Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN Ny.S DENGAN TETANUS KEJANG RANGSANG


DIRUANG MELATI RS. Dr. SOEBANDI JEMBER
PADA TANGGAL 1-6 FEBRUARI 2021

NAMA : Yuliatin
Khoirotunnisa’ NIM2001031028

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020/2021
LEMBAR KONSULTASI
NO MATERI YANG DIKONSULATASIKAN DAN NAMA & TANDA
URAIAN PEMBIMBING TANGAN PEMBIMBING
LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS

1. KONSEP DASAR MEDIS


A. Pengertian
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut meningen.
Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan plamater disebut
meningitis. Peradangan pada bagian durameter disebut pakimeningen. Meningitis dapat
disebabkan oleh bakteri,virus,jamur atau karena toksin. Namun sebagian besar
meningitis disebabkan oleh bakteri. Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu
membrane yang melapisi otak dan medula spinalis ( Tarwoto, 2013)
B. Etiologi
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus),
Diplococus pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi
seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal dimana akan
meningkatkan terjadinya meningitis :
a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus
aureus. Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon
peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang
subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan
menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan
medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan
dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid
dapat menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial.
Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel
meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur
aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.
b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini terjadi
sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps,
herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas
korteks serebral, substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap
berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes
simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan perubahan
produksi enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan
kemungkinan kelainan neurologi.
C. Tanda dan gejala
Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2 yaitu:
a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus
pneumoniadan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza,
Neiseria meningitidis dan diplococcus pneumonia
D. Klasifikasi
Tarwoto (2013) mengatakanmanifestasi klinik pada meningitis bakteri
diantaranya :
a. Demam
b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum
e. Dapat menyebabkan penurunan kesadaran smapai koma

Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis


meliputi:

