga terjadi ikatan antara allergen dan IgE. Ikatan ini akan
menyebabkan degranulasi MC yang akan mengeluarkan mediator baikyang telah
tersedia seperti histamine yang akan menyebabkan reaksi segera.
Sel langerhans epidermal (LC) berperan penting dalam patogenesis DA oleh
karena mengekspresikan reseptor pada permukaan membrannya yang dapat mengikat
molekul IgE serta mensekresi berbagai sitokin. Apabila ada elergem masuk akan
diikat dan disajikan pada sel T yang akan mensekresi limfokin. Sehingga sel eosinofil
ditarik dan berkumpul ditempat lesi, menjadi aktif dan akan mengeluarkan granula
protein yang akan membuat kerusakan jaringan.
Factor resiko : DERMATI Idiopatik,
TIS genetik
Aeroalergen ATOPIK

Makanan

Mikroorganisme IgE
meningkat,
Bahan iritan
Eosinophil
meningkat

Pelepasan
histamin

Reaksi
hipersensitivitas

Pruritus hebat Macula Papul vesikel Peradangan


eritematosus kulit (lesi)

Kerusakan integritas

Ansietas

Resti infeksi
4. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis dermatitis atopic (DA) secara umum adalah gatal, kulit kering
dan timbulnya eksim (eksematous inflammation) yang berjalan kronik dan residiv.
Rasa gatal yang hebat menyebabkan garukan sehingga memberikan tanda bekas
garukan (scratch mark), yang akan diikuti kelainan sekunder berupa papula, erosi,
eksoriasi dan selanjutnya terjadi likenifikasi bila proses menjadi kronis
Papula dapat terasa sangat gatal (prurigo papules) bersamaan dengan
timbulnya vesikel (papulovesikel), dan eritema, merupakan gambaran lesi
eksematous dan likenifikasi dapat menjadi erosive bila terkena garukan dan terjadi
eksudasi yang berakhir dengan lesi berkrustae. Lesi kulit yang sangat basa dan
berkrusta sering didapatkan pada kelainan lanjut.
Gejala timbulnya DA berdasarkan usia dapat terjadi pada :
 Bayi
 Dimulai pada wajah kemudian menyebar terutama kedaerah ekstensor.
 lesi biasanya basa, eksudativ, berkrustae dan sering terjadi infeksi sekunder
 Sebagian kasus akan sembuh pada usia 18 bulan, sisanya berlanjut ke anak
 Anak
 Bersifat kronis dan akan berlanjut pada usia sekolah
 Biasanya terdapat pada lipat siku, lipat lutut, leher dan pergelangan tangan
 Pada jari tangan sering terjadi lesi eksudatif
 Perubahan pigmen kulit
 Dewasa
 Mirip lesi pada anak — anak
 Likenifikasi terutama pada daerah lipatan — lipatan dan tangan.
5. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2) Pemeriksaan kadar total serum IgE
3) Tes kulit

6. Panatalaksanaan
Pengobatan dermatitis atopik adalah sebagai berikut :
a) Menghindari bahan irirtan
Contoh bahan iritan seperti : sabun, detergen, bahan kimiawi, rokok, pakaian kasar,
suhu yang lembab atau ekstrem harus dihindari oleh penderita.
b) Mengeliminasi allergen yang telah terbukti :
Allergen yang telah terbukti sebagai pemicu kekambuhan adalah : makanan, debu
rumah, bulu binatang, serbuk sari tanaman.
c) Menghilangkan pengeringan kulit (hidrasi)
Berikan bebat basah untuk hidrasi pada kulit penderita DA agar terjaadi penyerapan
air.
d) Pemberian pelembab kulit (moisturizing)
Pelembab dapat berupa krim, salep dan cairan.pemberian pelembab dapat
memperbaiki fungsi barrier stratum korneum dan mengurangi kebutuhan steroid
topical.
e) Kortikosteroid topical
Dapat dipakai sebagai anti inflamasi dan anti pruritus dan berguna pada saat
eksaserbasi akut.
f) Pemberian antibiotic
Penderita DA mempunyai kepekaan yang meningkat terhadap berbagai agen
microbial seperti : virus, jamur maupun bakteri.lebih dari 90 % kulit penderita DA
ditemukan s,aureus di dalam lesi kulit.
g) Pemberian antihistamin
Digunakan sebagai anti pruritus yang cukup memuaskan untuk terapi simptomatis
pada DA.
h) Mengurangi stress
Dapat memicu kekambuhan bukan sebagai penyebab.
i) Memberikan edukasi pada penderita maupun keluarga.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.1 Identitas Klien
1.2 Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat kesehatan sekarang
1.3 Pengkajian 11 Funggsional Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan
 Adanya riwayat alergi sebelumnya.
 Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
 Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
 Hygiene personal yang kurang
 Lingkungan yang kurang sehat.
2) Pola Nutrisi Metabolik
 Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
 Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.
3) Pola Eliminasi
 Sering berkeringat
 Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
 Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
 Kelemahan umum, malaise.
 Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas
5) Pola Persepsi Kognitif
 Pengetahuan akan penyakitnya.
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Perasaan tidak percaya diri atau minder.
7) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres
 Ansietas, takut akan penyakitnya

