Anda di halaman 1dari 16

II.

ANALISIS SITUASI

A. Deskripsi Situasi, Kondisi, dan Wilayah Kerja Puskesmas


1. Keadaan Geografis
Puskesmas Kebasen,Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa
Tengah memiliki 12 (dua belas) desa binaan dengan luas wilayah total 53,99 km2.
Batas wilayah kerja Puskesmas Kebasen adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Sampang dan Kecamatan Kroya,
Kabupaten Cilacap
c. Sebelah Timur : Kecamatan Banyumas dan Kecamatan Kemranjen,
Kabupaten Banyumas
d. Sebelah Barat : Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas
Sedangkan pemanfaatan tanah di Kecamatan Kebasen diperinci sebagai berikut :
a. Tanah pekarangan : 4,07 %
b. Tanah bangunan : 31,75%
c. Tegal/kebun : 19,29%
d. Persawahan : 17,1%
e. Hutan negara : 16,96%
f. Perkebunan rakyat : 10,47%
g. Kolam ikan : 0,33%
h. Lain-lain : 4,19%
2. Keadaan Demografis
a. Pertumbuhan penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Kebasen tahun
2016, didapatkan hasil registrasi penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas
Kebasen sebanyak 66.080 jiwayang terdiri dari33.540 jiwa laki-laki (50,76%) dan
32.540 jiwa perempuan (49,24%) tergabung dalam 16.530 rumah tangga / KK.
Jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2016 terdapat di desa Cindaga sebanyak
11.221 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di desa Tumiyang
sebanyak 1.607 jiwa.
b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
Jumlah penduduk menurut golongan jenis kelamin di wilayah kerja
Puskesmas Kebasen, Kabupaten Banyumas tahun 2016 terdiri dari laki-laki
sebanyak 33.540 jiwa (50,76%) dan perempuan sebanyak 32.540 jiwa (49,24%).
Jumlah total penduduk adalah 66.080 jiwa.
c. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk Kecamatan Kebasen tahun 2016 sebesar 1.224/km2.
Kepadatan tertinggi terdapat di desa Cindaga dengan jumlah penduduk sebanyak
11.221 jiwadan tingkat kepadatan sebesar 2.290/km2, sedangkan kepadatan
terendah terdapat di desa Tumiyang dengan jumlah penduduk sebanyak 1.607
jiwa.
d. Tingkat pendidikan
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Kebasen
menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan sampai
akhir tahun 2016 adalah sebagai berikut :
1) Tidak/belum tamat SD : 7.086 jiwa
2) Tamat SD/MI : 9.960 jiwa
3) Tamat SLTP/sederajat : 3.481 jiwa
4) Tamat SLTA/sederajat : 1.997 jiwa
5) Diploma III : 392 jiwa
6) Universitas : 246 jiwa

B. Pencapaian Program Kesehatan


1. Derajat Kesehatan Masyarakat
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari mortalitas, morbiditas dan status
gizi yang ada di masyarakat. Selain sebagai salah satu indikator derajat kesehatan
masyarakat, mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat juga dapat digunakan
sebagai indikator dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya. Perkembangan mortalitas, morbiditas dan status gizi
masyarakat di Kecamatan Kebasen pada periode tahun 2016 disajikan dalam uraian di
bawah ini.
a. Mortalitas
1) Angka Kematian Bayi
Pada tahun 2016 di Kecamatan Kebasen ada 905 bayi lahir hidup, 7 bayi
lahir mati dan jumlah bayi mati sebesar 0 bayi. Angka kematian bayi (AKB) di
Kecamatan Kebasen sebesar 7,7 per 1000 lahir hidup, sedangkan AKB tahun
2015 sebesar 15,7 per 1000 lahir hidup. Dengan demikian ada penurunan
AKB sebesar 8. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kematian bayi yang
tidak terpengaruh oleh jumlah kelahiran hidup pada tahun 2016. Jika
dibandingkan dengan IIS 2016, AKB di Kecamatan Kebasen masih terhitung
rendah (IIS 2015 = 40 per 1000 kelahiran hidup). Untuk itu perlu didukung
oleh peningkatan kualitas pelayanan dengan bertambahnya kemampuan
tenaga medis dan paramedis untuk penanggulangan kegawatdaruratan lewat
pelatihan atau diklat yang diikuti.
