Anda di halaman 1dari 9

Idris, Astarani, Efektivitas Terapi Tertawa terhadap Insomnia dan ...

339

JNK
JURNAL NERS DAN KEBIDANAN
http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk

Efektivitas Terapi Tertawa tehadap Insomnia dan


Tekanan Darah pada Lansia

Desi Natalia Trijayanti Idris1, Kili Astarani2


1,2
Prodi Keperawatan, STIKes RS Baptis Kediri Indonesia

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Menua merupakan suatu proses alamiah dan bukanlah suatu penyakit yang
Diterima, 17/10/2019 dapat mengakibatkan daya tahan tubuh menjadi berkurang dalam menghadapi
Disetujui, 11/11/2019 masalah yang terjadi baik dari dalam ataupun luar tubuh. Banyak masalah
Dipublikasi, 05/12/2019 yang dapat terjadi pada lansia diantaranya mudah mengalami kelelahan,
gangguan keseimbangan yang membuat lansia mudah jatuh, gangguan pada
Kata Kunci: sistem kardiovaskuler, nyeri atau rasa tidak nyaman, gangguan pada eliminasi
Terapi Tertawa; Insomnia; Tekanan sering kencing atau tidak bisa menahan kencing, gangguan pengelihatan,
Darah; Lansia pendengaran, gangguan istirahat dan tidur, serta mudah gatal. Insomnia
merupakan gangguan atau masalah tidur pada lansia yang sering ditemukan
yang dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Lansia yang mengalami in-
somnia cenderung terjadi peningkatan tekanan darah. Penatalaksanaan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia dan tekanan darah yang meningkat
pada lansia dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok yaitu dengan
cara nonfarmakologi contohnya adalah terapi tertawa. Tujuan penelitian ini
menganalisis pengaruh terapi tertawa terhadap insomnia dan tekanan darah
pada lansia di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri. Desain mengunakan Quasi
Eksperimental dengan metode one group pre-test post-test design. Jumlah
sampel penelitian ini sebanyak 14 lansia yang diambil secara kuota sampling
dari 28 lansia yang ada. Penelitian dilaksanakan pada bulan juni-juli 2019.
Pengumpulan data dengan mengukur insomnia dan tekanan darah (TD)
sebelum melakukan terapi tertawa. Analisis data mengunakan uji wilcoxon.
Hasil menunjukkan ada pengaruh terapi tertawa dengan insomnia berdasarkan
uji wilcoxon (p=0.002) dan tidak ada pengaruh terapi tertawa dengan tekanan
darah pada lansia berdasarkan uji wilcoxon (p=0.190). Terapi tertawa dapat
digunakan sebagai penatalaksaan secara non faramkologi tindakan mandiri
perawat dalam mengurangi insomnia yang terjadi pada lansia. Tekanan darah
pada lansia tidak terdapat perubahan dengan terapi tertawa hal ini dapat
dikarenakan perubahan fisiologi lansia salah satunya adalah fungsi
kardiovaskuler.

339
340 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 339–347

Effectiveness of Laughter Therapy on Insomnia and Blood Pressure in the Elderly


Article Information Abstract

History Article: Aging is a natural process and is not a disease that can result in reduced
Received, 17/10/2019 endurance in dealing with stressors from within and from outside the body.
Accepted, 11/11/2019 Many problems that can occur in the elderly include fatigue, impaired
Published, 05/12/2019 balance that makes the elderly easy to fall, disorders of the cardiovascular
system, pain or discomfort, disturbances in elimination of frequent urina-
Keywords: tion or unable to hold urine, impaired vision, hearing, resting disorders
Laughter Therapy, Insomnia, Blood and sleep, and itch easily. Insomnia is a sleep disorder or problem that is
Pressure, Elderly often found in the elderly which can reduce the quality of life of the elderly.
Elderly people who experience insomnia tend to increase blood pressure.
Management that can be done to overcome insomnia and increased blood
pressure in the elderly is done independently or in a group that is by
means of nonpharmacology for example is laughter therapy. The purpose
of this study was to analyze the effect of laughter therapy on insomnia and
blood pressure in the elderly at the St. Yoseph Kediri Nursing Home. The
design uses Quasi Experimental with one group pre-test post-test design
method. The samples of this study were 14 elderly taken by sampling quota
from 28 existing elderly. The study was conducted in June until July 2019.
Collection data by measuring insomnia and blood pressure (BP) before
laughing therapy. Analysis data using Wilcoxon test. The results showed
there was an effect of laughing therapy with insomnia based on the Wilcoxon
test (p = 0.002) and there was no effect of laughing therapy with blood
pressure in the elderly based on the Wilcoxon test (p = 0.190). Laughter
therapy can be used as a non-faramchologic treatment of nurses’ indepen-
dent actions in reducing insomnia that occurs in the elderly. Blood pres-
sure in the elderly there is no change with laughter therapy this can be due
to changes in the physiology of the elderly one of which is cardiovascular
function.

