Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dosen Fasilitator :

Dr. Yulianto, S.Kep., Ns., M.Mkes.

Nama Mahasiswa :

Anista Cahlia 0118007

Febi Tribawanti 0118016

Fitrotin Nisak 0118017

Lailatul Mudrika 0118022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun tugas ini dalam bentuk makalah yang berjudul
“SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS”

Dalam penulisan ini, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mohon pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini sehingga lebih sempurna di masa yang
akan datang.

Semoga tugas ini dapat bermanfaat di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Atas segala perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Mojokerto, 11 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang……………………………………………………………………..
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
3. Tujuan……………………………………………………………………………...

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Keperawatan………………………………………………………………
B. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas Indonesia……………………….
C. Tujuan Keperawatan Komunitas……………………………………………………
D. Peran Perawat Komunitas…………………………………………………………..
E. Fungsi Keperawatan Komunitas…………………………………………………….
F. Pengertian komunitas sebagai klien serta pelaksanaan dalam praktik keperawatan
komunitas ……………………………………………………………………………
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………………………………..
2. Saran…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan dan praktik kesehatan
masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Seiring
dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat
saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini dunia keperawatan
semakin berkembang, dimana perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif.
Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di indonesia.
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan fungsi. Diataranya
Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pendidik,
koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu(innovator), pengorganisasian pelayanan
kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai
pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi, diantaranya adalah fungsi
independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan
peran tersebut kehadiran perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat
indonesia.
2. Rumusan Masalah
1) Apakah definisi Keperawatan Komunitas?
2) Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas Indonesia ?
3) Apakah Tujuan Keperawatan Komunitas ?
4) Bagaimana Peran Perawat Komunitas ?
5) Apa sajakah Fungsi Keperawatan Komunitas ?
6) Apakah pengertian Komunitas Sebagai Klien serta Pelaksanaan dalam Praktik Keperawatan
Komunitas ?
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi keperawatan komunitas
2) Untuk mengetahui sejarah perkembangan keperawatan komunitas indonesia
3) Untuk mengetahui tujuan keperawatan komunitas
4) Untuk mengetahui peran perawat komunitas
5) Untuk mengetahui fungsi keperawatan komunitas
6) Untuk mengetahui pengertian komunitas sebagai klien serta penatalaksanaanya dalam praktik
keperawatan komunitas
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Definisi komunitas
Para ahli mendefinisikan komunitas dari berbagai sudut pandang, yaitu sebagai berikut :
1) Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai-
nilai keakinan dan minat yang relatif sama, serta berinteraksi satu sama lain dengan
mencapai tujuan.
2) WHO tahun 1974 mendefinisikan komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang
ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada
rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang stu dan yang lainnya.
3) Spradley (1985), komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman
penting dalam hidupnya.
4) Koentjaradiningrat (1990), komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang
menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta
terikat oleh rasa identitas suatu komunitas.
5) Sounders (1991), komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau sitem sosial.

Definisi keperawatan komunitas


1) Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar ditujukan kepada individu,
keluarga yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan
2) American Nursis Association (1973), keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari
praktek kepeawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan
serta memelihara kesehatan penduduk.
3) WHO (1974), keperawatan komunitas adalah kesaatuan mencakup perawatan kesehatan
kerluarga (nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masayarakat luas,
membantu masyarakat tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum
mereka meminta bantuan kepada orang lain.
4) Ruth B.Freeman (1981), keperawtan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktik
keperawatan dan kesehatan masayarakat yang ditujukan pada pengembanagn serta
peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara
kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus, atau masyarakat.
5) Departmen kesehatan RI (1986), keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu uapaya
pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dialaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat
untuk memperoleh tim kesehatan individu, keluaraga, dan masyarakat yang lebih tinggi.
6) Pradley (1985), Logan dan Dawkin (1987), keperawtan komunitas adalah pelayanan
keperawatan profesional ynag ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal yang
melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, jugan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan
7) Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat (1990) mendefinisikan keperawatan
komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan dan keadaan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta
masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh
dan terpadu yang ditujukan pada individu, kelompok, serta masyarakat sebagai kesatuan
utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
8) Menurut IOM (2003), Praktik pelayanan komunitas adalah layanan keperawatan profesional
yang diberikan oleh perawat yang telah memperoleh pendidikan keperawatan komunitas
atau disiplin lain yang berkaitan dan bekerja untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
berfokus pada masyarakat
9) Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang berfokus
pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007)
10) Winslow (1920), seorang ahli kesehatan adalah ilmu dan senio mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, serta meningkatkan efisiensi hidup melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat untuk hal-hal berikut ini:
a. Kelompok-kelompok masyarakat yang terkoordinir
b. Perbaikan kesehatan liongkungan

c. Mencegah dan memberantas penyakit menular

d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat / perseorangan

e. Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam satu wadah pelayanan


kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan swadaya masyarakat untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

B. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas

Perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia dimulai pada abad ke-16,yaitu dimulai


dengan adanya upaya pembatasan penyakit cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh
masyarakat saat itu. Penyakit kolera masuk ke indonesia tahun 1927, dan pada pada tahun 1937
terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke indonesia melalui singapura
dan mulai berkembang di indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah
Belanda (pada waktu itu indonesia dalam penjajahan Belanda) melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. Gubernur Jendral Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
angka kematian bayi (infan mortality rate) yang tinggi. Namun, upaya ini tidak bertahan lama,
akibat langkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan.pada tahun
1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dr. Bosch dan dr. Blekker-kepala pelayanan kesehatan
sipil dan militer di indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (SCHOOL Tot
Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913
didirikan sekolah dokter yang ke-2 di S urabaya dengan nama NIAS ( Nederland Indische Artsen
School). Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan sejak berdirinya
universitas indonesia tahun 1947, STOVIA berubah menjadi Fakulitas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Selain itu, perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia juga ditandai dengan berdirinya
pusat laboratorium Kedokteran di Bandung tahun 1888- tahun 1938 pusat laboratorium ini
berubah menjadi lembaga Eykman. Selanjutnya, laboratoriumlaboratorium lain juga didirikan di
kota-kota seperti medan, Semarang, makasar, surabaya, dan Yokyakarta dalam rangka
menunjang pemberantasan penyakit malaria, lepra, cacar serta penyakit lainnya. Bahkan lembaga
gizi dan sanitasi juga didirikan.

Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke indonesia dan tahun 1933-1935 penyakit ini menjadi
epidemis di beberapa tempat, terutama dipulau jawa. Pada tahun 1935 dilakukan program
pemberantasan penyakit pes dengan cara melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah
penduduk dan vaksinasi masal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15 juta orang telah di
vaksinasi. Pada tahun 1945, hydrich- seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda-
melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas
purwokerto. Dari hasil pengamatan dan analisisnya, disimpulkan bahwa tingginya angka
kesakitan dan kematian dikedua daerah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi
lingkungan, masyarakat buang air besar di sembarangan tempat, dan pengguna air minum dari
sungai yang telah tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi
lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya
kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan cara
melakukan promosi mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini
dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak perkembangan kesehatan masyarakat di


Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung ( Bandung plane) pada tahun 1951
oleh dr. Y. Leimena dan dr.Patah-yang selanjutnya dikenalkan dengan nama Patah-Leimena.
Dalam konsep ini,diperkenalkan bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat ,aspek
preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan, kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik dirumah sakit maupun
dipuskesmas. Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat oleh dr. Y. Susanti dengan berdirinya proyek Bekasi ( lemah abang ) sebagai proyek
percontohan/ model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di indonesia
dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini juga menekankan pada pendekatan tim
dalam pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu
ini, terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat.
a. Sumatra utara : indrapura
b. Lampung
c. Jawa Barat: Bojong Loa
d. Jawa tengah : Sleman
e. Yokyakarta : Godean
f. Jawa timur : Mojosari
g. Bali : Kesiman
h. Kalimantan Selatan : Barabai
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini. Pada bulan
november 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat indonesia, yaitu mengenai
konsep puskesmas- yang dipaparkan oleh dr. Achmad Dipodilogo- yang mengacu pada konsep
Bandung dan proyek Bekasi. Dalam seminar ini telah disimpulakan dan disepakati mengenai
sistem puskesmas yang terdiri atas tipe A,B, dan C. Akhirnya pada pada tahun 1968 dalam rapat
kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah ( Departemen Kesehatan )
menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas ).

Puskesmas disepakati sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif
secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian
kecamatan di kotamadya atau kabupaten. Sebagai lini terdepan pembangunan kesehatan,
puskesmas diharapkan selalu tegar. Untuk itu, diperkenalkanlah program untuk selalu
menguatkan puskesmas (strengthening puskesmas). Di negara berkembang seperti Indonesia,
fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat disarankan lebih efektif dan penting.

Departemen kesehatan telah membuat usaha intensif untuk membangun puskesmas yang
kemudian dimasukkan ke dalam master plan untuk operasi penguatan pelayanan kesehatan
nasional. Kegiatan pokok dalam program dasar dan utama puskesmas mencakup 18 kegiatan,
yaitu:

1) Kesehatan ibu dan anak (KIA)


2) Keluarga berencana (KB)
3) Gizi
4) Kesehatan Lingkungan
5) Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta imunisasi,
6) Penyuluhan kesehatan masyarakat
7) Pengobatan
8) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9) Perawatan kesehatan masyarakat
10) Kesehatan gigi dan mulit
11) Usaha kesehatan jiwa
12) Optometri
13) Kesehatan geriatrik
14) Latuhan dan olahraga
15) Pengembangan obat-obatan tradisional
16) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
17) Laboratorium dasar
18) Pengumpulan informasi dan pelaporan untuk sistem informasi kesehatan.

Pada tahun1969, sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu puskesmas tipe A yang
dikelola oleh dokter dan puskesmas tipe B yang dikelola oleh seorang paramedis. Dengan adanya
perkembangan tenaga medis, maka pada tahun 1979btidak diadakan perbedaan puskesmas tipe A
atau tipe B- hanya ada satu puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Namun,
kebijakan tentang pimpinan puskesmas mulai mengalami perubahan tahun 2000, yaitu
puskesmas tidak harus dipimpin oleh seorang dokter,tapi dapat juga dipimpin oleh Sarjana
Kesehatan Masyarakat. Hal ini tentunya diharapkan dapat membawa perubahan yang
positif,dimana tenaga medis lebih diarahkan pada pelayanan langsung pada klien dan tidak
disibukkan dengan urusan administratif/manajerial, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan.
Di provinsi Jawa Timur misalnya, sudah dijumpai kepala puskesmas dari lulusan sarjana
kesehatan masyarakat seperti di kabupaten Gresik, Bojonegoro, dan lain sebagainya. Pada tahun
1979 dikembangkan satu peranti manajerial guna penilaian puskesmas, yaitu stratifikasi
puskesmas,sehingga dibedakan adanya :

1) Strata 1, puskesmas dengan prestasi sangat baik


2) Strata 2 , puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar
3) Strata 3 , puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata

Peranti manajerial puskesmas yang lain berupa microplanning untuk perencanaan dan lokakrya
mini untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Pada tahun 1984,
tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program paket terpadu
kesehatan dan keluarga berencana (posyandu) yang mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, gizi, penanggulangan penyakit diare, dan imunisasi.

