Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

Telinga merupakan salah satu panca indera dalam tubuh manusia yang
memiliki peranan yang sangat penting karena memilki fungsi sebagai alat
pendengaran dan keseimbangan.
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media merupakan salah
satu penyebab utama gangguan pendengaran dan ketulian, bahkan dapat
menimbulkan penyulit yang mengancam jiwa, terutama di negara berkembang.
Namun demikian oleh sebagian masyarakat masih dianggap hal biasa, sehingga
tidak segera mencari pertolongan saat menderita otitis media. Saat pendengarannya
mulai berkurang, tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah, tidak mampu
beraktifitas dengan baik ataukah setelah terjadi komplikasi barulah mereka
mencari pertolongan medis.
Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kelainan sistim konduksi
telinga tengah pada anak penting diketahui sedini mungkin, mengingat dampak yang
dapat timbul dikemudian hari, berupa gangguan bicara dan gangguan bahasa yang
berpengaruh pada tingkat intelegensia anak. Otitis media ini merupakan salah satu
masalah besar bagi anak-anak. Di perkirakan bahwa hampir sekitar 70% anak-anak
pernah menderita 1 atau lebih episode otitis media dalam 3 tahun pertama.
Otitis media yang berlangsung tanpa disedari dan terjadinya secara bertahap,
ini dapat berpengaruh terhadap fungsi pendengaran, yang dalam perkembangannya
dapat juga disertai adanya perubahan status mental, kemampuan berbicara dan proses
belajar dari seorang anak. Setelah beberapa waktu menderita otitis media, maka dapat
terjadi penumpukan cairan ditelinga tengah sehingga dapat mencetuskan terjadinya
tuli konduktif pada seseorang.
Banyak ahli membuat pembagian klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis
media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media supuratif non supuratif
(otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa dan otitis media
efusi).

1
Otitis media non supuratif memilki nama lain yaitu otitis media musinosa,
otitis media efusi, otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mukoid
(glue ear). Otitis media efusi (OME) adalah keadaan terdapatnya sekret yang
nonpurulen di telingah tengah, sedangkan membran tympani utuh tanpa ada tanda-
tanda infeksi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila
efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. ANATOMI TELINGA


Struktur yang terganggu pada otitis media adalah bagian telinga tengah.
Dimana telinga tengah itu sendiri terdiri dari :
a) Batas Luar: Membran timpani
b) Batas Depan: Tuba eustachius
c) Batas Bawah: Vena Jugularis
d) Batas Belakang: Aditus ad Antrum, Kanalis fasialis pars vertikalis
e) Batas Atas: Tegmen Timpani

2
f) Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah yaitu kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar, dan
promontorium.
Dari batas-batas tersebut maka terbentuklah suatu ruangan/kavitas yang berisi
tulang-tulang pendengaran/osikula auditiva yang terdiri dari Maleus (yang
bersentuhan dengan membrane timpani), Inkus, lalu Stapes yang berlekatan dengan
tingkap lonjong.
Membran Timpani merupakan suatu bagian yang terdiri dari 2 lapis yaitu pars
flaksid dan pars tensa. Untuk pars. Flaksid ini berada di bagian atas dan hanya terdiri
dari 2 lapis yaitu lanjutan dari epitel kulit telinga dan lapisan mukosa yang terletak
dibagian dalam.Oleh karena lapisannya tipis, maka daerah ini yang sering mengalami
retraksi jika terjadi tekanan negatif di telinga tengah.
Gambar 1. Anatomi Membran timpani.2

