Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

ULKUS DEKUBITUS

MUHAMAD SUKRI
I 4061172019

Pembimbing Kepaniteraan Klinik:


dr. Achmadi Eko Sugiri,Sp.PD

ILMU KESEHATAN USIA LANJUT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RSUD ADE MOHAMMAD DJOEN SINTANG
2019

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Referat dengan judul:

ULKUS DEKUBITUS

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Stase
Ilmu Kesehatan Usia Lanjut

Sintang, November 2019


Pembimbing Referat Disusun oleh

dr. Achmadi Eko Sugiri, Sp.PD Muhamad Sukri, S. Ked


NIM. I4061172019

2
BAB I
PENDAHULUAN

Ulkus dekubitus berasal dari bahasa latin decumbere yang berarti berbaring. Ulkus
dekubitus merupakan luka tekan. Secara defenisi ulkus dekubitus diartikan sebagai kerusakan
kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi lubang
yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi, gips,
pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang.1 Ulkus dekubitus sering disebut sebagai
ischemic ulcer, Pressure Ulcer, Pressure sore, bed sore, decubital ulcer.2
Ulkus dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit
kronis, pasien yang sangat lemah, dan pasien yang lumpuh dalam waktu yang lama, bahkan saat
ini merupakan suatu penderitaan sekunder yang banyak dialami oleh pasien pasien yang dirawat
di rumah sakit.1
Ulkus dekubitus merupakan suatu hal yang serius dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada usia lanjut serta akan menjadi beban keluarga dengan biaya
perawatan tinggi. Di Negara negara maju, prevalensi ulkus dekubitus mencapai 11% yang terjadi
dalam dua minggu pertama perawatan. Ulkus dekubitus dapat dapat terjadi pada setiap tahapan
usia, pada usia lanjut merupakan masalah khusus akibat imobilisasi yang merupakan masalah
besar pada pasien geriatric.2
Luka akibat tekanan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien usia
lanjut dengan imobilisasi. Factor resiko timbulnya ulkus decubitus adalah semua jenis penyakit
dan kondisi yang menyebabkan seseorang terbatas aktivitasnya.3
Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit akut mempunyai angka insiden ulkus
dekubitus sebesar 2-11%. Namun, hal yang perlu menjadi perhatian adalah angka kekambuhan
pada penderita ulkus dekubitus yang telah mengalami penyembuhan sangat tinggi yakni 90%
walaupun mendapatkan terapi medik dan bedah yang baik.4

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Ulkus dekubitus adalah kerusakan jaringan setempat pada kulit dan/atau jaringan
dibawahnya akibat tekanan, atau kombinasi antara tekanan dengan pergeseran (Shear), pada
bagian tubuh (Tulang) yang menonjol. Ulkus dekubitus menandakan telah terjadi nekrosis
jaringan lokal, sering terjadi pada bagian tubuh yang menonjol, misalnya sakrum, tuberositas
iskialgia, trokanter, tumit. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, Pressure
Ulcer, Pressure sore, bed sore, decubital ulcer.2

2.2 ETIOLOGI
Terbentuknya ulkus dekubitus dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi tekanan yang
menyebabkan iskemik adalah penyebab utama. Setiap jaringan mempunyai kemampuan untuk
mengatasi terjadinya iskemik akibat tekanan, tetapi tekanan yang lama dan melewati batas
pengisian kapiler akan menyebabkan kerusakan jaringan yang menetap.4
Penyebab ulkus dekubitus lainnya adalah kurangnya mobilitas, kontraktur, spastisitas,
berkurangnya fungsi sensorik, paralisis, insensibilitas, malnutrisi, anemia, hipoproteinemia, dan
infeksi bakteri. Selain itu, usia yang tua, perawatan di rumah sakit yang lama, orang yang kurus,
inkontinesia urin dan alvi, merokok, penurunan kesadaran mental dan penyakit lain (seperti
diabetes melitus dan gangguan vaskuler) akan mempermudah terjadinya ulkus decubitus.4
Kuman yang sering dijumpai pada ulkus dekubitus adalah Proteus mirabilis group D
streptococci, Escheria coli, Staphylococcus species, Pseudomonas species, dan
Corynebacterium. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi polibakteria pada ulkus dekubitus.1