a. Sakit kepala
b. Mual dan muntah
c. Sakit dan nyeri secara umum
d. Perubahan tingkat kesadaran
e. Bingung
f. Perubahan pola napas
g. Ataksia
h. Kaku kuduk
i. Kejang
j. Gangguan pendengaran
E. Penatalaksaan
Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:
a. Penatalaksanaan umum
- Pasien diisolasi
- Pasien diistirahatkan
- Kontrol hipetermi
- Kontrol kejang
- Pemenuhan kebutuhan cairan
b. Pemberian antibiotik
- Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
- Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin,
Kloromfenikol, Sefalo
- Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan
TBC.
c. Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallo, 2012)
- Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat,
kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum
meningkat
- Kultur darah untuk menyatakan penyebab
- Kultur urin untuk menyatakan penyebab
- Elektrolit serum
- CT-SCAN
d. Pemeriksaan fisik 12
syaraf
1. Nervus olfaktori ( N I )
Fungsi : syaraf sensori , untuk penciuman
Cara pemeriksaan : memanjamkan mata, disuruh membedakan bau (
kopi,teh dll)
2. Nervus optikus ( N II )
Fungsi : saraf sensorik, untuk penglihatan
Cara pemeriksaan: snelend card dan periksa lapang pandang
3. Nervus okulomotoris ( N III )
Fungsi : saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata
keatas, kontriksi pupil, dan sebagian gerakan
ekstraokuler.
Cara pemeriksaan: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks
pupil dan inspeksi kelopak mata
4. Nervus Trochlearis (N. IV)
Fungsi : saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam
Pemeriksaan : Sama seperti nervus III
5. Nervus Trigeminus (N. V)
Fungsi : saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan
gigi, refleks korenea dan refleks kedip
Pemeriksaan : menggerakan rahang kesemua sisi, pasien memejamkan
mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi. menyentuh
permukaan kornea dengan kapas.
6. Nervus Abdusen (N. VI)
Fungsi : saraf motorik, deviasi mata ke lateral
Pemeriksaan : sama seperti nervus III
7. Nervus Fasialis (N. VII)
Fungsi : saraf motorik, untuk ekspresi wajah
Pemeriksaan : senyum, bersiul, mengngkat alis mata, menutup kelopak
mata dengan tahanan, menjulurkan lida untuk membedakan
gula dan garam
8. Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)
Fungsi : saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan
Pemeriksaan : test webber dan rinne
9. Nervus Glosofaringeus (N. IX)
Fungsi : saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa
Pemeriksaan : membedakan rasa manis dan asam
10. Nervus Vagus (N. X)
Fungsi : saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan
Pemeriksaan : menyentuh faring posterior, pasien menelan saliva, disuruh
mengucap ah…
11. Nervus Asesoris (N. XI)
Fungsi : saraf motorik, untuk menggerakan bahu
Pemeriksaan : suruh pasien untuk menggerakan bahu dan lakukan
tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut.
12. Nervus Hipoglosus
Fungsi : saraf motorik, untuk gerakan lidah
Pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dan menggerakan dari
sisi ke sisi.
2. WOC
3. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan
pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat memberikan tindakan
keperawatan.
a. Identitas
Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat
b. Riwayat kesehatan
a). keluhan utama
b). Riwayat kesehatan sekarang
c). Riwayat kesehatan dahulu
d). Riwayat kesehatan keluarga
c. Pemeriksaan fisik
a). keadaan umum
b). Tanda-tanda vital
c). Pemeriksaan head to toe
d). Pola kehidupan sehari-hari
d. Diagnosa
a). Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hambatan
aliran darah ke otak
b). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
pada saluran nafas
c). Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja otot
pernafasan
d). Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fisiologis
e). Nyeri berhubungan dengan agen cedara
f). Risiko infeksi berhungan dengan imonusupresi
g). Hipetermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme h). Risiko cedera berhubungan dengan hipoksia
jaringan
e. Rencana keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya
perfusi jaringan kepewatan diharapkan tingkat kebingungan perubahan pikiran, keluha
otak berhubungan resiko ketidakefektifan perfusi pusing, pingsan
dengan hambatan jaringan otak berkurang 2. Monitor setatus neurologi dengan ketat dan
aliran darah ke otak dengan Perfusi jaringan bandingan dengan nilai normal
indikator : 3. Monitor ttv
1. Tidak ada deviasi dari 4. Monitor TIK
kisaran normal 5. Monitor pernapasan
tekanan intrakranial 6. Catat perubahan pasien dalam respon
2. Tidak ada saki kepala 7. Latihan room pasif
3. Tidak ada keadaan 8. Monitor intake dan output
Pingsan 9. Monitor tekanan intra kranial
4. Tidak ada refleks (TIK)
saraf terganggu - Monitor tekanan darah ke otak
- Monitor pasien TIK dan
reaksi perawatan serta
neurologis serta rangsangan
lingkungan
- Pertahankan setrilitas sistem
Pemantauan
- Periksa pasien ada tidak
adanya gejala kaku kuduk
- Berikan antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika

Batticaca, fransisca B. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctherman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Doctheman, J .M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia

Jannis & Hendrik. 2006. Meningitis Mortallty In Neurologi Ward Of Dr. Cipto Mangukusumo
Hospital. Jakarta: Med J Indones. tersedia pada http://www.google.com/www.jurnal.ipi.ac.id di
akses pada tanggal 6 Febuari 2017

Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tgl / jam MRS : 31 januari 2021 Ruang : melati


Tgl. Pengkajian : 01 januari 2021 No. Register :-
Diagnosa Medis : tetanus kejang rangsang
A. Identitas Klien
Nama : Ny.S Suami / Istri / Orang tua :
Umur : 58 Nama :-
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : -
Agama : islam Alamat : -
Suku / Bangsa : jawa
Bahasa : indonesia Penanggung jawab :
Pendidikan : SMP Nama : Ny.L
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : jember
Status : Janda Sumber
Alamat : jember Biaya : BPJS

B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri dibagian rahang
Apakah Pasien Nyeri □ Ya □ Tidak
Karakteristik Nyeri (PQRST)
P : infeksi
Q : seperti ditusuk tusuk
R : berfokus pada satu titik yaitu rahang
S : skala 6
T : terus menerus

