Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN DENGAN

KONTUSIO CEREBRI

Disusun oleh:

Moh.Holilurrohman (0118026)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

STIKES DIAN HUSADA

KOTA MOJOKERTO

2021

LEMBAR PERNYATAAN
1
Dengan ini kami menyatakan bahwa :

Kami mempunyai fotocopy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika
makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak.

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi atau daftar pustaka, serta tidak
ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk kami.

Jika di kemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Senin, 5 April 2021

Tanda Tangan
Nama NIM
Mahasiswa
Moh.Holilurrohman 0118026

KATA PENGANTAR

2
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin,
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan ba ik.
Asuhan Keperawatan dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT
DARURATAN DENGAN KONTUSIO CEREBRI ” ini disusun dengan tujuan
untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Kegawat Daruratan 2. Melalui
Asuhan Keperawatan ini, saya berharap agar saya dan pembaca mampu
memahami dengan baik tentang ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT
DARURATAN DENGAN KONTUSIO CEREBRI
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak bimbingan dan
dukungan dari bapak H. Nasrul Hadi Purwanto, S.Kep,. Ns,. M.Kes selaku
fasilitator dalam materi yang dibahas pada Asuhan Keperawatan ini.

Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan
pengetahuan serta perkembangan wawasan yang cukup bagi pembaca dan penulis
yang lain. Saya juga berharap agar makalah ini menjadi acuan yang baik dan
berkualitas.

Mojokerto, 5 April 2021

Penulis

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan...................................................................................................2

3
Kata Pengantar.........................................................................................................3
Daftar Isi...................................................................................................................4
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................5
B. Tujuan Umum..............................................................................................5
C. Tujuan Khusus.............................................................................................6
D. Manfaat .........................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi ........................................................................................................7
B. Anatomi........................................................................................................7
C. Etiologi.........................................................................................................7
D. Tanda Dan Gejala........................................................................................8
E. Patofisiologi...............................................................................................10
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................11
G. Pengobatan/Terapi.....................................................................................11
H. Analisa Data...............................................................................................12
I. Diagnosa Keperawatan..............................................................................13
J. Intervensi Keperawatan.............................................................................14
K. Evaluasi Keperawatan...............................................................................17
BAB III. PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................18
B. Saran...........................................................................................................18
Daftar Pustaka........................................................................................................19

BAB I

PENDAHULUAN
4
A. Latar Belakang
Tengkorak merupakan jaringan tulang yang
b e r f u n g s i s e b a g a i pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas
untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun
pada benturan, beberapa milidetik akan terjadi depresi maksimal dan
diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada
tengkorak dan trauma jaringan otak atau kulitseperti kontusio atau memar
otak, oedem otak, perdarahan dengan derajat yang bervariasi tergantung
pada luas daerah trauma.
Trauma kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan(
accelerasi  – descelarasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi
oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan
percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan
juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Side effect dari kontusio akibat trauma kepala tergantung dari bagianmana
yang mengalami trauma dan sejauh mana luas kontusio dan perdarahanyang
meluas atau tidak.
B. TUJUAN UMUM
Setelah membaca makalah ini, di harapkan pembaca mengetahui dan
memahami tentang kontusio cerebri yang sangat penting untuk menjaga
keamanan dan kesehatan tubuh kita.
C. TUJUAN KHUSUS
- Mampui melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subjektif dan
data obyektif pada pasien dengan kontusio cerebri
- Mampu menganalisa data yang diperoleh
- Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kontusio
cerebri
- Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
kontusio cerebri

5
- Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
ditentukan
- Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

6
A. DEFINISI
Kontusio serebri merupakan cedera fokal berupa perdarahan dan bengkak
pada subpial, merupakan cedera yang paling sering terjadi. Dilaporkan bahwa
89% mayat yang diperiksa postmortem mengalami kontusio serebri (Cooper,
1982). Depreitere et al melaporkan bahwa kasus kontusio serebri paling
sering disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian dan
cedera olahraga (Depreitere, 2004).
Kontusio serebri adalah memar pada jaringan otak yang disebabkan oleh
trauma tumpul maupun cedera akibat akselerasi dan deselerasi yang dapat
menyebabkan kerusakan parenkim otak dan perdarahan mikro di sekitar
kapiler pembuluh darah otak. Pada kontusio serebri terjadi perdarahan di
dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata,
meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus. Pada beberapa
kasus kontusio serebri dapat berkembang menjadi perdarahan serebral.
Namun pada cedera berat, kontusio serebri sering disertai dengan perdarahan
subdural, perdaraham epidural, perdarahan serebral ataupun perdarahan
subaraknoid (Hardman, 2002).
B. ANATOMI
1. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin
atau kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau
galea aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang
longgar dan perikranium (Japardi, I., 2002).
2. Tulang Tengkorak
Tengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang disusun
menjadi dua bagian yaitu kranium (kalvaria) yang terdiri atas delapan
tulang dan kerangka wajah yang terdiri atas empat belas tulang. Rongga
tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal sebagai kubah
tengkorak, licin pada permukaan luar dan pada permukaan dalam
ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak
dan pembuluh darah. Permukaan bawah dari rongga dikenal sebagai