© 2019 Jurnal Ners dan Kebidanan


Correspondence Address:
STIKES RS Baptis Kediri – Jawa Timur, Indonesia P-ISSN : 2355-052X
Email: idrisdede87@gmail.com E-ISSN : 2548-3811
DOI: 10.26699/jnk.v6i3.ART.p339-347
This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

PENDAHULUAN (Asmadi, 2008). Suatu keadaan yang menyebabkan


Tidur merupakan suatu keadaan seseorang tidur terganggu disebut juga dengan gangguan tidur
yang berada pada alam bawah sadar tetapi sese- yang menghasilkan masalah tidur yaitu insomnia.
orang tersebut bisa bangun dengan adanya (Perry dan Potter, 2010). Insomnia adalah keadaan
rangsangan ataupun sentuhan yang sesuai. Sese- dimana seseorang tidak mampu untuk mencukupi
orang dalam mempertahankan status kesehatannya istirahat tidurnya, baik secara berkualitas maupun
pada tingkat yang optimal memerlukan atau mem- secara jumlah jam tidurnya, yang dapat dilihat
butuhkan istirahat dan tidur (Aziz, 2013). Setiap dengan sulit memulai tidur atau tidur mudah ter-
orang memerlukan istirahat dan tidur yang berbeda- bangun (Aziz, 2013). Insomnia dapat menyerang
beda, jika seseorang menjaga istirahat dan tidurnya semua golongan usia, semakin lanjut usia seseorang
maka akan terpenuhi dengan baik tetapi jika tidak semakin banyak terjadi insomnia. Gangguan tidur
dijaga maka akan mengalami gangguan tidur yang disebut Insomnia menjadi faktor risiko dari
Idris, Astarani, Efektivitas Terapi Tertawa terhadap Insomnia dan ... 341

peningkatan tekanan darah. Seseorang yang (2017) gangguan tidur, buruknya kualitas tidur, dan
memiliki Pola istirahat yang tidak tercukupi dan tidak lamanya tidur sangat berpengaruh terhadap terjadi-
terpenuhinya kualitas tidur mengakibatkan ganggu- nya tekanan darah tinggi. Berdasarkan penelitian
an pada keseimbangan fisiologis, psikologis. (Perry yang lain yang pernah dilakukan pada orang dewasa,
dan Potter, 2010). Selain itu dengan bertambahnya salah satu factor resiko terjadinya hipertensi adalah
usia menyebabkan menurunnya kelenturan arteri. kurangnya tidur yaitu dapat berupa waktu tidur yang
Arteri yang menegang menyebabkan aliran darah pendek hal ini dapat mengakibatkan terjadinya meta-
yang mengalir sedikit dan tidak lancar. Hal ini me- bolism yang terganggu dan juga peningkatan atau
nyebabkan peningkatan tekanan darah (Fitriani, gangguan pada endokrin yang kedua gangguan ini
2014), oleh karena itu dengan bertambahnya usia dapat menyebabkan gangguan pada kardiovaskuler.
akan meningkatkan angka kejadian insomnia Penatalaksanaan terhadap insomnia dan
bertambahnya pada lansia. Faktor penyebab insom- peningkatan tekanan darah pada lansia dapat dibagi
nia antara lain yaitu kondisi fisik yang tidak menye- dua yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi.
nangkan, penyebab sekunder karena kondisi psi- Ada beberapa pengobatan nonfarmakologi untuk
kiatri, kesulitan untuk tidur dan sering terbangun insomnia seperti terapi tertawa (Setyoadi dan Kus-
pada pertengahan fase tidur, dan masalah lingkungan hariyadi, 2011). Masalah kesehatan seperti kece-
ketika tidur (Priyoto, 2015). masan, depresi, dan gangguan pada syaraf serta
Gangguan tidur yang sering disebut Insomnia keadaan seseorang yang tidak dapat memenuhi
sering ditemukan pada lansia. Sekitar 60% dari tidurnya (insomnia) merupakan kondisi yang harus
lansia terjadi gangguan insomnia atau sulit tidur segera ditangani, hal yang dapat dilakukan untuk
(Setyoadi dan Kushariyadi, 2011). Berdasarkan mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah
prevalensi yang ditemukan jumlah lansia di Indo- terapi tertawa (Kataria, 2004). Tawa merupakan
nesia tahun 2012 tercatat yaitu sebesar 19 juta (7,7 terapi pelengkap dan pencegahan di samping peng-
dari 245 juta jiwa jumlah penduduk). Jumlah lansia obatan. Manfaat yang diperoleh hampir setiap orang
di Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 11,14 juta saat melakukan terapi tertawa adalah perasaan yang
jiwa. Hal yang sama dijumpai pada 22% kasus pada lebih nyaman, terjadi relaksasi pada otot, tertawa
kelompok usia 70 tahun dan terdapat 30% kelompok juga dapat memperlebar pembuluh darah sehingga
usia 70 tahun terbangun diwaktu malam hari. Angka darah yang dikirim akan lebih banyak ke semua otot
kejadian insomnia ini 7 kali lebih besar dibandingkan dari pangkal sampai ujung seluruh tubuh sehingga
dengan kelompok usia 20 tahun (Priyoto, 2015) memberikan efek rileks dan dapat menurunkan in-
Keluhan terhadap kualitas tidur sering berkaitan somnia. Latihan fisik sudah tidak mungkin dilakukan
dengan bertambahnya usia. Semakin lanjut usia oleh lansia, terlebih lansia yang memiliki masalah
seseorang, semakin banyak terjadi insomnia (Mu- pada kondisi ototnya dan juga adanya peradangan
khlidah, 2011). Insomnia adalah suatu keadaan di pada sendiri, oleh sebab itu latihan yang dapat
mana seseorang mengalami kesulitan untuk tidur, dilakukan oleh lansia untuk mengatasi insomnia
terutama tidur malam hari (Yekti, 2011). Penyebab adalah dengan tertawa. Terapi tertawa merupakan
insomnia dapat meliputi beberapa aspek yaitu dari latihan yang sangat aman dan ideal bagi ansia yang
segi fisik, psikologi, maupun lingkungan. Beberapa mengalami keterbatasan fisik (Kataria, 2004).
penyebab yang sudah diketahui yaitu kondisi fisik,
penyebab sekunder karena kondisi psikiatri, dan BAHAN DAN METODE
masalah lingkungan (Muklidah, 2011). Penderita Rancangan Penelitian yang digunakan pada
insomnia menunjukan gejala seperti tidak dapat penelitian ini adalah penelitian pra eksperimental
segera tidur saat mengantuk, terbangun pada malam (one-group pra-post test design). Penelitian ini
hari atau sewaktu-waktu, lemas, kurang energy, memiliki Ciri memaparkan adanya ikatan sebab
wajah tampak kusam dan letih, mengalami akibat dengan cara melibatkan dua kelompok subjek.
kecemasan yang tidak ada sebabnya, sering marah- Kelompok satu diobservasi sebelum dilakukan inter-
marah yang tidak terkontrol, terjadi peningkatan vensi kemudian diobservasi lagi setelah intervensi
tekanan darah, kabur dalam melihat, gerakan tubuh (Nursalam, 2016). Jumlah sampel sebanyak 14
tidak terkontrol, terjadi penurunan berat badan, sakit lansia yang diambil secara kuota sampling dari 28
pada pencernaan, ketakutan pada malam hari. lansia yang ada. Variabel dalam penelitian ini ada 2
(Yekti, 2011). Berdasarkan penelitian javaheri, dkk independen dan dependen. Variabel independen
342 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 339–347

