Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
OKTOBER 2022

DERMATITIS STATIS
Oleh :
SYAPITRI SYAMSUL
11120212121

Dokter Pembimbing Klinik :


Dr. dr. Sri Vitayani, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Dermatitis stasis ini umumnya terjadi pada usia pertengahan
atau lebih tua.
Dermatitis akut ditandai dengan eritema, skuama, pruritus,
erosi, krusta dan kadang-kadang vesikel.
Terdapat beberapa pilihan terapi pada penatalaksanaan
dermatitis stasis seperti terapi kompresi, elevasi dan terapi
kortikosteroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Dermatitis stasis merupakan inflamasi dermis disebabkan oleh
insufisiensi vena. Dermatitis stasis dikenal juga sebagai
hypostatic eczema / venous eczema merupakan salah satu
manifestasi klinis dari penyakit vena kronis (chronic venous
disease = CVD). Dermatitis stasis terjadi akibat adanya
peningkatan tekanan pada pembuluh darah vena di daerah
ekstremitas inferior
Epidemiologi

Dermatitis stasis ini umumnya terjadi pada usia pertengahan


atau lebih tua dan jarang terjadi sebelum dekade ke-5
kehidupan dan lebih dominan pada wanita. Sering ditemukan
pada ibu hamil, individu dengan obesitas, pada individu yang
sering berdiri lama, individu dengan kelainan pada katup
(kongenital), individu yang sering mengangkat beban berat
Etiopatogenesis

Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para


ahli dalam menjelaskan patogenesis dermatitis
stasis, di antaranya adalah teori hipoksia dan teori
selubung fibrin
Faktor Resiko
Dermatitis stasis lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 50
tahun dan jenis kelamin perempuan. Faktor risiko lainnya adalah
genetik, varises, hipertensi, obesitas, riwayat operasi vena, hamil,
gagal jantung kongestif, gagal ginjal, postur tubuh tinggi, aktivitas
fisik minimal, dan memiliki pekerjaan / kebiasaan berdiri lama
Manifestasi Klinis

• Pasien dengan dermatitis stasis biasanya mengalami


pembengkakan pada 1 atau kedua kaki yang dapat lebih terlihat
sepanjang hari. Timbul ruam berwarna merah atau coklat pada 1
atau kedua kaki bagian bawah. Area ruam dapat bersisik dan kering
atau mengeluarkan cairan bening. Jika aliran darah sangat
terpengaruh, luka kulit (ulkus) dapat berkembang.4
Manifestasi Klinis

Gambar 1. Gejala klinis dermatitis statis


Kriteria Diagnosis
• Diagnosis dermatitis stasis terutama ditegakkan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik
• Untuk mencari penyebab dan mengatasi insufisiensi
vena pada pasien, konsultasi ke bagian terkait perlu
dilakukan , antara lain konsultasi kepada dokter ahli
bedah vaskular (untuk memeriksa pembuluh darah,
misalnya dengan melakukan USG Dopler, dll) dan dokter
ahli hematologi (apakah ada gangguan sistem
pembekuan darah, dll).
Diagnosis Banding

Selulitis Varises

Osler Weber
Rendu
Syndrome:
Penatalaksanaan
Terapi kompresi

Elevasi

Terapi
kortikosteroid
Komplikasi
Dermatitis stasis dapat mengalami komplikasi berupa ulkus di atas
maleolus disebut ulkus venosum atau ulkus varikosum dapat pula
mengalami infeksi sekunder, misalnya selulitis . Dermatitis stasis
dapat diperberat karena mudah teriritasi oleh bahan kontaktan, atau
mengalami autosensitisasi.
Kesimpulan
Dermatitis stasis merupakan inflamasi dermis disebabkan oleh insufisiensi vena.
Dermatitis stasis ini umumnya terjadi pada usia pertengahan atau lebih tua dan
jarang terjadi sebelum dekade ke-5 kehidupan dan lebih dominan pada wanita.
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli dalam menjelaskan
patogenesis dermatitis stasis, di antaranya adalah teori hipoksia dan teori selubung
fibrin.
Dermatitis stasis lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 50 tahun dan jenis
kelamin perempuan. Pasien dengan dermatitis stasis biasanya mengalami
pembengkakan pada 1 atau kedua kaki yang dapat lebih terlihat sepanjang hari.
Terdapat beberapa pilihan terapi pada penatalaksanaan dermatitis stasis seperti
terapi kompresi, elevasi dan terapi kortikosteroid. Dermatitis stasis dapat mengalami
komplikasi berupa ulkus di atas maleolus disebut ulkus venosum atau ulkus
varikosum dapat pula mengalami infeksi sekunder.
REFERENSI
1. Mona L, Dalimunthe DA. Tatalaksana Dermatitis Statis dengan Kortikosteroid Topikal. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika. 2018.

2. Yusharyahya SN, Susanto N, Lestari A et al. Tata Laksana Komprehensif Dermatitis Stasis pada Geriatri. eJournal Kedokteran Indonesia.

2021.

3. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017.

4. Agnihothri R, Shinkai K. Stasis Dermatitis. American Medical Association. 2021.

5. Bhagat YV, Otles M, Salmon B et al, A Case of Severe Disseninated Autoeczematization Secondary to Cellulitis. Cureus. 2022.

6. Harlim A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Alergi Kulit. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. 2016.

7. Pramita N, Muliani, Karmaya I. Berdiri lama sebagai Faktor Risiko terjadinya Varises Vena Tungkai Bawah pada Wanita Usia Menopause di

Desa Perean Tengah. Jurnal Medika Udayana. 2020.

8. Macri A, Wilson AM, Shafaat O, et al. Osler-Weber-Rendu Disease. StatPearls Publishing LLC. 2022.

9. Amagai M, Kang S, Fitzpatrick's Dermatology, 9th ed, McGraw Hill, New York, pp. 2019.

10. Brown BD, Hood Watson KL. Cellulitis. StatPearls Publishing LLC. 2022.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai