KONTUSIO CEREBRI
Disusun oleh:
Moh.Holilurrohman (0118026)
KOTA MOJOKERTO
2021
LEMBAR PERNYATAAN
1
Dengan ini kami menyatakan bahwa :
Kami mempunyai fotocopy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika
makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi atau daftar pustaka, serta tidak
ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika di kemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Tanda Tangan
Nama NIM
Mahasiswa
Moh.Holilurrohman 0118026
KATA PENGANTAR
2
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin,
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan ba ik.
Asuhan Keperawatan dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT
DARURATAN DENGAN KONTUSIO CEREBRI ” ini disusun dengan tujuan
untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Kegawat Daruratan 2. Melalui
Asuhan Keperawatan ini, saya berharap agar saya dan pembaca mampu
memahami dengan baik tentang ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT
DARURATAN DENGAN KONTUSIO CEREBRI
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak bimbingan dan
dukungan dari bapak H. Nasrul Hadi Purwanto, S.Kep,. Ns,. M.Kes selaku
fasilitator dalam materi yang dibahas pada Asuhan Keperawatan ini.
Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan
pengetahuan serta perkembangan wawasan yang cukup bagi pembaca dan penulis
yang lain. Saya juga berharap agar makalah ini menjadi acuan yang baik dan
berkualitas.
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan...................................................................................................2
3
Kata Pengantar.........................................................................................................3
Daftar Isi...................................................................................................................4
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................5
B. Tujuan Umum..............................................................................................5
C. Tujuan Khusus.............................................................................................6
D. Manfaat .........................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi ........................................................................................................7
B. Anatomi........................................................................................................7
C. Etiologi.........................................................................................................7
D. Tanda Dan Gejala........................................................................................8
E. Patofisiologi...............................................................................................10
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................11
G. Pengobatan/Terapi.....................................................................................11
H. Analisa Data...............................................................................................12
I. Diagnosa Keperawatan..............................................................................13
J. Intervensi Keperawatan.............................................................................14
K. Evaluasi Keperawatan...............................................................................17
BAB III. PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................18
B. Saran...........................................................................................................18
Daftar Pustaka........................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
4
A. Latar Belakang
Tengkorak merupakan jaringan tulang yang
b e r f u n g s i s e b a g a i pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas
untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun
pada benturan, beberapa milidetik akan terjadi depresi maksimal dan
diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada
tengkorak dan trauma jaringan otak atau kulitseperti kontusio atau memar
otak, oedem otak, perdarahan dengan derajat yang bervariasi tergantung
pada luas daerah trauma.
Trauma kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan(
accelerasi – descelarasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi
oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan
percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan
juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Side effect dari kontusio akibat trauma kepala tergantung dari bagianmana
yang mengalami trauma dan sejauh mana luas kontusio dan perdarahanyang
meluas atau tidak.
B. TUJUAN UMUM
Setelah membaca makalah ini, di harapkan pembaca mengetahui dan
memahami tentang kontusio cerebri yang sangat penting untuk menjaga
keamanan dan kesehatan tubuh kita.
C. TUJUAN KHUSUS
- Mampui melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subjektif dan
data obyektif pada pasien dengan kontusio cerebri
- Mampu menganalisa data yang diperoleh
- Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kontusio
cerebri
- Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
kontusio cerebri
5
- Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
ditentukan
- Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
A. DEFINISI
Kontusio serebri merupakan cedera fokal berupa perdarahan dan bengkak
pada subpial, merupakan cedera yang paling sering terjadi. Dilaporkan bahwa
89% mayat yang diperiksa postmortem mengalami kontusio serebri (Cooper,
1982). Depreitere et al melaporkan bahwa kasus kontusio serebri paling
sering disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian dan
cedera olahraga (Depreitere, 2004).
Kontusio serebri adalah memar pada jaringan otak yang disebabkan oleh
trauma tumpul maupun cedera akibat akselerasi dan deselerasi yang dapat
menyebabkan kerusakan parenkim otak dan perdarahan mikro di sekitar
kapiler pembuluh darah otak. Pada kontusio serebri terjadi perdarahan di
dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata,
meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus. Pada beberapa
kasus kontusio serebri dapat berkembang menjadi perdarahan serebral.