Sampai dengan tahun 2002, jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6
puskesmas per 100.000 penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.

Sementara itu, jumlah desa di Indonesia mencapai 70.921 pada tahun 2003, yang berarti
setidaknya satu puskesmas untuk tiap sepuluh desa-dibandingkan dengan rumah sakit yang harus
melayani 28.000 penduduk. Jumlah puskesmas masih teus dikembangkan dan diatur lebih lanjut
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang prima. Jumlah puskesmas masih jauh dari memadai,
terutama di daerah tepencil. Diluar jawa dan sumatra, puskesmas harus menangani wilayah yang
uas,( terkadang beberapa kali lebih luas dari satu kabupaten di Jawa) dengan jumlah penduduk
yang lebih sedikit. Sebuah puskesmas terkadang hanya melayani 10.000 penduduk. Selain itu,
bagi sebagian penduduk puskesmas terlalu jauh untuk dicapai.

C. Tujuan Keperawatan Komunitas


a. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam


memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
 Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat

 Meningkatkannya kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat untuk melaksanakan


upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan

 Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan


keperawatan.
 Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan di rumah, panti dan di masyaraka

 Tertanganinya kasus-kasus yang memelukan penanganan tindak lanjut dan asuhan


keperawatan di rumah

 Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang


memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di puskesmas

 Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan
sehat optimal.

D. Peran keperawatan komunitas


Dari beberapa peran yang telah dikemukakan di atas,dapat disimpulkan bahwa banyak sekali
peran yang dijalankan oleh perawat komunitas dalam mengorganisasikan upaya-upaya kesehatan
yang dijalankan melalui pusat kesehatan masyarakat(puskesmas), yang merupakan bagian dari
institusi pelayanan dasar utama, baik melalui program di dalam atau di luar gedung, pada
keluarga, kelompok-kelompok khusus, dan sebagainya sesuai dengan peran, fungsi, tanggung
jawabnya. Peran yang dapat dilaksanakan diantaranya adalah sebagai pelaksanaan pelayanan
keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu (innovator),
pengorganisasian pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator
(tempat bertanya), dan sebagai pengelola (manager).
1) Peran pada individu atau keluarga
Peran perawat komunitas pada individu atau keluarga adalah sebagai berikut.
2) Peran sebagai pelaksana kesehatan
Peran ini meliputi seluruh kegiatan / upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas
dalam mencapai tujuan kesehatan melalui ker ja sama dengan tim kesehatan lain, sehingga
tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. Peran sebagai pelaksana dapat berupa
clinical nurse specialist (CNS) dan family nurse practitioner (FNS).CNS atau perawat spesialis
klinik memberikan pelayanan pada tingkat individu, keluarga dan kelompok, dan bentuk
tanggung jawab pada peran ini adalah melalui upaya promotif dan preventif dalam kaitannya
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Perawat spesialis klinik memberikan
perawatan kesehatan pada klien, biasanya di unit rawat jalan atau tempat praktik komunitas pada
klien dengan masalah kompleks, dan memberikan perhatian yang lebih pada gejala kondisi
nonpatologis, kenyamanan, dan perawatan komprehensif (roy & obloy, 1979). Tujuan dari
perawat spesialis klinik adalah untuk menurunkan jumlah morbiditas, menurunkan infact
mortality rate atau angka kematian bayi, serta mencegah terjadinya gangguan dan kecacatan pada
anggota masyarakat. Sedangkan bentuk pelaksanaannya di fokuskan pada identifikasi
masyarakat yang beresiko. Sementara family nurse practitioner memberikan perawatan ambulasi
untuk keluarga. Biasanya berkolaborasi dengan dokter keluarga. Perawat pada kelompok ini
memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum, mengatasi masalah kesehatan dengan
memberikan perawatan langsung, dan memberikan bimbingan / konseling pada keluarga jika
dibutuhkan. Tujuan family nurse practitioner adalah untuk peningkatan kesehatan(promotif).
Mencegah terjadinya penyakit(preventif). Melaksanakan pengelolaan pada penyakit yang
bersifat kronis, dan menghindari adanya pembatasan kecacatan. Bentuk tanggung jawabnya
meliputi pengelolaan masalah kesehtan dan penyakit yang umum terjadi pada segala usia baik
pria maupun wanita. Sedangkan pelaksanaannya dapat berupa pengkajian fisik, psikologi dan
lingkungan, mengkaji status kesehatan dan resiko terhadap penyakit baik individu/ keluarga,
mendiagnosis masalah aktual dan potensial , serta mengambil keputusan untuk memecahkan
tindakan bersama klien dan keluarga. Dalam melaksanakan peran tersebut, perawat
menggunakan pendekatan pemecahan masalah klien melalui proses keperawatan. Perawat
bertindak selaku:
a. Pemberi rasa nyaman (comforter)
b. Pelindung dan pembeda (profector and advocat)
c. Komunikator
d. Mediator
e. Rehabilitator
3) Peran sebagai pendidikan