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Ny.S merupakan pasien rujukan dari RS. Kalisat. Awalnya pasien mengalami benjolan dibagian
pundak dan nyeri dibagian rahang. Sehingga pasien tidak bisa membuka mulut dan dilarikan ke
RS Kalisat. Setelah dikalisat pasien opname 3 hari. Karena tidak ada perubahan maka pasien
dirujuk kerumah sakit Dr. Soebandi Jember pada tanggal 31-01-21 dengan kondisi lemah dan
masuk UGD. Setelah dari UGD pasien ditempatkan diruang melati dengan keadaan umum wajah
meringis karena kesakitan dibagian rahang

Upaya yang telah dilakukan :


Membawa pasien kerumah sakit terdekat

Terapi yang telah diberikan : minum obat obatan dari warung

D. Riwayat Kesehatan Dahulu


Riwayat Alergi : ada, tetapi keluarga pasien tidak menyebutkan
Riwayat Sakit : sebelumnya pasien mempunyai penyakit diabetes
Riwayat Pemakaian Obat.
Lain-lain
Dok Prodi Ners Kep
FIKes UNMUH Jember
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mengalami tetanus
Genogram :
x x
x

F. Perilaku dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Kesehatan


Klien menggunakan gigi palsu

G. Riwayat Psikososial dan Spiritual


1. Adakah orang yang terdekat dengan pasien : anaknya
2. Interaksi dalam keluarga?
 Pola Komunikasi : sangat baik
 Pembuatan keputusan : anak
 Kegiatan kemasyarakatan : tidak ada
3. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : tidak terkaji
4. Masalah yang mempengaruhi pasien? : sebelumnya pasien mengalami diabetes militus
5. Mekanisme koping terhadap stress?
() Pemecahan masalah () Minum Obat
() Makan () Cari pertolongan
() Tidur () lain-lain :........................
6. Persepsi pasien terhadap keluarga
 Hal yang sangat dipikirkan saat ini : ingin segera sembuh
 Harapan setelah menjalani perawatan : cepat pulang kerumah
 Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : tidak bisa beraktifitas
7. Sistem nilai Kepercayaan?
 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada
 Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : sebelum sakit menjalankan
sholat, setelah sakit tidak sholat

H. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi dan metabolism
Skreening Gizi (MST)
1. Adakah penurunan berat badan 6 bulan 2. Asupan makan menurun/tidak nafsu
terakhir makan
□ Tidak ada (Skor 0) □ Tidak (Skor 0) □ Ya (Skor 1)
□ Tidak yakin/tahu (Skor 1)
/baju longgar Hasil
□ Ada, berapa Penurunannya □ < 2 = tidak beresiko mal nutrisi
□ 1-5 Kg (Skor 1) □ 11-15 Kg (Skor 3) □ ≥ 2 = beresiko mal nutrisi
□ 6-10 Kg (Skor 2) □ >15 Kg (Skor 4)
Hal Yang Dikaji Sebelum Sakit Di RS/Saat ini
 Frekuensi makan : ...x/hari 3x sehari Menggunakan sonde 3x sehari
 Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi habis 1 sonde habis
Nasi, sayur dan lauk pauk Susu
 Makanan yang tidak disukai
 Makanan yang membuat alergi -
 Makanan pantangan -
 Makanan diet -
 Penggunaan obat sebelum makanan -
 Penggunaan alat bantu (NGT, dll) Tidak ada NGT
3. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : sebelum sakit 3x/hari , saat sakit menggunakan kateter
Jumlah : sebelum sakit kurang dari 1000cc, saat sakit kurang lenih
200/hari Karakteristik : sebelum sakit jernih, setelah sakit kuning pekat
Alat Bantu : kateter
BAB
Frekuensi : sebelum sakit 2x/ hari, setelah sakit tidak pernah
BAB Jumlah : -
Karakteristik : sebelum sakit lembek berbentuk, setelah sakit tidak terkaji