2.3 EPIDEMIOLOGI
Sebanyak ± 70% ulkus dekubitus terjadi pada pasien geriatri. Prevalensi meningkat
dengan bertambahnya umur, terutama umur 70-80 tahun. Secara umum insiden ulkus dekubitus
di rumah sakit berkisar 1,2%-3% dan dapat meningkat sampai 50% pada ruang rawat akut yang
berhubungan dengan mortalitas tinggi. Kejadian ulkus dekubitus meningkat sesuai dengan

4
dengan lama perawatan, hospitalisasi meningkat 5 kali lipat bila pasien mengalami ulkus
dekubitus.2
Sebanyak 95 % ulkus dekubitus terjadi pada bagian belakang tubuh.Daerah predileksi
yang sering terjadi ulkus dekubitus adalah sakrum, koksigeal, tuberositas ischialgia dan trokanter
mayor. Sakrum merupakan daerah tersering terjadi ulkus dekubitus (36%), tumit (30%), daerah
lain masing-masing 6%.2
Daerah predileksi ulkus dekubitus:
 Posisi dorsal: os. Sakrum, koksigeus, tendon achiles, os oksipital
 Posisi abdominal: os frontal, arkus kostarum , krista illiaka, genue
 Posisi Lateral: trokanter mayor, os zigomatikum, kostae lateral dan maleolus lateralis
 Posisi duduk: tuberositas iskialgia, os oksipital, tumit.

2.4 FAKTOR RISIKO

Faktor Resiko Primer


Faktor resiko primer merupakan faktor resiko yang menyebabkan menurunnya pergerakan
(morbiditas) sehingga terjadi imobilisasi relative/total yaitu:2
 Gangguan neurologis dengan paralisis: stroke, hemiplegia, hemiparesis, paraplegia,
tetraplegia.
 Gangguan fungsi kognitif dan Penurunan kesadaran.
 Intervensi bedah: anestesi (premedikasi, anestesi, fase pemulihan) untuk jangka waktu
yang lama.
 Gangguan psikiatrik dan obat psikotropik: psikosis akut Misalnya katatonia dan depresi
akut, obat sedasi misalnya neuroleptic, benzodiazepine Nyeri hebat
Faktor Resiko Sekunder
Faktor resiko sekunder adalah faktor-faktor yang dapat menurunkan toleransi jaringan. Faktor
yang menurunkan tekanan intravaskuler:2
 Hipotensi arterial: syok ( hipovolemik, septik, kardiogenik), overdosis obat antihipertensi
 Dehidrasi: pemakaian diuretic,diare, sengatan matahari.
 Faktor yang menurunkan transport oksigen ke sel:
 Anemia: hemoglobin < 9 g%
 Penyakit oklusi arteri perifer

5
 Mikroangiopati diabetic
 Hipotensi, Bradikardi
 Syok hipovolemik
Faktor yang meningkatkan konsumsi oksigen di sel:
 Demam 38oC
 Hipermetabolisme
 Infeksi, sitokemia
Faktor yang menyebabkan defisiensi nutrient dalam sel:
 Malnutisi: defisiensi protein, vitamin, mineral, trace elements
 Kakeksia: imobilitas karena katabolisme dan kelemahan otot
 Limfopenia yang berhubungan dengan malnutrisi: defisiensi imun, gangguan
penyembuhan luka.
Faktor yang melemahkan pertahanan kulit:
 Proses menua pada kulit: tipis, atrofi, dengan sedikit sel-sel imun
 Higiene kulit buruk
 Penyakit kulit: eksema, kandidiasis
 Kandungan air pada kulit berkurang, daya regang menurun integritas antara dermis dan
epidermis menurun. Kulit kering karena atrofi glandula sebaseus dan apokrin.
 Kulit menjadi halus mudah maserasi pada inkontinensia urin dan alvi karena sering
terpapar urin dan feses.
 Pemakaian obat steroid yang menyebabkan kulit atrofi, tipis, mudah luka.
Faktor resiko ulkus decubitus dapat pula dibagi menjadi factor intrinsic dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik adalah semua faktor yang yang berasal dari kelainan pada pasien itu sendiri (
faktor resiko primer dan sekunder).
Faktor ekstrinsik, meliputi:
 Kebersihan tempat tidur
 Peralatan medis (infus, central venous pressure/CPV, ventilator) yang menyebabkan
penderita terinfeksi pada sikap tertentu
 Posisi duduk salah
 Perubahan posisi kurang.2