Perawat dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, baik dirumah, puskesmas, dan masyarakat dilakukan sec\ara terorganisasi dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan-perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Peran ini dapat dilakukan oleh
petugas kesehatan(perawat komunitas) dan anggota profesi lain, baik dalam bentuk formal
ataupun nonformal. Pengajaran yang dilakukan bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan masyarakat. Fokus pengajaran dapat berbentuk:

a. Penanaman perilaku sehat


b. Peningkatan nutrisi dan pengaturan diet
c. Olahraga
d. Pengelolaan atau managemen stres
e. Pendidikan tentang proses penyakit dan pentingnya pengobatan yang berkelanjutan
f. Pendidikan tentang penggunaan obat
g. Pedidikan tentang perawatan mandiri
4) Peran sebagai administrator

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan


kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Tanggung jawabnya adalah melakukan pengelolaan terhadap suatu
permasalahan, mengambil keputusan dalam pemecahan maslah, pengelolaan tenaga membuat
kualitas mekanisme kontrol, kerja sama sektoral dan lintas program, serta bersosialisasi dengan
masyarakat dan pemsaran.
5) Peran sebagai konselor

Perawat komunitas dapat dijadikan sebagai tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi. Peran ini dapat dilaksanakan dengan cara berkonsultasi dengan
anggota masyarakat, anggota profesi, petugas kesehatan, organisasi sosial, dan rapat pendidikan.
Sebagai konselor, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tntang kesehatan,
mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami
hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat
menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien, serta
sumber-sumber yang lain, misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakan(pery &
potterr, 2005).

6) Peran sebagai peneliti

Peran sebagai peneliti, yaitu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di
masyarakat dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan, bahkan mengancam kesehatan.
Selanjutnya, penelitian dilaksanakan dalam kaitannya untuk menemukan faktor yang menjadi
pencetus atau penyebab terjadinya permasalahan tersebut melalui kegiatan penilitian dan hasil
dari penelitian di aplikasikan dalam praktik keperawatan.
Peran Manajerial

Manajemen berarti suatu proses yang merupakan rangkaian dari kegiatan-kegiatan yang
sistematis. Manajemen adalah administrasi untuk mencapai tujuan. Tugas –tugas manajer antara
lain sebagai berikut.

1. Pengambil keputusan

2. Pemikul tanggung jawab

3. Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan

4. Pemikir konseptual

5. Bekerjasama dengan dan melalui orang lain

6. Mediator, politikus, dan diplomat


Fungsi menajemen adalah masing-masing bentuk kegiatan manajemen dengan spesifikasi
tertentu dan dilaksanakan pada periode-periode tertentu.lima fungsi utama dalam proses
manajerialYaitu perencanaan (planning), organisasi (organizing), penggerakan (actuating),
pengawasan dan pengendalian (controling), serta penilaian (evaluation).

a) Perencanaan (planning)
Kegiatan yang di lakukan adalah sebagai berikut.

Measurement dan assesment, yaitu kegiatan mengumpulkan atau mengukur data-data.Langkah-


langjahnya adalah dengan merumuskan semua data yang di kumpulkan , mengelompokkan
indikator-indikator / instrument data yang akan di cari dalam kelompok, dan melakukan
pengumpulan data pada masingmasing sumber datanya, dengan mengikuti kaidah kaidah
metodologi penelitian.
1) Analisis data. Ada tiga langkah yang di lakukan, yaitu pengelompokkan pengorganisasian
data, penyajian data dan perumusan / identifikasi masalah kesehatan. Masalah kesehatan dapat
dirumuskan dalam suatu model:

Problem = Gap X Concern X Responsibility

Jadi, masalah (problem) kesehatan dinyatakan apabila terdapat pemenuhan kriteria sebagai
berikut.

• Kesenjangan (gap), adalah adanya kesenjangan antara kenyataan atau hasil terhadap
harapan atau standar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga menimbulkan
suatu keadaan yang tidak di harapkan atau merugikan.
• Perhatian (concren), artinya terdapat suatu perhatian atau ketidakpuasan administrator
terhadap adanya kesenjangan tersebut, dengan kata lain bahwa kesenjangan tersebut
berkonotasi negatif.
• Tanggung jawab (responsibility), administrator merasa tanggung jawab untuk memperkecil
atau meniadakan kesenjangan tersebut dan masih berada dalam ruang lingkup tanggung
jawabnya, yaitu dalam sektor kesehatan.
2) Prioritas masalah kesehatan. Ada dua hal yang perlu di pikirkan pada tahap ini, yaitu
pertimbangan yang lazim digunakan untuk menilai prioritas masalah kesehatan. Beberapa
pertimbangan untuk mengurutkan masalah berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut.

• Kegawatan masalah (emergency).

• Keparahan akibat (severity), yaitu ukuran berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh
suatu kejadian.

• Anggota terbanyak (magnitude/greatest member ), yaitu ukuran dimana seberapa bagian


masyarakat telah terkena resiko.

• Kecepatan peningkatan (rate of increase), yaitu ukuran cepat berkembangnya suatu


peristiwa atau kejadian dan sering diukur dengan kenaikan prevalensi.
• Luasnya perkembangan (expanding scope), yaitu ukuran meluasnya masalah.

• Persepsi masyarakat (public concren), yaitu ukuran besarnya perhatian atau rasa prihatin
masyarakat terhadap kejadian atau peristiwa tersebut.

• Derajat kebutuhan (degree of unmeet need), yaitu ukuran besarnya keinginan atau
partisipasi masyarakat untuk ikut menyelesaikan masalah tersebut.