4. Pola aktifitas
Aktivity Daily Living (Mandiri, dibantu sebagian, dibantu total)
Makan/minum : sebelum sakit makan/minum sendiri, saat sakit dibantu total
Berpakain : sebelum sakit berpakaian sendiri, saat sakit dibantu total
Toileting : sebelum sakit toileting sendiri, saat sakit dibantu total
Mobilisasi di tempat tidur : dibantu total oleh keluarga
Berpindah : dibantu total oleh keluarga
Ambulasi : pasien belum bisa duduk
Respon tubuh terhadap aktifitas
5. Pola istirahat – tidur
Durasi : sebelum sakit 6-7 jam perhari, saat sakit 2-3 jam perhari
Gangguan : lingkungan tidak kooperatif
Lain-lain : tidak ada
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
pasien tidak dapat berbicara dengan lancar hanya dapat merintih
7. Pola konsep diri
Citra Tubuh : keluarga mengatakan pasien sabar merima penyakitnya
Identitas Diri: keluarga berharap pasien cepat sembuh
Harga diri : keluarga sangat mendukung dan selalu menemani
pasien Ideal Diri : perannya sebagai seorang ibu
Peran Diri : -
8. Pola fungsi seksual – seksualitas
Tidak terkaji

I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum
:
Kesadaran : composimetris G C S : 456
BB sebelum sakit : tidak terkaji TB : tidak terkaji
BB saat ini : tidak terkaji BB ideal: tidak terkaji
Status gizi : baik
Tanda– tanda Vital :
TD : 110/80mmHg Suhu : 37,7C
N : 66 x/mnt RR : 28x/mnt
2. Kepala & Leher
Inspeksi : rambut kotor, berwarna hitam bercampur putih, ada luka bagian rahang, hidung
terpasang oksigen dan NGT ( karena gangguan menelan ), leher terasa kaku dan wajah
tampak meringis, mata merah karena kurang tidur
Tabel skala nyeri :
Keternagan nyeri skala
Tidak sakit 0
Nyeri hampir tidak terasa 1
Nyeri ringan 2
Nyeri terasa 3
Nyeri yang dalam 4
Nyeri yang menusuk 5
Nyeri yang menusuk lebih dalam 6
Nyeri menusuk dapat berkomunikasi 7
Nyeri menusuk tidak dapat berfikir 8
Nyeri mendalam tidak ada toleransi 9
Nyeri sangat kuat tidak sadar 10

3. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
I : bentuk simetris tidak ada luka I: bentuk simetris, ictus cordis tidak tampak
P: tidak ada nyeri tekan P: tidak ada nyeri tekan
P: sonor P: pekak pada lapang dada
A: vesikuler A: S1,S2 tunggal, tidak ada suara tambahan

4. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut buncit
Auskultasi : terdengar bising usus
9x/menit Palpasi : nyeri tekan bagian ulu
hati Perkusi : timpani
5. Tulang belakang
Tidak mengalami kelainan tulang
6. Ekstrimitas
Tidak ada perubahan bentuk tulang
Terpasang infus tangan sebelah kiri
Akral hangat
Gcs 456
7. Integumen
Kulit kering
Mukosa bibir kering
Kulit berwarna sawo matang
8. Genetalia dan anus
Terpasang alat bantu yaitu kateter
9. Pemeriksaan neurologis pasien tetanus

N8 Auditori Pendengaran klien baik


N11 aksesori Klien dapat menggerakan bahu
N1 Penciuman Klien mampu membedakan bau
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH

J. Pemeriksaan Diagnostik
Tgl Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
Hemoglobin 13,6 L: 13,5-17,6 P: 11,4-15,0gr%

Lekosit 9.910 4.700-11.300/cc

Trombosit 330.000 150.000-450.000/cmm

Pcv 41,4 L: 40-50 P: 35-45%

Eritrosit 4.390.000 L:4,33-5,95 P:3,99-4,82Jt

Led -

K. Terapi
Nama Obat Rut Dosis Efek Samping Nama Obat Rute Dosis Efek Samping
e
1. RL : DS 1:2 6. omz 2x40
2. 4x500mg 7
mitronidozole
3. diazepam 10 8
4. ceftriaxone 2x1 9
5. ondan 2x8 10

