Anda di halaman 1dari 19

CASE REPORT

XEROTIC ECZEMA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Pendidikan Profesi Dokter


Stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :
dr. Sunaryo, Sp. KK

Disusun Oleh:
Yustika Qasthari Primayanti, S.Ked J510181118
Mediana Nur Amalia, S.Ked J510185014

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
CASE REPORT
XEROTIC ECZEMA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Pendidikan Profesi Dokter


Stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Disusun Oleh:
Yustika Qasthari Primayanti, S.Ked J510181118
Mediana Nur Amalia, S.Ked J510185014
Telah dipresentasikan, disetujui dan di sahkan oleh bagian Program Pendidikan
Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada Hari ………………………

Mengetahui :
Pembimbing :
dr. Sunaryo, Sp. KK (........................................)

Dipresentasikan di hadapan :
dr. Sunaryo, Sp. KK (........................................)
BAB I

PENDAHULUAN

Kulit kering (Dry Skin) atau xerosis didefinisikan untuk menggambarkan


hilangnya atau berkurangnya kadar kelembaban stratum corneum (SC). Kulit
tampak dan terasa sehat apabila lapisan hanya mengandung 10% air. Peningkatan
Trans Epidermal Water Loss (TEWL) yang menyebabkan kulit kering
dikarenakan adanya gangguan pada kulit yang menyebabkan banyaknya air yang
menguap ke atmosfer. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor
seperti detejen, aceton, dan bahan kimia yang lain dan mandi berendamterlalu
sering. Pada orang tua kulit kering disebabkan oleh perubahan struktur lapisan
kulit (perubahan komposisi lipid SC dan perubahan diferensiasi epidermal).

Predileksi tersering adalah di ekstremitas, tetapi juga dapat ditemukan di


batang tubuh dan wajah. Gambaran klinisnya adalah kulit tampak kasar dengan
tekstur kulit lebih jelas serta tampak bersisik, disertai keluhan gatal. Sebagai
respons terhadap gatal, pasien melakukan garukan yang dapat menyebabkan
komplikasi berupa infeksi sekunder, ulserasi, dan luka kronik. Pruritus kronik
juga menyebabkan gangguan tidur yang dapat menyebabkan depresi dan
penurunan kualitas hidup.

Proses kulit kering yang penting adalah keseimbangan antara penguapan


air dan kemampuan kulit menahan air, fungsi barrier kulit juga berperan. Oleh
karena itu penting utnuk mempertahankan kulit yang sehat dan memperbaiki kulit
kering untuk menjaga agar kulit kelihatan cantik. Mekanisme dasar untuk
mengembalikan kulit kering yaitu dengan meningkatkan pengikatan dan
penyimpanan air dengan cara aplikasi bahan pengikat air atau moisturizers, bahan
pelumas atau emollients dan penutup kulit atau conditioners.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Dermatitis xerotik atau xerosis atau disebut juga dermatitis asteatotik atau
eczema craquele atau winter itch adalah gangguan peradangan yang sering terjadi
dan ditandai oleh kekeringan kulit hebat dan rasa gatal. Kekeringan diduga
berkaitan dengan pengurangan lemak permukaan kulit, walaupun penyebab yang
tepat tidak diketahui. Dermatitis xerotik paling sering terjadi pada orang lanjut
usia.

EPIDEMIOLOGI

Kebanyakan pasien mengalami keluhan tersebut di musim dingin,


terutama di daerah yang kelembabannya menurun seperti di dalam ruangan
dengan Penghangat Ruangan. Frekuensi asteatotic dermatitis meningkat di
Amerika Utara, terutama selama musim dingin. Meskipun kebanyakan kasus
sembuh tanpa efek penyakit, dermatitis asteatotic dapat menjadi kronis yang
sering dengan relapses selama musim dingin dan kelembaban rendah. Dermatitis
asteatotic pada pria lebih dari 60 tahun meningkat dan lebih sering daripada
perempuan. Usia rata-rata pada pasien adalah 69 tahun. Asteatosis juga bisa
terjadi pada orang-orang muda.