7
dasar tengkorak atau basis kranii. Dasar tengkorak ditembusi oleh banyak
lubang supaya dapat dilalui oleh saraf dan pembuluh darah (Pearce,
EC.,2008).
3. Meningia
Meningia merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum
tulang belakang. Fungsi meningia yaitu melindungi struktur saraf halus
yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan
serebrospinal), dan memperkecil benturan atau getaran terdiri atas 3
lapisan, yaitu:
a. Durameter (Lapisan sebelah luar)
Durameter ialah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput
tulang tengkorak dan dura meter propia di bagian dalam. Di dalam
kanalis vertebralis kedua lapisan ini terpisah. Durameter pada tempat
tertentu mengandung rongga yang mengalirkan darah vena dari otak,
rongga ini dinamakan sinus longitudinal superior yang terletak
diantara kedua hemisfer otak
b. Selaput Arakhnoid (Lapisan tengah)
Selaput arakhnoid merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter yang membentuk sebuah kantong atau
balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral.
c. Piameter (Lapisan sebelah dalam)
Piameter merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan
jaringan otak, piameter berhubungan dengan arakhnoid melalui
struktur-struktur jaringan ikat yang disebut trebekel. Tepi falks
serebri membentuk sinus longitudinal inferior dan sinus sagitalis
inferior yang mengeluarkan darah dari flaks serebri. Tentorium
memisahkan cerebrum dengan serebellum (Pearce, EC.,2008).

4. ETIOLOGI
Menurut Black (1997,741)

8
a. Kecelakaan kendaraan bermotor seperti kendaraan bermotor dan mobil
b. Tembakan yang merupakan trauma tembus dan pukulan langsung pada
kepala yang merupakan truma pukulan
c. Jatuh dan kecelakaan olah raga

Menurut Syamsuhidayat (2016). Cedera dapat terjadi benturan


langsung / tanpa benturan langsung pada kepala. Pada suatu benturan
dapat di bedakan beberapa macam kekuatan yakni komprei, aselerasi, di
deselerasi. Sulit di pastikan kekuatan mana yang paling berperan.
Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda sedang bergerak
membentur kepala yang sedang diam eperti trauma akibat pukulan benda
tumpul atau karena lemparan benda tumpul. Menurut Tarwoto, dkk.
92007) cidera kepala dapat di sebabkan karena kecelakaan lalu lintas,
terjatuh, kecelakaan industri, kecelakaan olah raga, luka pada persalinan.

5. TANDA DAN GEJALA


1) Ada memar otak
2) Perdarahan kecil lokal/difus dengan gejala adanya gangguan lokal dan
adanya perdarahan
3) Gangguan kesadaran lebih lama
4) Kelainan neurologis positif
5) Refleks patologis positif, lumpuh, konvulsi
6) Gejala TIK meningkat
7) Amnesia retrograd lebih nyata

8) PATOFISIOLOGI/ WEB OF CAUTION

9
9) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

1. Foto polos tengkorak (skull X-ray)


2. Angiografi serebral
3. Pemeriksaan MRI
4. CT Scan : indikasi ct scan berupa nyeri kepala atau
muntah-muntah, penurunan GCS lebih dari 1 poin,
adanya laserasi, fraktur tulang tengkorak, dan adanya
luka tembus akibat benda tajam atau peluru (Andra &
Yessie, 2012).
10) PENGOBATAN/TERAPI
Menurut Pedoman Tatalaksana Cidera Otak (2014)
penatalaksanaan pasien dengan cidera otak sedang sebagai
berikut :

1. Stabilitasi airway, breathing dan sirkulasi


2. Melakukan anamneses, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis

10
3. Pemasangan kateter untuk mengevaluasi produksi urin
4. Terapi Medikamentosa :
a. Cairan IV NS 0,9 1,5ml/kgBB/jam
b. Obat simtomatik melalui IV atau supp
c. Obat anti kejang
d. Obat analgesik
5. Pembedahan dilakukan bila terjadi fraktur pada tulang
tengkorak dan laserasi