Sedangkan untuk pars tensa merupakan bagian yang terletak dibawah


yang terdiri dari 3 lapis yaitu : lapisan kutaneous (Lapisan paling luar yang
terdiri dari berlapis kubis), lapisan mukosa (Lapisan paling dalam yang terdiri
dari epitel selapis kubis atau lanjutan dari mukosa saluran nafas, dan
Lamina propria (terletak di tengah dan terdiri dari lapisan sirkuler dan radier).
Fungsi dari membrane timpani ini adalah untuk mengubah gelombang suara
menjadi getaran yang akan diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran.
Pada kavum timpani terdapat 3 ruangan yaitu epitimpani, mesotimpani
dan hipotimpani. Pada epitimpani terdapat jaringan yang berguna untuk
mempertahan tulang-tulang pendengaran dan juga terdapat sedikit udara dan
terdapat pintu dari mastoid. Mastoid ini merupakan hasil pneumatisasi dari os.
Temporal. Sampai saat ini fungsi dari mastoid masih belum diketahui secara
pasti.
Gambar 2. Anatomi telinga tengah.
Sedangkan pada Hipotimpani, berbatasan dengan vena jugularis dan
terdapat tuba eustachius. Untuk tulang-tulang pendengaran/osikula auditiva,
terdiri dari Maleus (yang bersentuhan dengan membrane timpani), Inkus, lalu
Stapes yang berlekatan dengan tingkap lonjong. Fungsi dari tulang

3
pendengaran ini selain menghantarkan getaran dari membrane timpani juga
untuk memperkuat getaran tersebut sampai 17 kali.
Tuba eustachius merupakan suatu saluran yang menghubungkan antara
cavum timpani dengan nasofaring yang bermuara di Ostium
Pharyngeum Tuba Auditifa (OPTA). Fungsi dari tuba eustasi ini sendiri adalah
sebagai ventilasi dari cavum timpani, menyeimbangkan tekanan di kavum
timpani dan di atmosfir (diluar), sebagai barrier terhadap infeksi asending.
Pada anak-anak tuba eustasi ini lebih horizontal dan lebih pendek daripada
orang dewasa. Hal inilah yang dapat mencetuskan mudahnya anak-anak
menderita otitis media.

Gambar 3 : Anatomi tuba eustasi


dikutip dari kepustakaan 2
\

Gambar 3. Tuba Eustachius.

2.2. FISIOLOGI PENDENGARAN


Suara atau bunyi yang masuk ditangkap oleh daun telinga, kemudian
diteruskan kedalam liang telinga luar yang akan menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan dan diperkuat oleh tulang-tulang
pendengaran yang saling berhubungan yaitu malleus, incus dan stapes. Stapes
akan menggetarkan tingkap lonjong (oval window) pada rumah siput yang
berhubungan dengan scala vestibuli sehingga cairan didalamnya yaitu
perilimfe ikut bergetar. Getaran tersebut akan dihantarkan ke rongga
dibawahnya yaitu scala media yang berisi endolimfe sepanjang rumah siput.
Didalam scala media terdapat organ corti yang berisi satu baris sel rambut
dalam (Inner Hair Cell) dan tiga baris sel rambut luar (Outer Hair Cell) yang
berfungsi mengubah energi suara menjadi energi listrik yang akan diterima

4
oleh saraf pendengaran yang kemudian menyampaikan atau meneruskan
energi listrik tersebut kepusat sensorik mendengar di otak sehingga kita bisa
mendengar suara atau bunyi tersebut dengan sadar.

2.3. DEFINISI
Otitis media dengan efusi adalah adanya cairan di telinga tengah tanpa tanda-
tanda atau gejala infeksi telinga akut. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media
serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue
ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan
yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang
terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius dan rongga mastoid. Faktor
yang berperan utama adalah terganggunya fungsi tuba eustachius. Faktor lain yang
dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing
palatum (cleft-palate), tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rinitis, defisiensi
imunologik atau metabolik. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor tambahan
dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi telinga tengah).