Tingginya angka kematian bayi menunjukkan masih rendahnya status
kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang dapat disebabkan oleh masih
rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
pelayanan kesehatan ibu dan anak, perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat khususnya ibu saat hamil serta lingkungan masyarakat yang belum
sepenuhnya mendukung pentingnya kesehatan.

2) Angka Kematian Balita


Angka kematian balita (AKABA) merupakan jumlah kematian anak
balita (1 – 5 tahun) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu 1 tahun.
AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak balita, tingkat
pelayanan KIA, tingkat keberhasilan program KIA dan kondisi lingkungan.
Pada tahun 2016, angka kematian balita di Kecamatan Kebasen sebesar 3 per
1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2015 angka kematian balita
sebesar 7 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini berarti pada tahun 2016
menunjukkan ada penurunan kasus kematian balita dibanding tahun 2015.
Upaya yang sudah dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian
balita adalah pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti
pos pelayanan terpadu (posyandu), penerapan PHBS dalam setiapa tatanan
rumah tangga, penanggulangan kurang energi protein, pendidikan gizi,
penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar serta pencegahan dan
pemberantasan penyakit melalui surveilans dan imunisasi, serta optimalisasi
kegiatan kelas ibu balita dalam rangka meningkatkan kemandirian keluarga
dan masyarakat dalam merawat dan memelihara kesehatan dan tumbuh
kembang balita.
3) Angka Kematian Ibu
Pada tahun 2016 di Kecamatan Kebasen jumlah kematian ibu hamil
sebanyak 1 orang, ibu bersalin 0 dan ibu nifas sebanyak 0 orang. Angka
Kematian Ibu (AKI) di Kecamatan Kebasen pada tahun 2016 sebesar 104 per
100.000 kelahiran hidup.
AKI tahun 2015 di Kecamatan Kebasen sebesar 0 per 100.000 kelahiran
hidup. Dengan demikian AKI di Kecamatan Kebasen pada tahun 2016
mengalami perubahandengan adanya 1 kasus kematian ibu hamil tepatnya dari
desa Tumiyang. Menurut IIS 2015 AKI sebesar 150 per 100.000 kelahiran
hidup, dengan demikian AKI di Kecamatan Kebasen dibawah AKI menurut
IIS 2015. Penyebab dari kematian ibu hamil di wilayah Kecamatan Kebasen
adalah dikarenakan penyakit kronis yang diderita oleh ibu hamil yaitu
penyakit jantung, dan adanya keterlambatan dalam sistem rujukan. Perlu
adanya peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dalam pendeteksian resiko
tinggi dari ibu hamil dan penguatan tim penangan kesehatan ibu dan anak,
peningkatan akses pelayanan kesehatan (rujukan), peningkatan kerjasama
lintas sektor, dan peningkatan frekuensi pelatihan skill / kompetensi dari
tenaga kesehatan.
b. Morbiditas
1) Penyakit Malaria
Pada tahun 2016 tidak terjadi kasus malaria atau Angka Kesakitan
Malaria (API) 0,0 per 1000 penduduk. Sedangkan kejadian kasus Malaria
Positif pada tahun 2015 sebanyak 1 kasus atau Angka Kesakitan Malaria
(API) sebesar 0,0655 per 1000 penduduk. Dengan demikian di Kecamatan
Kebasen tidak terjadi peningkatan kejadian kasus malaria positif. Hal ini bisa
dipertahankan dengan peran aktifnya medis, paramedis, petugas surveilan,
promkes, bidan desa dalam preventif dan promotifnya dan juga dibantu oleh
juru malaria desa. Dan daerah endemis malaria di Kecamatan Kebasen masih
berada di desa Kalisalak.
