TIER ZERO
Oleh:
Pembimbing:
SMF/LAB ANESTESI
i
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN............................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 2
2.1. Tekanan Intrakranial................................................................................ 3
2.2. Tekanan Tinggi Intrakranial..................................................................... 3
2.3. Etiologi tekanan intrakranial.................................................................... 4
2.4. Gejala Tekanan Intrakranial..................................................................... 5
2.5. Gambaran Radiologi Tekanan Intrakranial.............................................. 7
2.6 CT Scan..................................................................................................... 7
2.7. General Management/tier Zero................................................................ 8
BAB 3. Kesimpulan............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 18
ii
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
Cedera otak traumatik merupakan masalah besar. Secara umum cedera kepala
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Efek cedera kepala yang dapat dikenal secara
klinis dibagi menjadi 2 jenis, yaitu efek primer yaitu cedera kranioserebral yang
terjadi pada saat trauma dan efek sekunder yaitu cedera kranioserebral akibat
komplikasi kerusakan primer misalnya edema serebri, kerusakan sawar darah otak,
nekrosis jaringan, hipertermi, dan lainnya
1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tekanan Intrakranial
Kranium dan kanalis vertebralis yang utuh, bersama-sama dengan
durameter membentuk suatu wadah yang berisi jaringan otak, darah dan
cairan serebrospinalis. Tekanan intrakranial yang normal adalah 5-15 mm
Dalam kondisi normal, volume intrakranial total terdiri dari otak, CSF,
dan darah serebral dijaga dalam tekanan yang rendah meskipun terdapat
perubahan patologis pada sistem kardiorespirasi. Namun perubahan pada
jaringan otak, CSF, atau volume darah otak dapat mengganggu keseimbangan
dan berpotensi mengakibatkan peningkatan TIK
2
cedera serebral sekunder akibat iskemia. Ada keseimbangan yang rumit antara
peningkatan perfusi otak dan menjaga ICP dan edema serebral diminimalkan.
Bila terjadi kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini
tidak akan cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial. Sebab volume
yang meninggi ini dapat dikompensasi dengan memindahkan cairan
serebrospinalis dari ronga tengkorak ke kanalis spinalis dan disamping itu
volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya
peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal
dengan complience. Jika otak, darah dan cairan serebrospinalis volumenya
terus menerus meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan
terjadilah tekanan tinggi intrakranial
3. Etiologi Tekanan Tinggi Intrakranial
1. Volume intrakranial yang meninggi
Volume intrakranial yang meninggi dapat disebabkan oleh:
• Tumor serebri
• Infark yang luas
• Trauma
• Perdarahan
• Abses
• Hematoma ekstraserebral
• Acute brain swelling
2. Dari faktor pembuluh darah
Meningginya tekanan vena karena kegagalan jantung atau karena
obstruksi mediastinal superior, tidak hanya terjadi peninggian volume
darah vena di piameter dan sinus duramater, juga terjadi gangguan
absorpsi cairan serebrospinalis.
3. Obstruksi pada aliran dan pada absorbsi cairan serebrospinalis
3
4. Gejala Klinik pembuluh darah
Nyeri Kepala
Nyeri kepala pada tumor otak terutama ditemukan pada orang dewasa dan
kurang sering pada anak-anak. Nyeri kepala terutama terjadi pada waktu
bangun tidur, karena selama tidur PCO2 arteril serebral meningkat
sehingga mengakibatkan peningkatan dari serebral blood flow dan dengan
demikian mempertinggi lagi tekanan intrakranium. Juga lonjakan tekanan
intrakranium sejenak karena batuk, mengejan atau berbangkis akan
memperberat nyeri kepala. Pada anak kurang dari 10-12 tahun, nyeri
kepala dapat hilang sementara dan biasanya nyeri kepala terasa didaerah
bifrontal serta jarang didaerah yang sesuai dengan lokasi tumor. Pada
tumor didaerah fossa posterior, nyeri kepala terasa dibagian belakang dan
leher.