6
2.5 STADIUM LUKA DEKUBITUS
Gejala klinik yang tampak oleh penderita, biasanya berupa kulit yang kemerahan sampai
terbentuknya suatu ulkus. Kerusakan yang terjadi dapat meliputi dermis, epidermis, jaringan otot
sampai tulang. Berdasarkan gejala klinis, NPUAP mengklasifikasikan ulkus dekubitus menjadi
empat stadium, yakni4
1. Stadium 1
Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit. Penderita dengan
sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Stadium ini umumnya reversible dan dapat sembuh dalam
5 - 10 hari.

2. Stadium 2
Ulserasi mengenai epidermis, dermis dan meluas sampai ke jaringan adiposa.Terlihat
eritema dan indurasi. Stadium ini dapat sembuh dalam 10 – 15 hari.

7
3. Stadium 3
Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis, dan otot sudah mulai terganggu
dengan adanya edema, inflamasi, infeksi dan hilangnya struktur fibril. Tepi ulkus tidak teratur
dan terlihat hiper atau hipopigmentasi dengan fibrosis. Kadang-kadang terdapat anemia dan
infeksi sistemik. Biasanya sembuh dalam 3- 8 minggu.

4. Stadium 4
Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot, tulang serta sendi. Dapat terjadi
artritis septik atau osteomielitis dan sering disertai anemia. Dapat sembuh dalam 3 - 6 bulan.

8
Tipe ulkus decubitus
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dan perbedaan temperatur ulkus
dekubitus dengan kulit sekitarnya, ulkus decubitus dibagi menjadi 3 bagian:
1. Tipe normal
Beda temperatur ± 2,5 ˚C antara dareah ulkus dengan kulit sekitar akan sembuh
sekitar 6 minggu selama perawatan. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan setempat
akibat tekanan namun pembuluh dan aliran darah masih baik.
2. Tipe arteriosklerotik
Beda temperatur < 1 ˚C antara daerah ulkus dengan kulit sekitar.Ulkus decubitus
terjadi karena tekanan dan arteriosklerotik pada pembuluh darah, penyembuhan terjadi
dalam 16 minggu.
3. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak akan sembuh.2
Lokasi Ulkus Dekubitus
Dekubitus atau tukak tekan di daerah sacrum dan daerah lain harus dicegah, terutama
pada orang lanjut usia dan penderita yang keadaan umumnya kurang baik, gizi buruk,
hipoalbuminemia, karsinomatois, cedera tulang dan atau persendian, dan pada penderita artritis

9
rheumatoid. Delubitus ini dapat terjadi di kulit hingga mencapai tulang dibawahnya. Dekubitus
yang dalam dan hebat ini terbetuk saat operasi atau dalam pembiusan, bukan pasca bedah.5

2.6 PATOGENESIS
Ulkus dekubitus terjadi karena tekanan dari luar yang menimbulkan iskemia setempat.
Dalam keadaan normal, tekanan intrakapiler arterial adalah ± 32 mmHg., tekanan ini dapat
meningkat mencapai maksimal 60 mmHg pada keadaan hiperemia. Tekanan midkapiler adalah ±
20 mmHg, sedangkan tekanan pada daerah vena adalah 13-15 mmHg.Efek destruksi jaringan
yang berkaitan dengan keadaan iskemia dapat terjadi dengan tekanan kapiler antara 32-60 mmHg
yang disebut tekanan suprakapiler. Bila keadaan suprakapiler ini tercapai, akan terjadi Penurunan
darah kapiler yang disusul iskemia setempat. Bila seseorang mengalami iskemia imobilisasi pada

