Dosen Fasilitator :
Nama Mahasiswa :
MOJOKERTO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun tugas ini dalam bentuk makalah yang berjudul
“SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS”
Dalam penulisan ini, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mohon pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini sehingga lebih sempurna di masa yang
akan datang.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Atas segala perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………………………..
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
3. Tujuan……………………………………………………………………………...
A. Definisi Keperawatan………………………………………………………………
B. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas Indonesia……………………….
C. Tujuan Keperawatan Komunitas……………………………………………………
D. Peran Perawat Komunitas…………………………………………………………..
E. Fungsi Keperawatan Komunitas…………………………………………………….
F. Pengertian komunitas sebagai klien serta pelaksanaan dalam praktik keperawatan
komunitas ……………………………………………………………………………
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………………………………..
2. Saran…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan dan praktik kesehatan
masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Seiring
dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat
saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini dunia keperawatan
semakin berkembang, dimana perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif.
Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di indonesia.
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan fungsi. Diataranya
Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pendidik,
koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu(innovator), pengorganisasian pelayanan
kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai
pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi, diantaranya adalah fungsi
independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan
peran tersebut kehadiran perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat
indonesia.
2. Rumusan Masalah
1) Apakah definisi Keperawatan Komunitas?
2) Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas Indonesia ?
3) Apakah Tujuan Keperawatan Komunitas ?
4) Bagaimana Peran Perawat Komunitas ?
5) Apa sajakah Fungsi Keperawatan Komunitas ?
6) Apakah pengertian Komunitas Sebagai Klien serta Pelaksanaan dalam Praktik Keperawatan
Komunitas ?
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi keperawatan komunitas
2) Untuk mengetahui sejarah perkembangan keperawatan komunitas indonesia
3) Untuk mengetahui tujuan keperawatan komunitas
4) Untuk mengetahui peran perawat komunitas
5) Untuk mengetahui fungsi keperawatan komunitas
6) Untuk mengetahui pengertian komunitas sebagai klien serta penatalaksanaanya dalam praktik
keperawatan komunitas
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Definisi komunitas
Para ahli mendefinisikan komunitas dari berbagai sudut pandang, yaitu sebagai berikut :
1) Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai-
nilai keakinan dan minat yang relatif sama, serta berinteraksi satu sama lain dengan
mencapai tujuan.
2) WHO tahun 1974 mendefinisikan komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang
ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada
rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang stu dan yang lainnya.
3) Spradley (1985), komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman
penting dalam hidupnya.
4) Koentjaradiningrat (1990), komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang
menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta
terikat oleh rasa identitas suatu komunitas.
5) Sounders (1991), komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau sitem sosial.
Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga ditandai dengan berdirinya
pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratoriumlaboratorium lain juga didirikan di
kota-kota seperti medan, Semarang, makasar, surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta penyakit lainnya. Bahkan lembaga
gizi dan sanitasi juga didirikan.
Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa. Pada tahun 1935 dilakukan program
pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah
penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah di
vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda-
melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas
purwokerto. Dari hasil pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka
kesakitan dan kematian dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi
lingkungan, masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari
sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi
lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya
kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara
melakukan promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini
dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia.
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif
secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan,
puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu, diperkenalkanlah program untuk selalu
menguatkan puskesmas (strengthening puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia,
fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat disarankan lebih efektif dan penting.
Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:
Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas tipe A yang
dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan adanya
perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A
atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Namun,
kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun 2000, yaitu
puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana
Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang
positif,dimana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak
disibukkan dengan urusan administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan.
Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan sarjana
kesehatan masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya. Pada tahun
1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi
puskesmas,sehingga dibedakan adanya :
Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakrya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan keluarga berencana (posyandu) yang mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.
Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.
Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003, yang berarti
setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa-dibandingkan dengan rumah sakit yang harus
melayani 28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih teus dikembangkan dan diatur lebih lanjut
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih jauh dari memadai,
terutama di daerah tepencil. Diluar jawa dan sumatra, puskesmas harus menangani wilayah yang
uas,( terkadang beberapa kali lebih luas dari satu kabupaten di Jawa) dengan jumlah penduduk
yang lebih sedikit. Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu,
bagi sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.
Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan
sehat optimal.
Perawat dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, baik dirumah, puskesmas, dan masyarakat dilakukan sec\ara terorganisasi dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan-perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Peran ini dapat dilakukan oleh
petugas kesehatan(perawat komunitas) dan anggota profesi lain, baik dalam bentuk formal
ataupun nonformal. Pengajaran yang dilakukan bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan masyarakat. Fokus pengajaran dapat berbentuk:
Perawat komunitas dapat dijadikan sebagai tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi. Peran ini dapat dilaksanakan dengan cara berkonsultasi dengan
anggota masyarakat, anggota profesi, petugas kesehatan, organisasi sosial, dan rapat pendidikan.
Sebagai konselor, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tntang kesehatan,
mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami
hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat
menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien, serta
sumber-sumber yang lain, misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakan(pery &
potterr, 2005).
Peran sebagai peneliti, yaitu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di
masyarakat dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan, bahkan mengancam kesehatan.
Selanjutnya, penelitian dilaksanakan dalam kaitannya untuk menemukan faktor yang menjadi
pencetus atau penyebab terjadinya permasalahan tersebut melalui kegiatan penilitian dan hasil
dari penelitian di aplikasikan dalam praktik keperawatan.
Peran Manajerial
Manajemen berarti suatu proses yang merupakan rangkaian dari kegiatan-kegiatan yang
sistematis. Manajemen adalah administrasi untuk mencapai tujuan. Tugas –tugas manajer antara
lain sebagai berikut.
1. Pengambil keputusan
4. Pemikir konseptual
a) Perencanaan (planning)
Kegiatan yang di lakukan adalah sebagai berikut.
Jadi, masalah (problem) kesehatan dinyatakan apabila terdapat pemenuhan kriteria sebagai
berikut.
• Kesenjangan (gap), adalah adanya kesenjangan antara kenyataan atau hasil terhadap
harapan atau standar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga menimbulkan
suatu keadaan yang tidak di harapkan atau merugikan.
• Perhatian (concren), artinya terdapat suatu perhatian atau ketidakpuasan administrator
terhadap adanya kesenjangan tersebut, dengan kata lain bahwa kesenjangan tersebut
berkonotasi negatif.
• Tanggung jawab (responsibility), administrator merasa tanggung jawab untuk memperkecil
atau meniadakan kesenjangan tersebut dan masih berada dalam ruang lingkup tanggung
jawabnya, yaitu dalam sektor kesehatan.
2) Prioritas masalah kesehatan. Ada dua hal yang perlu di pikirkan pada tahap ini, yaitu
pertimbangan yang lazim digunakan untuk menilai prioritas masalah kesehatan. Beberapa
pertimbangan untuk mengurutkan masalah berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut.
• Keparahan akibat (severity), yaitu ukuran berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh
suatu kejadian.
• Persepsi masyarakat (public concren), yaitu ukuran besarnya perhatian atau rasa prihatin
masyarakat terhadap kejadian atau peristiwa tersebut.
• Derajat kebutuhan (degree of unmeet need), yaitu ukuran besarnya keinginan atau
partisipasi masyarakat untuk ikut menyelesaikan masalah tersebut.
• Sumber daya yang tersedia (resources avaibility), yaitu tersedianya sumber daya yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
• Pertimbangan politik dan mandat khusus, yaitu adanya pertimbangan politik atau adanya
mandat dari induk organisasi.
3) Solusi alternatif. Hasil penentuan skala prioritas masalah dipilih untuk ditanggulangi lebih
dahulu, dicari pemecahan lebih lanjut – fase ini disebut problem solving atau program
selanjutnya, sehingga perlu dilakukan satu kesempatan untuk mengambil keputusan terhadap
pemilihan suatu solusi alternatif yang dianggap terbaik. Misalnya dalam penggulangan kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN), abatisasi,
pengasapan (fogging), penyuluhan kesehatan, dan 3 M (menutup, menguras dan mengubur).
Berapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah, antara lain :
• pendekatan yang bersifat analitis dan terprogram melalui percobaan atau pemecahan
masalah secara historis;
Penetapan tujuan. Tujuan adalah penjabaran yang spesifik dari pemecahan masalah dan hasil
pengambilan keputusan, dan sering dituliskan dalam tujuan umum. Oleh karena itu, tujuan
harus ditulis secara jelas dan sebaiknya mengikuti kaidah 5W1 H yaitu :
Membuat daftar kebutuhan semua sumber daya yang akan digunakan, termasuk besar atau
jumlah dan lokasinya.
b) Organisasi (organizing)
Organisasi adalah proses pengelompokan orang alat-alat, tugas, wewenang dan tanggung jawab
yang seimbang dan sesuai dengan rencana operasional, sehingga organisasi dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan untuk mencapai tujuan.
c) Pergerakan (Actuating)
Pengawasan terdiri atas tindakan peneliti apakah segala sesuatu tercapai atau berjalan sesuai
rencana yang telah ditetapkan, intruksi-intruksi yang telah dikeluarkan , dan prinsip-prinsip yang
sudah di tetapkan. Syarat atau prinsip pengawasan adalah:
c. Bersifat fleksibel
e. Harus ekonomis
e) Penilaian ( evaluating)
Evaluasi adalah prosedur penilaian pelaksanaan/hasil kerja atau dampak secara sistematis dengan
membandingkan hasil dan standar,serta dengan mengikuti kriteria atau metode/tujuan tertentu
guna menilai dan mengambil keputusan selanjutnya.tujuan evaluasi antara lain :
d. Alat untuk mengadakan peencanaan kembali yang lebih baik daripada suatu program.
1) Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan
program sedang berlangsung.dibedakan menjadi dua,critical review evaluation (
evaluasi pada saat program belum dilaksanakan)dan midterm evaluation (evaluasi
pada saat program sedang dikerjakan,biasanya dalam bentuk evaluasi proses dan
pengawasan).
2) Evaluasi sumatif,yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan program sudah
selesai dilakukan.dikelompokkan dalam bentuk,yaitu evaluasi output dan evaluasi
dampak (impact/outcome) .
Peran Konsultan
Konsultan merupakan suatu interaksi interpesonal untuk membuat perubahan perilaku yang
konstruktif.tujuan nya adalah untuk merangsang klien agar lebih bertanggung jawab,merasa lebih
aman,dan membimbing perilaku yang konstruktif.adapun model konsultasinya adalah sebagai
berikut.
Permasalahan kesehatan yag dilaksanakan sesuai dengan tahap perkembangan pada anak,yaitu
usia prasekolah( 4-6th),usia sekolah(6-12th)dan adolescent (13--19th).kegiatan yang dilakukan
adalah screening,penemuan kasus,surveilance status imunisasi,pengelolaan keluhan ringan dan
pemberian obat-obatan.
Peran perawat kesehatan masyarakat di tempat kerja dapat berupa pelayanan langsung dan
pengelolaan layanan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat antara lain:
2. Karakteristik pekerjaan
3. Interaksi antara pekerjaan dan layanan pekerjaan
b. Lingkungan
c. Interaksi antar host-agent-enviroment
Perawatan kesehatan di rumah adalah bagian dari rangkaian perawatan kesehatan umum yang di
sediakan bagi individu dan keluarga untuk meningkatkan, memelihara,dan memulihkan
kesehatan guna memaksimalkan kesehatan dan meminimalkan penyakit.
Definisi Fungsi
Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan peran seseorang. Fungsi
dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain. Dalam menjalankan perannya, parawat akan
melaksanakan berbagai fungsi, antara lain : fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi
interdependen.
1. Fungsi Independen
Fungsi independen perawat adalah fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara
mandiri, tidak tergantung pada orang lain, atau tim kesehatan lainnya. Perawat harus dapat
memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia baik bio-psiko-sosio-kultural, maupun spiritual, mulai dari individuyang utuh
mencangkupseluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat yang mencerminkan
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler,
seperti pemenuhankebutuhan fisiologis ()pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolitpemenuhan kebutuhan nutrisi,pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan istirahat, pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi dan urin), pemenuhan kebutuhan rasa
aman dan nyaman, pemenuhan kebutuhan cinta dan mencintai, pemenuhan kebutuhan harga
diri. Kegiatan ini di lakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dimana perawatbertanggung
jawab serta bertanggung gugat atas rencana dan keputusan tindakannya.
2. Fungsi Dependen
Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat ats instruksi dari tim
kesehatan lain atau tindakan pelimpahan tugas yang diberikan, seperti pelimpahan dari
dokter, ahli gizi, radiologi dag sebagainya.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi Interdependen berupa kerja tim yang bersifat ketergantumgan, baik dalam
keperawatan maupun kesehatan. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pembaerian pelayanan sepertidalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan tersebut diatas
tidak dapat diatasi haya oleh perawat, tetapai juga membutuhkan kerja sama dengan
timkesehatan lainnya.
Pada kenyataannya, perawat dalam menjalankan peran dan fungsinya masihjauh dari harapan
yaitu sebagai perawat yang mampu mandiri dan [profesional dalam tatanan praktik keperawatan
secara langsung di rumah sakitmaupun puskesmas, oleh karena itu, setiap perawat harus
memahami fungsi dan kompetensinyaseperti yang telah tercantumdalam hasillokakarya Nosional
Keperawatan tahun1983, yaitu sebagai berikut :
1. Fungsi I
a) Mengunpulkan data
b) Menganalisis dan mengiterprestasikan data dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan
keperawatan klien, termasuk sumber-sumber yang tersedia dan potensial (diagnosis
keperawatan)
2. Fungsi II
Merencanakan tidakan dan tujuan asuhan keperawatan sesuai denagan keadaan klien.
Kopetensi perawat dalam fungsi ini adalah mengembangkan rencana tindakan keperawatan
untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan dan
kebutuhan.
3. Fungsi III
Melaksanakan rencana keperawatan yang mencanagkup upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan, pemeliharaan kesehatandan termasuk
pelayanan klien dalam keadaan terminal. Kopetensi perawat dalam fungsi ini adalah sebagai
berikut :
a) Menggunakan dan menerapkan kosepserta prinsip ilmu prilaku, ilmu sosial budaya dan
ilmu biomedik dasr dalam melaksakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
• Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
• Kebutuhan nutrisi
• Kebutuhan eliminasi
• Kebutuhan oksigenasi
• Gangguan bicara
d) Merawat klien dengan masalah mental yang berhubungan dengan penyesuaian dan
adaptasi psikososial.
4. Fungsi IV
Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah:
5. Fungsi V
6. Fungsi VI
Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari atau merencanakan studi khusus untuk
meningkatkan pengetahuan serta mengembangkan ketrampilan dalam praktik keperawatan.
Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :
7. Fungsi VII
Berpartisipasi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Kopetensi perawat dalam fungsi ini adalah :
8. Fungsi VIII
Bekerja sama dengan profesi lain yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
klien, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :
a) Berperan serta dalam pelayanan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sebagai bagian dari tim kesehatan
b) Menciptakan komunikasi yang efektif, baik dalam tim perawat maupaun dengan anggota
tim kesehatan lain
c) Menyesuaikan diri dengan konflik peran dan kesulitan lingkungan agar pelayanan yang
diberikan dapt efektif.
9. Fungsi IX
Pengelola perawatan klien dan berperan serta sebagai tim dalam melaksanakan kegiatan
perawatan. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :
Mengelola institusi pendidikan keperawatan. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :
h) Kepemimpinan
11. Fungsi XI
Seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok baik yang sehat maupun yang
sakit khususnya mereka yang beresiko tinggi dalam masyarakat.