Muntah
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak dan
biasanya disertai dengan nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat
tumor di fossa posterior. Muntah tersebut dapat bersifat proyektil atau
tidak dan sering tidak disertai dengan perasaan mual serta dapat hilang
untuk sementara waktu.
Kejang
Kejang umum/fokal dapat terjadi pada 20-50% kasus tumor otak, dan
merupakan gejala permulaan pada lesi supratentorial pada anak sebanyak
15%. Frekwensi kejang akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan
tumor. Pada tumor di fossa posterior kejang hanya terlihat pada stadium
yang lebih lanjut. Schmidt dan Wilder (1968) mengemukakan bahwa
gejala kejang lebih sering pada tumor yang letaknya dekat korteks serebri
dan jarang ditemukan bila tumor terletak dibagian yang lebih dalam dari
himisfer, batang otak dan difossa posterior.
4
Papil edem
Papil edem juga merupakan salah satu gejala dari tekanan tinggi
intrakranial. Karena tekanan tinggi intrakranial akan menyebabkan oklusi
vena sentralis retina, sehingga terjadilah edem papil. Barley dan kawan-
kawan, mengemukakan bahwa papil edem ditemukan pada 80% anak
dengan tumor otak.
Gejala lain yang ditemukan: o
False localizing sign: yaitu parese N.VI bilateral/unilateral, respons
ekstensor yang bilateral, kelainann mental dan gangguan endokrin
Gejala neurologis fokal, dapat ditemukan sesuai dengan lokalisasi
tumor.
5. Gambaran Raiologi Tekanan Tinggi Intrakranial pda polo kepala
Pada anak
1. Sutura melebar
Pada umur 7 tahun sutura mulai mendekati dimana hal ini mungkin
terlihat setelah umur 14 atau 15 tahun. Keadaan ini tidak terlihat
setelah umur 25 atau 30 tahun. Satura yang melebar ini terutama jelas
terlihat pada sutura koronaria dan sutura sagitalis serta jarang terlihat
pada sutura lambdoidea
2. Ukuran kepala yang membesar
Ukuran kepala yang membesar dijumpai pada:
Ventrikel yang membesar
Pada hidrosefalus ditemukan ventrikel yang membesar, misalnya
disebabkan oleh suatu stenosis aquaduktus Sylvii, Arnold Chiari
Malfornation atau Dendy Walker Cyst
Ventrikel yang normal
5
Dijumpai pada edem serebri, space ocuping lesion dan
megalencephaly
3. Craniolacunia
Craniolacunia adalah suatu gambaran menyerupai alur yang berbentuk
oval atau seperti jari pada tabula interns dengan diantaranya terdapat
bony ridge. Tanda ini terlihat pada neonatus sampai bayi berumur 6
bulan. Keadaan ini berhubungan dengan myelomeningocele,
ecephalecele, stenosis aquaductus sylvii dan arnold chiari
malformation
4. Erosis dorsum sellae
Pada anak-anak erosi dorsum sellae merupakan tanda lanjut dari
tekanan tinggi intrakranial. Untuk terjadinya erosi dorsum sellae
membutuhkan waktu beberapa minggu. Keadaan ini hanya terlihat
pada 30% kasus dengan tekanan tinggi intrakranial. Jika erosi dorsum
sellae tidak disertai dengan sutura yang melebar, umumnya hal ini
disebabkan oleh lesi fokal pada daerah sella
5. Bertambahnya convulional marking
Untuk suatu tekanan tinggi intrakranial bertambahnya convolutional
marking tidak dapat dipercaya. Dalam keadaan normal keadaan ini
bervariasi antara umur 4-10 tahun
Pada dewasa
6
hidrosefalus. Erosi sellae oleh karena tekanan tinggi intrakranial