Namun pada cedera berat, kontusio serebri sering disertai dengan perdarahan
subdural, perdaraham epidural, perdarahan serebral ataupun perdarahan
subaraknoid (Hardman, 2002).
B. ANATOMI
1. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin
atau kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau
galea aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang
longgar dan perikranium (Japardi, I., 2002).
2. Tulang Tengkorak
Tengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang disusun
menjadi dua bagian yaitu kranium (kalvaria) yang terdiri atas delapan
tulang dan kerangka wajah yang terdiri atas empat belas tulang. Rongga
tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal sebagai kubah
tengkorak, licin pada permukaan luar dan pada permukaan dalam
ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak
dan pembuluh darah. Permukaan bawah dari rongga dikenal sebagai
7
dasar tengkorak atau basis kranii. Dasar tengkorak ditembusi oleh banyak
lubang supaya dapat dilalui oleh saraf dan pembuluh darah (Pearce,
EC.,2008).
3. Meningia
Meningia merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum
tulang belakang. Fungsi meningia yaitu melindungi struktur saraf halus
yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan
serebrospinal), dan memperkecil benturan atau getaran terdiri atas 3
lapisan, yaitu:
a. Durameter (Lapisan sebelah luar)
Durameter ialah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput
tulang tengkorak dan dura meter propia di bagian dalam. Di dalam
kanalis vertebralis kedua lapisan ini terpisah. Durameter pada tempat
tertentu mengandung rongga yang mengalirkan darah vena dari otak,
rongga ini dinamakan sinus longitudinal superior yang terletak
diantara kedua hemisfer otak
b. Selaput Arakhnoid (Lapisan tengah)
Selaput arakhnoid merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter yang membentuk sebuah kantong atau
balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral.
c. Piameter (Lapisan sebelah dalam)
Piameter merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan
jaringan otak, piameter berhubungan dengan arakhnoid melalui
struktur-struktur jaringan ikat yang disebut trebekel. Tepi falks
serebri membentuk sinus longitudinal inferior dan sinus sagitalis
inferior yang mengeluarkan darah dari flaks serebri. Tentorium
memisahkan cerebrum dengan serebellum (Pearce, EC.,2008).
4. ETIOLOGI
Menurut Black (1997,741)
8
a. Kecelakaan kendaraan bermotor seperti kendaraan bermotor dan mobil
b. Tembakan yang merupakan trauma tembus dan pukulan langsung pada
kepala yang merupakan truma pukulan
c. Jatuh dan kecelakaan olah raga
9
9) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
10
3. Pemasangan kateter untuk mengevaluasi produksi urin
4. Terapi Medikamentosa :
a. Cairan IV NS 0,9 1,5ml/kgBB/jam
b. Obat simtomatik melalui IV atau supp
c. Obat anti kejang
d. Obat analgesik
5. Pembedahan dilakukan bila terjadi fraktur pada tulang
tengkorak dan laserasi
11
3. Aktivitas dan Latihan
Terjadi gangguan aktivitas karena adanya nyeri kepala dan
kelemahan.
4. Tidur dan Istirahat
Terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri kepala dan proses
hospitalisasi.
5. Eliminasi
Pasien mengalami inkontinensia serta obstipasi dan
hematuria jika terjadi perdarahan pada organ perkemihan.
6. Pola Persepsi
Berisi data tentang peran pasien dalam keluarga serta koping terhadap
penyakitnya
12
Perkusi : terdapat bunyi redup jika terdapat odeme paru
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau masa pada thorak
h. B2 ( Blood )
Inspeksi : pasien telihat pucat, sianosis jika terjadi gangguan perfusi.
Terdpat perdarahan pada area kepala dengan fraktur dan tanpa fraktur
akibat kerusakan jaringan.
i. B3 ( Brain )
j. B4 ( Blader )
Inspeksi : tidak terdapat luka pada area blader. Pasien mengalami oliguria
pada pasien dengan gangguan perfusi hingga ke ginjal akibat adanya
gangguan metabolisme. Terjadi inkontinensia urin akibat gangguan
sistem syaraf.
Palpasi : teraba keras apabila terjadi retensi urin atau pun bendungan urin
k. B5 ( Bowel )
13
Palpasi : tidak terdapat gangguan berupa benjolan atau asites
l. B6 ( Bone )
Inspeksi : pasien dating akan terlihat parese atau paraplegi akibat bagian
otak yang rusak.
14
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:
berhubungan keperawatan selama 3 kali
Dukungan Nyeri Akut:
dengan agen 24 jam, maka diharapkan
Pemberian analgesik
pendera fisik tingkat nyeri menurun dan
Observasi
(prosedur kontrol nyeri meningkat
1) Identifikasi karakteristik
operasi) dengan kriteria hasil:
nyeri (mis. pencetus, pereda,
1) Tidak mengeluh nyeri
kualitas, lokasi, intensitas,
2) Tidak meringis
frekuensi, durasi)
3) Tidak bersikap 2) Identifikasi riwayat alergi
protektif obat
4) Tidak gelisah 3) Identifikasi kesesuaian jenis
5) Tidak mengalami analgesik (mis. narkotika,
kesulitan tidur non-narkotika, atau NSAID)
6) Frekuensi nadi dengan tingkat keparahan
membaik nyeri
7) Tekanan darah 4) Monitor tanda-tanda vital
membaik sebelum dan sesudah
8) Melaporkan nyeri pemberian analgesik
terkontrol 5) Monitor efektifitas analgesik
9) Kemampuan Terapeutik
mengenali onset nyeri
1) Diskusikan jenis analgesik
meningkat
yang disukai untuk mencapai
10) Kemampuan
analgesia optimal
mengenali penyebab
2) Pertimbangkan pengguanaan
nyeri meningkat
infus kontinu, atau bolus
11) Kemampuan
oploid untuk
menggunakan teknik
mempertahankan kadar
non-farmakologis
dalam serum
3) Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
15
mengoptimalkan respons
pasien
2 Pola nafas POLA NAFAS MEMBAIK A. PEMANTAUAN RESPIRASI
tidak efektif (L.01004) (I.01014)
behubungan
1. Observasi
dengan depresi
Monitor frekuensi,
pada pusat
irama, kedalaman, dan
nafas di otak
upaya napas
Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes,
Biot, ataksik0
Monitor kemampuan
batuk efektif
Monitor adanya
produksi sputum
Monitor adanya
sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi bunyi
napas
Monitor saturasi
oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-
ray toraks
2. Terapeutik
Atur interval waktu
16
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan
hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
1. Observasi
Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
Monitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi
kering)
Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan
kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
Posisikan semi-
Fowler atau Fowler
Berikan minum
17
hangat
Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
Lakukan
penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
Lakukan
hiperoksigenasi sebelum
Penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsepMcGill
Berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
19
Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam
yang ke-3
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
1. Observasi
Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
Monitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi
kering)
Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan
kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
Posisikan semi-
Fowler atau Fowler
Berikan minum
hangat
20
Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
Lakukan
penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
Lakukan
hiperoksigenasi sebelum
Penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsepMcGill
Berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
1. Observasi
Monitor frekuensi,
irama, kedalaman, dan
upaya napas
21
Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes,
Biot, ataksik)
Monitor kemampuan
batuk efektif
Monitor adanya
produksi sputum
Monitor adanya
sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi bunyi
napas
Monitor saturasi
oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-
ray toraks
2. Terapeutik
Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan
hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
22
pemantauan, jika perlu
15) Evaluasi
Evaluasi sesuai dengan implementasi yang telah di terapkan
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dibuat berdasarkan
laporan kasus adalah sebagai berikut:
B. Saran
Untuk penulis selanjutnya di diharapkan dapat mengembangkan
masalah keperawatan tentang kpontusio cerebri
23
DAFTAR PUSTAKA
24