10
tempat tidur secara pasif, maka tekanan pada daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan
daerah tumit 30-45 mmHg. Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi
nekrosis jaringan kulit. Substansia H yang mirip histamin dilepaskan oleh sel-sel iskemik, terjadi
akumulasi metabolik seperti kalium, adenosine dipospat (ADP), hydrogen dan asam laktat, yang
diduga sebagai faktor penyebab dilatasi pembuluh darah. Reaksi kompensasi sirkulasi akan
tampak hiperemis, reaksi tersebut masih efektif bila tekanan dihilangkan sebelum terjadi periode
krisis 1-2 jam.2
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor lain yang dapat memudahkan terjadi ulkus
dekubitus, yaitu:
 Faktor teregangnya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempat berbaring,
terjadi pada penderita dengan posisi setengah berbaring.
 Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang kurus dengan alas tempat tidur,
sehingga seakan-akan kulit “ tertinggal” dari daerah tubuh lainnya.
 Kondisi suhu dan kelembaban permukaan kulit atau jaringan
 Pada pasien imobilisasi dengan posisi setengah duduk dan kecendrungan tubuh meluncur
ke bawah, apalagi keadaan tubuh basah.Sering kali hal ini dicegah dengan memberikan
penghalang, misalnya bantal kecil/ balok kayu pada kedua telapak kaki. Upaya ini hanya
akan mencegah pergerakan kulit yang terfiksasi dari alas, tetapi rangka tulang akan
cenderung maju kedepan. Akibatnya terjadi garisgaris penekanan/peregangan pada
jaringan subkutan yang seakan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu, dan akan
terjadi penutupan arteriol akibat terlalu teregang bahkan sampai robek. Tenaga
menggunting ini disebut shering force. Pada shering force terjadi fiksasi kulit pada
permukaan alas tempat tidur akan menyebabkan terjadi lipatanlipatan kulit, terutama
terjadi pada penderita kurus dengan kulit kendur, lipatan kulit menyebabkan distorsi dan
menutup pembuluh darah.2

11
Decubitus bersifat kutaneous dan subkutan Lesi jaringan yang tersumbat menjadi
nekrosis ireversibel Karena tekanan terus menerus pada bagian dari Tubuh tidak mampu
melakukan aktivitas motor spontan Menyebabkan penyumbatan sirkulasi darah.9

2.7 DIAGNOSIS
Anamnesis geriatri lengkap dilakukan baik autoanamnesis atau aloanamnesis, terutama
sehubungan untuk mencari faktor faktor resiko (primer dan skunder ) misalnya lama terjadi
imobilisasi, komorbid penyakit (DM, stroke , penyakit pembuluh darah perifer , penurunan
fungsi perifer , penurunan fungsi kognitif ) dan riwayat ulkus decubitus sebelumnya.
Pemeriksaan fisik pada kulit dilakukan dengan teliti, terutama pada daerah predileksi (bagian
yang menonjol) terjadi decubitus (sacrum, tumit, belikat, siku).Inspeksi pada kulit melihat
adanya daerah yang eritem/lesi, luka lecet, luka dalam. Pengkajian paripurn pada pasien geritari
(P3G)/Comprehensive geriatric assessment) sangat diperlukan dalam mengidentifikasi pasien
yang beresiko ulkus decubitus. Komprehensif dalam menetukan masalah kesehatan
(Biopsikososio kultural). Serta mengetahui cadangan fisiologiyang masih ada pada pasien usia
lanjut dengan multi morbiditas. Pengkajian paripurn pada pasien geritari mencakup pengkajian
tingkat mobilitas ( memeriksaActivity of Daily Living/ ADL Barthel), status kognitif (Mini
Mental State Examination/MMSE), status psikis (Geriatric Depression Scale/GDS).
Pemeriksaan status fungsional sebelum sakit, saat sakit, selama perawatan dilakukan untuk
evaluasi mencapai target keberhasilan mobilisasi jangka pendek, menegah dan panjang. Setelah
dilakukan pengkajian paripurna, ditentukan langkah langkah koordinasi tatalaksana dan rencana
asuhan keperawatan melalui tim terpadu geriatric.2