harus dibedakan dari lesi destruksi lokal. Selain daripada adenoma
pituitaria yang terdiri atas meningioma, chordoma,
craniopharyngioma dan aneurisma
2. Pergeseran kelenjar pineal
Pada proyeksi Towne dengan kualitas filma yang baik, kelenjar
pineal terlihat terletak di garis tengah. Jika terjadi pergeseran dari
kalsifikasi kelenjar pineal lebih dari 3 mm pada satu sisi garis
tengah,menunjukkan adanya massa intrakranial. Pada umumnya
sebagai penyebabnya adalah tumor intrakranial, tetapi lesi seperti
subdural hematom dan massa non neoplastik dapat menyebabkan
hal yang sama
3. Kalsifikasi patologi
Pada space occupying lession dapat terlihat adanya kalsifikasi
yang patologik. Keadaan ini terlihat dengan gambaran radiologik
kira-kira pada 5%-10% kasus
6. CT Scan
CT Scan merupakan pemeriksaan yang aman dan tidak invasif serta
mempunyai ketepatan yang tinggi. Masa tumor menyebabkan kelainan pada
tulang tengkorak yang dapat berupa erosi atau hiperostosis, sedang pada
parenkhim dapat merubah struktur normal ventrikel, dan juga dapat
menyebabkan serebral edem yang akan terlihat berupa daerah hipodensiti.
Setelah pemberian kontrast, akan terlihat kontrast enhancement dimana tumor
mungkin terlihat sebagai daerah hiperdensiti. Kelemahan CT Scan menurut
Davuis (1976) kurang mengetahui adanya tumor yang berpenampang kurang
dri 1,5 cm dan yang terletak pada basis kranii
7
GENERAL MANAGEMENT/TIER ZERO
8
Gambar 1. Tier zero4
9
Gambar 2. Tatalaksana yang tidak direkomendasikan dalam manajemen TBI4
10
Gambar 4. Algoritma Tipe B4
Pada algoritma tipe C, second tier yang direkomendasikan antara lain :
manajemen ventilator untuk meningkatkan PaO2 hingga 150 mmHg, menurunkan ICP
sampai batas <22 mmHg, mempertimbangkan drainase CSF, meningkatkan sedasi
untuk meningkatkan ventilasi mekanik dan PbtO2, mencoba MAP challenge untuk
menilai autoregulasi cerebral dan mencapai target MAP dan CPP, meningkatkan CPP
untuk meningkatkan PbtO2 ketika didukung MAP challenge, meningkatkan CPP
11
diatas 70mmHg menggunakan bolus cairan, vassopressor dan atau inotropik (Gambar
5).4
12
pasien yang tersedasi adekuat jika efektif dalam menurunkan ICP dan meningkatkan
PbtO2, mencoba MAP challenge untuk menilai autoregulasi cerebral dan mencapai
target MAP dan CPP, meningkatkan CPP untuk meningkatkan PbtO2, ketika didukung
MAP challenge, dan meningkatkan CPP diatas 70 mmHg menggunakan bolus cairan,
vassopressor, dan atau inotropik (Gambar 6).4
13
Resuscitation: Airway, Breathing and Circulation
Airway
Manajemen jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi yang tepat dan tepat mencegah
hipoksia, hiperkapnia, dan hipotensi. Hipoksia meningkatkan TIK dengan
vasodilatasi dan edema serebral. Batuk atau bucking selama laringoskopi dan
intubasi dapat menyebabkan peningkatan ICP lebih lanjut. Oleh karena itu obat
penenang harus selalu digunakan sebelum intubasi bahkan jika pasien tidak
responsif. Esmolol, labetalol, dan lignokain juga dapat digunakan untuk
menumpulkan respons hemodinamik terhadap laringoskopi
Ventilation
Hipercarbia adalah vasodilator serebral poten yang menyebabkan peningkatan
volume darah serebral dan ICP. Oleh karena itu hipoventilasi harus dihindari dan