2. Diagnose keperawatan
1) Kerusakan integritas kulit b/d deficit imunologis,paparan zat kimia dan kelembaban
kulit
2) Ansietas b/d terpajan toksin, penyalagunaan zat.
3) Resiko infeksi b/d penekanan sistem imun, pengetahuan yang kurang dalam
menghindari pemajanan pathogen

3. Intervensi
1) Kerusakan integritas kulit b/d deficit imunologis,paparan zat kimia dan
kelembaban kulit
Batasan karakteristik
Obyektif :
 Kerusakan pada lapisan kulit (dermis)
 Kerusakan pada permukaan kulit (epidermis)
 Invasi struktur tubuh
Hasil NOC :
 Respon alergi setempat : tingkat keparahan respon hipersensitivitas imun setemapt
terhadap antigen lingkungan (eksogen) tertentu
 Integritas jaringan : membrane mukosa dan kulit : keutuhan struktural dan fungsi
fisiologis kulit dan membrane mukosa
 Penyembuhan luka : tingkat regenerasi yang telah dicapai oleh sel dan jaringan
setelah penutupan yang diharapkan.
Tujuan / kriteria hasil
 Menunjukkan integritas jaringan kulit dan membrane mukosa yang dibuktikan oleh
indicator berikut (sebutkan 1 -5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak
ada gangguan)
o Suhu, elastisitas, hidrasi dan sensasi
o Perfusi jaringan
o Keutuhan kulit
 Menunjukkan penyembuhan luka primer yang di buktikan oleh indikator berikut :
(sebutkan 1 — 5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada gangguan)
o Eritema kulit sekitar
 Eritema kulit dan eritema disekitar lika minimal.
Intervensi NIC
 Pemberian obat : mempersiapkan, memberikan dan mengevaluasi keefektifan obat
resep dan obat non resep
 Manajemen area penekanan : meminimalkan penekanan pada bagian tubuh
 Manajemen pruritus : mencegah dan mengobati gatal
 Perawatan luka : mencegah komplikasi luka dan meningkatkan penyembuhan luka.
Penyuluhan untuk pasien / keluarga
 Ajarkan tanda dan gejala infeksi
Aktivitas kolaboratif
 Konsultasikan pada ahl gizi : tentang status gizi pasien
 Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian makanan dan nutrisi
enteral dan parenteral untuk meningkatkan potensi penyembuhan luka.

Aktivitas lain
 Evaluasi tindakan pengobatan atau pembalutan topical yang meliputi balutan
hidrokkoloid, balutan hidrofilik, balitan absorben dan sebagainya.
 Lakukan perawatan luka dan perawatan kulit secara rutin yang dapat meliputi
tindakan sebagai berikut :
o Ubah dan atur posisi pasien secara sering
o Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan kelembaban yang berlebihan
o Lindungi pasien dari kontaminasi feces dan urine
 Perawatan luka (NIC) :
o Bersihkan dengan normal saline atau pembersih non toksik, jika perlu.

2) Resiko infeksi b/d penekanan sistem imun, pengetahuan yang kurang dalam
menghindari pemajanan pathogen.
Hasil NOC :
 Status imun : resistensi alami dan dapatan yang bekerja tepat terhadap antigen
 Keparahan infeksi : tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait
 Penyembuhan luka : sekunder : tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka
Tujuan / kriteria evaluasi .

 Faktor resiko infeksi akan hilang, di buktikan dengan pengendalian resiko


komunitas : status imun, keparahan infeksi dan penyembuhan luka
 Pasien akan memperlihatkan pengendalian resiko :mengikutipengendalian
pemajanan.
 Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
 Mempertahankan hygiene personal yang adekuat
 Mengidentifikasi status imun dalam batas normal
 Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi

Intervensi NIC
 Skrining kesehatan : mendeteksi resiko dan masalah kesehatan dengan memanfaatkan
riwayat kesehatan, pemeriksaan kesehatan dan prosedur lainnya.
 Pengendalian infeksi : meminimalkan penyebaran dan penularan agen infeksius.
 Perlindungan infeksi : mencegah dan mendeteksi dini infeksi, pada pasien yang
beresiko

Aktivitas keperawatan
Pengkajian
 Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh, drainase,penampilan luka,
lesi kulit)
 Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi (misalnya : usia
lanjut, usia kurang dari 1 tahun, imun)
 Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap,granulosit, hitung jenis, protein
serum, albumin)
 Amati penampilan praktik hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi
Penyuluhan untuk pasien / keluarga
 Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit dan terapi meningkatkan fesiko
terhadap infeksi
 Instruksikan untuk menjaga hygiene personal untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi.
Aktivitas kolaboratif
 Ikuti protokol institusi untuk melapokan suspek infeksi dan
kultur positif
 Pengendalian infeksi (NIC) : berikan antibiotic bila di perlukan.
Aktivitas lain

 Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang


 Pengendalian infeksi (NIC) : pertahankan tehnik isolasi bila diperluhkan.