2) Kesembuhan penderita TB Paru BTA (+)
Pada tahun 2016 ditemukan kasus baru TB Paru BTA positif sebanyak
23 kasus, klinis 26 dengan perkiraan jumlah kasus BTA positif sebanyak 99
kasus. Dengan demikian angka Penemuan Penderita TB Paru BTA positif
(CDR) di Kecamatan Kebasen sebesar 23,23%. Dibanding periode yang sama
pada tahun 2015 ditemukan kasus baru BTA positif sebanyak 25 kasus dengan
perkiraan jumlah kasus BTA positif sebanyak 65 kasus dengan CDR sebesar
38,46%. Dengan demikian ada penurunan CDR pada tahun 2016 dibanding
tahun 2015. Hal ini dimungkinkan kurangnya screening dari pemegang
program atau kurang aktifnya pemegang program, medis dan paramedis untuk
melakukan penjaringan di keluarga dengan BTA (+).
Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) dievaluasi dengan
melakukan pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir pengobatan dengan
hasil pemeriksaan negative. Dinyatakan sembuh bila hasil pemeriksaan dahak
pada akhir pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya
(sesudah fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya
negatif. Bila pemeriksaan follow up tidak dilaksanakan, namun pasien telah
menyelesaikan pengobatan, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan
sebagai pengobatan lengkap.
Angka kesembuhan (cure rate) TB paru di Kecamatan Kebasen tahun
2016 sebesar 100 %, nilai ini bisa dipertahankan seperti tahun 2015 yaitu
100%. Hal ini menunjukan bahwa sudah berjalannya petugas PMO dengan
baik dan kunjungan rumah yang sudah rutin dilakukan oleh pemegang
program.
3) Persentase Balita dengan Pneumonia
Kasus pneumonia di wilayah kecamatan Kebasen tahun 2016 ada 19
kasus pneumonia dengan sasaran yang seharusnya ada 491 orang.
Dibandingkan dengan tahun 2015 ada 21 kasus, menunjukan ada penurunan
penemuan kasus. Hal ini menunjukan masih sangat rendahnya penemuan
kasus pneumonia, bisa disebabkan masih kurangnya pemahaman diagnosis
tentang pneumonia. Dengan demikian perlunya penambahan dari kompetensi
dari medis dan paramedis dalam screening atau penjaringan kasus pneumonia.
4) HIV
Pada tahun 2016 di Kecamatan Kebasen tidak ditemukan kasus HIV,
walaupun untuk angka laporan dari kabupaten ada sekitar 3-5 kasus. Hal ini
dimungkinkan karena tidak adanya open status dari pihak rumah sakit ataupun
dari DKK, terutama untuk pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit dengan suspek
HIV. Begitu pula di tahun 2015 adalah 0 kasus.
5) Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Standar penemuan kasus polio adalah 2 per 100.000 penduduk usia
kurang dari 15 tahun. Target penemuan kasus di Kabupaten banyumas adalah
2 kasus. Sedangkan di Kecamatan Kebasen tidak ditemukan kasus AFP pada
tahun 2016.
6) Demam Berdarah Dengue
Jumlah kasus DBD di Kecamatan Kebasen pada tahun 2016 sebanyak 14
kasus dengan angka kesakitan DBD sebesar 24,3 per 100.000 penduduk.
Sedangkan pada tahun 2015 jumlah kasus DBD sebanyak 8 kasus dengan
angka kesakitan DBD sebesar 12,1 per 100.000 penduduk. Dengan demikian
terjadi peningkatan kasus DBD pada tahun 2016 dibanding tahun 2015. Untuk
incidence rate terhitung masih tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh semakin
tingginya mobilitas penduduk, masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk
melakukan pencegahan dengan kegiatan PSN secara rutin dan
berkesinambungan, dan kurangnya pengetahuan dari masyarakat tentang DBD
dan pemberantasannya. Masyarakat hanya mengetahui untuk penatalaksaan
pemberantasan DBD hanya dengan fogging tanpa PSN, mungkin kurangnya
preventif dan promotif dari petugas kesehatan ke masyarakat.
7) Kasus Diare Ditangani
Penyakit diare terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain
dari frekwensi buang air besar. Diare merupakan penyakit endemis di
kabupaten Banyumas dan merupakan penyakit potensial KLB yang sering
disertai dengan kematian terutama pada daerah yang pengendalian factor
resikonya masih rendah. Di kecamatan Kebasen pada tahun 2016, jumlah
perkiraan penemuan kasus diare sebanyak 1414 kasus dan yang mendapat
penanganan sebanyak 1264 kasus. Dibandingkan tahun 2015 dari perkiraan
penemuan kasus sebanyak 1414 kasus yang mendapat penanganan sebanyak
1226 kasus. Hal ini menunjukan sudah adanya peningkatan dalam penanganan
kasus diare.