terapi tertawa sedangkan variabel dependen insom- Karakteristik Berdasarkan Riwayat Pendidikan
nia dan tekanan darah. Instrumen penelitian ini Lansia
adalah modul latihan terapi terawa dengan 15 lang-
kah, kuesioner insomnia menggunakan Instrumen Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat
Insomnia Saverity Index (ISI) dan sphigmomano- Pendidikan Lansia di Panti Wredha Santo
meter untuk mengukur tekanan darah dicatat di Yoseph Kediri Juni-Juli 2019 (n=14)
lembar observasi. pelaksanaan penelitian selama
Variabel Frekuensi Percent (%)
bulan juni – juli 2019 di Panti Wredha Santo Yoseph
Kediri. Tidak sekolah 7 50
Penelitian ini dilaksanakan empat kali perte- Tidak Tamat SD 4 28.6
muan. Insomnia dan tekanan darah diukur terlebih Tamat SD 0 0
dahulu pada pertemuan pertama selanjutnya diajar- Tamat SMP 2 14.3
Tamat PT 1 7.1
kan terapi tertawa kepada lansia dan suster. Selan-
jutnya lansia melaksanakan setiap hari terapi terawa Sumber: Data Primer Juni-Juli 2019
dengan diawasi oleh suster yang menjaga lansia 1
hari dua kali (setiap hari sebelum dan sesudah terapi Berdasarkan Tabel 2 tentang riwayat pendi-
terawa tekanan darah lansia diukur). Pertemuan dikan lansia 50% lansia yaitu 7 reponden tidak
kedua lansia sudah lebih lincah dan lancar dalam sekolah.
melaksanakan terapi terawa, pertemuan ketiga
lansia lebih rileks dan pertemuan ke empat lansia Karakteristik Berdasarkan Riwayat Penyakit Lansia
sudah dapat menghafal langkah-langkah terapi
tertawa, pada pertemuan terakhir lansia diukur Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat
insomnia dan tekanan darahnya. Analisa data pada Penyakit Lansia di Panti Wredha Santo Yoseph
penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Signed Kediri Juni-Juli 2019 (n=14)
Rank Test. H1 diterima, jika p value <  (0,05)
untuk menentukan pengaruh terapi terawa terhadap Variabel Frekuensi Percent (%)
insomnia dan tekanan darah pada lansia. Diabetes Melitus 6 42.9
Hipertensi 4 28.6
HASIL PENELITIAN Asam Urat 6 42.9
Data Umum Sumber: Data Primer Juni-Juli 2019
Karakteristik Berdasarkan Usia Lansia
Berdasarkan Tabel 3 tentang riwayat Sakit
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Lansia lansia semua lansia memiliki riwayat sakit
di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri Juni-Juli diantaranya Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan juga
2019 (n=14)
asam urat. Lansia dapat memiliki riwayat sakit lebih
dari 1 misalnya diabetes mellitus dan juga hipertensi.
Variabel Frekuensi Percent (%)
60 – 74 7 50 Karakteristik Berdasarkan Kegiatan Lansia pada
75 – 90 7 50 Siang Hari
> 90 0 0
Sumber: Data Primer Juni-Juli 2019 Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Kegiatan
Lansia pada Siang Hari di Panti Wredha Santo
Yoseph Kediri Juni-Juli 2019 (n=14)
Berdasarkan Tabel 1 diketahui dari 14 respon-
den terdapat setengah (50%) berusia 60 – 74 tahun Variabel Frekuensi Percent (%)
dan setengah lagi (50%) berusia 75 – 90 Tahun. Tidak sekolah 7 50
Batasan usia lansia menurut Depkes adalah 60 Sulaman 1 7.1
tahun atau lebih. Tidak Ada 7 50
lainnya 6 42.9
Sumber: Data Primer Juni-Juli 2019
Idris, Astarani, Efektivitas Terapi Tertawa terhadap Insomnia dan ... 343

