Anda di halaman 1dari 102

Dermatofitosis

Definisi
Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang
disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.

Sinonim: Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata


Etiologi
Kelas Fungi imperfecti  3 genus:
Microsporum
Trichophyton
Epidermophyton
Bersifat mencernakan keratin
Trichophyton rubrum Microsporium canis

Epidermophyton floccosum
Faktor Risiko Infeksi Jamur
• Faktor suhu dan kelembaban
• Aktivitas
• Kurangnya kebersihan
• Trauma minor
• Keseimbangan flora normal tubuh terganggu karena pemakaian
antibiotik atau hormonal dalam jangka panjang
• Kehamilan dan menstruasi
• Penyakit tertentu seperti HIV/AIDS dan diabetes
• Kontak langsung/tak langsung dengan penderita
Klasifikasi
Bentuk Tinea kapitis: dermatofitosis pada kulit dan
rambut kepala

Tinea barbe: dermatofitosis pada dagu dan


jenggot

Tinea kruris: dermatofitosis pada daerah


genito-krural, sekitar anus, bokong dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah
Tinea pedis et manum: dermatofitosis pada kaki dan tangan

Tinea unguinum: dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki

Tinea korporis: dermatofitosis pada kulit glabrosa pada bagian


lain yang tidak termasuk bentuk yang disebutkan sebelumnya

Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang


Lain- konsentris dan disebabkan Trichophyton concentrium

lain
Tinea favosa/favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan
Trichophyton schoenleini secara klinis antara lain terbentuk
skutula dan berbagai seperti tikus (mousy odor)
Tinea fasialis, tinea aksilaris, yang juga menunjukan daerah
kelainan

Tinea sirsinata arkuta yang merupakan penamaan


deskriptif morfologis

Tinea inkognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak


khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat
1. Tinea Corporis
(tinea sirsinarta, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap, herpes sircine
trichophytique)
• Dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous
skin).
• Efloresensi : lesi bulat/lonjong, berbatas tegas terdiri dari
eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul
ditepi, adanya central healing.
• Lesi dengan tepi polisiklik, karena beberapa lesi kulit menjadi
satu.
2. Tinea Barbae
• Dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
• Efloresensi : Rambut daerah yang terkena menjadi
rapuh sifatnya dan tidak mengkilat, tampak reaksi radang pada
folikel berupa kemerahan, edema, pustula.
3. Tinea Fasialis
4. Tinea Manus
Diagnosis banding
• Dishidrosis
• Dermatitis Kontak Iritan Kronis
5. Tinea Unguium
(Dermatophytic onychomycosis, ringworm of the nail)

Bentuk
Bentuk subungual distalis

Leukonikia trikofita atau lekonikia mikotika

Bentuk subungual proksimalis


6. Tinea Pedis
(Athlete’s foot, ringworm of the foot, kutu air)

• Penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di


daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan
kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital.
• Efloresensi : papula, papul –vesikel, sering eritroskuama,
berbatas tegas dengan bagian pinggir lebih aktif dan bagian
tengah lebih tenang serta disertai rasa gatal.
Diagnosis
1. Anamnesis

Identitas Nama/usia/pendidikan/pekerjaan/agama/alamat/suku/status
pernikahan
Keluhan utama Bercak merah bersisik/gatal/kuku rusak atau berubah warna
Onset Akut/kronis
Lokasi Kepala/badan/kik/tangan/janggut/kuku/selangkangan/sela-sela
jari
Kualitas Gatal, merah (ring worm), bersisik, semakin luas
Kuantitas Gatal/nyeri terjadi sepanjang hari? Kapan terasa lebih gatal?
Kronologis Awal mulanya? Lesi awal? Faktor resiko?
Memperingan/me Garuk? Berkeringat? Daerah lembab? Terkena air? Obat topikal?
mperberat
Keluhan tambahan Demam? Cari adakah infeksi sekunder?
RPD Pernah mengalami hal serupa? Pernah sakit kulit sebelumnya?
RPK Lingkungan sekitar? Orang dalam satu rumah? Keluarga?
RPO Obat untuk mengurangi keluhan? Obat yang rutin diminum?
Alergi Obat? Makanan? Suhu?
Rpsi Jarang pakai alas kaki? Jarang cuci baju? Menggunakan baju
ketat? Ssering memakai pakaian tertutup jangka lama?
Memelihara binatang peliharaan? Berkebun atau bertani?
Kebiasaan memakai barang bersama?
2. Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologis
Jenis Efloresensi
Lokasi Anatomi (contoh: inguinal)
Penyebaran Sirkumskrip/ difus/ generalisata/ regional/ universalis/ solitar/
dan lokasi herpetiformis/ konfluens/ diskret/ simetrik/ bilateral/ unilateral