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuhan utuh dari aspek biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan kerena
ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh karena sesuatau hal dan sebab, maka akan
dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya dan keluarga yang ada dilingkungan sekitar
tempat tinggal mereka. Maka disini peran perawat komunitas adalah membantu individu agar
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena adanya kelemahan fisik dan mental yang
dialami, keterbatasan pengetahuanya dan kurangannya kemauan menuju kemandirian.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian
darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga satu dengan yang lainnyasaling
tergantung dan berinteraksi, bila salah satu atau beberapa anggota keluaga mempunyai
masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya dan keluarga yang
ada di sekitarnya. Dari permasalahan tersebut diatas maka keluarga merupakan focus
pelayanan kesehatan yang strategis :
e) Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha usaha kesehatan
masyarakat.
3. Kelompok Khusus
Yang dimaksud kelompok khusus adalah sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan (problem), kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan antara lain :
Keperawatn kesehatan komunitas berorientasi pada proses pemecahan masalah yang dikenal
dengan proses keperawatan. Dalam penerapan proses keperawatan Klien atau komunitas diberi
kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Model kumunitas sebagat mitra: Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari
nueman (1972) untuk melihat masalah pasien, model kumunitas sebagai kloien dikembangkan
oleh penulis untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis
kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya sebgai model
komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi
landasanyya.
Dalam model komunitas sebagai mitra, ada faktor sentral: pertama, fokus pada komunitas
sebagai mitra ditandai dengan rodal pengkajian komunitas dibagian atas, dengan menyatukan
anggota masyarakat sebagai intinya, dan ke dua penerapan proses keperawatan. Model ini
dijelaskan secara rinci untuk membantu anda memahami setiap pembagiannya., agar anda dapat
menggunakannya sebagai pedoman praktik komunitas. Inti roda pengkajian adalah individu yang
membentuk komunitas inti meliputi demografik, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk
setempat. Sebagai anggota masyaraka, penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem
komunitas, dan sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri dari lingkungan, pendidikan, keamanan
dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi, dan rekreasi.
Garis tebal yang mengelilingi komunitas menunjukan garis pertahanan normal, atau tingkat
kesehatn komunitas yang dicapai setiap saat. Garis pertahanan normal meliputi barbagai ciri
misalnya angka imunitas yang tinggi, moralitas bayi yang rendah, atau tingkat pendapatan kelas
menengah. Garis pertahanan normal juga mencakup pola koping, disertai kemampuan
menyelesaikan masalah, ini menunjukan keadaan sehat dari komunitas.
Garis pertahanan fleksibel, digambarkan dengan garis putus- putus yang mengelilingi komunitas
dan garis pertahanan normal. Garis ini merupakan “bufer zone” (area penengah) yang menunjkan
suatu tingkat kesehatan dinamis akibat respon sementara terhadap stressor. Respon ini mungkin
saja terjadi karena adanya mobilisasi anggota masyarakat sekitar karena stresor lingkungan,
seperti banjir atau stresor sosial seperti penjualan buku purno.
Kedelapan subsistem dibatasi dengan garis putus – putus untuk mengingatkan kita bahwa
subsistem tersebut tidak terpisah, tetapi saling mempengaruhi. Kedelapan bagian tersebut
menjelaskan garis besar subsistem suatu komunitas dan memberikan gambaran kerangka kerja
bagi perawat kesehatan komunitas dan pengkajian.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan fungsi. Diataranya
Peran yang dapat dilaksanakan di antaranya adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,
pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu(innovator), pengorganisasian
pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan
sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi, diantaranya adalah
fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen.
2. Saran
Penyusun senantiasa mengharapkan kritik saran yang membangun guna penyempurna makalah
kami selanjutnya, selain itu penyusun juga menyarankan kepada rekan-rekan calon perawat dan
perawat untuk memahami peran dan fungsi perawat sehingga kita dapat menjalankan tugas
dengan baik tanpa menyalahi aturan yang sudah di tentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson Elizabeth. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Edisi
3.EGC.Jakartas