Berdasarkan Tabel 4 tentang kegiatan lansia Tabel 7 Kategori Insomnia pada Lansia pada Kelompok
di siang hari 50% lansia tidak memiliki kegiatan Perlakuan I di Komunitas Lansia Panti Wredha
apapun disiang hari. Santo Yoseph Kediri pada Juni-Juli 2019 (n=14)

Tekanan darah
Karakteristik Berdasarkan Lama lansia Tinggal di Sebelum Sesudah
panti
Sistole Diastole Sistole Diastole

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Lama 140 70 130 90


lansia Tinggal di panti Wredha Santo Yoseph 130 80 130 90
Kediri Juni-Juli 2019 (n=14) 130 90 130 90
130 80 120 80
Variabel Frekuensi Percent (%) 160 80 150 80
140 90 140 80
 1 tahun 8 57.1 160 80 140 90
> 1-5 tahun 6 42.9 140 80 140 90
Sumber: Data Primer Juni-Juli 2019 130 80 120 80
120 80 120 80
140 90 130 80
Berdasarkan Tabel 5 lama lansia tinggal di panti 120 70 110 80
110 70 110 80
wredha lebih dari 50% lansia yaitu > 1-5 tahun
150 90 140 90
sebanyak 8 lansia.
p = 0,190
Data Khusus

Tabel 6 Kategori Insomnia pada Lansia pada Kelompok PEMBAHASAN


Perlakuan I di Komunitas Lansia Panti Wredha
Santo Yoseph Kediri pada Juni-Juli 2019 (n=14) Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Insomnia
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan
Kategori
Sebelum Sesudah kuesioner Insomnia Saverity Index diketahui bah-
F (%) F (%) wa insomnia pre-test yang dilakukan kepada lansia
di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri semua lansia
Tidak Insomnia 0 0 7 50
Insomnia Ringan 6 42,9 6 42,9 mengalami insomnia terdiri dari insomnia ringan dan
Insomnia Sedang 6 42,9 1 7,1 sedang sama-sama sebanyak 6 responden (85.8),
Insomnia Berat 2 14,2 0 0 dan insomnia berat sebanyak 2 responden (14.2%).
Total 14 100 14 100 Kebutuhan istirahat dan tidur tiap satu orang
p 0.002 dengan yang lain tidak sama, dari bayi sampai
dengan lansia mereka memiliki pemenuhan kebu-
Sumber: Data Primer Juni-Juli 2019
tuhan tidur yang berbeda. Kebutuhan istirahat tidur
ada yang baik tetapi juga ada yang memiliki atau
Pada Tabel 6 terlihat bahwa sebelum dilakukan mengalami gangguan. Salah satu faktor yang me-
terapi tertawa 100% lansia mengalami insomnia baik nyebabkan gangguan tidur seseorang adalah dapat
kategori ringan, sedang sampai berat dan setelah dilihat dari usia seseorang, semakin bertambah usia
dilakukan terapi terjadi penurunan insomnia dari yaitu seseorang biasanya berkurang juga total kebutuhan
pada kategori sedang, ringan dan sampai tidak terjadi tidurnya, dari bayi sampai dengan lansia mereka
insomnia. Uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang jelas
di atas nilai Z sebesar -3,025, dengan signifikan berbeda. Kebutuhan istirahat tidur ada yang baik
=0,05 dan nilai p=0,002, maka p < 0,05 yang berarti tetapi ada juga yang memiliki gangguan. Faktor yang
H1 diterima, kesimpulan hasil uji statistik bahwa ada dapat menyebabkan terjadinya gangguan tidur pada
pengaruh terapi tertawa terhadap insomnia lansia. seseorang adalah dapat dilihat dari usia seseorang,
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan data bahwa p dengan bertambahnya usia maka semakin berku-
= 0,190 dan  = 0,05 sehingga p <  maka H0 rang jumlah waktu untuk kebutuhan tidurnya, dengan
diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada penga- bertambahnya usia dapat menyebabkan masalah
ruh terapi tertawa dengan tekanan darah pada lansia. pada pertumbuhan serta fisiologis sel organ pada
344 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 339–347

lansia. Semakin usia bertambah lansia mulai menga- lansia pada tahap IV berkurang atau sering tidak
lami penurunan fungsi sel serta organ lain yang ada atau tidak mengalami tidur tahap IV. Tahapan
dapat mempengaruhi dari fungsi dan mekanisme tidur ke IV adalah tahapan tidur yang dimana lansia
tidur lansia. Kebutuhan tidur lansia sekitar 6 jam akan berada pada keadaan yang rileks, tidak ada
sehari, yaitu 20-25% tidur pada tahap REM, pada gerakan fisik karena sudah lemas, dan biasanya
lansia tahap IV terjadi pengurangan atau sering tidak pada tahapan ini lansia atau seseorang sulit diba-
ada, hal ini yang dapat menyebabkan terjadinya ngunkan. Tidur tahap IV ini menurunkan denyut
insomnia atau terbangun sewaktu tidur malam hari jantung dan jantung sekitar 20–30%, pada tahap ini
(Reny, 2014). Kecemasan, depresi, demensia dan juga dapat terjadi mimpi serta dapat memulihkan
insomnia adalah Masalah kesehatan jiwa yang sering keadaan tubuh. Penurunan kondisi secara fisik dan
terjadi pada lansia. Macam-macam insomnia yang psikologis yang mengakibatkan lansia sering menga-
sering ditemukan pada lansia yaitu insomnia primer, lami gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. Adanya
insomnia kronis, dan insomnia idiopatik. Insomnia perubahan tersebut menyebabkan terjadinya gang-
adalah kondisi seseorang tidak mampu untuk guan tidur pada lansia sehingga lansia tidak mampu
memenuhi kebutuhan tidurnya dengan baik, secara untuk memenuhi kebutuhan tidurnya yang cukup.
kualitas dan juga secara jumlah tidur yang ditandai Kebutuhan tidur yang kurang dapat mengganggu
dengan tidak dapat segera tidur atau sering terba- dan mempengaruhi aktivitas lansia, sehingga keba-
ngun saat tidur (Aziz, 2013). nyakan lansia merasa tidak puas dengan kebutuhan
Dari data yang diperoleh peneliti pada lansia tidur yang dialaminya. Hasil penelitian ini Sejalan
sebelum diberikan intervensi didapatkan hasil seba- dengan teori Setyoadi (2011) bahwa terapi non
nyak 2 responden (14,2%) lansia mengalami kesu- farmakologi yang dapat mengatasi insomnia yaitu
litan untuk tidur dalam kategori yang parah. Lansia terapi tertawa. Untuk menghasilkan kondisi yang
cenderung mengalami penurunan waktu kebutuhan lebih nyaman, rileks dan mudah untuk tidur sese-
tidur dan jam istirahat karena semakin tua usia maka orang dianjurkan untuk tertawa, karena saat tertawa
semakin sedikit lama tidur yang dibutuhkan. Pada merangsang terjadinya pelepasan hormon endorfin
lansia terjadi adanya perubahan secara fisiologis dan yang biasa dikenal dengan morfin tubuh yang dapat
degenerasi sel-sel tubuh yang mengakibatkan lansia memperlancar sirkulasi tubuh. Berdasarkan pene-
susah untuk tidur dengan baik. Kondisi ini sejalan litian yang telah dilakukan oleh peneliti saat melaku-
dengan teori Perry dan Potter (2010) dengan me- kan terapi tertawa bersama responden, tertawa
ningkatnya usia seseorang sering diikuti dengan membuat lansia merasa tenang, sukacita, dan lebih
keluhan kesulitan tidur (insomnia). bersemangat dalam menjalani hidupnya. Hal terse-
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 6 but dibuktikan dengan lansia mengalami penurunan
responden (40%) lansia terbangun lebih cepat dari kesulitan untuk tidur setelah melakukan terapi
biasanya. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam teori tertawa.
Reny (2014) yang menyebutkan bahwa salah satu Selain itu, didapatkan hasil 50% lansia berusia
jenis insomnia yaitu insomnia terminal dimana kondisi 60-74 tahun yaitu sebanyak 7 responden dan 50%
seorang terbangun dini bangun dan sulit untuk lansia berusia 75-9 sebanyak 7 responden. Hal ini
memulai tidur kembali. Pada lansia sering ditemukan sejalan dengan teori Reny (2014) kebutuhan tidur
keluhan terbangun lebih awal atau lebih cepat dari seseorang berhubungan dengan usia. Semakin usia
biasanya dan susah untuk memulai tidur kembali. bertambah maka total kebutuhan tidurnya akan
Tidur yang dialami oleh lansia seringkali tidak berkurang berbeda dengan neonatus karena masih
nyenyak atau terlelap sehingga lansia lebih sering dalam masa adaptasi dengan lingkungan setelah
terbangun dari tidurnya yang mengakibatkan adanya dilahirkan maka neonatus memiliki kebutuhan tidur
gangguan terhadap pola tidur lansia sehingga lansia yang tinggi, ini dapat dipengaruhi karena pertum-
lebih sering terbangun lebih awal dari tidurnya. buhan dan perkembangan fisiologis sel organ antara
Hasil Rekapitulasi data dari 7 item pernyataan bayi dan lansia berbeda, lansia mengalami degene-
pada item nomer 4 yaitu Seberapa puas atau tidak rasi pada sel dan organ yang menyebabkan penurun-
puas lansia dengan kebiasaan tidur saat ini dida- an hormon melatonin oleh kelenjar pineal di otak
patkan sebanyak 8 responden (42.8%) lansia tidak sehingga mempengaruhi fungsi dan mekanisme
puas dengan kebiasaan tidur yang dialaminya. Kon- tidur. Penelitian Fitriani (2014) mendukung pernya-
disi ini sejalan dengan teori Reny (2014) bahwa tidur taan tersebut, yang menyebutkan bahwa usia paling
Idris, Astarani, Efektivitas Terapi Tertawa terhadap Insomnia dan ... 345