2.4. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, infeksi telinga tengah adalah masalah kesehatan utama
yang ditemukan pada bayi dan anak. Suatu survei yang melakukan skrining pada
anak-anak yang sehat usia bayi sampai 5 tahun menunjukkan sebanyak 15-40%
memiliki efusi pada telinga tengah. Studi lain, pada anak yang diperiksa secara
berkala selama 1 tahun, 50-60% peserta dan 25% anak usia sekolah ditemukan efusi
pada telinga tengah, dengan puncak insiden pada musim dingin.
Sekitar 80% anak-anak mengalami episode otitis media dengan efusi saat
berusia kurang dari 10 tahun. Lima persen dari anak-anak usia 2-4 tahun mengalami
hilangnya pendengaran karena efusi telinga tengah yang menetap selama 4 bulan
ataulebih. Prevalensi otitis media dengan efusi didapatkan paling tinggi pada
kelompok usia 2 tahun ke bawah dan menurun secara drastis pada anak di atas 6
tahun.

5
2.5. ETIOPATOGENESIS
Pada dasarnya otitis media efusi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu otitis
media serosa dan otitis media mukoid. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis
media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media
mukoid.
Otitis media serosa terutama terjadi akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi
perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada
di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di
dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang
berperan utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba eustachius.
Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab barotrauma, sinusitis, rinitis,
defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor
tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi di telinga tengah).
Disfungsi tuba eustachius adalah prekursor yang utama. Jika tuba eustachius
tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum di dalam telinga tengah. Sumbatan
yang lama dapat mengarah pada peningkatan produksi cairan yang semakin
memperberat masalah. Gangguan pada tuba eustachius yang membuat tuba
eustachius tidak dapat membuka secara normal antara lain berupa palatoskisis dan
obstruksi tuba serta barotrauma.
Palatoskisis dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachius akibat hilangya
penambat otot tensor veli palatini. Pada palastokisis yang tidak dikoreksi, otot
menjadi terhambat dalam kontraksinya membuka tuba eustachius pada saat menelan.
Ketidakmampuan untuk membuka tuba ini menyebabkan ventilasi telinga tengah
tidak memadai, dan selanjutnya terjadi peradangan.
Obstruksi tuba eustachius dapat disebabkan oleh berbagai keadaan termasuk
peradangan, seperti nasofaringitis atau adenoitis. Obstruksi juga disebabkan oleh
tumor nasofaring. Bila suatu tumor nasofaring menyumbat tuba eustachius, temuan
klinis pertama dapat berupa cairan dalam telinga tengah. Obstruksi dapat pula
disebabkan oleh benda asing, misalnya tampon posterior untuk pengobatan epistaksis,
atau trauma mekanis akibat adenoidektomi yang terlalu agresif sehingga terbentuk
parut dan penutupan tuba.

6
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-
tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang
menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan mencapai 90
cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada
keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan keluar
dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur
pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur
darah.
Otitis media efusi dapat didahului dengan otitis media akut. Hal ini
disebabkan oleh sekresi cairan dari mukosa yang terinflamasi. Mukosa telinga tengah
tersensitisasi oleh paparan bakteri sebelumnya, dan melalui reaksi alergi terus
menerus memproduksi sekret. Tetapi otitis media dengan efusi tidak harus selalu
diawali dengan otitis media akut.
2.6. KLASIFIKASI
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas 2 jenis:
1. Otitis media serosa akut
Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara
tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba eustachius yang
terjadi disebabkan oleh infeksi saluran nafas bagian atas atau serangan
alergik pada nasal.
2. Otitis media serosa kronis
Pada keadaan kronis, terjadinya sumbatan pada tuba eustachius
dalam jangka waktu yang lama atau terbentuknya sekret yang lebih
kental sehingga sekret tidak dapat diserap dan tidak bisa disalurkan
melalui tuba eustachius.
2.7. MANIFESTASI KLINIS
Otitis media efusi seringkali muncul tanpa nyeri. Cairan yang terkumpul dalam
telinga tengah dapat mengurangi pendengaran. Gejala yang menonjol pada otitis
media efusi biasanya pendengaran berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh
rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda,
pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Umumnya orang dewasa dapat
menjelaskan gejala-gejala yang dialaminya secara lebih dramatis, dapat berupa