12
Pemeriksaan untuk menilai terjadinya resiko ulkus dekubitus dengan menggunakan skala
Norton yang sudah berkembang sejak tahun 1961. Nilai semakin rendah pada skala Norton
berarti resiko ulkus decubitus semakin tinggi. Skala lain untuk meniulai resiko ulkus decubitus
adalah skala Braden, skala waterlow. Skala Braden terdiri dari 6 sub skala yaitu persepsi sensori,
klembaban, aktivitas, mobilitas, nutrisi dan friction dan shear 2

2.8 PENATALAKSANAAN
Penanganan yang dilakukan pada pasien ulkus dekubitus terdiri menjadi dua, yaitu
operatif dan non-operatif. Cara operatif yang dilakukan adalah dengan intervensi bedah,
sedangkan cara non operatif adalah dengan melakukan perawatan luka. Penanganan yang
dilakukan antara lain, yaitu memposisikan pasien pada posisi miring 30-45 derajat,
menganjurkan pasien untuk mobilisasi miring kanan dan miring kiri, dan perawatan luka.
Perawatan luka diberikan sesuai dengan derajat ulkus dekubitus. Pada derajat 1 dan 2 biasanya
diberikan salap dekubal dan/atau kompres NaCl. Pada derajat 3 dan 4 diperlukan intervensi
bedah, seperti skin graft dan skin flap. Selain itu, juga diberikan pengetahuan kepada keluarga
13
pasien tentang penggunaan kasur dekubitus untuk mengurangi gaya gesekan dan gaya tekanan
antara tubuh pasien dengan permukaan tempat tidur.7
Penatalaksanaan ulkus dekubitus harus dilakukan dengan baik dan terpadu, karena proses
penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang lama. Agency for Health Care Policy and
Research (AHCPR) telah membuat standar baku dalam penatalaksanaan ulkus decubitus. Ketika
ulkus dekubitus telah terbentuk, maka pengobatan harus diberikan dengan segera.
Pemilihan terapi, tergantung pada stadium ulkus dekubitus dan tujuan pengobatan.seperti
proteksi, pelembaban dan membuang jaringan nekrosis. Hal yang harus diperhatikan dalam
penatalaksanaan ulkus dekubitus adalah
1. Perawatan luka harus dibedakan ke dalam metode operatif dan nonoperatif.
2. Perawatan luka dengan metode nonoperatif dilakukan untuk ulkus dekubitus stadium 1 dan
2, sedangkan untuk stadium 3 dan 4 harus menggunakan metode operatif.
3. Sekitar 70-90% ulkus dekubitus adalah superfisial dan sembuh dengan penyembuhan
sekunder.
4. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus.
Secara umum penatalaksanaan ulkus dekubitus dibagi menjadi nonmedikamentosa dan
medikamentosa.
A. Nonmedikamentosa
Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan nonmedikamentosa adalah meliputi pengaturan
diet dan rehabilitasi medik. Seperti telah disebutkan di atas, nutrisi adalah faktor risiko untuk
terjadinya ulkus dekubitus.
Pemberian diet yang tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral akan meningkatkan status
gizi penderita ulkus dekubitus. Meningkatnya status gizi penderita ini akan memperbaik sistem
imun penderita sehingga mempercepat penyembuha ulkus dekubitus.
B. Medikamentosa
Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan metode medikamentosa meliputi:
1. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya
Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik.
Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan
pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC1 0,9%, larutan H202 3% dan NaC10,9%,
larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya.

14
Kompres yang diberikan pada ulkus dekubitus adalah semipermiabel dan tertutup, yang
memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan transfer penguapan air dari kulit dan
mencegah maserasi kulit. Selain itu, kompres dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder
dan mencegah faktor trauma. Tetapi, kompres ini tidak berfungsi baik pada pasien dengan
diaforesis dan eksudat yang banyak.