8) Persentase penderita kusta selesai berobat
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular, yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk
dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saraf, kulit, anggota gerak dan
mata serta dapat menimbulkan masalah yang sangat komplek, bukan hanya
bagi segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi.
Penemuan penderita kusta di kecamatan kebasen tahun 2016 terdapat 2
kasus dengan angka prevalensi per 10.000 penduduk 0,3 (tipe multibasiler).
Dibandingkan pada tahun 2015 ditemukan 2 kasus dengan angka prevalensi
per 10.000 penduduk 0,3 (tipe multibasiler)hal ini menunjukan tidak ada
peningkatan kasus, dengan penatalaksanaan 100%.
9) Kasus penyakit filariasis ditangani
Di Kecamatan Kebasen pada tahun 2016, tidak didapatkan adanya kasus
filariasis, begitu juga di tahun 2015.
10) Jumlah kasus dan angka kesakitan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I).
Penyakit yang termasuk dalam PD3I adalah polio, campak, difteri,
pertussis,tetanus neonatorum, tetanus non neonatorium. Dalam upaya untuk
membebaskan Indonesia dari penyakit tersebut diperlukan komitmen global
untuk menekan turunnya angka kesakitan dan kematian yang dikenal dengan
eradikasi polio (ERAPO), Reduksi campak (REDCAM), dan eliminasi tetanus
neonatorium (ETN).Pada tahun 2016, tidak ditemukan kasus penyakit PD3I
yang menandakan Kecamatan Kebasen sudah terbebas dari kasus / penyakit
PD3I.
c. Status Gizi
1) Prosentase berat bayi lahir rendah
Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram, terjadinya kasus BBLR ini disebabkan antara lain oleh ibu
hamil mengalami anemia, kurangnya suplai gizi sewaktu dalam kandungan
atau terlahir belum cukup bulan. Bayi BBLR ini perlu penanganan serius
karena pada kondisi ini bayi mudah sekali mengalami hipotermidan belum
sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasanya akan
menjadi penyebab utama kematian bayi.
Jumlah bayi BBLR di kecamatan Kebasen tahun 2016 sebanyak 51
kasus atau 5,6%. Dibandingkan tahun 2015 terdapat 52 kasus atau 5,4%, hal
ini menunjukan adanya peningkatan jumlah bayi BBLR ditahun 2016. Perlu
adanya peningkatan promotif dan preventif pada setiap pertemuan di posyandu
ataupun di kelas ibu baik oleh bidan desa, bidan puskesmas, petugas gizi,
promkes ataupun medis.
2) Prosentase balita dengan gizi buruk
Pada tahun 2016 di Kecamatan Kebasen terdapat 1100 bayi, 3984 batita,
dan 5048 anak balita dengan bayi mendapat vitamin A dari bayi sebayak
100%. Pada tahun 2015 didapatkan satu kali pemberian vitain A sebanyak
1057 bayi (100%), anak balita mendapat vitamin A dua kali sebanyak 7759
(100%). Selain itu, ditemukan 2 kasus balita gizi buruk kategori BB/U dan
semuanya sudah mendapat PMT pemulihan dari anggaran APBN (BOK),
dengan pengawasan dan evaluasi dari petugas kesehatan baik medis,
pemegang program gizi dan dibantu oleh bidan desa akhirnya 6 yang
terkategori gizi buruk mengalami peningkatan BB yang signifikan.
2. Capaian Program Puskesmas
a. Pelayanan Kesehatan Dasar
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan
sebagaian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kebasen adalah
sebagai berikut :
1) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan
bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu
apalagi yang sedang hamil bisa berpengaruh terhadap kesehatan janin dalam
kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
a) Pelayanan K4
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik
kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya
sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara
teratur. Hal ini dilakukan guna mencegah gangguan sedini mungkin dari
segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya.