11) ANALISA DATA


a. Data demografi/ identitas klien
Antara lain nama, umur, jenis kelamin, agama, tempat tinggal, pekerjaan,
dan alamat klien.
b. Riwayat Kesehatan\
1. Keluhan Utama : Berisi data subjektif yang dirasakan pasien ketika
masuk rumah sakit
2. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien mengalami penurunan kesadaran,
latergi, mual muntah, nyeri kepala, kelemahan, perdahan, fraktur
tengkorak, amnesia sesaat, gangguan pendengaran, gangguan
penciuman.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah mengalami penyakit sistem
syaraf, riwayat trauma terdahulu, riwayat penyakit darah, dan riwayat
penyakit sistemik.
4. Riwayat Penyakit Keluarga: adanya riwayat penyakit menular
c. Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan
Berisi tentang pengetahuan pasien terhadap penyakit yang diderita,
harapan di rawat di RS, alergi pengobatan, dan data lainnya.
2. Nutrisi dan Metabolik
Pasien mengalami mual, muntah, gangguan cerna, gangguan menelan,
kaji bising usus

11
3. Aktivitas dan Latihan
Terjadi gangguan aktivitas karena adanya nyeri kepala dan
kelemahan.
4. Tidur dan Istirahat
Terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri kepala dan proses
hospitalisasi.
5. Eliminasi
Pasien mengalami inkontinensia serta obstipasi dan
hematuria jika terjadi perdarahan pada organ perkemihan.
6. Pola Persepsi
Berisi data tentang peran pasien dalam keluarga serta koping terhadap
penyakitnya

12) Pemeriksaan Fisik


a. Vital Sign
Tekanan darah : menunjukan normal hingga abnormal
Suhu : berada pada rentang hipertermi suhu >380C
Nadi : takikardi
Respiratory Rate : normal atau abnormal
b. Kesadaran : somnolen hingga koma GCS: 9 – 12
c. Keadaan Umum
d. Status Gizi : pasien mengalami kegemukan, normal atau kurus
e. Sikap : pasien menunjukan menahan nyeri pada area kepala jika terjadi
peningkatan TIK atau fraktur tengkorak.
f. Pemeriksaan Fisik
g. B1 ( Breating ) :
Inspeksi : pasien terlihat menggunakan otot bantu nafas. Pernafasan
terlihat chyne stokes. Terlihat peningkatan frekuensi nafas.
Auskultasi : terdapat bunyi stridor yang diakibatkan lidah jatuh
kebelakang ketika penurunan kesadaran ataupun kejang. Terdengar suara
ronchi akibat penumpukan sputum pada jalan nafas.

12
Perkusi : terdapat bunyi redup jika terdapat odeme paru
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau masa pada thorak
h. B2 ( Blood )
Inspeksi : pasien telihat pucat, sianosis jika terjadi gangguan perfusi.
Terdpat perdarahan pada area kepala dengan fraktur dan tanpa fraktur
akibat kerusakan jaringan.

Auskultasi : terdengar bunyi jantung s1 s2 tunggal.

Perkusi : tidak terdapat bunyi redup.

Palpasi : terjadi peningkatan frekuensi nadi, nadi teraba lemah, disritmia.


Tidak terdapat pembesaran vena juularis.

i. B3 ( Brain )

Inspeksi : terjadi penurunan kesadaran, bingung. Respon pupil


menunjukan mengecil menandakan disfungsi enchepalo dan gangguan
metabolisme. Terlihat sulit menggerakan bagian tubuh sebagian
tergantung bagian otak mana yang mengalami cidera.

Palpasi : terdapat benjolan berupa hematoma karena adanya internal


bledding. Terdapat nyeri tekan pada bagian yang mengalami luka

j. B4 ( Blader )

Inspeksi : tidak terdapat luka pada area blader. Pasien mengalami oliguria
pada pasien dengan gangguan perfusi hingga ke ginjal akibat adanya
gangguan metabolisme. Terjadi inkontinensia urin akibat gangguan
sistem syaraf.

Palpasi : teraba keras apabila terjadi retensi urin atau pun bendungan urin

Perkusi : terdengar bunyi redup jika terdapat bendungan urin.

k. B5 ( Bowel )

Inspeksi : pasien terlihat mual dan muntah akibat peningkatan TIK.

Auskultasi : penurunan jumlah bising usus dan akan terdengar lemah

13
Palpasi : tidak terdapat gangguan berupa benjolan atau asites

Perkusi : terdengar bunyi timpani

l. B6 ( Bone )

Inspeksi : pasien dating akan terlihat parese atau paraplegi akibat bagian
otak yang rusak.

