NAMA : Yuliatin
Khoirotunnisa’ NIM2001031028
MENINGITIS
a. Sakit kepala
b. Mual dan muntah
c. Sakit dan nyeri secara umum
d. Perubahan tingkat kesadaran
e. Bingung
f. Perubahan pola napas
g. Ataksia
h. Kaku kuduk
i. Kejang
j. Gangguan pendengaran
E. Penatalaksaan
Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:
a. Penatalaksanaan umum
- Pasien diisolasi
- Pasien diistirahatkan
- Kontrol hipetermi
- Kontrol kejang
- Pemenuhan kebutuhan cairan
b. Pemberian antibiotik
- Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
- Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin,
Kloromfenikol, Sefalo
- Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan
TBC.
c. Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallo, 2012)
- Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat,
kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum
meningkat
- Kultur darah untuk menyatakan penyebab
- Kultur urin untuk menyatakan penyebab
- Elektrolit serum
- CT-SCAN
d. Pemeriksaan fisik 12
syaraf
1. Nervus olfaktori ( N I )
Fungsi : syaraf sensori , untuk penciuman
Cara pemeriksaan : memanjamkan mata, disuruh membedakan bau (
kopi,teh dll)
2. Nervus optikus ( N II )
Fungsi : saraf sensorik, untuk penglihatan
Cara pemeriksaan: snelend card dan periksa lapang pandang
3. Nervus okulomotoris ( N III )
Fungsi : saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata
keatas, kontriksi pupil, dan sebagian gerakan
ekstraokuler.
Cara pemeriksaan: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks
pupil dan inspeksi kelopak mata
4. Nervus Trochlearis (N. IV)
Fungsi : saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam
Pemeriksaan : Sama seperti nervus III
5. Nervus Trigeminus (N. V)
Fungsi : saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan
gigi, refleks korenea dan refleks kedip
Pemeriksaan : menggerakan rahang kesemua sisi, pasien memejamkan
mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi. menyentuh
permukaan kornea dengan kapas.
6. Nervus Abdusen (N. VI)
Fungsi : saraf motorik, deviasi mata ke lateral
Pemeriksaan : sama seperti nervus III
7. Nervus Fasialis (N. VII)
Fungsi : saraf motorik, untuk ekspresi wajah
Pemeriksaan : senyum, bersiul, mengngkat alis mata, menutup kelopak
mata dengan tahanan, menjulurkan lida untuk membedakan
gula dan garam
8. Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)
Fungsi : saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan
Pemeriksaan : test webber dan rinne
9. Nervus Glosofaringeus (N. IX)
Fungsi : saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa
Pemeriksaan : membedakan rasa manis dan asam
10. Nervus Vagus (N. X)
Fungsi : saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan
Pemeriksaan : menyentuh faring posterior, pasien menelan saliva, disuruh
mengucap ah…
11. Nervus Asesoris (N. XI)
Fungsi : saraf motorik, untuk menggerakan bahu
Pemeriksaan : suruh pasien untuk menggerakan bahu dan lakukan
tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut.
12. Nervus Hipoglosus
Fungsi : saraf motorik, untuk gerakan lidah
Pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dan menggerakan dari
sisi ke sisi.
2. WOC
3. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan
pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat memberikan tindakan
keperawatan.
a. Identitas
Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat
b. Riwayat kesehatan
a). keluhan utama
b). Riwayat kesehatan sekarang
c). Riwayat kesehatan dahulu
d). Riwayat kesehatan keluarga
c. Pemeriksaan fisik
a). keadaan umum
b). Tanda-tanda vital
c). Pemeriksaan head to toe
d). Pola kehidupan sehari-hari
d. Diagnosa
a). Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hambatan
aliran darah ke otak
b). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
pada saluran nafas
c). Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja otot
pernafasan
d). Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fisiologis
e). Nyeri berhubungan dengan agen cedara
f). Risiko infeksi berhungan dengan imonusupresi
g). Hipetermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme h). Risiko cedera berhubungan dengan hipoksia
jaringan
e. Rencana keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya
perfusi jaringan kepewatan diharapkan tingkat kebingungan perubahan pikiran, keluha
otak berhubungan resiko ketidakefektifan perfusi pusing, pingsan
dengan hambatan jaringan otak berkurang 2. Monitor setatus neurologi dengan ketat dan
aliran darah ke otak dengan Perfusi jaringan bandingan dengan nilai normal
indikator : 3. Monitor ttv
1. Tidak ada deviasi dari 4. Monitor TIK
kisaran normal 5. Monitor pernapasan
tekanan intrakranial 6. Catat perubahan pasien dalam respon
2. Tidak ada saki kepala 7. Latihan room pasif
3. Tidak ada keadaan 8. Monitor intake dan output
Pingsan 9. Monitor tekanan intra kranial
4. Tidak ada refleks (TIK)
saraf terganggu - Monitor tekanan darah ke otak
- Monitor pasien TIK dan
reaksi perawatan serta
neurologis serta rangsangan
lingkungan
- Pertahankan setrilitas sistem
Pemantauan
- Periksa pasien ada tidak
adanya gejala kaku kuduk
- Berikan antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Batticaca, fransisca B. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctherman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctheman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia
Jannis & Hendrik. 2006. Meningitis Mortallty In Neurologi Ward Of Dr. Cipto Mangukusumo
Hospital. Jakarta: Med J Indones. tersedia pada http://www.google.com/www.jurnal.ipi.ac.id di
akses pada tanggal 6 Febuari 2017
Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH
B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri dibagian rahang
Apakah Pasien Nyeri □ Ya □ Tidak
Karakteristik Nyeri (PQRST)
P : infeksi
Q : seperti ditusuk tusuk
R : berfokus pada satu titik yaitu rahang
S : skala 6
T : terus menerus
H. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi dan metabolism
Skreening Gizi (MST)
1. Adakah penurunan berat badan 6 bulan 2. Asupan makan menurun/tidak nafsu
terakhir makan
□ Tidak ada (Skor 0) □ Tidak (Skor 0) □ Ya (Skor 1)
□ Tidak yakin/tahu (Skor 1)
/baju longgar Hasil
□ Ada, berapa Penurunannya □ < 2 = tidak beresiko mal nutrisi
□ 1-5 Kg (Skor 1) □ 11-15 Kg (Skor 3) □ ≥ 2 = beresiko mal nutrisi
□ 6-10 Kg (Skor 2) □ >15 Kg (Skor 4)
Hal Yang Dikaji Sebelum Sakit Di RS/Saat ini
Frekuensi makan : ...x/hari 3x sehari Menggunakan sonde 3x sehari
Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi habis 1 sonde habis
Nasi, sayur dan lauk pauk Susu
Makanan yang tidak disukai
Makanan yang membuat alergi -
Makanan pantangan -
Makanan diet -
Penggunaan obat sebelum makanan -
Penggunaan alat bantu (NGT, dll) Tidak ada NGT
3. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : sebelum sakit 3x/hari , saat sakit menggunakan kateter
Jumlah : sebelum sakit kurang dari 1000cc, saat sakit kurang lenih
200/hari Karakteristik : sebelum sakit jernih, setelah sakit kuning pekat
Alat Bantu : kateter
BAB
Frekuensi : sebelum sakit 2x/ hari, setelah sakit tidak pernah
BAB Jumlah : -
Karakteristik : sebelum sakit lembek berbentuk, setelah sakit tidak terkaji
4. Pola aktifitas
Aktivity Daily Living (Mandiri, dibantu sebagian, dibantu total)
Makan/minum : sebelum sakit makan/minum sendiri, saat sakit dibantu total
Berpakain : sebelum sakit berpakaian sendiri, saat sakit dibantu total
Toileting : sebelum sakit toileting sendiri, saat sakit dibantu total
Mobilisasi di tempat tidur : dibantu total oleh keluarga
Berpindah : dibantu total oleh keluarga
Ambulasi : pasien belum bisa duduk
Respon tubuh terhadap aktifitas
5. Pola istirahat – tidur
Durasi : sebelum sakit 6-7 jam perhari, saat sakit 2-3 jam perhari
Gangguan : lingkungan tidak kooperatif
Lain-lain : tidak ada
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
pasien tidak dapat berbicara dengan lancar hanya dapat merintih
7. Pola konsep diri
Citra Tubuh : keluarga mengatakan pasien sabar merima penyakitnya
Identitas Diri: keluarga berharap pasien cepat sembuh
Harga diri : keluarga sangat mendukung dan selalu menemani
pasien Ideal Diri : perannya sebagai seorang ibu
Peran Diri : -
8. Pola fungsi seksual – seksualitas
Tidak terkaji
I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum
:
Kesadaran : composimetris G C S : 456
BB sebelum sakit : tidak terkaji TB : tidak terkaji
BB saat ini : tidak terkaji BB ideal: tidak terkaji
Status gizi : baik
Tanda– tanda Vital :
TD : 110/80mmHg Suhu : 37,7C
N : 66 x/mnt RR : 28x/mnt
2. Kepala & Leher
Inspeksi : rambut kotor, berwarna hitam bercampur putih, ada luka bagian rahang, hidung
terpasang oksigen dan NGT ( karena gangguan menelan ), leher terasa kaku dan wajah
tampak meringis, mata merah karena kurang tidur
Tabel skala nyeri :
Keternagan nyeri skala
Tidak sakit 0
Nyeri hampir tidak terasa 1
Nyeri ringan 2
Nyeri terasa 3
Nyeri yang dalam 4
Nyeri yang menusuk 5
Nyeri yang menusuk lebih dalam 6
Nyeri menusuk dapat berkomunikasi 7
Nyeri menusuk tidak dapat berfikir 8
Nyeri mendalam tidak ada toleransi 9
Nyeri sangat kuat tidak sadar 10
3. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
I : bentuk simetris tidak ada luka I: bentuk simetris, ictus cordis tidak tampak
P: tidak ada nyeri tekan P: tidak ada nyeri tekan
P: sonor P: pekak pada lapang dada
A: vesikuler A: S1,S2 tunggal, tidak ada suara tambahan
4. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut buncit
Auskultasi : terdengar bising usus
9x/menit Palpasi : nyeri tekan bagian ulu
hati Perkusi : timpani
5. Tulang belakang
Tidak mengalami kelainan tulang
6. Ekstrimitas
Tidak ada perubahan bentuk tulang
Terpasang infus tangan sebelah kiri
Akral hangat
Gcs 456
7. Integumen
Kulit kering
Mukosa bibir kering
Kulit berwarna sawo matang
8. Genetalia dan anus
Terpasang alat bantu yaitu kateter
9. Pemeriksaan neurologis pasien tetanus
J. Pemeriksaan Diagnostik
Tgl Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
Hemoglobin 13,6 L: 13,5-17,6 P: 11,4-15,0gr%
Led -
K. Terapi
Nama Obat Rut Dosis Efek Samping Nama Obat Rute Dosis Efek Samping
e
1. RL : DS 1:2 6. omz 2x40
2. 4x500mg 7
mitronidozole
3. diazepam 10 8
4. ceftriaxone 2x1 9
5. ondan 2x8 10
…………….,
…………………
Mahasiswa,
NIM : 2001031028
Prodi Ners
Unmuh
Jember
ANALISA DATA
2. DS : Hipetermi
Infeksi bakteri
- Keluarga pasien mengatakan
pasien demam
DO : peradangan
- S : 37,7
- RR : 28x/menit
- Akral hangat Suhu meningkat
Kejang
Hipetermi
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d sel saraf d.d dengan peradangan
Hipetermi b.d infeksi bakteri
Gangguan pola tidur b.d lingkungan yang tidak efektif
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kesulitan dalam menelan
IMPLEMENTASI
T : terus menerus
3. Membantu memposisikan pasien posisi yang
nyaman
4. Menganjurkan pasien untuk istirahat tidak
banyak bicara
5. Mengajarkan keluarga pasien dengan tekhnik
relaksasi kompres air hangat
O:
- Ekspresi wajah menjukkan nyeri dengan
skala 6
- Nyeri hilang timbul
Hipertermi S:
- keluarga klien mengatakan bahwa
pasien tidak demam
O:
- suhu 36,6
A:
- hipetermi teratasi
P:
- Rencana tindakan dihentikan
Prodi Ners
Unmuh
Jember
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji masalah gangguan pola tidur 1. Memberikan informasi dasar
keperawatan selama 2x 24 2. Anjurkan klien tidur siang dalam menentukan rencana
jam gangguan pola tidur 3. Menciptakan lingkungan yang nyaman keperawatan
bisa teratasi 2. Meningkatkan kualitas tidur
KH : 3. Meningkatkan pola tidur
- Waktu tidur 6-8
jam perhari
- Lingkungan
nyaman
- Pasien tidak lemas
- Mata segar ketika
bangun tidur
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH
A. Latar bealakang
Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan
atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukannya. Tujuannya adalah
memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, merangsang peristaltik usus,
memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat), memberikan rasa nyaman atau hangat dan
tenang. Pemberian kompres panas dilakukan pada klien dengan perut kembung, klien yang
mengalami radang, kekejangan otot (spasmus), adanya abses (bengkak) akibat suntikan, tubuh
dengan abses atau hematom (Kusyati, 2006).
Mengompres dilakukan dengan handuk atau waslap yang dibasahi dengan air
hangat (40ºC). Usahakan perbedaan antara air kompres dengan suhu tubuh tidak terlalu berbeda.
B. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para pasien mampu mengetahui dan memahami
cara mengompres dengan air hangat.
C. Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian kompres hangat
2. Menjelaskan tentang manfaat kompres hangat
3. Menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk kompres hanga
4. Menjelaskan tentang tehnik kompres hangat
D. Strategi Pelaksanaan
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
2. Media
Prodi Ners
a. Leafleat
Unmuh Jembe
b. Baskom
c. Handuk
d. Air hangat
3. Materi
a. Menjelaskan pengertian kompres hangat
b. Menjelaskan macam - macam nyeri
c. Menjelaskan tentang tujuan kompres air hangat
d. Menjelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi
E. Kegiatan penyuluhan
menit - Mengucap salam
pembuka - Memperkenalkan diri
an - Menjelaskan tujuan dan penyuluhan
- Menyebutkan materi yang akan
diberikan
menit - Menjelaskan materi
- Pengertian kompres hangat
- Menjelaskan tentang tujuan kompres
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH
hangat
- Menjelaskan alat dan bahan
- Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi
kompres hangat
menit - Menanyakan kepada peserta tentang
evaluasi materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
menit - Mengucapkan salam
F. Evaluasi
Keluarga mampu
:
1. Menjelaskan pengertian kompres hangat
2. Menjelaskan tentang tujuan kompres hangat
3. Menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk kompres hangat
4. Menjelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi kompres hangat
Prodi Ners
Unmuh
Jember
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH
LAMPIRAN MATERI
A. PENGERTIAN
Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukannya. Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit,
merangsang peristaltik usus, memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat), memberikan
rasa nyaman atau hangat dan tenang. Pemberian kompres panas dilakukan pada klien dengan
perut kembung, klien yang mengalami radang, kekejangan otot (spasmus), adanya abses
(bengkak) akibat suntikan, tubuh dengan abses atau hematom (Kusyati, 2006).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP) (1986, dalam Triyana,
2012), nyeri merupakan sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
dengan adanya kerusakan jaringan, baik secara aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan. Sedangkan menurut definisi keperawatan nyeri sebagai suatu
keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf
dalam tubuh ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik (fisiologis) maupun emosional.
B. Macam- macam nyeri menurut ignatavicus ( yohmi,2008)
1. Kompres hangat kering
Biasanya menggunakn baby viper atau bisa menggunkan buli-buli
2. Kompres panas basah
Biasanya menggunakan baskom air hangat sekitar 40˚c dengan menggunakan waslap dan air
C. Tujuan kompres hangat ( ulyah dan hidayah, 2008 )
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
Prodi Ners
Unmu3h. JeMmebmerbantu mengurangi pendarahan
4. Membatasi peradangan
5. Memperlancar sirkulasi darah
6. Memperlancar pengeluaran cairan
7. Merangsang peristaltik
8. Memberi ketenangan pada klien
Prodi Ners
Unmuh
Jember
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Jakarta : EGC. Guyton, A. C., & John E.
Ns. Kusyati, Eni, S.Kep, dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC
Prodi Ners
Unmuh
Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
Prodi Ners
Unmuh
Jember