banyak terjadi insomnia yaitu 70 tahun karena proses menghasilkan pelepasan hormone endorfrin yang
penuaan atau pertambahan usia akan memengaruhi biasa disebut dengan morfin tubuh atau penenang
sistem kerja tubuh manusia, sehingga pada lansia maka seseorang memerlukan tertawa yang bertu-
mengalami gangguan kebutuhan tidur yang sering juan untuk memperlancar peredaran darah sehingga
disebut dengan insomnia. tubuh menjadi semakin nyaman, rileks dan mudah
Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Terapi untuk tidur. Berdasarkan penenlitian yang telah
Tertawa terhadap Insomnia dan tekanan darah di dilakukan oleh peneliti saat melakukan terapi tertawa
Pengaruh terapi terawa terhadap insomnia dan te- bersama responden, tertawa membuat lansia mera-
kanan darah pada lansia. Didapatkan lansia menga- sa tenang, sukacita, dan lebih bersemangat dalam
lami penurunan insomnia yaitu sebanyak 11 respon- menjalani hidupnya. Hal tersebut dibuktikan dengan
den (78.6%) dan yang tetap ada 3 reponden (21.4). lansia mengalami penurunan kesulitan untuk tidur
Setelah dilakukan uji statistik Wilcoxon Signed setelah melakukan terapi tertawa.
Rank Test dengan taraf signifikan yang ditetapkan Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
adalah  = 0,05 serta nilai p = 0,002 maka, dapat Efrandau, dkk (2017) dengan judul Pengaruh Terapi
diambil kesimpulan bahwa terapi tertawa berpe- Tawa terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Unit
ngaruh dan dapat menurunkan insomnia pada lansia. Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia (UPT
Terapi tertawa adalah terapi yang dimaksudkan PSLU) Kabupaten Jember, dijelaskan bahwa
untuk dapat memperoleh suasana yang menyenang- penelitian ini menggunakan Pittsburgh Sleep Quality
kan atau untuk memperoleh kegembiraan yang Index (PSQI) dengan hasil penelitian ini ada
dirasakan di dalam hati, dan diinterprestasikan pengaruh terapi tertawa terhadap kualitas tidur yang
melalui gerakan mulut dan kegembiraan itu dapat di ukur. Hasil Penelitian ini juga didukung penelitian
menghasilkan suara tawa, yang tercermin dari Fitriani, dkk (2014) tentang Pengaruh Terapi Terta-
senyuman yang dapat dilihat dalam wajah, tidak ada wa terhadap Derajat Insomnia pada Lansia di Dusun
tekanan yang dirasakan, sehingga dapat melapang- Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, dijelaskan
kan dada, dengan demikian peredaran darah akan bahwa dari analisis yang dilakukan menunjukkan
menjadi lancar, hal inilah yang dapat digunakan terapi tertawa dapat menurunkan derajat insomnia
untuk mencegah penyakit, tidak terjadi stress dan terutama pada lansia. Didukung pula dengan pene-
menjaga kesehatan (Setyoadi, 2011). Seseorang litian Hae-jin & Chang-ho (2011), menjelaskan terapi
dengan penyakit yang melibatkan pikiran contohnya tertawa dipercaya dapat merangsang pengeluaran
kecemasan, depresi, kesulitan tidur atau insomnia hormone endorphin yang juga disebut sebagai
dan juga penyakit yang melibatkan syaraf dapat morfin tubuh, dapat melancarkan peredaran darah
diberikan terapi dengan tertawa (Kataria, 2004). dengan tujuan tubuh menjadi lebih rileks, nyaman,
Terapi yang melibatkan latihan pernafasan dan sehingga hasil penelitian ini menyatakan bahwa
peregangan merupakan kombinasi sempurna dalam terapi tertawa dipercaya dapat dipakai sebagai terapi
teknik terapi tertawa. Pengenduran otot dalam terapi intervensi mandiri perawat kepada lansia untuk
tertawa adalah cara terbaik yang dapat digunakan menurunkan derajat insomnia dan gangguan tidur
saat ini, dengan tertawa akan melebarkan pembuluh lainnya. Hae-jin & Chang-ho (2011) juga menyata-
darah sehingga dapat mengirim banyak darah kan terapi tertawa juga dapat digunakan untuk
kesemua otot diseluruh tubuh, dengan tertawa dapat mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan
digunakan sebagai obat anti depresi juga sebagai dengan insomnia, seperti stress, cemas, penurunan
penenang, tertawa yang dilakukan seseorang akan kognitif, dan lainnya.
dapat memudahkan tidur dan jika seseorang
mengalami deperesi dengan tertawa maka terjadi Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tekanan
penurunan tingkat depresi (Kataria, 2004). darah
Dari hasil penelitian setelah diberikan terapi Berdasarka hasil Tekanan darah pada lansia
tertawa menggunakan kuesioner Insomnia sebelum dilakukan terapi tertawa paling tinggi
Saverity Index pada lansia didapatkan 8 responden adalah 160/80 mmHg dan paling rendah 110/70
(40%) lansia mengalami penurunan kesulitan untuk mmHg. Jika dilihat dari hasil tekanan darah pada
tidur. Hal ini sejalan dengan teori Setyoadi (2011) lansia ada perubahan yang berarti setelah dilakukan
bahwa salah satu terapi non farmakologi yang dapat terapi tertawa.
mengatasi insomnia yaitu terapi tertawa. Untuk
346 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 339–347