7
perasaan rasa penuh dalam telinga, menurunnya ketajaman pendengaran dan tinitus.
Masalah cairan dalam telinga tengah ini paling sering ditemukan pada anak dan
biasanya bermanifestasi sebagai tuli konduktif. Pada kebanyakan anak, otitis media
serosa terjadi secara asimptomatik terutama pada anak-anak dibawah umur 2 tahun.
Karena anak-anak memerlukan pendengaran untuk belajar berbicara, maka hilangnya
pendengaran akibat cairan di telinga tengah dapat menyebabkan keterlambatan
bicara, pemahaman pembicaraan, gangguan perkembangan bahasa dan belajar.

2.8. DIAGNOSIS
Diagnosis otitis media efusi seringkali sulit ditegakkan karena prosesnya sendiri
yang kerap tidak bergejala, atau dikenal dengan silent otitis media. Otitis media efusi
sering tidak terdeteksi baik oleh orang tuanya, guru, bahkan oleh anaknya sendiri.
Selain dari anamnesis, terdapat beberapa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis otitis media efusi.
1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap dan teliti mengenai keluhan yang dirasakan
dan riwayat penyakit sebelumnya harus ditanyakan misalnya:
- Pendengaran berkurang atau terdengar suara sendiri lebih keras
- Telinga rasa seperti tertutup/penuh dan tidak nyaman
- Telinga berdengung(tinitus)
- Ada nyeri yang dirasakan atau tidak terasa nyeri pada telinga
- Pada anak-anak ditanyakan ada tidak gangguan bicara, penurunan
prestasi belajar dan masalah perilaku sejak akhir-akhir ini.
- Riwayat alergi
- Riwayat infeksi saluran napas bagian atas dan riwayat infeksi telinga
berulang.
- Riwayat dalam keluarga dengan sakit yang sama.

2. Pemeriksaan fisik
- Otoskopi
Diagnosis otitis media efusi terutama didasarkan pada pemeriksaan
membran timpani. Otoskopi yang tepat memerlukan liang telinga yang
bersih dan pencahayaan dan pembesaran yang memadai. Pada kasus
efusi mucoid, pemeriksaan otoskopi dapat memperlihatkan membrane

8
timpani opaque, translusen, warna kusam dan tekstur tebal. Tekanan
yang disebabkan oleh efusi di telinga tengah dapat menyebabkan
membrane timpani sedikit menonjol. Pada efusi serosa kadang-kadang
hanya mengisi sebagian rongga timpani, ini memperlihatkan adanya air
fluid level dan gelembung udara yang terlihat melalui membran timpani.

Gambar 4. Otitis media dengan efusi.

- Tes pendengaran dengan garpu tala


Pemeriksaan dilakukan sebagai salah satu langkah skrining ada
tidaknya penurunan pendengaran yang biasa timbul pada otitis media
efusi. Pada pasien dilakukan tes Rinne, Weber, dan Swabach. Pada otitis
media efusi didapatkan gambaran tuli konduktif.
- Pneumatic otoscope
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai respon gendang telinga
terhadap perubahan tekanan udara. Gerakan gendang telinga yang
berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan
ini. Kehadiran efusi di telinga tengah terdeteksi oleh alat penumatic
otoscope. Gelembung udara dibelakang membrane timpani terlihat
melalui pneumatic otoscope sebagai gelebung udara yang bergerak dan
merupakan tanda klasik efusi serosa.

9
3. Pemeriksaan penunjang
- Impedance audiometry (tympanometry)
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur perubahan impedans
akustik sistem membran timpani telinga tengah melalui perubahan
tekanan udara telingaluar. Timpanogram tipe A merupakan gambaran
dimana tekanan telinga tengah kurang lebih sama dengan tekanan
atmosfer, timpanogram tipe B adalah gambaran datar tanpa compliance
dan timpanogram tipe C menunjukkan negative pressure peak. Pada
otitis media efusi, biasanya didapatkan timpanogram tipe B.

Gambar 5. Tipe-tipe timpanogram.