…………….,
…………………
Mahasiswa,

NIM : 2001031028

Prodi Ners
Unmuh
Jember
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Bakteri Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri bagian
rahang Sel saraf
DO :
- Ekspresi wajah nyeri Peradangan pada bagian
- TD : 110/70 mmhg rahang
- N : 86x/menit
- RR : 22x/menit
- Skala 6 Nyeri akut
- Pada rahang
- Nyeri terus menerus
- Px gelisah
- Px tampak lemas

2. DS : Hipetermi
Infeksi bakteri
- Keluarga pasien mengatakan
pasien demam
DO : peradangan
- S : 37,7
- RR : 28x/menit
- Akral hangat Suhu meningkat

Kejang

Hipetermi

3 Bengkak pada rahang risiko nutrisi kurang


DS :
dari kebutuhan
- Keluarga pasien mengatakan px
gangguan menelan Kesulitan menelan
DO:
- Pasien terpasang NGT
- Bengkak pada bagian rahang anoreksia
- DP : leukosit 9.910
- Trombosit 330.000
risiko nutrisi kurang
- Ertrosit 4.390.000 dari kebutuhan

4. DS : lingkungan ramai Gangguan istirahat tidur


- Keluarga pasien mengatakan
pasien sulit tidur jam tidur berkurang
D0 :
- Pasien tampak lemas
- Mata merah mata merah
- Lingkungan kurang kondusif

gangguan pola tidur


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
SESUAI PRIORITAS

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d sel saraf d.d dengan peradangan
Hipetermi b.d infeksi bakteri
Gangguan pola tidur b.d lingkungan yang tidak efektif
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kesulitan dalam menelan
IMPLEMENTASI

TGL/J Dx. NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


AM
3/2/202 Nyeri 1. 2. Melakukan monitoring nyeri dengan PQRST
1
P : infeksi
Q : ditusuk tusuk
R : berfokus pada satu titik
S : skala 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

T : terus menerus
3. Membantu memposisikan pasien posisi yang
nyaman
4. Menganjurkan pasien untuk istirahat tidak
banyak bicara
5. Mengajarkan keluarga pasien dengan tekhnik
relaksasi kompres air hangat

Hipetermi 1. 1. Monitoring TTV


- TD : 110/80 mmhg S: 36,6
- N : 86
- RR : 22x/menit
2. Mengajarkan pasien kompres air hangat jika
suhu pasien meningkat
Gangguan pola 1. 1. Monitor hal yang menyebabkan pasien
tidur
mengalami gangguan pola tidur
2. Ciptakan lingkungan senyaman mungkin
3. Observasi ttv
TD : 110/80
RR : 28
S : 36
4. Anjurkan pasien tidur siang
5. Jumlah jam tidur 3-4 jam karena sering
terbangun
EVALUASI

TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


KEPERAWATAN
3/2/2021 Nyeri S : klien mengatakan nyeri daerah rahang
dengan skala 6 hilang timbul

O:
- Ekspresi wajah menjukkan nyeri dengan
skala 6
- Nyeri hilang timbul

A : Nyeri akut belum teratasi

P : renana tindakan dilanjutkan

Hipertermi S:
- keluarga klien mengatakan bahwa
pasien tidak demam
O:
- suhu 36,6
A:
- hipetermi teratasi
P:
- Rencana tindakan dihentikan

Gangguan pola tidur S: klien tampak lelah


O : klien sering terbangun setiap 30 menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH

RENCANA KEPERAWATAN KEPERAWATAN

TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1/2/2021 Nyeri b.d sel saraf d.d Nyeri dapat teratasi 1. Melakukan pengakajian nyeri 1. Mengakaji nyeri merupakan
peradangan selama 2x 24 jam dengan komprehensif PQRST solusi untuk mengurangi rasa
nyeri pada pasien untuk tindakan
kriteria hasil : 2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi
lebih lanjut.
1. skala nyeri 3-5 nyeri 2. Untuk mengurangi aktivitas yang
2. tidak tampak lemah 3. Ajarkan pasien untuk teknik distraksi menimbulkan nyeri pada pasien
3. wajah rileks dan relaksasi dengan cara nafas dalam 3. Teknik distraksi dan relaksasi
dapat mengalihkan perhatian
4. ttv dalam batas normal dan banyak istiraht tidak banyak bicara
pasien terhadap nyeri
( TD : 120/80, N: 60- 4. Untuk mengurangi nyeri pada
100) pasien