3) Ansietas b/d terpajan toksin, penyalagunaan zat.


Batasan karakteristik
Perilaku
 Penurunan produktivitas
 Gerakan yang tidak relevan (misalnya menggeret kaki, gerakan lengan.
Afektif
 Gelisah
 Perasaan takut
Fisiologis
 Wajah tegang
 Peningkatan keringat
Hasil NOC :
 Tingkat Ansietas : keparahan manifestasi kekuatiran, ketegangan atau perasaan tidak
tenang yang muncul dari sumber yang tidak dapat di identifikasi.
 Pengendalian diri terhadap ansietas : tindakan personal untuk menghilangkan atau
mengurangi perasaan kuatir, tegang atau perasaan tidak tenang akibat sumber yang
tidak dapat di identifikasi.
Tujuan / Kriteria evaluasi :
 Ansietas berkurang dibuktikan oleh bukti tingkat ansietas hanya ringan sampai
sedang dan selalu menunjukan pengendalian diri terhadap ansietas, konsentrasi dan
koping.
 Menunjukan pengendalian diri terhadap ansietas yang dibuktikan dengan indicator
sbb : (sebutkan 1 -5 : tidak pernah, jarang, kadang — kadang,sering atau selalu).
 Memiliki tanda — tanda vital dalam batas normal
Intervensi NIC :
 Teknik menennangkan diri : meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami
distress akut
 Penurunan ansietas : meminimalkan kekawatiran, ketakutan, prasangka atau perasaan
tidak tenang yang berhubungan dengan sumber bahaya yang tidak jelas atau tidak
dapat di antisipasi.
Aktivitas keperawatan :
Pengkajian :
 Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien,termasuk reaksi fisik
 Gali bersama pasien tentang tehnikyang berhasil dan tidak berhasil menurunkan
ansietas di masa lalu.
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga :
 Informasikan tentang gejala ansietas
 Penurunan ansietas (NIC) :
o Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis
Aktivitas kolaboratif :
 Penurunan ansietas (NIC) : berikan obat untuk menurunkan ansietas.
Aktivitas lain :
 Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.
 Sediakan pengalihan perhatian melalui tevisi, radio, permainan, serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas focus
 Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan dan sikap empatik secara verbal dan non
verbal secara bergantian.

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan
dan kehidupan.Namun, berbagai keluhan seputar kulit semakin sering dijumpai
dalam praktik keperawatan, mulai dari kelainan pigmentasi, kulit berjerawat hingga
penyakit kulit yang disebut dengan dermatitis atopik.
Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh factor eksogen atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi poliformik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)
dan gatal. Atopik artinya sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai
riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik,
konjungtivitis alergik dan dermatitis atopic. Dermatitis atopik ialah  keadaan
peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang berhubungan dengan atopi.

2. Tujuan
2.1 Tujuan umum
Untuk mempelajari dan memahami asuhan keperawatan pada penyakit Dermatitis
atopik
2.2 Tujuan khusus
1) Agar perawat dapat mempelajari dan memahami berbagai penyakit pada manusia,
seperti penyakit dermatitis atopik.
2) Agar perawat dapat membuat asuhan keperawatan pada jenis penyakit seperti
dermatitis atopic

BAB IV

PENUTUP.
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan atopi. Atopi adalah istilah yang dipakai untuk
sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam
keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik dan dermatitis atopik.

Penyebabnya ialah ditemukan Riwayat stigmata atopi (herediter) berupa asma


bronchial, rinitis alergik, dermatitis atopic dalam keluarganya, peningkatan jumlah
IgE dalam serum, penurunan Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi
hipersensitivitas tipe lambat, sehingga berakibat meningkatnya kerawanan terhadap
infeksi virus, bakteri, dan jamur, alergi terhadap berbagai alergen, kelembaban
rendah, keringat berlebihan, dan bahan iritan, faktor psikologik.
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan
terjadi kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi
ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis
atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja dan dewasa.
Diagnosis Dermatitis atopik ditegakskan berdasarkan gambaran klinis dan
adanya riwayat atopik (dalam keluarga maupun sendiri).

Anda mungkin juga menyukai