Susunan Linier/ sirsinar (anular)/ arsinar/ polisiklik/ korimbiformis


Bentuk Teratur/ tidak teratur
Ukuran Miliar/ lentikular/ numular/ plakat
Tepi Aktif? Teratur? Menonjol?
tengah Central healing? Menonjol?
Penunjang Diagnosis
• Pemeriksaan dengan larutan KOH 10-
20%

• Kultur pada medium agar Sabouroud

• Pemeriksaan lampu wood


Kulit tidak berambut (glabrous skin)
• Dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit
di luas kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau
tumpul steril

Kulit berambut
• Rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami
kelainan lalu kulit di daerah tersebut dikerok
Kuku
• Diambil dari bagian dalam kuku yang sakit dan sedalam-
dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku
Penatalaksanaan
Dermatofitosis
• Griseofulvin
– Dosis:
• Anak: 0,25-0,5 g/hari atau 10-25 mg/kgBB/hari
• Dewasa: 0,5-1 g/hari
– Efek samping: sefalgia, dizziness, insomia, gangguan GI track,
fotosensitif dan mengganggu fungsi hepar
• Ketokonazol
– Bersifat: fungistatik
– Bila resisten thd griseofulvin
– Dosis: 200 mg/hari selama 10 hari-2 minggu pada
pagi hari setelah makan
– Kontraindikasi: penderita kelainan hepar
• Triazol (Itrakonazol)
– Dosis: 2x100-200 mg/hari selama 3 hari
• Terbinafin
– Bersifat: fungsidal
– Pengganti griseofulvin
– Dosis: 62,5-250 mg/kgBB/hari selama 2-3 minggu
– Efek samping: gangguan GI track, gangguan
pengecapan, sefalgia ringan
Mikosis

Superfisial Subkutan

Nondermato Dermatofito
fitosis sis
NONDERMATOFITOSIS
Definisi
Penyakit yang terjadi pada kulit yang paling luar. Penyakit yang
disebabkan oleh jamur yang bukan golongan dermatofita. Hal ini
disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan enzim yang
dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan
kulit yang paling luar.
KLASIFIKASI

Pitiriasis Versikolor

Folikulitis Malassezia

Piedra

Tinea Nigra Palmaris


1. PITRIASIS VERSIKOLOR
PITIRIASIS VERSIKOLOR

SINONIM
Sering disebut panu/panau, tinea versikolor. Jarang disebut
dermatomycoses furfuracea, tinea flava, liver spots, chromophytosis.

DEFINISI
Infeksi kulit superfisial kronik yang disebabkna oleh ragi genus Malassezia,
umumnya tidak memberikan gejala subjektif, ditandai oleh area
depigmentasi atau dekolorisasi berskuama halus, tersebar diskret atau
konfluen, dan terutama terdapat pada bagian atas

EPIDEMIOLOGI
Merupakan penyakit universal dan banyak ditemukan didaerah tropis.
Tidak terdapat perbedaan berdasarkan jenis kelamin, tetapi terdapat
perbedaan kerentanan berdasarkan usia, yakni lebih banyak ditemukan
pada remaja dan dewasa muda, jarang pada anak dan orang
tau.merupakan penyakit kulit terbanyak yang ditemukan di Indonesia.
PITIRIASIS VERSIKOLOR

ETIOLOGI
Malassezia spp, bersifat lipofilik yang merupakan flora normal pada kulit.
Sifat lipofilik ini yang menyebabkan ragi ini banyak berkolonisasi pada area
yang kaya sekresi kelenjar sebasea

PATOGENESIS
Malassezia spp yang mulanya berbentuk ragi saprofit

Suhu, kelembaban lingkungan, tegangan CO2 tinggi, permukaan


kulit akibat oklusi factor genetic, hyperhidrosis, kondisi
imunosupresif dan malnutrisi

Bentuk miselia yang menyebabkan kelainan kulit PV

Perubahan warna pada lesi kulit  Malassezia memproduksi asam.


