Anda di halaman 1dari 2

KASUS CA COLON MCH 29,4 26-34 Pg

Seorang pasien usia 77 tahun, Pendidikan SLTA, sunda, Islam, menikah, buruh, Post MCHM 33,6 32-36 %
Laparatomi Eksploratif + stoma ileus obstruktif total CA recti 1/3 distal, di rawat di rshs Kimia Klinik
dengan Keluhan Utama Nyeri di sekitar luka post operasi. Klien mengatakan tidak bisa Kreatinin 1,09 0,7-1,2 mg/dL
buang air besar (BAB) dan sulit buang angin sejak 2,5 bulan sebelum masuk rumah sakit. Albumin *2,5 3,5-5,2 g/dL
Terakhir BAB sebelumnya, keras dan mengeluarkan banyak darah. Setelah itu klien dibawa AST (SGOT) 23 <37 U/L 37 C
ke rumah sakit Cibabat dan dirawat selama 2 hari, dan direkomendasikan untuk dilakukan ALT (SGPT) 12 <41 U/L 37 C
operasi. Namun, karena keterbatasan alat, dirujuk ke RSHS Bandung. Pada saat pengkajian Protein Total *4,3 6,6-8,7 g/dL
klien mengeluh nyeri di sekitar luka post operasi (POD 1) pada bagian perut. Skala nyeri Ureum *67 15-50 Mg/dL
3/10 dibawah pemberian obat analgesik. Nyeri semakin bertambah ketika klien melakukan
Glukosa Darah Sewaktu *49 <140 Mg/dL
aktivitas dan berangsur berkurang ketika diistirahatkan.
Natrium (Na) 138 135-145 mEq/L
Pasien memiliki penyakit hipertensi sejak lama, biasanya pasien rutin memeriksakan
dirinyake puskesmas terdekat namun tidak minum obat untuk mengontrol penyakitnya. Kalium (K) *3,1 3,6-5,5 mEq/L
Sebelumnya juga pasien mengatakan memiliki penyakit maag, karena makan yang tidak b. Kimia Klinik (19-03-2017 Pukul 18.43)
teratur. Tidak ada anggota keluarga klien yang memiliki penyakit yang serupa dengan Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
klien. klien terlihat mampu berinteraksi dengan sangat baik dengan keluarga maupun Glukosa Darah Sewaktu 90 <140 mg/dL
dengan orang-orang di sekitarnya serta tidak terlihat murung dan menarik diri. Klien juga c. Foto Thorax (1. 6-03-2017 Pukul 12.00)
kooperatif dengan petugas kesehatan ketika diberi tindakan invasif maupun non invasif. Toraks 15/3 pembesaran KGB, TB (-), Kardiomegali (-)
Compos Mentis (E4V5M6), Pasien merasa tidak bisa melakukan apa yang biasa ia lakukan d. Terapi Farmakologi: Ceftriaxone 1 x 2 ampul IV, Ranitidine 2 x 1 ampul IV, dan
saat ia sehat atau sebelum didiagnosa penyakit tersebut. Saat ini, pasien hanya akan Ketorolac 3 X1 ampul IV.
berusaha agar keadaannya semakin hari bisa lebih baik lagi agar bisa berkumpul kembali
dengan keluarga. Saat ini, ia merasa bahwa apa yang ia derita merupakan ujian yang harus KASUS FRAKTUR
dihadapi. Klien mengatakan menerima dengan lapang dada pasrah dan mengenai Tuan A berumur 31 tahun, dirawat di ruang bedah orthopedi karena mengalami kecelakaan
penyakitnya, karena dianggapnya sebagai penggugur dosa. Klien tinggal bersama dengan tabrakan motor. Saat pengkajian, tuan A mengeluh nyeri pada paha yang terpasang skeletal
istri dan anaknya. Pasien merupakan seorang kepala rumah tangga. Secara finansial, traksi (3 kg) dan nyeri pada bagian tumitnya. Pada saat diukur ekstremitas bawah kanan
keluarga merasa cukup. Kehidupan sosial di lingkungan tempat tinggal pasien pun terjalin lebih panjang 10 cm dibanding ekstremitas kiri. Pada tulang tibia telah dipasang pen 3 hari
baik dengan tetangga. Sebelum sakit, pasien rajin melaksanakan shalat 5 waktu. Namun, POD. Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat benda tajam. Nyeri bertambah bila sedang
setelah sakit dan dirawat di rumah sakit, pasien masih bisa melakukan shalat 5 waktu tapi dilakukan perawatan luka, skala nyeri 6 pada rentang 0-10. Nyeri berkurang bila
dengan gerak yang terbatas, yakni di atas tempat tidurnya. diistirahatkan.
