Anda di halaman 1dari 19

D E R M AT I T I S

KELOMPOK 6 :

Reci Syarfina (G1B118020)


Arisah Nur Rahma (G1B118021)
Riska Tamala (G1B118022)
Fajar Pandapotan (G1B118024)
Tori Lianti (G1B118025)
Sindi Dwi Nadaa (G1B118040)
Jamiatus Sodikhoh (G1B118041)
Tania Febria Azizah (G1B118042) Dosen pengampu :

Ns. Andika Sulistiawan, S.Kep., M.Kep.


DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan


pada kulit (inflamasi pada kulit)
yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari.

Dermatitis adalah peradangan


kulit epidermis dan dermis
sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau
faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema,
edema,papul, vesikel, skuama,
dan keluhan gatal). 
KLASIFIKASI

DERMATITIS KONTAK

Dermatitis kontak adalah


dermatitis yang disebabkan oleh DERMATITIS SEBORRHEIC
bahan/substansi yang menempel
pada kulit.  Kulit terasa berminyak dan licin,
Contohnya sabun cuci/detergen, melepuhnya sisi-sisi dari hidung,
sabun mandi atau pembersih antara kedua alis, belakang telinga
lantai. Alergennya bisa berupa serta dada bagian atas.
karet, logam, perhiasan, parfum,
kosmetik atau rumput.

NEURODERMATITIS

Peradangan kulit kronis, gatal,


sirkumstrip, ditandai dengan kulit
tebal dan garis kulit tampak lebih
menonjol (likenifikasi) menyerupai
kulit batang kayu, akibat garukan
atau gosokan yang berulang-
ulang karena berbagai ransangan
pruritogenik.
KLASIFIKASI

DERMATITIS ATOPIK
DERMATITIS MEDIKAMENTOSA
Merupakan keadaan peradangan
kulit kronis dan resitif, disertai Dermatitis medikamentosa memiliki
gatal yang umumnya sering bentuk lesi eritem dengan atau
terjadi selama masa bayi dan tanpa vesikula, berbatas tegas, dapat
anak-anak. Seringkali muncul di soliter atau multipel. Terutama pada
lipatan siku atau belakang lutut. bibir, glans penis, telapak tangan
atau kaki

DERMATITIS STASIS

Merupakan dermatitis sekunder


akibat insufisiensi kronik vena(atau
hipertensi vena) tungkai bawah,yang
menyebabkan pergelangan kaki dan
tulang kering berubah warna menjadi
memerah atau coklat, menebal dan
gatal.
ETIOLOGI

EKSOGEN (BERASAL DARI


LUAR)

a. Bahan kimia (detergen, asam,


basa, oli, semen)
b.Fisik (sinar dan suhu)
c. Mikroorganisme (bakteri dan
jamur)

ENDOGEN (BERASAL DARI DALAM)

Misalnya : Dermatitis atopik


PATOFISIOLOGI

DERMATITIS KONTAK
1. Fase induksi (fase sensitisasi)
ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberikan respon,
memerlukan 2-3 minggu. Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit
dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan
diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang
belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang
telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk
berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel
memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem
limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit
tubuh.

2. Fase elisitasi
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah
tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi
gejala klinis.
PATOFISIOLOGI

NEURODERMATITIS

Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk


numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat
membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk
krusta. bagian tubuh.

DERMATITIS ATOPIK
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi
dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel
T.  Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan
melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan
zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal
menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan
diturunkan secara genetik.
PATOFISIOLOGI

DERMATITIS STASIS

Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat
berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema.
Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi
ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi
hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti
jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.

DERMATITIS MEDIKAMENTOSA
Faktor lingkungan merupakan  factor terpenting . Alergi paling sering menyerang pada
saluran nafas dan saluran pencernaan . Di dalam saluran nafas terjadi inflamasi yang
menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk dan sesak nafas.
MANIFESTASI KLINIS

a. Kenaikan suhu (kalor)


b. Kemerahan (rubor)
c. Edema atau pembengkakan
d. Gangguan fungsi kulit (function laisa).

KOMPLIKASI

1. Sindrom pernafasan akut


2. Gangguan ginjal
3. Infeksi kulit oleh bakteri yang lazim
dijumpai terutama staphylococcus,
jamur, atau oleh virus.
PENATALAKSANAAN

1. Kortikosteroid
Cara pemakaian topikal dengan menggosok secara
lembut.

2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik
dalam dermatitis kontak melalui sistem imun.