Dikarbosilat yang mengganggu pembentukan pigmen melanin dan
produksi metabolit (pityriacitrin) yang mempunyai kemampuan
absorpsi sinar ultraviolet sehingga lesi hipopigmentasi
PITIRIASIS VERSIKOLOR

GAMBARAN KLINIS

Terutama pada badan bagian atas, leher, dan perut, ekstremitas sisi proksimal, kadang
ditemukan pada bagian wajah dan scalp, dapat ditemukan di aksila, lipat paha, genitalia

Lesi
 Makula berbatas tegas
 dapat hipopigmentasi
 hiperpigmentasi kadang eritem
 terdiri atas berbagai macam ukuran
 skuama halus.

Umumnya tidak disertai gejala subjektif, hanya keluhan kosmetis, kadang ada pruritus
ringan
PITIRIASIS VERSIKOLOR

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lampu Wood
flouresensi kekuningan akibat metabolit asam dikarboksilat

Kerokan Kulit
kumpulan hifa pendek dan sel ragi bulat “spaghetti and
meatballs” atau “banana and grapes” dengan
menggunakan KOH 20 % dan tinta biru-hitam untuk
memperjelas gambar elemen jamur
PITIRIASIS VERSIKOLOR

DIAGNOSIS

Adanya lesi di daerah predileksi berupa makula berbatas tegas berwarna putih,
kemerahan sampai dengan hitam yang berskuama halus.

Lampu wood  flouresensi kuning keemasan

Kerokan kulit  positif


PITIRIASIS VERSIKOLOR

DIAGNOSIS BANDING

Ptriasis alba, ptriasis


Eritrasma Vitiligo
rosea,

Morbus Hansen tipe


Dermatitis seboroik Tinea
tuberkuloid
PITIRIASIS VERSIKOLOR

TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA

Rajin mandi

Ganti pakaian sehabis dipakai dari luar rumah

Tidak berganti handuk dengan teman atau anggota keluarga yang lain
PITIRIASIS VERSIKOLOR

TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA

OBAT TOPIKAL OBAT SISTEMIK


Selenium Sulfide bentuk sampo 1,8% lusio Dipertimbangkan untuk lesi luas,
2,5% kambuhan, dan gagal dengan terapi topikal:

Ketokonazole 2% bentuk sampo Ketokonazole 200 mg/hr 5-10 hari

Sulosio natrium hiposulfit 20% Itrakonazole 200 mg/hr 5-7 hari

Sulosio propilen glikol 50% Maintenance:

Untuk lesi terbatas: Ketokonazole 400 mg sekali tiap bulan/ 200


• Mikonazole, klotrimazole, isokonazole, mg sehari selama 3 hari tiap bulan
ekonazole
PITIRIASIS VERSIKOLOR

PROGNOSIS

Baik apabila pengobatan dilakukan secara tekun dan konsistens, serta faktor disposisi
dapat dihindari

Lesi hipopigmentasi dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah jamur negatif, hal ini
perlu dijelaskan kepada pasien
KANDIDIASIS

Pembimbing : dr. Heryanto Syamsuddin, Sp. KK


Disusun oleh : Fahmi Fil Ardli (2013730141)