1. Iklim lingkungan dapat


Hipetermi Setelah dilakukan asuhan 1. Atur suhu lingkungan senyaman mungkin
mempengaruhi kondisi dan suhu
keperawatan selama 1x 24 2. Pantau suhu setiap 2 jam tubuh individu sebagai suatu
suhu tubuh normal 3. Berikan kompres air hangat jika pasien proses adaptasi melalui proses
kejang evaporasi dan konveksi.
KH :
2. Mengidentifikasi perkembangan
- Suhu normal (36-
3. Kompres air hangat merupakan
37,5 ) salah satu cara untuk
- Pasien nyaman menurunkan suhu tubuh
- Pasien tidak
kejang
-

Prodi Ners
Unmuh
Jember
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji masalah gangguan pola tidur 1. Memberikan informasi dasar
keperawatan selama 2x 24 2. Anjurkan klien tidur siang dalam menentukan rencana
jam gangguan pola tidur 3. Menciptakan lingkungan yang nyaman keperawatan
bisa teratasi 2. Meningkatkan kualitas tidur
KH : 3. Meningkatkan pola tidur
- Waktu tidur 6-8
jam perhari
- Lingkungan
nyaman
- Pasien tidak lemas
- Mata segar ketika
bangun tidur
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH

SATUAN ACARA PENYULUHAN


KOMPRES AIR HANGAT UNTUK NYERI
Topik Penyuluhan : Kompres
Pokok Bahasan : Kompres Air Hangat untuk mengurangi nyeri
Waktu : 1 X 30 menit (Pukul 14.00-14.30 WIB)
Hari/Tanggal : jum’at 05 februari 2021
Tempat : Ruang melati
Penyuluh : Yuliatin Khoirotunnisa’ S.Kep

A. Latar bealakang
Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan
atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukannya. Tujuannya adalah
memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, merangsang peristaltik usus,
memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat), memberikan rasa nyaman atau hangat dan
tenang. Pemberian kompres panas dilakukan pada klien dengan perut kembung, klien yang
mengalami radang, kekejangan otot (spasmus), adanya abses (bengkak) akibat suntikan, tubuh
dengan abses atau hematom (Kusyati, 2006).
Mengompres dilakukan dengan handuk atau waslap yang dibasahi dengan air
hangat (40ºC). Usahakan perbedaan antara air kompres dengan suhu tubuh tidak terlalu berbeda.
B. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para pasien mampu mengetahui dan memahami
cara mengompres dengan air hangat.
C. Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian kompres hangat
2. Menjelaskan tentang manfaat kompres hangat
3. Menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk kompres hanga
4. Menjelaskan tentang tehnik kompres hangat
D. Strategi Pelaksanaan
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
2. Media
Prodi Ners
a. Leafleat
Unmuh Jembe
b. Baskom
c. Handuk
d. Air hangat
3. Materi
a. Menjelaskan pengertian kompres hangat
b. Menjelaskan macam - macam nyeri
c. Menjelaskan tentang tujuan kompres air hangat
d. Menjelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi
E. Kegiatan penyuluhan
menit - Mengucap salam
pembuka - Memperkenalkan diri
an - Menjelaskan tujuan dan penyuluhan
- Menyebutkan materi yang akan
diberikan
menit - Menjelaskan materi
- Pengertian kompres hangat
- Menjelaskan tentang tujuan kompres
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH

hangat
- Menjelaskan alat dan bahan
- Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi
kompres hangat
menit - Menanyakan kepada peserta tentang
evaluasi materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
menit - Mengucapkan salam

F. Evaluasi
Keluarga mampu
:
1. Menjelaskan pengertian kompres hangat
2. Menjelaskan tentang tujuan kompres hangat
3. Menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk kompres hangat
4. Menjelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi kompres hangat