Pada tahun 2016 jumlah ibu hamil di Kecamatan Kebasen sebanyak
958 ibu hamil, adapun ibu hamil yang mendapat pelayanan K-4 adalah
sebesar 938 atau 97,8% ibu hamil. Dibandingkan dengan tahun 2015 yang
mendapatkan pelayanan K-4 sejumlah 1001 atau 99,4%. Berarti pelayanan
K-4 mengalami penurunan sebesar 1,8%.
Pada prinsipnya kegiatan-kegiatan dalam rangka pelayanan K-4
sudah dilaksanakan secara maksimal, hal itu dikarenakan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pada waktu hamil
sudah meningkat. Selain itu juga petugas kesehatan telah berusaha
maksimal dalam memotivasi kepada ibu hamil. Dan adanya kerjasama
yang baik juga antara BPM dan Puskesmas.Standar Pelayanan Minimal
untuk cakupan kunjungan ibu hamil K-4 sebesar 95%. Dengan demikian
untuk Kecamatan Kebasen memenuhi target / tercapai standar pelayanan
minimal.
b) Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa disekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan
oleh pertolongan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi kebidanan (profesional).
Jumlah ibu bersalin tahun 2016 sebanyak 901 orang, jumlah yang
ditolong oleh nakes sebanyak 901 orang atau 100%. Dibandingkan tahun
2015 jumlah ibu bersalin 964 orang, jumlah persalinan yang ditolong
nakes 964 orang atau 100%. Berarti pelayanan persalinan sudah
seluruhnya dilakukan oleh Nakes.
Target Standar Pelayanan Minimal untuk pertolongan persalinan oleh
nakes tahun 2016 sebesar 90%. Dengan demikian cakupan persalinan
nakes Kecamatan Kebasen tahun 2015 sudah memenuhi standar pelayanan
minimal, berkat kerjasama pemegang program, koordinasi antar bidan,
koordinasi tim PONED puskesmas, dan kerjasama lintas sektor.
Namun demikian kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian
SPM tersebut masih tetap harus dilaksanakan untuk lebih meningkatkan
cakupan antara lain ditingkatkannya kerjasama bidan untuk
terselenggaranya PONED secara maksimal, pengembangan kompetensi
medis, bidan dan paramedis lainnya baik dengan update kebidanan dan
pelatihan, pengembangan Pondok Bersalin Desa (Polindes) menjadi
Poliklinik Kesehatan Desa (PKD).
c) Komplikasi kebidanan yang ditangani
Pada tahun 2015 jumlah ibu hamil resiko tinggi (resti) di Kecamatan
Kebasen sebanyak 193 orang. Adapun jumlah ibu hamil resti yang
mendapat penanganan sebanyak 239 orang. Dibandingkan jumlah bumil
resti tahun 2015 adalah 263 orang maka tahun 2016 jumlah bumil resti
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena tingginya kesadaran
ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya serta adanya Bidan di setiap
desa sehingga setiap ada kelainan segera terdeteksi dan mendapat
penanganan, dan adanya kerjasama lintas sektor, yang ikut membantu
dalam pendataan ibu hamil resiko tinggi.
d) Pelayanan ibu nifas
Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca
persalinan, masa nifas berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal.
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas
sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 kali sesuai jadwal
yang dianjurkan yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan,
pada hari ke 4 sampai dengan hari ke 28 pasca persalinan.
Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2016 adalah 901 orang dari
901 ibu bersalin. Ini menunjukan bahwa pelayanan ibu nifas sudah 100%
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan. Dibandingkan dengan target SPM
tahun 2016 maka sudah tercapai yaitu 90%.
e) Ibu hamil mendapat tablet besi
Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan program
penanggulangan anemia dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu
hamil selama periode kehamilannya, selain itu juga dilakukan dengan
pemberian tablet tembah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk
menurunkan angka anemia pada balita, remaja putri, dan wanita usia
subur.