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT


KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
DEFINISI
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina,
kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia,
endokarditis, atau meningitis.
EPIDEMIOLOGI
• Penyakit ini terdapat diseluruh dunia, dapat menyerang semua umur,
baik laki- laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada
orang sehat sebagia saprofit. Gambaran klinisnya bermacam- macam
sehingga tidak diketahui data- data penyebaran dengan tepat.
ETIOLOGI
• Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans yang sering
diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses yang
normal. Sebagi oenyebab endocarditis kandidosis ialah C. parapsilosis
dan penyebab kandidosis septicemia adalah C. tropicalis.
KLASIFIKASI
Kandidosis Selaput Lendir
• Kandidosis oral (thrush)
• Perleche
• Vulvovaginitis
• Balanitis atau balanopostitis
• Kandidosis mukokutan
Kandidosis Kutis
• Lokalisata: a. daerah intertriginosa
b. daerah perianal.
• Generalisata
• Paronikia mukokutan kronik
• Kandidosis kutis granulomatosa
KLASIFIKASI
Kandidosis Sistemik
• Endokarditis
• Meningitis
• Pielonefritis
• septikemia
PATOGENESIS
Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen.
Faktor endogen
• Perubahan fisiologik seperti:
1) kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina,
2) kegemukan, karena banyak keringat,
3) debilitas,
4) latrogenik,
5) endokrinopati, gangguan gula darah kulit,
6) penyakit kronik seperti: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
• Umur : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak
sempurna.
• Imunologik: penyakit genetik.
PATOGENESIS
• Faktor eksogen meliputi:
a. Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan respirasi meningkat
b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan
memudahkan masuknya jamur
d. Kontak dengan penderita misalnya pada thrush, dan balanopostitis.
Pada vagina, jamur ini menyebabkan vulvovaginitis dengan
gejala Fluor albus
GEJALA KLINIS
1. Kandisosis selaput lender
a. Kandidosis Oral/ Thrush
Biasanya mengenai bayi, tampak pseudomembran putih coklat muda
keabu yang menutup lidah, palatum mole, pipi bagian dalam, dan
permukaan rongga mulut yang lain. Lesi dapat berpisah- pisah, dan
tampak seperti kepala susu pada rongga mulut. Bila pseudomembran
terlepasdari dasarnya tampak daerah yang basah dna merah.
GEJALA KLINIS
b. Parleche
Lesi berupa fisur pada sudut mulut, lesi ini
mengalami maserasi, erosi, basah dan dasarnya
eritematosa. Faktor prediposisinya ialah
defisiensi ribovlafin
c. Vulvovaginitis
• Infeksi vagina (vulvovaginitis) sering ditemukan
pada wanita hamil, penderita diabetes atau
pemakai antibiotik.Gejalanya berupa keluarnya
cairan putih atau kuning dari vagina disertai
rasa panas, gatal dan kemerahan di sepanjang
dinding dan daerah luar vagina.
GEJALA KLINIS
d. Balanitis atau balanopostitis
Penderita mendapat infeksi karena infeksi seksualdengan wanita
yang menderita vulvovaginitis, lesi berupa erosi, pustule dengan
dinding yang tipis, terdapat pada glans penis dan sulkus koronarius
glandis.
e. Kandidosis mukokutan kronik
Timbul karena adanya kekurangan fungsi leukosit atau system
hormonal, biasanya terdapat pada pnederita dengan bermacam0
macam defisiensi yang bersifat genetic, umumnya terdapat pada
anak- anak. Gambaran klinisnya mirip penderita dengan defek
poliendokrin.
GEJALA KLINIS
2. kandidosis Kutis
a. Kandidosis intertriginosa
Lesi didaerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat
payudara, antara jari tangan atau kaki, galns penis, dan
umbilicus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah,
dan eritematosa.
Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel- vesikel dan
pustul- pustule kecil atau bula yang bila pecah meningalkan
daerah yang erosifdenganpinggi yang kasar dan berkembang
seperti lesi primer.
GEJALA KLINIS
b. Kandidosi perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah.
Penyakit ini menibmulkan pruritus ani.
c. Kandidosis kutis generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara,
Intergluteal dan umbilicus.
Lesi berupa ekzmatoid, dengan vesikel dan pustule. Sering
terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderuta kandidosi
vagina atau gangguan imunologik.
GEJALA KLINIS
d. Paronikia dan onikemikosis
Sering diderita oleh orang pekerjaannya dengan air, bentuk ini
tersering didapt. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang
tidak bernanah, kuku menjadi teba, mengerah dan berlekuk-
lekuk, kadang berwana kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat
dan tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku seperti pada tinea
unguinum
GEJALA KLINIS
3. Kandidosi sistemik
a. Endokarditis
Sering terdapat pada penderita morfinis sebagai akibat
komplikasi penyuntikan yang dilakukan sendiri, jug adapt diderita
oleh penderita sesudah operasi jantung.
b. Meningitis
Terjadi karena penyebaran hematogen jamur, gejalanya
sama dengan meningitis tuberculosis atau karena
bakteri lain.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksan dengan larutan KOH
10% atau denganpewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau
hifa semu.
b. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa
sabouraud,dapat pula agar ini diberi antibiotic (kloramfenikol) untuk
mencegah pertumbuhan bakteri. Koloni tumbuh setelah 24- 48 jam
berupa yeast like colony, identifikasi Candida albikan dilakukan dengan
membiakan tumbuhan pada corn meal agar.
Pencegahan primer
• Tidak berhubungan seksual atau hanya berhubungan seksual dengan satu pasangan
yang tidak terinfeksi
• Penderita pria juga dapat menggunakan kondom lateks selama hubungan
seksual,dengan atau tanpa spermatisida
• Menjaga area sekitar genitalia bersih dan kering.
• Ganti pembalut secara teratur
• Hindari sabun yang dapat menyebabkan iritasi,vagina spray,dan semprotan air.
PENATALAKSANAAN
• Non Medikamentosa
Menghindari atau menghilangkan faktor prediposisi.
• Medikamentosa
Topikal
- Larutan ungu gential ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit,
dioleskan sehari 2x selama 3 hari.
- Nistatin: berupap krim, salep, emulsi
- Amfoterisin B
- Grup azol antara lain:
a. Mikonazol 2% brupa krim atau bedak
b. Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
c. Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
d. Siklopiroksalamin 1% larutan, krim
e. Antimikotik yang lain yang berspektrum luas.
PENATALAKSANAAN
Sistemik
- Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi local dalam saluran cerna, obat ini tidak
diserap oleh usus.
- Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosi sistemik.
- Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis
tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x 200 mg selama 5 hari atau dengan
itrakonazol 2x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
Pencegahan sekunder
• Pemeriksaan ginekologi dan memeriksa organ genitalia eksterna,vagina,dan cervix untuk
melihat adanya inflamasi atau ekskret abnormal.
• Suspect kandidosis vagina bila terjadi inflamasi pada vagina terdapat ekskret putih dari
vagina dan di sekeliling vagina,akan diambil sampel ekskret vagina untuk diperiksa dengan
mikroskop di laboratorium.
Pencegahan tersier
• Rehabilitasi
Moluskum Kontagiosum
DEFINISI Penyakit yang disebabkan oleh virus poks, klinis berupa papul-papul pada
permukaan terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan moluskum