Prodi Ners
Unmuh
Jember
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH

LAMPIRAN MATERI
A. PENGERTIAN
Pemberian kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukannya. Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit,
merangsang peristaltik usus, memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat), memberikan
rasa nyaman atau hangat dan tenang. Pemberian kompres panas dilakukan pada klien dengan
perut kembung, klien yang mengalami radang, kekejangan otot (spasmus), adanya abses
(bengkak) akibat suntikan, tubuh dengan abses atau hematom (Kusyati, 2006).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP) (1986, dalam Triyana,
2012), nyeri merupakan sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
dengan adanya kerusakan jaringan, baik secara aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan. Sedangkan menurut definisi keperawatan nyeri sebagai suatu
keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf
dalam tubuh ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik (fisiologis) maupun emosional.
B. Macam- macam nyeri menurut ignatavicus ( yohmi,2008)
1. Kompres hangat kering
Biasanya menggunakn baby viper atau bisa menggunkan buli-buli
2. Kompres panas basah
Biasanya menggunakan baskom air hangat sekitar 40˚c dengan menggunakan waslap dan air
C. Tujuan kompres hangat ( ulyah dan hidayah, 2008 )
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
Prodi Ners
Unmu3h. JeMmebmerbantu mengurangi pendarahan
4. Membatasi peradangan
5. Memperlancar sirkulasi darah
6. Memperlancar pengeluaran cairan
7. Merangsang peristaltik
8. Memberi ketenangan pada klien

D. Indikasi menurut (Kusyanti eni,2006)


1. Pada klien yang suhunya tinggi
2. Pada klien yang kesakitan
3. Pada klien radang
4. Pada klien perut kembung
5. Pada klien kejang otot
6. Pada klien bengkakan ( hematoma)
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH

7. Pada bagian yang abses


E. Kontra indikasi pemberian kompres hangat
1. Pada 24 jam pertama setelah cidera traumatic, panas akan meningkatkan pendarahan dan
pembengkakan
2. Peredaran aktif panas akan mneyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan perdarahan
3. Edema noninflamasi, panas meningkat permeabelitas kapiler dan edema
4. Tumor ganas terlokalisasi karena panas memperceapat metabolisme sel, pertumbuhan sl dan
meningkatkan sirkulasi, panas juga mempercepat metafase
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan

Prodi Ners
Unmuh
Jember
FORM KEP MEDIKAL
BEDAH

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Jakarta : EGC. Guyton, A. C., & John E.

Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta, 2007

Kompas, 2009. Kompres, Alternatif Pereda Nyeri.Bandung

Ns. Kusyati, Eni, S.Kep, dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC

Mahmud, Mahir Hasan, 2007.”Terapi Air Hangat ” Qultum Media, Jakarta

Prodi Ners
Unmuh
Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

PENTINGNYA KOMPRES HANGAT A. Pengertian D. Cara kompres Hangat


UNTUK MENGATASI NYERI PADA
RAHANG AKIBAT INFEKSI Melapisi permukaan kulit dengan handuk 1. Siapkan waslap dan baskom
yang sudah direndem dengan air 2. Siapkan air hangat
hangat maksimal 43˚c 3. Cuci tangan
4. Ukur suhu tubuh klien
B. Tujuan 5. Celupkan waslap kedalam air yang
Untuk mengurangi nyeri saat terjadi hangat
peradangan 6. Letakan dibagian yang nyeri
7. Kompres selama 5-15 menit
OLEH : C. Manfaat
1. Dapat memberikan rasa nyaman
YULIATIN KHOIROTUNNISA’, S.KeP
Nim : 2001031028 2. Dapat mengurangi nyeri
3. Dapat menurunkan suhu
tubuh yang demam
4. Dampak fisiologis yaitu dapat
melunakan jaringan fibrosa
membuat otot tubuh lebih rileks TERIMA KASIH
Ners Universitas menurunkan atau menghilangkan
muhammadiyah
rasa nyeri dan memperlancar
jember
aliran darah

Prodi Ners
Unmuh
Jember

Anda mungkin juga menyukai