3. Siklosporin A

4. Antibiotika dan antimikotika

5. Imunosupresif topikal

6. Antihistamin
A S U H A N K E P E R A W A T A N D E R M A T I T I S

1 Pengkajian

a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat penyakit sekarang : Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti
yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
2. Riwayat penyakit dahulu : Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
3. Riwayat penyakit keluarga : Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit
seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4. Riwayat psikososial : Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5. Riwayat pemakaian obat : Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang
dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
A S U H A N K E P E R A W A T A N D E R M A T I T I S

d. Pola Fungsional
1. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
• Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
• Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu
aktivitas pasien.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
• Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan malam ) 
• Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi
• Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
• Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung
vitamin antioksidan
3. Pola eliminasi
• Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna  dan karakteristiknya
•  Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
•  Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan
defekasi.
A S U H A N K E P E R A W A T A N D E R M A T I T I S

4. Pola aktivitas/olahraga
• Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada kulit.
• Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah
kulitnya
• Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5. Pola istiahat/tidur
• Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
• Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan
pada kulit
• Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
6. Pola kognitif/persepsi
• Kaji status mental klien
• Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu
• Kaji tingkat ansietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
• Identifikasi penyebab kecemasan klien
• Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
• Kaji apakah klien mengalami vertigo
• Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit.
7. Pola persepsi dan konsep diri
• Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien
mengubah gambaran dirinya
• Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut
• Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
A S U H A N K E P E R A W A T A N D E R M A T I T I S
8. Pola peran hubungan
• Tanyakan apa pekerjaan pasien
• Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan,
teman, dll.
• Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
9. Pola seksualitas/reproduksi
• Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
• Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause
• Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
10.Pola koping-toleransi stress
• Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan
diri )
• Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya
(mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
11. Pola keyakinan nilai
• Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta
seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada
Tuhannya lebih berfikiran positif.
A S U H A N K E P E R A W A T A N D E R M A T I T I S

2 Diagnosa Keperawatan

• Kerusakan  integritas kulit berhubungan dengan lesi dan jaringan inflamasi


• Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme oto-otot pernapasan,
kerusakan neurologis
• Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit
• Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak-bercak merah pada kulit
• Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perasaan malu terhadap penampakan
diri dan persepsi diri tentang ketidakbersihan.
• Defisiensi pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan kurangnya
informasi
A S U H A N K E P E R A W A T A N D E R M A T I T I S
3. Rencana Keperawatan

Dx 1 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan jaringan inflamasi
Definisi : Perubahan epidermis dan dermis
Intervensi NIC :
a. Pemeliharaan akses dialisis : Memelihara akses pembuluh darah
b. Kewaspadaan lateks : Menurunkan resiko reaksi sistemik terhadap lateks
c. Pemberian obat : Mempersiapkan, memberikan, dan mengevaluasi keefektif dan obat
resep dan obat non resep
d. Manajemen pruritus : Mencegah dan mengobati gatal

 Dx 2 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan spasme oto-otot pernapasan,


kerusakan neurologis
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat
Intervensi NIC :
a. Manamen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan napas
b. Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret jalan napas dengan cara memasukkan
kateter penghisap ke dalam jalan napas oral atau trakea pasien
c. Manajemen anafilaksis : meningkatkan ventilasi, dan perfusi jaringan yang adekuat untuk
individu yang mengalami reaksi alergi berat
d. Manajemen asma : mengidentifikasi, mengobati, dan mencegah reaksi inflamasi/kontriksi
jalan napas
A S U H A N K E P E R A W A T A N D E R M A T I T I S

Dx. 3 : Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit


a.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b.Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
c.Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
d.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
e.Tingkatkan istirahat
f.Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Dx 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak-bercak merah pada kulit
Definisi : Berisiko terhadap invasi organisme pathogen
Intervensi NIC :
a. Perawatan sirkulasi: insufisiensi arteri: meningkatkan sirkulasi arteri
b. Skrining kesehatan: Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan
riwayat kesehatan, pemeriksaan kesehatan, dan prosedur lainnya
c. Pengendalian infeksi: meminimalkan penyebaran dan penularan agens infeksius
d. Perlindungan infeksi: mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien berisiko
A S U H A N K E P E R A W A T A N D E R M A T I T I S

 Dx. 5 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perasaan malu terhadap penampakan diri
dan persepsi diri tentang ketidakbersihan
Definisi : Konfusi pada gambaran mental fisik diri seseorang
Intervensi NIC :
a. Bimbingan antisipasi: Mempersiapkan pasien terhadap krisis perkembangan atau krisis
situasional
b. Peningkatan citra tubuh: Meningkatkan persepsi sadar dan tak sadar pasien serta sikap
terhadap tubuh pasien
c. Peningkatan koping: membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor,
perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup

 Dx 6: Defisiensi pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan kurangnya


informasi
Definisi : Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topik tertentu
Intervensi NIC :
a. Perlindungan infeksi: Mencegah dan melakukan deteksi dini infeksi pada pasien beresiko
b. Penyuluhan individual: Membuat perencanaan, dokumentasi, dan evaluasi program
penyuluhan yang dirancang dan untuk memenuhi kebutuhan khusus pasien
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai