1. Referen
Referan ialah sesuau yang memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Kualitas tidaknya komunikasi seseorang bisa dilihat dari sumber
informasi yang disampaikan. Faktor sumber yang memengaruhi proses komunikasi
ialah bahasa yang digunakan, ketersediaan sumber, dan faktor teknis.
2. Pengirim dan Penerima
Pengirim adalah pihak yang mengirimkan/ menyampaikan informasi/ pesan.
Sedangkan penerima adalah pihak yang menerima dan menguraikan kode pesan.
Komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan efektif tidak jarang karena faktor
penampilan dan sikap pengirim dan penerima yang meliputi sikap, ekspresi verbal, dan
non verbal.
3. Pesan
Pesan merupakan isi dari komunikasi. Pesan mengandung bahasa verbal,
nonverbal, dan simbolik. Teknik penyampaian pesan yang digunakan sering terganggu
karena faktor bahasa. Oleh karena itu, penyampaian pesan harus menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti.
4. Media
Media merupakan alat penyampaian dan penerimaan pesan melalui indra
penglihatan, pendengaran, dan taktil. Ekspresi wajah mengirimkan pesan visual,
kata-kata memasuki saluran pendengaran, dan sentuhan menggunakan saluran
taktil. Individu akan lebih memahami suatu pesan jika pengirim menggunakan berbagai
media.
5. Umpan balik
Umpan balik merupakan pesan yang dikembalikan oleh penerima. Unsur ini
menunjukkan bahwa penerima telah mengerti arti pesan dari pengirim. Pengirim dan
penerima harus saling terbuka dan sensitif terhadap masing-masing pesan agar
komunikasi berjalan efektif.
6. Variabel interpersonal
Variabel ini merupakan faktor dalam diri pengirim dan penerima yang
memengaruhi komunikasi. Persepsi merupakan salah satu bentuk variabel yang
memberikan pandangan unik masing-masing individu yang terbentuk oleh harapan
dan pengalaman individual. Persepsi akan sangat memengaruhi jalannya komunikasi
karena dalam berkomunikasi haruss ada kesamaan persepsi dan pengertian.
7. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat interaksi bagi pengirim dan penerima. Lingkugan
yang efektif harus memenuhi kebutuhan fisik, emosional, dan keamanan peserta
komunikasi. Tujuan komunikasi akan tercapai jika lingkungan diciptakan senyaman
mungkin, terutama pada lansia dan anak-anak.
Bentuk Komunikasi
Pesan disampaikan secara verbal, nonverbal, konkret, maupun simbolis. Saat
berkomunikasi, individu mengekspresikan dirinya melalui kata, pergerakan, intonasi
suara, ekspresi wajah, dan penggunaan jarak. Menurut Potter & Perry (2009),
bentuk-bentuk komunikasi diantaranya ialah:
Komunikasi verbal
Komunikasi ini menggunakan kata yang ditulis atau diucapkan.
Komunikasi nonverbal
Komunikasi ini mencakup seluruh indera dan semua hal yang tidak melibatkan
kata tertulis ataupun ucapan yaitu dengan bahasa tubuh.
Komunikasi Simbolik
Komunikasi yang baik membutuhkan kesadaran tentang komunikasi simbolik, yaitu
simbol lisan dan nonverbal yang digunakan pihak lain untuk menyampaikan arti.
Seperti Seni dan musik merupakan bentuk komunikasi simbolik.
Metakomunikasi
Metakomunikasi merupakan istilah luas yang merujuk kepada seluruh faktor yang
memengaruhi komunikasi.
Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian komunikasi terapeutik
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan
(Anas, 2014). Maka di sini diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri
adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu
penyembuhan/ pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
profesional bagi perawat. Komunikasi mengandung makna bersama – sama
(common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu
communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.Kata sifatnya
communis, yang bernakna umum atau bersama – sama (Devi, 2012)
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk
tujuan terapi. Seorang terapis dapat membantu klien mengatasi masalah yang
dihadapinya melalui komunikasi (Damaiyanti, 2014).Komunikasi terapeutik adalah
modalitas dasar intervensi utama yang terdiri atas teknik verbal dan nonverbal
yang digunakan untuk membentuk hubungan antara terapis dan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan (Mubarak, 2012). Oleh karena itu, komunikasi terapeutik
merupakan hal penting dalam kelancaran pelayanan kesehatan yang dilakukan terapis
untuk mengetahui apa yang dirasakan dan diinginkan pasien.
Respon perilaku juga harus diperhatikan, karena perilaku merupakan dasar yang
paling penting dalam perencanaan keperawatan pada lansia. Perubahan perilaku
merupakan gejala pertama dalam beberapa gangguan fisik dan mental. Jika
mungkin, pengkajian harus dilengkapi dengan kondisi lingkungan rumah, ini
menjadi modal pada faktor lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan pada
lansia. Pengkajian tingkah laku termasuk mendefinisikan tingkah laku,
frekuensinya, durasi dan factor presipitasi. Ketika terjadi perubahan perilaku ini
sangat penting untuk dianalisis.
2. Empati (Emphaty)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi klien. Objektif dalam
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan
3. Hangat (warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa
mengekspresikan persaannya lebih mendalam.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi
dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari
pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan
petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.
Menurut Zen (2013), dalam berkomunikasi dengan lansia ada beberapa teknik yang
dapat dilakukan yaitu:
1. Pendekatan perawatan terhadap lansia baik secara fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual serta menunjukkan rasa hormat dan keprihatinan.
2. Berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik dengan menggunakna kalimat
sederhana dan pendek, kecepatan dan tekanan suara tepat, berikan kesempatan
lansia untuk bicara, hindari pertanyaan yang mengakibatkan lansia menjawab
“ya” dan “tidak” dan ubah topik pembicaraan jika lansia sudah tidak tertarik.
3. Komunikasi nonverbal yang meliputi perilaku, kontak mata, ekspresi wajah, postur
dan tubuh, dan sentuhan.
4. Meningkatkan komunikasi dengan lansia yaitu dengan memulai kontak.
5. Suasana komunikasi harus diciptakan senyaman mungkin saat berkomunikasi
dengan lansia, misalnya posisi duduk berhadapan, jaga privasi, penerangan yang
cukup, dan kurangi kebisingan.
Proses komunikasi dengan lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan
sikap non asertif. Sikap agresif ditandai dengan beberapa perilaku,
diantaranya berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain, meremehkan
orang lain, memepertahankan haknya dengan menyerang orang lain,
menonjolkan diri sendiri, dan mempermalukan orang lain di depan umum.
Sedangkan tanda sikap non asertif diantaranya ialah menarik diri bila diajak
berbicara, merasa tidak sebaik orang lain, merasa tidak berdaya, tidak berani
mengungkap keyakinan, membiarkan orang lain membuat keputusan untuk
dirinya, tampil pasif (diam), mengkuti kehendak orang lain, mengorbankan
kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Selain
itu, kendala lain dalam berkomunikasi dengan lansia ialah gangguan neurologi
yang menyebebkan gangguan bicara, penurunan daya pikir, mudah
tersinggung, sulit menjalin hubungan mudah percaya, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik, dan hambatan
lingkungan (Aspiani, 2014).
Berikut adalah cara lainnya untuk mengatasi hambatan komunikasi pada lansia:
a. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum
b. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol
c. Menjamin alat bantu dengar berfungsi dengan baik
d. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas
e. Jangan berbicara dengan keras/berteriak
f. Jangan terlalu jauh berdiri di depan klien
g. Perhatikan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
h. Beri kesempatan pada klien untuk berfikir
i. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang
tua dan kegiatan rohani.
j. Berbicara pada tingkat pemahaman klien
k. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian
l. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan bersama
anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan
dapat membantu proses komunikasi.
Daftar pustaka :
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
http://repo.unand.ac.id/18537/1/buku%20rika.pdf