Jumlah ibu hamil di Kecamatan Kebasen tahun 2016 sebanyak 959
orang, dan ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe (90 tablet) sebanyak 938
orang atau 97,81%. Jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya
jumlah ibu hamil di Kecamatan Kebasen tahun 2015 sebanyak 1007 orang,
yang mendapatkan tablet Fe (90 tablet) sebanyak 1022 orang atau
101,49%. Hal ini menunjukan terjadinya penurunan di tahun 2016 dalam
pemberian tablet tambah darah (Fe) dibandingkan tahun 2015. Kondisi di
atas bila dibandingkan dengan SPM (90%) sudah mencapai target.
f) Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah neonatus
komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih,
dokter dan bidan di sarana pelayanan kesehatan. Perhitungan sasaran
neonatus dengan komplikasi dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi
baru lahir. Indikator ini mengukur kemampuan managemen program KIA
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada
neonatus dengan komplikasi.
Tahun 2016 perkiraan neonatal dengan komplikasi sebanyak 135 dari
jumlah komplikasi neonatal komplikasi ditangani sebesar 200 atau 148%.
Dibandingkan dengan tahun 2015 terdapat perkiraan jumlah neonatal risti
sebanyak 143 dari neonatal risti yang ditangani sejumlah 218 atau 152%.
Dibandingkan tahun 2015 angka ini mengalami kenaikan di tahun 2016,
dengan ini diharapkan karena masih tingginya angka neonatal dengan
komplikasi, seluruh paramedis baik bidan maupun perawat, tenaga medis
dan juga tim PONED puskesmas untuk selalu update kebidanan untuk
melatih skill dalam penatalaksanaan neonatal dengan komplikasi.
2) Pelayanan KB
Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya
kehamilan sehingga peluang wanita untuk melahirkan menjadi cukup tinggi.
Menurut hasil penelitian usia subur seorang wanita biasanya antara 15 – 49
tahun . Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan
kelahiran, wanita / pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan
alat/cara KB.
Berdasarkan data yang dihimpun, pada tahun 2016 jumlah pasangan usia
subur (PUS) berdasarkan sumber dari Badan Pemberdayaan Masyarakat
Perempuan dan KB sebesar 11.665 pasangan. Jumlah PUS tahun 2015 sebesar
11.449 sehingga mengalami peningkatan.
Jumlah PUS tertinggi terdapat di desa Cindaga yaitu sebanyak 2.116
yang pada tahun sebelumnya juga di desa Cindaga. Peserta KB aktif pada
tahun 2016 sebesar 8560 atau 73,4% . Sedangkan tahun 2015 sebesar 7764
atau 67,8% sehingga jumlah peserta KB aktif mengalami penurunan. Hal ini
dikarenakan menurunnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap KB yang
berpengaruh besar terhadap kualitas generasi yang dilahiran dan pengaruh
terhadap kesehatan ibu hamil, dengan semakin banyak anak semakin besar
resiko yang dihadapi pada saat kehamilan atau dikarenakan kurang aktifnya
pemegang program dalam promosi tentang kualitas KB.
3) Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur
0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB) imunisasi untuk wanita usia
subur/ ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak sekolah SD (kelas 1 : DT, dan
kelas 2-3 : TD).
Jumlah desa di Kecamatan Kebasen sebanyak 12 desa. Desa Universal
Child Immunization (UCI) pada tahun 2016 sebanyak 12 desa atau 100%.
Dibandingkan tahun 2015 desa Universal Child Imunization (UCI) sebanyak
12 desa atau 100% berarti sama. Target SPM untuk desa UCI tahun 2016
sebesar 100%. Dengan demikian Kecamatan Kebasen pada tahun 2016 sudah
memenuhi target SPM.
b. Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Rujukan dan Penunjang
Pelayanan dapat dilayani melalui Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan
dasar dan Rumah Sakit sebagai pelayanan kesehatan rujukan. Jumlah kunjungan
baru rawat jalan di Puskesmas Kebasen tahun 2016 sebesar 35.658 atau 53,5%
dari jumlah penduduk, dibanding tahun lalu jumlah ini mengalami peningkatan.
Jumlah kunjungan baru pasien rawat inap sebanyak 2222 pasien atau 3,9%
dari jumlah penduduk dibandingkan tahun 2015 sebesar 1835 orang atau 2,8%.Hal
ini menunjukkan adanya peningkatan sekitar 1,1%.