2. Mengangkat jaringan nekrotik.


Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari bahan yang
terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan mempercepat proses penyembuhan
ulkus. Terdapat 7 metode yang dapat dilakukan antara lain,
 Autolytic debridement. Metode ini menggunakan balutan yang lembab untuk memicu
autolisis oleh enzim tubuh. Prosesnya lambat tetapi tidak menimbulkan nyeri.
 Biological debridement, or maggot debridement therapy. Metode ini menggunakan
maggot (belatung) untuk memakan jaringan nekrosis. Oleh karena itu dapat
membersihkan ulkus dari bakteri. Pada Januari 2004, FDA menyetujui maggot sebagai
live medical devic untuk ulkus dekubitus.
 Chemical debridement, or enzymatic debridement. Metode ini menggunakan enzim
untuk membuang jaringan nekrosis.
 Mechanical debridement. Teknik ini menggunakan gaya untuk membuang jaringan
nekrosis. Caranya dengan menggunakan kasa basah lalu membiarkannya kering di atas
luka kemudian mengangkatnya. Teknik ini kurang baik karena kemungkinan jaringan
yang sehat akan ikut terbuang. Pada ulkus stadium 4, pengeringan yang berlebihan dapat
memicu terjadinya patah tulang atau pengerasan ligamen.
 Sharp debridement. Teknik ini menggunakan skalpel atau intrumen serupa untuk
membuang jaringan yang sudah mati.
 Surgical debridement. Ini adalah metode yang paling dikenal. Ahli bedah dapat
membuang jaringan nekrosis dengan cepat tanpa menimbulkan nyeri.
 Ultrasound-assisted wound therap. Metode ini memisahkan jaringan nekrosis dari
jaringan yang sehat dengan gelombang ultrasonik.

15
3. Menurunkan dan mengatasi infeksi.
Perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika sistemik dapat diberikan bila
penderita mengalami sepsis dan selulitis. Ulkus yang terinfeksi harus dibersihkan beberapa
kali sehari dengan larutan antiseptik seperti larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat
0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama UVB) mempunyai efek bakterisidal.
Antibiotik sistemik kurang dianjurkan untuk pengobatan ulkus dekubitus karena akan
menimbulkan resistensi. Antibiotik sistemik yang dapat diberikan meliputi gologan
penicillins, cephalosporins, aminoglycosides, fluoroquinolones, dan sulfonamides.
Antibiotik lainnya yang dpat digunakan adalah clindamycin, metronidazole dan
trimethoprim.
4. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
Untuk mempercepat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi pada ulkus dekubitus
sehingga mempercepat penyembuhan dapat diberikan:
 Bahan-bahan topikal misalnya: salep asam salisilat 2%, preparat seng (ZnO, ZnSO4).
 Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah bakteri, juga
mempunyai efek proliferatif epitel, menambah jaringan granulasi dan memperbaiki
keadaan vaskular.
5. Tindakan bedah
Tindakan bedah bertujuan untuk membersihkan ulkus dan mempercepat penyembuhan
dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III & IV dan karenanya sering
dilakukan tandur kulit, myocutaneous flap, skin graft serta intervensi lainnya terhadap
ulkus.
Intervensi terbaru terhadap ulkus dekubitus adalah Negative Pressure Wound Therapy,
yang merupakan aplikasi tekanan negatif topikal pada luka. Teknik ini menggunakan busa
yang ditempatkan pada rongga ulkus yang dibungkus oleh sebuah lapisan yang kedap udara.
Dengan demikian, eksudat dapat dikeluarkan dan material infeksi ditambahkan untuk
membantu tubuh membentuk jaringan granulasi dan membentuk kulit baru. Terapi ini harus
dievaluasi setiap dua minggu untuk menetukan terapi selanjutnya.4

16
2.9 PENCEGAHAN
Pencegahan ulkus decubitus adalah hal yang utama karena pengobatan ulkus decubitus
membutuhkan waktu dan biaya yang besar.Pencegahan sudah dimulai saat pertama kali kontak
dengan pasien. Tindakan pencegahan dibagi atas:2
a. Perawatan kulit
 Bersikan kulit dengan air hangat (jangan panas)
 Oleskan lotion agar kulit tetap lembab
 Jaga pakaian dan sprei tetap kering. Hindari kulit dari keringan dan urin.
 Periksa kulit tiap hari, terutama kulit pada bagian yang menonjol, perhatikan adanya
perubahan warna kemerahan atau perubahan temperature
 Pijat kulit yang masih intake untuk membantu sirkulasi dan kenyamanan. Hindari pijat
pada bagian yang menonjol.
b. Perubahan posisi tubuh
 Usahakan pasien secara rutin dapat pindah dari tempat tidur ke kursi, berdiri dan berjalan.
Bila pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau hanya bisa duduk di kursi roda,
pasien di bantu melakukan latihan linggup gerak sendi (range of motion exercises)
 Miring ke kanan, ke kiri dan terlentang minimal setiap 2 jam. Gunakan bantal di bawah
kaki untuk menjaga agar tumit tidak besentuhan langsung dengan kasur/matras
 Pada pasien yang duduk dikursi roda, lakukan pergeseran dari tumpuan berat tubuh setiap
15 menit
 Jangan mengangkat kepala terlalu tinggi dari tempat tidur, karena badan akan meluncur
ke bawah sehingga kulit pada punggung dan bokong akan lecet.
 Gunakan bantal lunak untuk mengurangi tekanan pada daerah yang menonjol, jangan
menggunakan bantal donat
 Jangan memindahkan pasien dengan cara menarik dari tempat tidur

Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah
terjadinya komplikasi pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan
mengurangi risiko karena tirah baring lama, seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau
penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah, gangguan pernapasan dan
gangguan peristaltik maupun berkemih.6

17
c. Alas tempat tidur
 Sprei, selimut dalam keadaan kering dengan permukaan rata/ halus
 Gunakan kasur antidekubitus
d. Nutrisi dan hidrasi
Asupan makanan dan cairan cukup, termasuk vitamin dan mineral.
Bila sudah terjadi ulkus decubitus, tentukan stadium dan perencanaan tindakan :2
Stadium 1
Terjadi reaksi peradangan terbatas pada epidermis, kulit kemerahan dibersihkan hati-hati
dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian di pijat 2-3 kali/hari.
Stadium 2
Perawatan luka memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik.Daerah ulkus digesek
dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi.Dapat
diberikan salep topikal untuk merangsang timbulnya jaringan muda/ granulasi.Penggantian balut
dan pemberian salep jangan terlalu sering karena dapat merusak pertumbuhan jaringan.
Stadium 3
Luka kotor dan bernanah dibersihkan dengan larutan NaCL fisiologis.Usahakan luka
selalu bersih dan eksudat dapat mengalir keluar.Balut jangan terlalu tebal agar oksigenasi dan
penguapan baik.Kelembaban luka dijaga tetap basah, untuk mempermudah regenerasi sel-sel
kulit.Perlu pemberian antibiotika sistemik.
Stadium 4
Perluasan ulkus sampai ke dasar tulang, sering disertai jaringa nekrotik. Semua langkah
diatas tetap dikerjakan, jaringan nekrotik yang akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/epitelisasi dibersihkan. Rawat bersama dengan bagian bedah jika diperlukan tindakan
operatif untuk membersihkan luka dan menutup jaringan.
Untuk mencegah terjadinya dekubitus, hal yang harus dilakukan adalah menghilangkan
penyebab terjadinya ulkus yaitu bekas tekanan pada kulit. Untuk itu dapat dilakukan perubahan
posisi lateral 30o, penggunaan kasur anti dekubitus, atau menggunakan bantal berongga. Pada
pasien dengan kursi roda dapat dilakukan reposisi tiap jam atau diistirahatkan dari duduk.
Melatih pergerakan dengan memiringkan pasien ke kiri dan ke kanan serta mencegah terjadinya
gesekan juga dapat mencegah dekubitus.Pemberian minyak setelah mandi atau mengompol dapat
dilakukan untuk mencegah maserasi.12