Berat Badan: 45 kg. Respirasi 19 x/menit. Nyeri skala 3/10 dengan pemberian analgesic. Berdasarkan pengkajian fisik : RR 18 kali/ menit, nadi 78 kali/menit, Tekanan darah 110/70
Tinggi Badan 160 cm. Tekanan darah 140/80 mmHg. Suhu, 35,7C. Nadi 100 x/menit. mmHg, CRT 3 detik. Data lab HB 10.6 g/dl, Hematokrit 37 %, Leukosit 21.200/mm3,
Resiko dekubitus skor 15. trombosit 171 000 mm3/gr dl. MCV=87,9;MCH=29.8; MCHC=33.9, creatinin=0.76;
Pemeriksaan Diagnostik Na=138;kalium =4.0 ; ALT = 15 dan ALT = 15.
a. Hematologi (18-03-2017 Pukul 06.24) Pasien mendapatkan terapi cefazolin 2x1 ; ketorolac 2x1; tramadol 2x1 (drift); gentamisin
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan 2x1 ; ranitidine 2 x1.
Hematologi
Hemoglobin *12,6 L : 13,5-17,5 g/dL KASUS CHF
Hematokrit *38 L : 40 - 52 % Seorang laki-laki, 58 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam. Pasien mengeluh sesak,
Leukosit 9500 4.400 – 11.300 /mm3 disertai keringat dingin, dan bengkak di kaki. Sesak dirasakan saat beraktifitas dan hilang
jika beristirahat. Pasien juga mengeluh cepat lelah dan berdebar – debar. Pasien juga
Eritrosit *4,28 L : 4,5 – 6,5 Juta/uL
mengeluhkan sesak tiba-tiba dimalam hari yang disertai batuk.
Trombosit 268.000 150.000 – 450.000 /mm3
Riwayat kesehatan dahulu: Sejak 1 tahun yang lalu, klien baru mengetahui bahwa ia
Indeks Eritrosit
menderita hipertensi dengan tekanan darah tertinggi 170/ 110 mmHg, dan mendapatkan
MCV 87,6 80-100 fL
pengobatan namun tidak secara rutin berobat ke pelayanan kesehatan. Klien merokok sejak Terapi :
usia 25 tahun, dan baru berhenti 5 tahun yang lalu. Riwayat kesehatan keluarga: Ibu klien - Ceftazidim 3x1 gr 10 18 02
menderita hipertensi. - Dexamethasone 2x1 amp 10 22
Pemeriksaan fisik : Tekanan darah 180/110 mmHg, frekuensi nadi 101x/menit, frekuensi - Nebulizer:combivent 3x/hari 10 18 02
nafas 28x/menit, suhu 37˚C. BB 79 Kg (bertambah 2 kg dalam 2 minggu), TB 165 cm, - Aminophilin 3x1 amp drip glukosa 5 %
dyspnea, crackles (+), JVP meningkat, edema ekstrimitas bawah derajat 3, S3 (+). - Infus glukosa 5% 20 gtt/menit
Pemeriksaan penunjang: Left Ventricle Hyperthropy; Cardio Thoracic Ratio 0,6 dan - O2 dengan nasal canul 2 liter/ menit
bendungan paru; Kolesterol total 210 mg/dl, LDL 160 mg/dl; Hipoksemia dan alkalosis
respiratori ringan. KASUS STROKE
Tn. T, 51 tahun, BB 80 kg, diantar oleh keluarga ke IGD karena saat pasien mandi tiba-tiba
KASUS PPOK/COPD jatuh dan tak sadarkan diri. Pada pengkajian didapatkan GCS 8 (E2 V2 M4 ), TD 200/100
Seorang pria 40 tahun mengeluh sesak nafas yang berat sejak 3 bulan yang lalu, keluhan mmHg, N 56 x/mt, RR 35 x/mt dangkal, gurgling (+), pupil isokor, reaksi cahaya +/+.
dirasakan semakin berat, walaupun aktivitas ringan seperti memakai baju terkadang sampai Perawat segera melakukan suctioning dan memberikan oksigen 5 liter/menit dengan canul
tak sadarkan diri, tak ada bunyi mengi, keluhan disertai batuk berdahak putih kental yang nasal. Setelah gurgling tidak terdengar, perawat mendengar suara nafas pasien menjadi
dirasakan semakin parah. Pasien telah berobat ke puskesmas dan diberikan amoksislin dan ngorok sehingga perawat memasang OPA.