- Pure tone audiometry
PTA digunakan untuk menentukan derajat ketulian dan jenis
ketulian. Dalam kebanyakan kasus audiogram menunjukkan rata-rata
penurunan adalah 28 db. Perlu diingat bahwa dalam kasus-kasus ringan
sedikit atau tidak penurunan terlihat mungkin hadir. Variasi ini mungkin
berkaitan dengan jumlah dan jenis cairan (serous atau mucous) dan
lokasi yang tepat dalam telinga tengah. Perlu diketahui bahwa
audiometri tidak diperlukan untuk mendiagnosis otitis media efusi,
tetapi hal ini tetap berguna dalam mengungkapkan sejauh mana
gangguan pendengaran yang dialami dan dalam mengukur efektivitas
pengobatan.

2.9. DIAGNOSIS BANDING

10
Beberapa penyakit yang harus diperhatikan untuk menyingkirkan diagnosis
banding antara lain otitis media akut, adenoid hipertropi dan bening nasopharyngeal
masses.

2.10. PENATALAKSANAAN
1. Terapi non-bedah
Otitis media efusi biasanya sembuh tanpa diobati dalam jangka waktu
2-3 minggu. Jika gangguan pada telinga berterusan setelah 1-3 bulan,
pembedahan bisa dilakukan. Terapi medikamentosa dapat berupa
decongestan, anti histamin, antibiotik, perasat valsava bila tidak ada tanda-
tanda infeksi jalan napas atas dan hiposensitisasi alergi. Dekongestan
dapat diberikan melalui tetes hidung, atau kombinasi anti histamin dengan
dekongestan oral. Namun kepustakaan lain menuliskan bahwa antihistamin
maupun dekongestan tidak berguna bila tidak ada kongest nasofaring.
Untuk otitis media efusi itu sendiri, pemberian antibiotik tidak disarankan.
Dasar dari pemberian antibiotik adalah berdasarkan penelitian dari hasil
kultur bakteri cairan otitis media efusi. Cairan serosa dan mukoid yang
dikumpulkan pada miringotomi untuk diteliti, hasilnya ditemukan biakan
kultur positif pada 40% spesimen. Hasil biakan kultur tersebut mengandung
organisme yang identik dengan organisme yang didapat dari
timpanosentesis otitis media akut. Maka, pemilihan antibiotik pada otitis
media serosa dan mukoid serupa dengan otitis media akut . Hasil
penelitian terkini, membuktikan bahwa penggunaan antibiotik terbukti
efektif hanya pada sejumlah kecil pasien, dan efeknya cenderung bersifat
jangka pendek. Oleh karena itu, penggunaannya tidak selalu mutlak,
mengingat efek sampingnya yang tidak sebanding dengan keefektifannya.
Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang jelas
memperlihatkan alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka
diet perlu dibatasi. Tatalaksana lain yang masih kontroversial

11
keefektifannya antara lain penggunaan steroid dan mucolytik. Bagi kasus
berulang, disarankan untuk melakukan drainage.
Selain terapi medikamentosa, terdapat valsalva maneuver yang dapat
dilakukan untuk mengurangi gejala. Selama politzerization dan
autoinflation, udara dipaksa melalui tuba eustachius ke telinga tengah.
Prosedur ini sering mengakibatkan peningkatan pendengaran langsung,
kemungkinan besar dengan menggeser efusi di telinga tengah. Sayangnya,
perbaikan biasanya berlangsung sebentar, hanya berlangsung 40 menit
sampai satu jam, dan tidak mengubah perjalanan penyakit. Bagaimanapun,
mungkin memiliki efek menggembirakan pada pasien, yang menyadari
bahwa gangguan pendengarannya bisa dikurangi.
2. Terapi pembedahan
Beberapa pilihan untuk tatalaksana bedah antara lain paracentesis,
miringotomi, pemasangan tuba timpanostomi, adenoidektomi. Satu-satunya
pengobatan yang efektif pada pasien dengan otitis media efusi adalah
evakuasi cairan di telinga tengah dengan pembedahan. Evakuasi dari efusi
oleh paracentesis harus diikuti dengan upaya untuk menjaga aperture
paracentesis tetap terbuka untuk jangka waktu yang relatif lama untuk
memfasilitasi masuknya udara ke dalam telinga tengah dan memungkinkan
silia untuk mengevakuasi efusi melalui tabung eustachius. Aerasi tersebut
dapat dicapai dengan pengenalan tabung ventilasi ke dalam telinga tengah,
sehingga secara fisik mencegah penutupan. Meskipun penyisipan tabung
ventilasi adalah prosedur yang relatif kecil, tetapi memiliki dampak besar
pada Otology modern. Ditemukan bahwa penyisipan tabung ventilasi
merupakan cara yang paling efisien untuk menganginkan telinga dalam
kasus otitis media efusi seperti pada pasien otitis media efusi dengan
atelektasis. Sebuah tabung ventilasi juga membantu untuk meringankan
gejala di episode berulang otitis media akut dan mungkin mengurangi
jumlah mereka.
Tabung ventilasi ditoleransi biasanya dengan baik. Jika dimasukkan
dengan benar, biasanya akan menetap di tempat selama sekitar 6 bulan

12
sebelum terlepas keluar secara spontan pada saat mukosa sembuh dan tidak
perlu ventilasi lebih lanjut. Sesetengah pasien bisa mengalami rekuren,
bagaimanapun, ini memerlukan pemasangan tabung ventilasi kembali.
Ttubes menetap di tempat untuk waktu yang lama, tapi semakin lama
mereka tetap dalam telinga, besar kemungkinan terjadinya komplikasi lokal.
Membran timpani yang terinfeksi di sekitar tabung ventilasi dapat diobati
dengan pembersihan lokal, biasanya dilakukan dengan alat hisap. Ini
merupakan cara yang terbaik dilengkapi dengan penyemprotan lokal dengan
asam borat. Pemberian antibiotik adalah tidak berpengaruh.
Setelah insisi dilakukan, tabung ventilasi bisa ditempatkan di beberapa
bagian membran timpani, tetapi harus waspada dalam menempatkan tabung
karena menempatkan tabung ventilasi pada kuadran posterosuperior ditakuti
merusak sendi Incudostapedial. Setelah tabung ditempatkan, aksi dari
sistem mukosiliar akan membersihkan efusi serosa, lendir, atau mucopus
pada telinga tengah melalui tabung eustachius. Setelah melakukan
pemasangan tabung, harus segera dilakukan aspirasi cairan untuk
menghindari penyumbatan dari tabung ventilasi.

Gambar 6. Tuba miringotomi ditempatkan di anteroinferior.

2.11. KOMPLIKASI
Otitis media efusi yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi berupa
atelektasi membran timpani, adhesive otitis media, tympano/ myringosclerosis dan
ankilosis tulang pendengaran yang bisa menyebabkan pembentukan kolesteatoma.

13
2.12. PROGNOSIS
Meskipun kebanyakan pasien dengan otitis media efusi akhirnya sembuh
dengan baik, dan cukup cepat pada saat itu, sejumlah kasus refrakter terus berlanjut
bahkan setelah berulang melakukan pemasangan tabung ventilasi. Kasus refrakter ini
bisa berlanjut menjadi kondisi atelektasis, kerusakan tulang pendengaran dan
kolesteatoma. Untuk kasus kronis otitis media efusi, aerasi jangka panjang yang
buruk pada telinga tengah, bisa mengarah pada komplikasi yang disebutkan di atas.
Disebabkan komplikasi ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada struktur
telinga tengah pasien, harus dilakukan pemantauan untuk beberapa jangka waktu
yang cukup setelah sembuh untuk memastikan bahwa tidak ada atelektasis, saku
retraksi, atau bahkan kolesteatoma berkembang tanpa gejala.

14

Anda mungkin juga menyukai