EPIDEMIOLOGI Dapat menyerang anak atau dewasa (PHS), transmisi melalui


kontak kulit langsung atau otoinokulasi

GEJALA KLINIS  Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu


 Kelainan kulit : papul miliar, kadang lentikular, warna putih seperti
lilin, berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat lekukan
(delle), jika dipijat akan keluar massa berwarna putih seperti nasi
 Lokalisasi di daerah muka, badan dan ekstremitas, pada dewasa
sering di daerah pubis dan genitalia eksterna
 Bila timbul infeksi sekunder timbul supurasi
Histopatologi
Di daerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum yang
mengandung partikel virus

Pengobatan
 Prinsip : mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum, pasangan seksual
juga harus diterapi
 Cara :
• Dengan alat ekstraktor komeda, jarum suntik atau kuret
• Elektrokauterisasi
• Bedah beku dengan CO2, N2 dan sebagainya

Prognosis Bila semua lesi dihilangkan, jarang atau tidak residif


Definisi
• Hidradenitis adalah infeksi kelenjar apokrin, biasanya oleh
Staphylococcus aureus. Hidradenitis supurativa (HS) adalah
suatu keadaan kronik, yaitu infeksi kelenjar apokrin yang
berhubungan dengan axilla dan regio anogenital.
Etiologi dan predisposisi
– Struktur adnexal

– Faktor genetik

– Hormon dan androgen

– Obesitas

– Infeksi bakteri (Staphylococcus aureus dan staphylococcus-coagulase-negatif )


– Merokok
Patogenesis
• Penyebab pasti dari hidradenitis supurativa masih belum jelas yang telah
dipahami adalah adanya kondisi dengan gangguan oklusi folikular.
• Urutan berikut ini dapat mengambarkan dugaan mekanisme
pengembangan lesi:
• Keratin menyumbat folikel rambut kemudian terjadi dilatasi folikel rambut
yang kemudian melibatkan kelenjar apokrin sehingga terjadi inflamasi
Terjadi pertumbuhan bakteri dalam saluran folikel  folikel yang
mengandung bakteri ini dapat pecah sehingga terjadi peradangan/ infeksi
 terbentuk nanah / kerusakan jaringan → pembentukan ulkus dan
fibrosis saluran sinus.
Gejala klinis
• Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada usia
sesudah akil balik sampai dewasa muda. Sering didahului oleh
trauma dan mikrotrauma.
• Ruam berupa nodus (0,5-2 cm).
• Dengan kelima tanda radang akut (rubor, dolor, kalor, tumor,
fungsiolesa).
• Pada peradangan yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, dan
sinus yang multipel.
• Tempat predileksi paling sering mengenai daerah ketiak, lipat paha
& perianal.
Stadium HS
• Stadium primer berupa abses yang berbatas tegas, tanpa bekas
luka dan tanpa adanya saluran sinus.

• Stadium sekunder berupa terbentuknya saluran sinus dengan


bekas luka akibat bekas garukan serta abses yang berulang.

• Stadium tersier menunjukkan lesi yang menyatu, terbentuknya


skar, serta adanya inflamasi dan discharge saluran sinus.
Diagnosa banding
• Skrofuloderma
Perbedaannya, pada hidradenitis supurativa pada permulaan
disertai tanda-tanda radang akut dan terdapat gejala
konstitusi. Sebaliknya pada skrofuloderma tidak terdapat tanda-tanda
radang akut dan tidak ada leukositosis.
• Furunkel dan Karbunkel
HS ditandai dengan abses steril dan sering berulang.
Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan
furunkel atau karbunkel yaitu pada aksila, lipat
paha, pantat atau dibawah payudara. Walaupun
karbunkel juga terdapat pada area yang banyak
friksi seperti aksila dan bokong.
• Adanya jaringan parut yang lama, adanya saluran
sinus serta kultur bakteri yang negatif memastikan
diagnosis penyakit HS dan juga membedakannya
dengan furunkel atau karbunkel.
• Limfogranuloma venereum (LGV)
Hidradenitis supurativa yang terdapat di
lipatan paha kadang – kadang mirip dengan
limfadenitis pada LGV. Perbedaan yang
penting adalah pada LGV terdapat riwayat
kontak seksual. Pada stadium lanjut LGV
terdapat gejala bubo bertingkat yang
berarti pembesaran kelenjar di inguinal
medial dan fosa iliaka. Pada LGV tes Frei
positif.
Diagnosa HS
• Kriteria diagnostik hidradenitis supurativa menurut the 2nd International Conference
on Hidradenitis supurativa, March 5, 2009, San Francisco, CA US adalah:
– Lesi yang khas : nodul yang nyeri, ‘blind boils’ pada lesi yang akut; abses, sinus, skar dan
tombstone serta komedo terbuka pada lesi sekunder
– Topografi yang khas: pada regio axilla, pangkal paha, perineum dan regio perianal,
bokong, dan area lipatan infra mammae dan intermammae
– Kronik dan berulang
• Semua kriteria harus terpenuhi untuk diagnosis yang tepat.
Pemeriksaan penunjang
• Tes laboratorium
Pada pasien dengan lesi yang akut pemeriksaan laboratorium dapat
ditemukan leukositosis, peningkatan sedimentasi eritrosit dan
peningkatan C-Reaktif Protein (CRP). Jika tanda infeksi cukup jelas,
dapat dilakukan kultur bakteri dengan sampel yang diambil pada
lesi.
• Histopatologi
Pemeriksaan histologis struktur adneksa dengan tanda-tanda
peradangan kelenjar apokrin hanya ditemukan pada 1/3 kasus.
Pada lapisan subkutis dapat ditemukan fibsosis, nekrosis lemak dan
inflamasi.
Penatalaksanaan
• Hidradenitis supurativa bukan hanya infeksi, dan antibiotik
sistemik hanya bagian dari program perawatan. Digunakan
kombinasi dari:
• Glukokortikoid intralesional.
• Operasi.
• Antibiotik oral.
• Isotretinoin.
• Lesi akut
Nodul: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesi.

Abses: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesional pada dinding lesi


kemudian insisi dan drainase cairan abses.

Antibiotik topikal : tetracycline dan clindamycin.


Kasus kronik residif
• Antibiotik oral :
Erythromycin (250-500 mg qid)
Tetracycline (250-500 mg qid)
Minocycline (100 mg 2x sehari) hingga lesi kering atau kombinasi
dengan clindamycin 300 mg 2x sehari atau rifampin 300 mg 2x sehari.
Zinc salt, dosis tinggi (90mg), telah terbukti efektif dalam penelitian
singkat.
Metronidazol pada kasus dengan discharge berbau dapat membantu
Dapson telah digunakan dan memberi hasil yang baik.
• Kortikosteroid:
Prednisone dapat diberikan jika nyeri dan terdapat tanda inflamasi
yang berat. Dengan dosis 70 mg perhari untuk 2-3 hari dan tapering
off selama 2 minggu.
• Isotretionin oral:
Tidak digunakan pada infeksi berat tapi baik digunakan pada stadium
akut untuk mencegah sumbatan folikular dan kemudian kombinasi
dengan eksisi bedah. Isotreinoin tidak dapat diberikan pada ibu hamil.
Prognosis
• Tingkat keparahan penyakit sangat bervariasi. Banyak pasien hanya
memiliki keterlibatan ringan dengan berulang, sembuh sendiri,
nodul merah yang lembut tidak mencari terapi. Penyakit ini
biasanya mengalami remisi spontan dengan usia (> 35 tahun). Pada
beberapa individu, tentu saja bisa berkembang terus-menerus,
dengan ditandai morbiditas terkait dengan nyeri kronis, kerusakan
sinus, dan terbentuknya jaringan parut, dengan mobilitas terbatas.
Beberapa pasien menunjukkan adanya perbaikan kondisi dengan
pemberian antibiotik jangka panjang, tetapi banyak juga yang
membutuhkan tindakan bedah plastik. Diperlukan peningkatan
hygiene untuk mencegah kekambuhan
MILIARIA
Definisi

Retensi dari kelenjar


keringat ini merupakan
Miliaria adalah
dampak dari oklusi duktus
kelainan kulit akibat
keringat ekrin,
retensi keringat,
mengakibatkan erupsi yang
ditandai dengan
biasanya terjadi saat cuaca
adanya vesikel milier
panas, iklim lembab, seperti
pada daerah tropis dan
selama musim panas
Sinonim
• Biang keringat
• Keringat buntet
• Liken tropikus
• Prickle heat
Epidemiologi
• Miliaria umum terjadi pada bayi minggu pertama
kehidupannya dimana saat ini bayi sedang beradaptasi dengan
lingkungannya, dan pada segala usai pada suhu yang panas,
keringat berlebihan, terjadi sumbatan pada kelenjar keringat
atau kombinasi faktor- faktor ini
• Miliaria terjadi pada individu semua ras. Predileksi jenis
kelamin umumnya sama
Klasifikasi
• Miliaria kristalina (sudamina)
• Miliaria rubra (Prickly heat)
• Miliaria profunda (mamillaria)
Etiologi
• Tiga bentuk miliaria (miliaria kristalina/sudamina, miliaria
rubra/prickly heat, dan miliaria profunda) terjadi akibat dari
oleh adanya obliterasi ataupun oleh adanya gangguan pada
saluran kelenjar keringat
• Tipe miliaria ini berbeda dalam bentuk gejala klinis akibat
adanya perbedaan level dimana letak obliterasi ini terjadi
Klasifikasi
Miliaria • Obstruksi yang terjadi sangat superfisial pada
stratum korneum dan vesikel terletak pada
profunda subkorneum

• Perubahan lebih lanjut termasuk


Miliaria keratinisasi dari bagian intraepidermal dari
saluran kelenjar keringat, dengan adanya
rubra kebocoran dan pembentukan vesikel di
sekitar saluran

Miliaria • Terdapat ruptur pada saluran kelenjar keringat


pada tingkat dermal-epidermal junction
profunda
Patogenesis
Jika kondisi lembab dan
panas tetap bertahan, Baik dalam dermis
individu terus maupun epidermis
memproduksi keringat dengan anhidrosis relatif
secara berlebihan

Tidak dapat Hasil penyumbatan ini


mengeluarkan keringat adalah terjadinya
ke permukaan kulit kebocoran saluran
karena adanya kelenjar keringat yang
penyumbatan duktus menuju permukaan kulit
Patogenesis

Jika kebocoran keringat terjjadi di


Ketika titik kebocoran terletak
di stratum korneum atau lapisan subkorneum, menghasilkan
tepat di bawahnya, vesikel spongiotik dan infiltrat sel
peradangan kecil akan radang periduktal kronis pada
muncul dan lesinya akan
asimptomatik
lapisan papilare dermis dan
epidermis bagian bawah

Jika keringat keluar ke lapisan papilare dermis,


menghasilkan infiltrat limfositik periduktal dan
spongiosis saluran intraepidermal
Patogenesis
• Hidrasi yang berlebihan pada stratum korneum akan menyebabkan:
 Korneosit membengkak/perubahan struktur kimia keratin
 Kolonisasi bakteri meningkat sehingga mengeluarkan toksin
yang merusak sel epidermis
• Hal ini menyebabkan terbentuknya keratotic plug di dalam duktus
ekrin yang menyebabkan oklusi sehingga duktus ekrin pecah dan
terjadi inflamasi
Miliaria Kristalina
• Vesikel berdiameter 1 mm (seperti percikan air)
• Vesikel bergerombol tanpa tanda radang
• Tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus
• Sering terdapat di daerah intertriginosa (misalnya aksila)
• Tidak perlu pengobatan, cukup menghindari panas yang berlebihan
Miliaria Kristalina
Miliaria Rubra
• Lebih berat dari miliaria kristalina
• Makula/papul eritematosa dengan vesikel punktata di atasnya,
ekstrafolikuler, kadang menjadi pustul bila luas dan kronis
• Rasa gatal dan kadang rasa panas bila berkeringat
• Terutama di daerah badan dan leher
Miliaria Rubra
• Lesinya muncul sebagai lesi yang khas, sangat gatal, berbentuk
papulovesikel eritematous yang disertai dengan rasa seperti
tertusuk-tusuk, terbakar, atau kesemutan
Miliaria Profunda
• Bentuk ini agak jarang kecuali di daerah tropis
• Papul putih, keras, berukuran 1-3 mm
• Tidak gatal dan tidak merah
• Lokasi pada badan dan ekstremitas
• Dapat berasal dari miliaria rubra yang berulang
Miliaria Profunda
Diagnosis dan Diagnosis Banding
• Mudah didiagnosis secara klinis
• Tidak perlu pemeriksaan penunjang
• Diagnosis banding :
Eritema neonatorum
Folikulitis
Musinosis papular
Amiloidosis
Tatalaksana
• Non Medikamentosa :
Menghindari panas dan kelembapan yang
berlebih
Menggunakan pakaian tipis dan menyerap
keringat
Mengusahakan regulasi suhu yang baik
• Medikamentosa :
Bedak salisil 2% dibubuhi mentol 0,25-2%
Losio calamine dengan atau tanpa mentol
0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alkohol
Losio Faberi dengan komposisi :
R/ Acid salicylic 1
Talc Venet 10
Oxyd. Zinc 10
Amyl. Oryzae 10
Spiritus ad 200 cc
Untuk efek antipruritus dapat ditambahkan
mentholatum atau camphora

Anda mungkin juga menyukai