Target kunjungan rawat jalan berdasarkan Indonesia Sehat 2016 sebesar
15%, dengan demikian penggunaan fasilitas kesehatan rawat jalan di Kecamatan
Kebasen tahun 2016belum memenuhi target. Sedangkan untuk penggunaan
fasilitas kesehatan rawat inap di Kecamatan Kebasen bila dibandingkan dengan
Indikator Indonesia Sehat 2016 sebesar 1,5% maka masyarakat Kecamatan
Kebasen dalam pemanfaatan fasilitas rawat inap sudah diatas target.
Pelayanan kesehatan jiwa adalah pelayanan yang mengalami gangguan
kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan perilaku yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peran sosialnya. Pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Kebasen tahun 2016
adalah sebesar 30 orang. Dibandingkan tahun 2015 ada 29 orang, ini menunjukan
adanya peningkatan kasus.
c. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
1) Penyediaan air bersih dan sanitasi
Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan untuk memastikan
komitmen pemerintah terhadap MDGs (Milenium Development Goals) yaitu
memastikan kelestarian lingkungan dan mengurangi hingga setengahnya
proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air yang layak dan
sanitasi dasar hingga tahun 2016.
a) Akses sarana air bersih
Jumlah penduduk pengguna dengan diperiksa akses air minum
berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak) menurut jenis
sumbernya seperti sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur
bor dengan pompa, terminal air terlindung, penampungan air hujan (PAH)
sebanyak 66.080 jiwa atau sebesar 82,10% dengan rincian sebagai berikut
: sumur gali terlindung 41.935, sumur gali dengan pompa 1.400, terminal
air 0, mata air terlindung 8.070, penampungan air hujan 0, dan perpipaan
2.335, dalam hal ini akses air minum berkualitas paling banyak
menggunakan air sumur gali terlindung, hal ini terjadi karena struktur
geografis, sedangkan jaringan perpipaan belum menjangkau seluruh
wilayah Kecamatan Kebasen.
b) Sarana sanitasi dasar
Akses penduduk terhadap sanitasi yang layak (jamban sehat) di
kecamatan Kebasen tahun 2016 sebesar 53.259 atau sebesar 80,6% dengan
rincian memenuhi syarat sebagai berikut : jumlah penduduk kecamatan
kebasen 66.080 jiwa pengguna jamban komunal 539, leher angsa 48.009,
plengsengan 0, cemplung 863. Bila dibandingkan secara nasional
presentase rumah tangga menurut akses terhadap pembuangan tinja layak
sesuai MDGs tahun 2016, sendiri / bersama, jenis kloset leher angsa /
laktrine dan pembuangan akhir tinjanya adalah septic tank/saluran
pembuangan air limbah (SPAL) harus sebesar 55,5% maka untuk
Kecamatan Kebasen dalam sarana sanitasi dasar (jamban) belum
memenuhi standar.
2) Pengawasan dan pemeliharaan kualitas lingkungan
a) Rumah sehat
Pada tahun 2016 desa sanitasi total berbasis sanitasi di Kecamatan
Kebasen sebanyak 12 desa (100%), sedang jumlah stop BABS sebesar 3
desa (25%). Sedangkan untuk pemeriksaan rumah yang memenuhi syarat
(rumah sehat) sebagai berikut : jumlah rumah yang ada 16.530 yang
memenuhi syarat sehat sebanyak 5.562 (33,65%), yang dibina 5.176, yang
memenuhi syarat sehat setelah dibina adalah 5.176, dengan kata lain
rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah 10.738 atau 64,96 %.
Cakupan rumah sehat di Kecamatan Kebasen menurun pada tahun 2016.
d. Perbaikan Gizi Masyarakat
1) Pemantauan pertumbuhan balita
Pada tahun 2016, jumlah seluruh balita dan balita yang ditimbang adalah
sebagai berikut :
a) Jumlah seluruh balita (S) = 4.912 anak
b) Jumlah balita yang ditimbang (D) = 4.120 anak
Berdasarkan data diatas, maka tingkat partisipasi masyarakat (D/S)
mengalami kenaikan yaitu 83,9% dibandingkan tahun 2015 sebesar 80,8%.
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja dari pemegang program dan
peningkatan koordinasi lintas sektor.