Faktor yang dipakai sebagai indikator menilai dikeluarkan oleh hipotalamus maka dapat meng-
sistem kardiovaskuler adalah tekanan darah. Peru- halangi proses penyembuhan penyakit baik fisik
bahan fisik dan aktivitas yang dilakukan seseorang maupun mental seperti depresi, stress maupun ce-
adalah faktor yang dapat mempengaruhi tekanan mas, sehingga dengan tertawa hipotalamus akan
darah. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasil- mengeluarkan morfin tubuh sehingga tidak terjadi
kan dari pembuluh darah oleh darah. Volume darah, peningkatan tekanan darah atau tekanan darah
elastisitas pembuluh darah sangat berpengaruh menjadi normal.
terhadap tekanan darah seseorang. Terjadinya pe- Hasil uji analisis statistik mengunakan uji
ningkatan pada volume darah dan elastisitas pem- Wilcoxon menunjukkan data bahwa p=0,190 yang
buluh darah akan menyebabkan terjadinya pening- berarti tidak ada pengaruh terapi tertawa dengan
katan tekanan darah, tetapi sebaliknya jika tekanan tekanan darah pada lansia.
darah menurun hal yang dapat dilihat adalah terjadi- Otak sebagai pusat yang mengontrol organ
nya penurunan daripada volume darah (Setiawan, tubuh misalnya sistem saraf otonom, ginjal, beberapa
2010). kelenjar endokrin, arteri dan jantung yang kesemua-
Lansia sebelum dilakukan terapi tertawa memi- nya dapat mempengaruhi dari tekanan darah. Pada
liki tekanan darah diastolik yaitu 80-90 mmHg yaitu otak memiliki serabut saraf yang bertindak sebagai
11 lansia (78,6%) dan 70 mmHg yaitu 3 lansia sistem saraf otonom yang dapat membawa pesan
(21,4%), untuk tekanan darah sistolik 140-160 dari semua bagian tubuh tubuh untuk menginforma-
mmHg yaitu 7 lansia atau 50% dan tekanan sisolik sikan pesan dari otak ke semua organ. Informasi
110-130 mmHg 7 lansia atau 50%. Hasil ini menun- diproses oleh otak, selanjutnya untuk keputusan diki-
jukkan bahwa tekanan darah yang dimiliki lansia rim menuju organ tubuh, jika menerima keputusan
masih tergolong tinggi, karena prosentase yang ter- pada pembuluh darah dapat ditandai dengan
tinggi pada sistol >140 mmhg. Hal ini sesuai dengan mengempis dan mengembangnya pembuluh darah,
teori bahwa semakin tinggi usia seseorang, maka tugas ini dilakukan oleh saraf yang ada di otak. Te-
berkurang elastisitas pembuluh darah, sehingga me- kanan darah meningkat pada saat terjadinya vaso-
nyebabkan terjadinya penyempitan pada lubang kontriksi yaitu arteri kecil menjadi mengkerut karena
pembuluh darah dan menjadikan aliran darah perangsangan saraf simpatis atau hormon didalam
mengalir dengan cepat, hal ini sependapat dengan pembuluh darah yang meningkatkan tekanan darah
penelitian bahwa terjadinya hipertensi salah satu yang meningkatkan tekanan darah dan kekuatan
penyebabnya adalah usia penderita, dimana semakin jantung sehingga menyebabkan kerusakan vaskuler
tinggi usia penderita, maka semakin sering tingkat dan dapat menimbulkan rasa sakit, dan mudah lelah
kekambuahan penyakit hipertensi (Susanti, 2015). (Triyanto, 2014).
Tekanan darah diastolik pada lansia setelah Terapi non farmakologi yaitu terapi tertawa
diberikan terapi tertawa yaitu 80-90 mmHg yaitu dalam perubahan tekanan darah lansia tidak ada
14 lansia (100%), untuk tekanan darah sistolik pada pengaruhnya. Meskipun banyak penelitian yang me-
lansia setelah terapi tertawa 5 lansia atau 35,7% nyatakan bahwa terapi tertawa berpengaruh terha-
memiliki tekanan sistolik 140-150 mmHg dan 9 lansia dap penurunan tekanan darah seperti yang dinya-
atau 64,3% tekanan sisolik 110-130 mmHg. Hasil takan oleh Setyaningrum, Niken, dkk (2018). Tidak
ini menunjukan bahwa tekanan darah lansia sebelum adanya pengaruh terapi tertawa terhadap tekanan
dan setelah dilakukan teratpi tertawa terjadi peru- darah dapat disebabkan banyak hal salah satunya
bahan kearah penurunan tekanan darah. Hasil ini lansia memang memiliki tekanan darah yang stabil
menunjukan bahwa tekanan darah yang dimiliki oleh setiap harinya, atau dapat dimungkinkan juga kon-
lansia tergolong normal, karena prosentase tekanan sumsi dari obat-obatan yang dilakukan oleh lansia
darah sistol paling banyak pada 120-130 mmHg, hal setiap pagi dan sore hari.
ini menunjukan terjadi perubahan pada tekanan
darah pada lansia, hal ini dikarenakan lansia yang KESIMPULAN
mengikuti terapi tertawa akan menghasilkan hormon Terapi tertawa dapat digunakan sebagai penata-
endorfin dan tidak akan mengeluarkan hormone laksaan secara non faramkologi tindakan mandiri
efinefrin dan kortisol, karena dengan tertawa dapat perawat dalam mengurangi insomnia yang terjadi
menhambat peredaran dua hormon dalam tubuh, pada lansia, tetapi terapi tertawa tidak terbukti dapat
yaitu efinefrin dan kortisol. Kedua hormone ini jika menurunkan tekanan darah pada lansia seperti pene-
Idris, Astarani, Efektivitas Terapi Tertawa terhadap Insomnia dan ... 347

litian-penelitian yang sudah dilakukan. Hal ini dapat Health Study. Sleep. 2018 Jan 1;41(1). DOI:10.1093/
dimungkinkan karena sebelum melakukan terapi sleep/zsx179.
tertawa lansia konsumsi obat tekanan darah. Kataria, Madan. (2004). Laugh For No Reason. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Mukhlidah, Siregar, Hanun. (2011). Mengenal Sebab-
SARAN
Sebab, Akibat-Akibat, dan Cara Terapi Insomnia.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai refernsi Jogjakarta: FlashBooks.
dan tambahan wawasan tentang metode alternatif Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Kepera-
untuk menurunkan insomnia pada lansia dan peneliti watan Pendekatan Praktis Edisi 4. Jakarta: Salemba
selanjutnya hendaknya meneliti terapi tertawa Medika
dengan langkah yang lebih pendek sehingga lansia Potter dan Perry. (2010). Fundamentals Of Nursing
Pundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba
tidak capek jika harus berlatih dan menghafal lang-
Medika.
kah-langkah terapi tertawa.
Priyoto. (2015). Nursing Intervention Classification NIC
dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: Salemba
DAFTAR PUSTAKA Medika.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Reny, Aspiani, Yuli. (2014). Asuhan Keperawatan
Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Gerontik Aplikasi Nanda, NIC dan NOC. Jakarta:
Jakarta: Salemba Medika. CV. Trans Info Media
Aziz, Alimul. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Setiawan R, Sari F. (2010). Fisiologi Kardiovaskular.
Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Kepera- Jakarta: EGC.
watan. Jakarta: Salemba Medika. Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada
Fitriani, Dewi Caesaria. (2014). Pengaruh Terapi Tertawa Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Terhadap Derajat Insomnia pada Lansia di Dusun Setyaningrum, Niken, dkk (2018). Pengaruh Terapi
Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Tertawa terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia
Yogyakarta. Diakses pada tanggal 4 Januari 2019 di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.
Erfrandau, Ananta, Murtaqib, Nur Widayati. (2017). Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Pengaruh Terapi Tawa terhadap Kualitas Tidur pada Masyarakat (Surya Media) Volume 13. No. 1 Januari
Lansia diUnit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut 2018.
Usia (UPT PSLU) Kabupaten Jember. e-Jurnal Susanti, S. (2015). Diet Penderita Hipertensi Untuk Men-
Pustaka Kesehatan, vol.5 (no.2), Mei, 2017 cegah Kekambuhan Hipertensi di Rumah Sakit
Hae-Jin, K. & Chang-Ho, Y. (2011). Effect of Laughter Islam. Diambil Kembali Dari Repository.
Therapy on Depression, Cognition and Sleep Poltekkesmajapahit.Ac.Id /Index.Php/PubKep/
Among the Community-Dwelling Elderly. Japan Article/Download/510/421
Geriatrics Society. Diakses tanggal 19 Agustus Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi
2019, dari http://laughterourbestmedicine.com/ Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta:
images/peerrev.pdf Graha Ilmu.
Javaheri S, Zhao YY, Punjabi NM, Quan SF, Gottlieb DJ, Yekti, S. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogya-
Redline S. (2018). Slow-Wave Sleep Is Associated karta: PT.Andi ofset.
with Incident Hypertension: The Sleep Heart

Anda mungkin juga menyukai