• Kemungkinan di kerjakan (feasibility), yaitu dapat tidaknya masalah tersebut diselesaikan


sesuai dengan kemampuan teknologi yang tersedia.

• Sumber daya yang tersedia (resources avaibility), yaitu tersedianya sumber daya yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

• Keuntungan ekonomi atau sosial (economical/social benefit), yaitu besarnya keuntungan


ekonomi atau sosial yang akan di peroleh akibat penyelesaian masalah tersebut.
• Keterpaduan, yaitu apabila penanggulangan suatu masalah dapat dilakukan secara terpadu
dengan masalah-masalah lain, maka prioritasnya sebaiknya diutamakan.

• Pertimbangan politik dan mandat khusus, yaitu adanya pertimbangan politik atau adanya
mandat dari induk organisasi.

3) Solusi alternatif. Hasil penentuan skala prioritas masalah dipilih untuk ditanggulangi lebih
dahulu, dicari pemecahan lebih lanjut – fase ini disebut problem solving atau program
selanjutnya, sehingga perlu dilakukan satu kesempatan untuk mengambil keputusan terhadap
pemilihan suatu solusi alternatif yang dianggap terbaik. Misalnya dalam penggulangan kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN), abatisasi,
pengasapan (fogging), penyuluhan kesehatan, dan 3 M (menutup, menguras dan mengubur).
Berapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah, antara lain :

• pendekatan yang bersifat analitis dan terprogram melalui percobaan atau pemecahan
masalah secara historis;

• pendekatan heuristik atau melelui coba-coba.


4) Pengambilan keputusan (decision makingprocess)

Penetapan tujuan. Tujuan adalah penjabaran yang spesifik dari pemecahan masalah dan hasil
pengambilan keputusan, dan sering dituliskan dalam tujuan umum. Oleh karena itu, tujuan
harus ditulis secara jelas dan sebaiknya mengikuti kaidah 5W1 H yaitu :

What Apa yang ingin dicapai


Whom Populasi yang ingin dituju (sasaran)
Who Siapa yang bertanggung jawab
Where Daerah atau tempat pelaksanaan
When Kapan tuuan tersebut harus dicapai
How Many Seberapa banyak yang ingin dicapai (target)
5) Penyusunan rencana operasional. Penyusunsn rencana operasional sangat bergantung pada
penjabaran tujuan pada tingkat tertentu. Isi dari perencanaan operasional harus dirinci secara
lengkap, jelas, dan spesifik sebagai berikut :
 Identifikasi dan perumusan semua kegiatan secara jelas.

 Merumuskan pendekatan-pendekatan yang akan digunakan pada setiap kegiatan.

 Membuat daftar kebutuhan semua sumber daya yang akan digunakan, termasuk besar atau
jumlah dan lokasinya.

• Mendefinisikan tanggung jawab fungsional menurut sikap hierarki pelaksana.


• Mengadakan hubungan timbal balik dalam kegiatan.

b) Organisasi (organizing)
Organisasi adalah proses pengelompokan orang alat-alat, tugas, wewenang dan tanggung jawab
yang seimbang dan sesuai dengan rencana operasional, sehingga organisasi dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan untuk mencapai tujuan.

c) Pergerakan (Actuating)

Penggerakan adalah rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas mempengaruhi


orang lain agar mereka suka melaksanakan usaha-usaha kea rah pencpaian sasaran atau tujuan
atministrasi. Alat yang dapat digunakan dalam actuating adalah perintah, petunjuk, bimbingan,
surat edaran, rapat koorganisasi, dan pertemuan atau lokakarya. Untuk dapat melaksanakan
actuating diperlukan motivasi dan kepemimpinan (leadership). Kepemimpinan adalah cara
mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Dan kepemimpinan di
gambarkan dalam bentuk matematis.

Leadership= f (leader, follower, situation)


Menurut model tersebut dikatakan bahwa:

1) Sebagai manajer, seseorang harus menggunakan atribut kepemimpinan yang merupakan


fungsi matematis dari pengaturan sosok diri sang pemimpin. Leader harus menata
penampilan , gaya bicara, gaya jalan, dan gaya dalam hal-hal yang berkaitan dengan
mengatur organisasi.
2) Mengatur follower adalah pengaturan anggota-anggota organisasinya. Dia harus
menempatkan para anggota organisasinya sedemikian rupa, sehingga menunjang
kepemimpinannya.
3) Mengatur situasi, artinya dia bisa membuat suasana kerja yang memberikan rasa nyaman
bekerja, menimbulkan gairah kerja, dan rasa bangga bagi kariyawannya untuk bekerja.
d) Pengawasan dan pengendalian (controlling)

Pengawasan terdiri atas tindakan peneliti apakah segala sesuatu tercapai atau berjalan sesuai
rencana yang telah ditetapkan, intruksi-intruksi yang telah dikeluarkan , dan prinsip-prinsip yang
sudah di tetapkan. Syarat atau prinsip pengawasan adalah:

a. Harus ada rencana yang jelas

b. Mampu menjamin adanya tindakan perbaikan

c. Bersifat fleksibel

d. Ada pemberian intruksi yang jelas serta kewenangan pada bawahan

e. Harus ekonomis

f. Dapat dimengerti, merefleksipola organisasi


Standart yang digunakan dalam pengawasan adalah norma dan criteria. Standar norma ditatapkan
atas dasar pengalaman masa lalu. Sedangkan standar criteria ditetapka dan diharapkan sebagai
ukuran pelaksanaan program secara memuaskan pada tingkat kepuasan tertentu. Dalam hal ini,
penyimpangan pelaksanaan terhadap standar masih memerlukan suatu batasan toleransi

e) Penilaian ( evaluating)

Evaluasi adalah prosedur penilaian pelaksanaan/hasil kerja atau dampak secara sistematis dengan
membandingkan hasil dan standar,serta dengan mengikuti kriteria atau metode/tujuan tertentu
guna menilai dan mengambil keputusan selanjutnya.tujuan evaluasi antara lain :

a. Alat memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan perencanaan program yang


akan datang.

b. Alat untuk memperbaiki alokasi sumber daya.

c. Alat untuk memperbaiki pelaksanaan suatu kegiatan yang sedang berjalan.

d. Alat untuk mengadakan peencanaan kembali yang lebih baik daripada suatu program.