Tingkat partisipasi masyarakat dan efek penyuluhan bila dibandingkan
dengan SPM sudah diatas standar. Upaya yang ditempuh antara lain
meningkatkan penyuluhan, meningkatkan fungsi Kelompok Kerja (Pokja)
Posyandu Desa untuk memotivasi masyarakat sehingga meningkatkan peran
serta masyarakat.
2) Pelayanan gizi
a) Pemberian Kapsul Vitamin A
Upaya perbaikan gizi juga dlakukan pada beberapa sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan vitamin A, yaitumelalui
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang
diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun (Februari dan Agustus) dan ibu
nifas.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh seksi gizi, jumlah
sasaranbayi yang mendapat vitamin A (usia 6 bulan – 11 bulan) ada 1.100
bayi dan yang diberikan vitamin Asebanyak 1.100 bayi (100 %), adapun
jumlah balita yang ada tahun 2016 sebanyak 5.048 balita. Balita yang
mendapat kapsul vitamin A 2 kali sebanyak 5.048 balita atau 100 %.
Sedangkan jumlah ibu nifas sebesar 964 dan semuanya (100 %)
mendapatkan vitamin A dosis tinggi.
Standar pelayanan minimal untuk balita mendapat kapsul vitamin A
2 kali sebesar 95%. Dengan demikian cakupan balita yang mendapat
kapsul vitamin A 2 kali dibandingkan dengan SPM sudah tercapai.
Dibandingkan tahun 2015 sama target tercapai 100% untuk pemberian vit
A usia 6-11 bulan dan vit A balita 2x 100% dan ibu nifas juga 100%.
b) Pemberian Tablet Besi
Pemberian tablet besi (Fe) dimaksudkan untuk mengatasi kasus
Anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe
khususnya yang dialami ibuhamil.
Jumlah ibu hamil di Kecamatan Kebasen tahun 2016 sebanyak 959
orang, dan yang mendapatkan tablet Fe (90 tablet) sebanyak 938 orang
atau 97,81%. Jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya jumlah
ibu hamil di Kecamatan Kebasen tahun 2015 sebanyak 1.007 orang, yang
mendapatkan tablet Fe (90 tablet) sebanyak 1.022 orang atau 101,49%.
Kondisi di atas bila dibandingkan dengan SPM (90%) sudah mencapai
target.
e. Perilaku Hidup Masyarakat
1) Presentase Rumah Tangga Berperilaku hidup bersih dan sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat
menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan di
masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga berPHBS terdapat 16
perilakuhidup bersih dan sehat yang dipantau yaitu :
a) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b) Memberi ASI eksklusif
c) Menimbang balita setiap bulan
d) K4
e) Gizi
f) Jamban
g) Sampah
h) Menggunakan air bersih
i) Lantai rumah
j) Aktivitas fisik
k) Tidak merokok
l) Mencuci tangan dengan sabun
m) Gosok gigi
n) Tidak miras / narkoba
o) JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan)
p) PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
Tatanan rumah tangga di kecamatan Kebasen tahun 2016 adalah
sebanyak 16.530 dipantau PHBS ada 14.465 yang ber PHBS ada 11.365
(78,6%). Bila dibandingkan tahun 2015 telah mengalami peningkatan perilaku
hidup sehat di masyarakat sebesar 6,3%.
2) Prosentase posyandu aktif
Jumlah posyandu yang ada di kecamatan Kebasen tahun 2016 sebanyak
78 posyandu aktif yang terdiri dari 70 posyandu purnama dan 8 posyandu
mandiri.
3) Bayi yang mendapat ASI eksklusif
Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2016, cakupan pemberian ASI
eksklusif dari 800 bayi yang diberikan ASI eksklusif ada 445 (56,5%). Hal ini
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2015 cakupan pemberian ASI
eksklusif ada 409 (51,1%). Target SPM tahun 2016 adalah 50%, hal ini telah
memenuhi target, karenameningkat dari tahun sebelumnya.
4) Pelayanan kesehatan dalam bencana
Dalam 2 tahun ini baik tahun 2015 dan 2016 tidak terdapat KLB
(kejadian luar biasa) di wilayah Kecamatan Kebasen.

Anda mungkin juga menyukai