normokapnia dipertahankan
Blood Pressure
Hipotensi akan menurunkan tekanan perfusi serebral di otak yang mengalami
gangguan autoregulasi. Pedoman BTF merekomendasikan untuk mempertahankan
tekanan darah sistolik pada ≥ 100 mm Hg untuk pasien berusia 50 hingga 69 tahun
atau pada ≥ 110 mm Hg atau lebih untuk pasien berusia 15-49 atau> 70 tahun
1. Pertahankan MAP > 80 mmHg bila GCS < 8, selain itu target MAP > 70
mmHg Rentang normal CPP adalah antara 50- 150 mmHg dengan rata rata
antara 80-100 mmHg. CPP kurang dari 50 mmHg akan mendorong terjadinya
hipoperfusi otak, hipoksia dan kerusakan akibat iskemia. Sedangkan jika CPP
lebih dari 150 mmHg akan mendorong terjadinya status hiperemik dan
menyebabkan edema serebral serta hipertensive ensepalopat
RUMUS:
14
CCP=MAP-ICP
MAP=(2DP+SP)/3
(CPP=60-90) (ICP=10-20)(MAP=60-150mmHg)
Keterangan:
CPP : Cerebral perfusion pressure
MAP : Mean arterial pressure
ICP : Intracranial Pressure
15
dengan keadaan volume-membesar, sedangkan CSW ditandai dengan keadaan
volume-berkontraksi. Penting untuk membuat diagnosis yang akurat karena
pengobatan sangat berbeda antara kondisi-kondisi ini. Pembatasan cairan
adalah pengobatan pilihan dalam SIADH, sedangkan penggantian garam dan
volume adalah pengobatan untuk CSW.
Hiponatremia setelah cedera kepala sering disebabkan karena
sekresi Antidiuretik hormon (ADH) berlebih sehingga terjadi hipovolemia
akibat restriksi cairan karena perdarahan atau cedera lain. Sekresi ADH
berlebih sesuai untuk kondisi hipovolemia tetapi tidak sesuai untuk
kondisi hiponatremia. Restriksi cairan dapat memperburuk kondisi dengan
terus meningkatkan produksi ADH. Hiponatremia yang tidak terkoreksi
dapat memicu penurunan kesadaran dan kejang. Hiponatremia juga dapat
terjadi karena kelebihan penggunaan solusi dekstrosa tanpa
pemberian suplementasi sodium
7. Hindari hiperglikemia (>180 mg/dL)
Hiperglikemia merupakan keadaan yang sering ditemukan pada pasien cedera
kepala. Hal ini disebabkan oleh pelepasan katekolamin karena meningkatnya
respon akut sympathoadrenomedullar. Peningkatan ini terjadi sebagai akibat
gangguan pada sistem HPA-axis sebagai akibat adanya ischemia pada otak.
Ischemia pada otak merupakan akibat dari meningkatnya tekanan intrakrania
8. Pastikan asupan nutrisi dini yang sesuai
9. Cegah deep venous thrombosis (DVT)
10. Cegah ulkus stres gastrointestinal
11. Cegah kulit pecah-pecah/pembentukan ulkus decubitus dengan memberikan
alas tidur yang sesuai
16
BAB 3. KESIMPULAN
Cedera kepala (head Injury) atau trauma atau jejas yang terjadi pada kepala bisa oleh
mekanik ataupun non-mekanik yang meliputi kulit kepala, otak ataupun tengkorak
saja dan merupakan penyakit neurologist yang paling sering terjadi, biasanya
dikarenakan oleh kecelakaan (lalu lintas). Hal tersebut bisa mengakibatkan terjadi
peningkatan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial merupakan kondisi yang
harus di tangani NCCU adalah positioning, hipervenitilation, kontrol suhu :
hipotermi, kontrol tekanan darah, kontrol kejang, kolaborasi pemberian diuretik, dan
kontrol kebutuhan metabolik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18