Jenis evaluasi bedasarkan waktunya antara lain.

1) Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan
program sedang berlangsung.dibedakan menjadi dua,critical review evaluation (
evaluasi pada saat program belum dilaksanakan)dan midterm evaluation (evaluasi
pada saat program sedang dikerjakan,biasanya dalam bentuk evaluasi proses dan
pengawasan).

2) Evaluasi sumatif,yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan program sudah
selesai dilakukan.dikelompokkan dalam bentuk,yaitu evaluasi output dan evaluasi
dampak (impact/outcome) .
Peran Konsultan

Konsultan merupakan suatu interaksi interpesonal untuk membuat perubahan perilaku yang
konstruktif.tujuan nya adalah untuk merangsang klien agar lebih bertanggung jawab,merasa lebih
aman,dan membimbing perilaku yang konstruktif.adapun model konsultasinya adalah sebagai
berikut.

1. Konsultasi Asli : Berarti sumber masalah berasal atau ditentukan klien


2. Model proses politikal : Hubungan di pengaruhi oleh kekuatan dan kewenangan
3. Model dokter-klien : Konsultasi dilakukan untuk menentukan masalah pada klien
4. Model proses : Pemecahan masalah merupakan kunci
5. Model kesehatan : Peningkatan efektifitas dalam lingkungan kerja melalui mental komunikasi
Peran advokator

Kaitan dengan legal aspek,bukan pemberi layanan hukum.misalnya kerusakan lingkungan,apa


dampak terhadap kesehatan,penyelesaian apa yang perlu dilakukan oleh masyarakat.

Perawat kesehatan masyarakat sekolah

Permasalahan kesehatan yag dilaksanakan sesuai dengan tahap perkembangan pada anak,yaitu
usia prasekolah( 4-6th),usia sekolah(6-12th)dan adolescent (13--19th).kegiatan yang dilakukan
adalah screening,penemuan kasus,surveilance status imunisasi,pengelolaan keluhan ringan dan
pemberian obat-obatan.

Peran dalam bidang kesehatan kerja

Peran perawat kesehatan masyarakat di tempat kerja dapat berupa pelayanan langsung dan
pengelolaan layanan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat antara lain:

1. Karakteristik demografi dan geografis

2. Karakteristik pekerjaan
3. Interaksi antara pekerjaan dan layanan pekerjaan

4. Elemen epidemiologi dari kesehatan kerja yang meliputi:

a. Agent:biologi ,kimia,ergonomi,fisik, dan psikologis

b. Lingkungan
c. Interaksi antar host-agent-enviroment

Perawatan kesehatan di rumah/ hospice care

Perawatan kesehatan di rumah adalah bagian dari rangkaian perawatan kesehatan umum yang di
sediakan bagi individu dan keluarga untuk meningkatkan, memelihara,dan memulihkan
kesehatan guna memaksimalkan kesehatan dan meminimalkan penyakit.

E. Fungsi Keperawatan Komunitas

Definisi Fungsi

Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan peran seseorang. Fungsi
dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain. Dalam menjalankan perannya, parawat akan
melaksanakan berbagai fungsi, antara lain : fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi
interdependen.

Fungsi Perawat Dalam Melaksanakn Perannya

1. Fungsi Independen

Fungsi independen perawat adalah fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara
mandiri, tidak tergantung pada orang lain, atau tim kesehatan lainnya. Perawat harus dapat
memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia baik bio-psiko-sosio-kultural, maupun spiritual, mulai dari individuyang utuh
mencangkupseluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat yang mencerminkan
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler,
seperti pemenuhankebutuhan fisiologis ()pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolitpemenuhan kebutuhan nutrisi,pemenuhan kebutuhan aktivitas
dan istirahat, pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi dan urin), pemenuhan kebutuhan rasa
aman dan nyaman, pemenuhan kebutuhan cinta dan mencintai, pemenuhan kebutuhan harga
diri. Kegiatan ini di lakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dimana perawatbertanggung
jawab serta bertanggung gugat atas rencana dan keputusan tindakannya.

2. Fungsi Dependen
Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat ats instruksi dari tim
kesehatan lain atau tindakan pelimpahan tugas yang diberikan, seperti pelimpahan dari
dokter, ahli gizi, radiologi dag sebagainya.

3. Fungsi Interdependen

Fungsi Interdependen berupa kerja tim yang bersifat ketergantumgan, baik dalam
keperawatan maupun kesehatan. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pembaerian pelayanan sepertidalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan tersebut diatas
tidak dapat diatasi haya oleh perawat, tetapai juga membutuhkan kerja sama dengan
timkesehatan lainnya.