Palpasi : terdapat nyeri tekan pada tulang tengkorak yang mengalami


kontraktur atau fraktur. Terdapat ganguan reflek patela sesuai letak otak
yang mengalami kerusakan serta penurunan tonus otot

13) Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma


kepala). (D.0077)
2. Pola nafas tidak efektif behubungan dengan depresi pada pusat
nafas di otak.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif behubungan dengan
penumpukan sputum.
4. Keterbatasan aktifitas behubungan dengan penurunan kesadaran
(soporos – koma)

14) Intervensi keperawatan

NO Diagnosa Luaran Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
SLKI SIKI
1 2 3 4

14
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama:
berhubungan keperawatan selama 3 kali
Dukungan Nyeri Akut:
dengan agen 24 jam, maka diharapkan
Pemberian analgesik
pendera fisik tingkat nyeri menurun dan
Observasi
(prosedur kontrol nyeri meningkat
1) Identifikasi karakteristik
operasi) dengan kriteria hasil:
nyeri (mis. pencetus, pereda,
1) Tidak mengeluh nyeri
kualitas, lokasi, intensitas,
2) Tidak meringis
frekuensi, durasi)
3) Tidak bersikap 2) Identifikasi riwayat alergi
protektif obat
4) Tidak gelisah 3) Identifikasi kesesuaian jenis
5) Tidak mengalami analgesik (mis. narkotika,
kesulitan tidur non-narkotika, atau NSAID)
6) Frekuensi nadi dengan tingkat keparahan
membaik nyeri
7) Tekanan darah 4) Monitor tanda-tanda vital
membaik sebelum dan sesudah
8) Melaporkan nyeri pemberian analgesik
terkontrol 5) Monitor efektifitas analgesik
9) Kemampuan Terapeutik
mengenali onset nyeri
1) Diskusikan jenis analgesik
meningkat
yang disukai untuk mencapai
10) Kemampuan
analgesia optimal
mengenali penyebab
2) Pertimbangkan pengguanaan
nyeri meningkat
infus kontinu, atau bolus
11) Kemampuan
oploid untuk
menggunakan teknik
mempertahankan kadar
non-farmakologis
dalam serum
3) Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk

15
mengoptimalkan respons
pasien
2 Pola nafas POLA NAFAS MEMBAIK A. PEMANTAUAN RESPIRASI
tidak efektif (L.01004) (I.01014)
behubungan
1. Observasi
dengan depresi
 Monitor frekuensi,
pada pusat
irama, kedalaman, dan
nafas di otak
upaya napas
 Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, 
Cheyne-Stokes,
Biot, ataksik0
 Monitor kemampuan
batuk efektif
 Monitor adanya
produksi sputum
 Monitor adanya
sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi
napas
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-
ray toraks
2. Terapeutik
 Atur interval waktu
16
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan
hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

B. MENEJEMEN JALAN NAPAS


(I. 01011)

1. Observasi
 Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
 Monitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi
kering)
 Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
 Pertahankan
kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi-
Fowler atau Fowler
 Berikan minum
17
hangat
 Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
 Lakukan
penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
 Lakukan
hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.

3 Bersihan jalan Bersihan Jalan Napas 1. Latihan Batuk Efektif


nafas tidak Meningkat (L.01001) (I.01006)
efektif
1. Observasi
behubungan
18
dengan  Identifikasi
penumpukan kemampuan batuk
sputum.  Monitor adanya
retensi sputum
 Monitor tanda dan
gejala infeksi saluran
napas
 Monitor input dan
output cairan ( mis. jumlah
dan karakteristik)
2. Terapeutik
 Atur posisi semi-
Fowler atau Fowler
 Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
 Buang sekret pada
tempat sputum
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan
mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali

19
 Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam
yang ke-3
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

2. Manajemen Jalan Nafas (I.


01011)

1. Observasi
 Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
 Monitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi
kering)
 Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
 Pertahankan
kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi-
Fowler atau Fowler
 Berikan minum
hangat
20
 Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
 Lakukan
penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
 Lakukan
hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

3. Pemantauan Respirasi (I.01014)

1. Observasi
 Monitor frekuensi,
irama, kedalaman, dan
upaya napas
21
 Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes,
Biot, ataksik)
 Monitor kemampuan
batuk efektif
 Monitor adanya
produksi sputum
 Monitor adanya
sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi
napas
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-
ray toraks
2. Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan
hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil

22
pemantauan, jika perlu

15) Evaluasi
Evaluasi sesuai dengan implementasi yang telah di terapkan

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dibuat berdasarkan
laporan kasus adalah sebagai berikut:

1. Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subjektif dan


data obyektif pada pasien dengan kontusio cerebri

2. Mampu menganalisa data yang diperoleh

3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan


kontusio cerebri

4. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan


kontusio cerebri

5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana


yang ditentukan

6. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

B. Saran
Untuk penulis selanjutnya di diharapkan dapat mengembangkan
masalah keperawatan tentang kpontusio cerebri

23
DAFTAR PUSTAKA

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2016).Medical


surgical Nursing. Mosby: ELSIVER

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

24

Anda mungkin juga menyukai