18
2.10 KOMPLIKASI

Komplikasi sering terjadi pada stadium 3 dan 4, walaupun dapat juga terjadi pada ulkus
superfisial. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
1. Infeksi, sering bersifat multibakterial baik yang aerobic ataupun aneorobik
2. Keterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis, osteitis, osteomielitis (38%), artritis
septik
3. Septicemia
4. Anemia
5. Hipoalbuminemia
6. Kematian dengan angka mortalitas mencapai 48%.7

19
BAB III

KESIMPULAN

Ulkus Decubitus adalah kerusakan kulit dan jaringan dibawahnya sebagai akibat
penekanan yang lama sehingga pembuluh darah terjepit dan jaringan yang berada disekitar
daerah tersebut tidak memperoleh suplai darah, makanan, dan oksigen sehingga berakibat
jaringan tersebut mengalami kematian.5
Pemeriksaan untuk menilai terjadinya resiko ulkus dekubitus dengan menggunakan skala
Norton yang sudah berkembang sejak tahun 1961. Nilai semakin rendah pada skala Norton
berarti resiko ulkus decubitus semakin tinggi. Skala lain untuk meniulai resiko ulkus decubitus
adalah skala Braden, skala waterlow. Skala Braden terdiri dari 6 sub skala yaitu persepsi sensori,
kelembaban, aktivitas, mobilitas, nutrisi dan friction dan shear 7

Penanganan yang dilakukan pada pasien ulkus dekubitus terdiri menjadi dua, yaitu operatif
dan non-operatif. Cara operatif yang dilakukan adalah dengan intervensi bedah, sedangkan cara
non operatif adalah dengan melakukan perawatan luka.
Perawatan luka diberikan sesuai dengan derajat ulkus dekubitus. Pada derajat 1 dan 2
biasanya diberikan salap dekubal dan/atau kompres NaCl. Pada derajat 3 dan 4 diperlukan
intervensi bedah, seperti skin graft dan skin flap. Selain itu, juga diberikan pengetahuan kepada
keluarga pasien tentang penggunaan kasur dekubitus untuk mengurangi gaya gesekan dan gaya
tekanan antara tubuh pasien dengan permukaan tempat tidur.
Penatalaksanaan ulkus dekubitus harus dilakukan dengan baik dan terpadu, karena proses
penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang lama. Agency for Health Care Policy and

20
Research (AHCPR) telah membuat standar baku dalam penatalaksanaan ulkus dekubitus
(Bergstrom, 1994). Ketika ulkus dekubitus telah terbentuk, maka pengobatan harus diberikan
dengan segera.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Cahyopeotro, et all. 2012, Identifikasi pola kuman dan tes resistensi antibiotic pada
penderita ulkus decubitus di RS Wahidin Sudirohusodo , Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
2. Setia, 2016 , Ulkus Dekubitus Pada usia lanjut Fokus Pada Pencegahan dan tatalaksana,
Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
3. Sudoyo, 2009, Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid 1 Edisi V, InternaPublishing.
4. Houwing, 2007, Pressure ulcer or Decubitus clinical and etiological aspects.
5. De jong, Sjamsuhidajat, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC , Jakarta.
6. Ditya, 2016, Hubungan Mobilisasi Dini dengan proses luka pada pasien pasca laparatomi
di Bangsal Nedah Pria dan wanita RSUP DR. M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas
7. Mutia , 2015, Profil Penderita Ulkus Dekubitus yang menjalani Tirah baring Di Ruang
Rawat Inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode januari 2011-2013. JOM FK
Volume 2 No. 2 Oktober 2015.
8. Rizka et all 2014, Imobilisasi pada Pasien Usia Lanjut: Pendekatan dan Pencegahan ,
FKUI RSCM
9. Yamamoto, 2003, Home Medical Care and Treatment of Decubitus (Bedsores) JMAJ
46(6): 263–268, 2003

22

Anda mungkin juga menyukai