Pada kenyataannya, perawat dalam menjalankan peran dan fungsinya masihjauh dari harapan
yaitu sebagai perawat yang mampu mandiri dan [profesional dalam tatanan praktik keperawatan
secara langsung di rumah sakitmaupun puskesmas, oleh karena itu, setiap perawat harus
memahami fungsi dan kompetensinyaseperti yang telah tercantumdalam hasillokakarya Nosional
Keperawatan tahun1983, yaitu sebagai berikut :

1. Fungsi I

Mengkaji kebutuhan klien , keluarga,kelompok dan masyarakat akan pelayanan keperawatan,


serata sumber-sumberyang tersedia dan potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah:

a) Mengunpulkan data
b) Menganalisis dan mengiterprestasikan data dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan
keperawatan klien, termasuk sumber-sumber yang tersedia dan potensial (diagnosis
keperawatan)

2. Fungsi II

Merencanakan tidakan dan tujuan asuhan keperawatan sesuai denagan keadaan klien.
Kopetensi perawat dalam fungsi ini adalah mengembangkan rencana tindakan keperawatan
untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan dan
kebutuhan.

3. Fungsi III
Melaksanakan rencana keperawatan yang mencanagkup upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan, pemeliharaan kesehatandan termasuk
pelayanan klien dalam keadaan terminal. Kopetensi perawat dalam fungsi ini adalah sebagai
berikut :
a) Menggunakan dan menerapkan kosepserta prinsip ilmu prilaku, ilmu sosial budaya dan
ilmu biomedik dasr dalam melaksakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

b) Menerapkan ketrampilan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan manusiawi klien,


antara lain :

• Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual

• Kebutuhan nutrisi

• Kebutuhan eliminasi

• Kebutuhan oksigenasi

• Kebutuhan aktivitas dan istirahat

• Kebutuhan keselamatan dan keamanan


c) Merawat klien dengan gangguan fungsi tubuh, antara lain :

• Gangguan sistem pernapasan

• Gangguan sistem kardiovaskular

• Gangguan sistem perncernaan

• Gangguan bicara

• Gangguan sistem pendengaran

• Gangguan sistem reproduksi

• Gangguan sistem integumen

• Gangguan sistem perkemihan


• Gangguan sistem endokrin

• Gangguan sistem muskuloskeletal.

d) Merawat klien dengan masalah mental yang berhubungan dengan penyesuaian dan
adaptasi psikososial.

e) Merawat klien yang memerlukan pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan.

f) Memberi pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat


dengan menggunakan sumber yang ada secara optimal.

g) Berperan serta dalam merumuskan kebijakan, merencanakan progam, dan melaksanankan


pelayanan kesehatan.

h) Merawat klien lanjut usia.

i) Merawat klien dengan keadaan atau penyakit terminal.


j) Melaksanakan kegiatan keperawatan sesuai kewenangan dan tanggung jawabnya serta
etika profesi.

4. Fungsi IV

Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah:

a) Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan

b) Menilai tingkat pencapaian tujuan berdasarkan kriteria

c) Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu diadakan dalam rencana keperawatan.

5. Fungsi V

Mendokumentasi proses keperawatan. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :

a) Mengevaluasi data tentang masalah klien

b) Mencatat data proses keperawatan secara sistematis


c) Menggunakan catatan klien dalam memantau kualitas asuhan keperawatan.

6. Fungsi VI

Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari atau merencanakan studi khusus untuk
meningkatkan pengetahuan serta mengembangkan ketrampilan dalam praktik keperawatan.
Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :

a) Mengidentifikasi masalah penelitian dalam bidang keperawatan

b) Membuat usulan recana penelitian keperawatan

c) Menerapkan hasil penelitian dalam praktik keperawatan denagn tepat.

7. Fungsi VII
Berpartisipasi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Kopetensi perawat dalam fungsi ini adalah :

a) Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan bagi individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat

b) Membuat rancangan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan pendekatan yang


sistematis

c) Melaksanakan penyuluhan kesehatan dengan metode tepat guna

d) Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan berdasrkan hasil yang diharapkan.

8. Fungsi VIII

Bekerja sama dengan profesi lain yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
klien, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :

a) Berperan serta dalam pelayanan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sebagai bagian dari tim kesehatan

b) Menciptakan komunikasi yang efektif, baik dalam tim perawat maupaun dengan anggota
tim kesehatan lain
c) Menyesuaikan diri dengan konflik peran dan kesulitan lingkungan agar pelayanan yang
diberikan dapt efektif.

9. Fungsi IX

Pengelola perawatan klien dan berperan serta sebagai tim dalam melaksanakan kegiatan
perawatan. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :

a) Menciptakan komunikasi yang efektif dengan sejawat dan petugas lainnya

b) Memelopori perubahan di lingkungannya secara efektif (sesuai lingkup tanggung jawab)


sesuai dengan perannya sebagai pembaharu.
10. Fungsi X

Mengelola institusi pendidikan keperawatan. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :

a) Mengembangkan dan mengevaluasi kurikulum

b) Menyusun rencana fasilitas pendidikan

c) Menyusun kebijakan institusi pendidikan

d) Menyusun uraian kerja karyawan

e) Menetapkan fasilitas proses belajar mengajar

f) Menyusun rencana dan jadwal rotasi

g) Memprakarsai program pengembangan staf

h) Kepemimpinan

11. Fungsi XI

Berperan serta dalam merumuskan kebijaksanaan perencanaan pelaksanaan perawatan kesehatan


primer. Kompetensi perawat dalam fungsi ini adalah :

a) Mengkaji status individu keluarga, kelompok dan masyarakat.


b) Mengidentifikasi kelompok resiko fungsi

c) Menghubungkan keperawatan dengan kegiatan pelayanan kesehatan

d) Menyusun rencana keperawatan secara menyeluruh

e) Meningkatkan jangkauanpelayanan keperawatan


f) Mengatur penggunaan sumber-sumber

g) Melaksanakan asuhan keperawatan

h) Membina kerja sama dengan individu, keluarga dan masyarakat serata


mengidentifikasipelayanan yang dibutuhkan

i) Bekerja sama dalam melatih dan mengelola kerja sama

F. Sasaran Keperawatan Komunitas

Seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok baik yang sehat maupun yang
sakit khususnya mereka yang beresiko tinggi dalam masyarakat.