ETIOLOGI

Beberapa faktor etiologi bisa hidup berdampingan dan menyebabkan


dermatitis asteatotic, termasuk berikut:
 Xerosis dan gesekan
 Terlalu sering dan terlalu lama mandi air panas
 Penurunan sebasea dan aktivitas kelenjar keringat usia lanjut
 Penurunan sintesis keratin di usia lanjut
 Lingkungan dengan kelembaban rendah dan dingin yang meningkatkan
kehilangan air oleh konveksi
 Radiasi
 Malabsorpsi jangka panjang dari asam lemak esensial, termasuk asam
linoleic dan asam linolenic
 Kekurangan gizi : defisiensi Zinc, defisiensi asam lemak esensial, seperti
asam linoleat atau asam linolenat
 Atopi
 Ichthyosis
 Penyakit tiroid : myxedema dan penyakit tiroid lain dengan berkurangnya
keringat dan aktivitas kelenjar sebaceous
 Gangguan neurologi : penurunan berkeringat di daerah denervated
 Obat : terapi anti androgen, terapi diuretik

PATOFISIOLOGI

Pada awalnya, kehilangan kelebihan air dari epidermis mengakibatkan


dehidrasi dari stratum korneum dengan corneocytes. Lapisan luar keratin
membutuhkan konsentrasi air 10-20% untuk mempertahankan integritas mereka.
Penurunan yang signifikan dalam asam lemak bebas dalam lapisan tanduk ada
pada orang dengan asteatotic dermatitis. Stratum korneum memiliki lipid yang
bertindak sebagai Modulator air, dan hilangnya lipid kulit ini dapat meningkatkan
kehilangan air transepidermal 75 kali dari kulit yang sehat. Pada usia lanjut
dengan penurunan sebasea dan aktivitas kelenjar keringat, pasien dalam terapi anti
androgen, orang menggunakan degreasing agen beresiko untuk eksim asteatotic.

Ketika stratum korneum kehilangan air, sel-sel menyusut. Signifikan


penurunan volume selular dapat menyebabkan stres elastisitas kulit, membuat
celah (fisura). Edema pada dermis menyebabkan peregangan tambahan pada
epidermis atasnya. Pecahnya fisura kapiler dermal, yang menyebabkan
pendarahan klinis. Gangguan integritas kulit dapat menyebabkan peradangan
dengan risiko infeksi. Penyerapan transepidermal dari allergen dan iritan
meningkat sebagai kerusakan epidermis, meningkatkan kerentanan terhadap
dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak alergi dan
dermatitis kontak iritan dapat menyebabkan dermatitis persisten dan mungkin
lebih luas meskipun mendapatkan terapi. Selain itu, kelembaban rendah
lingkungan berkontribusi untuk terjadinya xerosis, menciptakan sebuah gambar
klinis dermatitis asteatotic dalam beberapa kondisi dermatologi, seperti dermatitis
atopik.

MANIFESTASI KLINIK

 Anamnesis
1. Kulit terasa seperti kering tertarik terutama sesudah mandi
2. Dapat disertai gatal atau nyeri
Tanyakan faktor-faktor yang penting yang berhubungan dengan
penyakit seperti :
 Frekuensi mandi, jenis sabun atau pembersih yang digunakan
 Jenis krim pelembut kulit yang digunakan, metode dan frekuensi
pemakaian
 Diet
 Medikasi
 Jenis pakaian yang dipakai (wol dapat menyebabkan iritasi)
 Suhu lingkungan
Jika erupsi terus berlanjut meskipun sudah diterapi, perubahan
perilaku dan kepatuhan pengobatan, dermatitis kontak alergi dan
dermatitis kontak iritan dan keganasan internal mungkin perlu
diselidiki.

 Pemeriksaan Fisik
Lesi primer berupa skuama yang kering dan halus, kulit retak
atau pecah-pecah kelihatan seperti susunan genteng (crazy paving).
Fisura-fisura tersebut dapat menjadi merah dan meradang. Lokasi
yang sering yaitu melibatkan daerah pretibial, tetapi juga dapat terjadi
pada paha, tangan, dan tubuh. Muka dan bagian lipatan yang lembab
jarang terkena.

Lesi sekunder berupa ekskoriasi, eritematosa, edematous


patches mungkin akibat dari menggosok atau menggaruk. Terdapat
juga pendarahan celah sekunder akibat gangguan kapiler dermal, yang
dimulai dari celah-celah yang dangkal di epidermis.
Predileksi xerosis kutis: daerah lengan, tungkai bawah, dan sisi
lateral abdomen. Klasifikasi xerosis kutis Guenther:
Kasar/skuama Gatal Kasar Eritem Fisura
Ringan + -/+ - + -
Sedang ++ +/++ +/++ + -/+
Berat +++ ++/+++ ++/+++ ++/+++ +/++
DIAGNOSIS BANDING

 Ichtyosis vulgaris
 Dermatitis kontak alergi
 Dermatitis kontak iritan
 Dermatitis statis

PENGOBATAN

 Tubuh:
1. Emolien/moisturizer dengan atau tanpa keratolitik
2. Klasifikasi xerosis ringan-sedang: gunakan humektan kekuatan ringan,
misalnya urea (5-10%), asam glikolat (AG) (4-8%), asam laktat (AL)
(5%) atau keratolitik asam salisilat (AS) (1-3%)
3. Klasifikasi xerosis sedang: gunakan humektan kekuatan sedang
misalnya urea 20%, AG 10%, AL 12%, AS 5% (khusus penggunaan
asam salisilat jika lesi terlokalisir, karena risiko salisilisme)
 Wajah:
1. Emolien atau moisturizer non komedogenik dan non aknegenik
2. Humektan: urea 5 % (5-10%), AG 4 % atau AL 5%
 Tangan/ kaki :
1. Emolien/moisturizer dengan atau tanpa keratolitik
2. Klasifikasi xerosis ringan: gunakan barrier cream/unguentum Dapat
ditambahkan urea, AG, AL, AS kekuatan rendah
3. Klasifikasi xerosis sedang-berat: gunakan humektan kekuatan tinggi
misalnya urea 20-40%, AG 10%, AL 12%, AS 5 %

EDUKASI
1. Mencegah robekan kulit, karena kulit kering rentan mengalami
robekan akibat gaya tarikan.
2. Penggunaan produk bebas pengharum.
3. Mandi tidak terlalu lama, dibatasi maksimum 10 menit.
4. Mandi dengan air suhu ruang atau suhu tubuh.
5. Hindari pengharum pelicin pakaian, sabun cuci tangan cair dan produk
pembersih antimikroba.

PROGNOSIS

Asteatotic dermatitis berespon baik terhadap terapi, namun, jika faktor


kausatif tersebut tidak dihilangkan, memungkinkan untuk berulang.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kebakkramat, Karanganyar
Agama : Islam
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan gatal di tungkai bawah kaki kanan dan kiri
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Karanganyar


dengan keluhan terasa gatal pada tungkai bawah kaki kanan dan kiri. Gatal
dan kemerahan dirasakan sejak 5 bulan yang lalu. Gatal dirasakan hilang
timbul. Gatal muncul jika pasien mengonsumsi telur dan ikan asin.
Keluhan disertai dengan kulit terasa kering dan karena sering di garuk
terdapat luka kecil- kecil. Sebelumnya pasien pernah mengoleskan parutan
laos ke area gatal tersebut dan hasilnya area tersebut menghitam. Selain itu
pasien juga pernah mengoleskan minyak biawak. Pasien telah berobat ke
puskesmas sebanyak 4 kali dalam kurun waktu empat bulan. Pasien
mendapat empat macam obat minum (tablet) dan satu macam salep, tetapi
pasien tidak tahu obat apa tersebut. Setelah mendapat obat keluhan
tersebut berkurang, tetapi setelah obat habis keluhan mucul kembali.

Pasien mengaku mandi 2 kali sehari dan sering menggunakan air


dingin. Pasien mengaku sering berganti sabun mandi, pelembab kulit, dan
sabun cuci. Pasien juga mengaku tidak terkena bahan kimia sebelum
keluhan dirasakan.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Riwayat penyakit kulit yang sama : diakui sejak SMP
- Riwayat konsumsi obat tertentu :diakui (obat dari
puskesmas)
- Riwayat kontak dengan alergen atau iritan : disangkal
- Riwayat alergi : diakui (telur dan
ikan asin)
- Riwayat HT : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
- Riwayat penyakit kulit yang sama : diakui, kakek dan
adik ayah pasien
- Riwayat alergi : disangkal
F. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien sebagai ibu rumah tangga. Sehari-hari pasien tinggal
bersama suami dan anaknya.
G. ANAMNESIS SISTEMIK
- Neuro : gemetaran (-), sulit tidur (-)
- Cardiovaskular : nyeri dada (-). Dada berdebar (-),
- Pulmo : sesak napas (-), batuk lama (-)
- Abdomen : diare (-), kembung (-), konstipasi (-)
- Urologi : BAK dan BAB lancar, panas (-)
- Muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-)
H. PEMERIKSAAN FISIK
a. Vital sign
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,6 ᵒC
Kepala :
 Rambut : tidak ada kelainan
 Mata : tidak ada kelainan
 Hidung : tidak ada kelainan
 Mulut : tidak ada kelainan

Leher
 KGB : tidak ada kelainan
 Kelenjar tiroid : tidak ada kelainan
Thorax

o Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea
midclavicularis sinistra,
 Perkusi : dalam batas normal
 Auskultasi : terdengar bunyi jantung I/II murni regular,
BJ III (-), bising jantung (-)
o Paru
 Inspeksi : simetris
 Palpasi : Ketinggalan gerak (-), fremitus (+) sama
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+)