2 obat lainnya (warna putih bulat & kuning diminum 3x/ hari). Pasien diketahui sebagai Pemeriksaan Fisik
penderita PPOK, tetapi tidak pernah berobat kecuali jika keluhan memburuk. Pasien
merupakan perokok aktif selama 25 tahun, setengah bungkus seharinya, sudah mencoba KASUS CKD
berhenti sejak muncul sesak (10 tahun yang lalu) namun selalu kembali merokok saat tidak Tn. K, berusia 45 tahun datang ke unit hemodialisis (HD) untuk melakukan HD
ada keluhan. Pasien beristirahat dengan posisi setengah tiduran (menggunakan 2-3 bantal) rutinnya yang biasa dia lakukan 2 kali/minggu, saat datang muka klien tampak pucat,
Sesak seperti yang ditimpa atau ada yang menjepit di bagian saluran pernafasannya oedema anasarka dan mengeluh lemas. Saat dikaji oleh perawat : klien mengeluhbadanya
sehingga berat untuk bernafas. Sesak dirasakan disebelah dada dan tidak menyebar, skala bengkak dan cepat cape dan nafasnya terasa sesak saat aktivitas, gatal - gatal di seluruh
sesak 3 dari (0-5), sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah beberapa menit, sesak tubuhnya, kulit tampak kering dan banyak yang mengelupas , rambut tampak kusam dan
dirasakan sewaktu-waktu dengan frekuensi hilang timbul. Menurut pengakuan pasien kemerahan. Dari pemeriksaan didapatkan hasil: BB kering 56 Kg TB 152 cm, BB post HD
ayahnya mempunyai penyakit yang serupa dengannya, dan sudah meninggal karena yang lalu 56 kg dan BB pre HD 60 kg, BP 170/100 mmHg, HR 96 x/mnt, RR 22 x/
penyakit tersebut menit,suara napas vesicular, lab : Hb 8.00 gr%, ureum 312, kreatinin 3.1. Dari riwayat
Pemeriksaan fisik sebelumnya Tn.K bekerja di ruangan ber AC dan minum kurang 4 gelas/hari mempunyai
TD: 180/80 mmHg, Nadi: 89x/menit, Respirasi: 28x/menit, Suhu: 36,2°C., BB sebelum riwayat penyakit hipertensi 15 tahun yang lalu dan tidak terkontrol dan dia telah melakukan
sakit: 54 kg, BB sesudah sakit: 43 kg, TB: 150 cm. Pada saat di inspeksi bentuk hidung HD sejak 2 tahun yang lalu.
simetris, hidung klien terlihat bersih terpasang binasal canul 2 liter/menit, mukosa hidung Saat akan dilakukan HD Tn.K mengatakan kepada dokter dan perawat bahwa ini
lembab, terdapat pernafasan cuping hidung, adanya retraksi sternal, tidak tampak adanya HD terakhir yang akan ia lakukan karena merasa cape dengan proses HD yang harus
kelainan bentuk dada, perbandingan AP:T 1 :2 pada saat dipalpasi tidak terdapat edema, dijalani terus – menerus. Dia juga mengatakan bahwa dia mengerti bahwa hidupnya
pengembangan dada simetris, vocal premitus sama antara kiri dan kanan pada saat klien tergantung pada dialysis. Dia berencana ke Cina untuk mencari alternatif penanganan
mengatakan ”tujuh puluh tujuh”, pada saat di perkusi suara paru kanan dan paru kiri penyakitnya
terdengar resonan, saat di auskultasi terdapat suara nafas ronkhi di dKaerah bronkial dan Terapi : direncanakan tranfusi PRC 2 labu, diet rendah garam, rendah protein dan
wheezing. rendah kolesterol, Hemapo 50iu/kg IV.
Pemeriksaan Laboratorium :
LED 20; AGD PH = 7,431; PCO2= 38,5; PO2 = 54,7; HCO3=25,1; TCO2 = 26,2; Base
excess 1,5; Saturasi O2 88,5
Pemeriksaan lain :
- Pulmo : Hili normal, corakan bronkhovaskuler berkurang di ⅓ leteral tampak bercak
lunak dilapa, dan ng tengah & bawah paru kanan
- Kesan : TB paru lama curiga aktif, emfisema pulmonum, atherosclerosis aorta

Anda mungkin juga menyukai