1. Individu

Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuhan utuh dari aspek biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan kerena
ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh karena sesuatau hal dan sebab, maka akan
dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya dan keluarga yang ada dilingkungan sekitar
tempat tinggal mereka. Maka disini peran perawat komunitas adalah membantu individu agar
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena adanya kelemahan fisik dan mental yang
dialami, keterbatasan pengetahuanya dan kurangannya kemauan menuju kemandirian.

2. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian
darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga satu dengan yang lainnyasaling
tergantung dan berinteraksi, bila salah satu atau beberapa anggota keluaga mempunyai
masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya dan keluarga yang
ada di sekitarnya. Dari permasalahan tersebut diatas maka keluarga merupakan focus
pelayanan kesehatan yang strategis :

a) Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan


b) Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota
keluarga.

c) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan.

d) Keluarga sebagai tempat penagambilan keputusan (dicision making) dalam


keperawatan kesehatan.

e) Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha usaha kesehatan
masyarakat.

3. Kelompok Khusus

Yang dimaksud kelompok khusus adalah sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan (problem), kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan antara lain :

a) Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat perkembangan


dan pertumbuhan (growth and development) seperti : ibu hamil, bayi baru lahir, anak
balita, anak usia sekolah dan usia lansia atau usia lanjut.

b) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan


serta asuhan keperawatan, antara lain : kasus penyakit kelamin. Tuberculosis, AID,
kusta dan lain-lain.

Komunitas sebagai klien

Keperawatn kesehatan komunitas berorientasi pada proses pemecahan masalah yang dikenal
dengan proses keperawatan. Dalam penerapan proses keperawatan Klien atau komunitas diberi
kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).

Model kumunitas sebagat mitra: Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari
nueman (1972) untuk melihat masalah pasien, model kumunitas sebagai kloien dikembangkan
oleh penulis untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis
kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya sebgai model
komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi
landasanyya.

Dalam model komunitas sebagai mitra, ada faktor sentral: pertama, fokus pada komunitas
sebagai mitra ditandai dengan rodal pengkajian komunitas dibagian atas, dengan menyatukan
anggota masyarakat sebagai intinya, dan ke dua penerapan proses keperawatan. Model ini
dijelaskan secara rinci untuk membantu anda memahami setiap pembagiannya., agar anda dapat
menggunakannya sebagai pedoman praktik komunitas. Inti roda pengkajian adalah individu yang
membentuk komunitas inti meliputi demografik, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk
setempat. Sebagai anggota masyaraka, penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem
komunitas, dan sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri dari lingkungan, pendidikan, keamanan
dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi, dan rekreasi.

Garis tebal yang mengelilingi komunitas menunjukan garis pertahanan normal, atau tingkat
kesehatn komunitas yang dicapai setiap saat. Garis pertahanan normal meliputi barbagai ciri
misalnya angka imunitas yang tinggi, moralitas bayi yang rendah, atau tingkat pendapatan kelas
menengah. Garis pertahanan normal juga mencakup pola koping, disertai kemampuan
menyelesaikan masalah, ini menunjukan keadaan sehat dari komunitas.

Garis pertahanan fleksibel, digambarkan dengan garis putus- putus yang mengelilingi komunitas
dan garis pertahanan normal. Garis ini merupakan “bufer zone” (area penengah) yang menunjkan
suatu tingkat kesehatan dinamis akibat respon sementara terhadap stressor. Respon ini mungkin
saja terjadi karena adanya mobilisasi anggota masyarakat sekitar karena stresor lingkungan,
seperti banjir atau stresor sosial seperti penjualan buku purno.

Kedelapan subsistem dibatasi dengan garis putus – putus untuk mengingatkan kita bahwa
subsistem tersebut tidak terpisah, tetapi saling mempengaruhi. Kedelapan bagian tersebut
menjelaskan garis besar subsistem suatu komunitas dan memberikan gambaran kerangka kerja
bagi perawat kesehatan komunitas dan pengkajian.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan


keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian
dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
bahaya yang lebih besar ditujukan kepada individu, keluarga yang mempunyai masalah dimana
hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki peran dan fungsi. Diataranya
Peran yang dapat dilaksanakan di antaranya adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,
pendidik, koordinator pelayananan kesehatan, pembaharu(innovator), pengorganisasian
pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan
sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi, diantaranya adalah
fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen.

2. Saran
Penyusun senantiasa mengharapkan kritik saran yang membangun guna penyempurna makalah
kami selanjutnya, selain itu penyusun juga menyarankan kepada rekan-rekan calon perawat dan
perawat untuk memahami peran dan fungsi perawat sehingga kita dapat menjalankan tugas
dengan baik tanpa menyalahi aturan yang sudah di tentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal Mubarak,W.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.jakarta:Salemba Medika

Anderson Elizabeth. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Edisi
3.EGC.Jakartas

Anda mungkin juga menyukai