Abdomen

 Inspeksi :Terlihat sejajar dengan dada, sikatrik (-),


purpura (-), massa (-), distended (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+) 8 x/ menit, bunyi tambahan
(-)
 Perkusi : Timpani (+)
 Palpasi : Nyeri tekan (-),pekak beralih (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)

Ekstremitas : pitting edema (-), akral hangat (+), clubbing finger (-)

I. STATUS LOKALIS

Status Dermatologi
 Efloresensi : patch hiperpigmetasi, skuama, ekskoriasi, xerotic
 Lokasi : tungkai bawah kanan dan kiri
 Distribusi : Regional
 Lesi : soliter, tidak teratur
 Ukuran : plakat
 Batas : Tegas
1 November 2019

8 November 2019

Status Dermatologi
 Efloresensi : patch hiperpigmetasi, skuama, xerotic minimal
 Lokasi : tungkai bawah kanan dan kiri
 Distribusi : Regional
 Lesi : soliter, tidak teratur
 Ukuran : plakat
 Batas : Tegas
J. DIAGNOSIS BANDING
-Dermatitis Kontak Alergi
-Dermatitis Kontak Iritan
-LSK
K. DIAGNOSIS KERJA
Xerotic eczema
L. TERAPI
 1 november 2019
- Fusycom oint 10 gr
- Desoksimetason oint 10 gr
- Metilprednisolone 2x1 8 mg
- Ceitirizine 10 mg 1x1
 8 november 2019
- Desoksimetason oint 15 gr
- Vaselin 10 gr
- Metilprednisolone 2x1 8 mg
- CTM 4 mg 2x1

M. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad cosmeticum : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : ad bonam
- Quo ad functionam : ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien adalah seorang perempuan usia 50 tahun yang datang dengan


keluhan gatal pada tungkai bawah kanan dan kiri 5 bulan SMRS. Gatal dirasakan
hilang timbul. Gatal muncul jika pasien mengonsumsi telur dan ikan asin.
Keluhan disertai dengan kulit terasa kering dan karena sering di garuk terdapat
luka kecil- kecil. Berdasarkan teori gejala yang dirasakan pada pasien sesuai
dengan gejala pada penyakit dermatitis ec. xerosis yaitu peradangan yang ditandai
oleh kekeringan kulit dan rasa gatal. Xerosis umumnya dialami oleh orang lanjut
usia, ini tidak sesuai dengan teori, dimana pasien merupakan usia 50 tahun.

Pasien juga memiliki kemungkinan menderita penyakit dermatitis kontak


alergi, karena pasien memiliki riwayat alergi makanan. Pada anamnesis
didapatkan keterangan bahwa pasien mengkonsumsi makanan yang menyebabkan
alergi yaitu telur dan ikan asin, pasien juga sering berganti mengganti sabun,
pelembab kulit, dan sabun cuci. Untuk pemakaian pelembap kulit pasien jarang
menggunakannya. Pada anamnesis juga didapatkan bahwa pasien tidak terkena
bahan kimia sebelum keluhan dialami.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dermatitis xerotik atau xerosis atau disebut juga dermatitis


asteatotik atau eczema craquele atau winter itch adalah gangguan
peradangan yang sering terjadi dan ditandai oleh kekeringan kulit hebat
dan rasa gatal. Kekeringan diduga berkaitan dengan pengurangan lemak
permukaan kulit, walaupun penyebab yang tepat tidak diketahui.
Dermatitis xerotik paling sering terjadi pada orang lanjut usia.

Pada kasus ini setelah diberikan terapi kortikosteroid dan antihistamin,


penderita mengalami perbaikan.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan pada kasus ini agar pasien dapat
berhenti atau mengurangi penggunaan sabun atau pembersih kulit yang
bersifat keras, dan menggunakan emolien setelah mandi dan menggunakan
pelembab.
DAFTAR PUSTAKA

Asteatotic Eczema. Diambil dari http://emedicine.medscape.com/article/1124528-


overview. Diakses 10 Oktober 2019

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis. Diambil dari


http://antholeo.wordpress.com/2010/07/08/faktor-faktor-yang
berhubungan-dengan-kejadian-dermatitis/. Diakses 10 Oktober 2019
Grant MJ. Color Atlas Of Dermatophatology. Ed. New York: Informa health
Care; 2007. p 11

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).


Panduan Praktik Klinis. 2017

Anda mungkin juga menyukai