Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

DENGAN AUTISME

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS LAPORAN NERS PADA STASE


KEPERAWATAN ANAK

LISTIA RAHMAN MAYHESTI


201030200011

PEMBIMBING
Ns. NITA EKAWATI, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. Definisi
Autism merupakan salah satu kelompok dari gangguan perkembangan pada
anak.Menurut Veskarisyanti (2008:17) dalam bahasa yunani dikenal kata
autis “auto” berarti sendiri ditujukan pada seseorang ketika menunjukkan
gejala hidup dalam dunianya sendiri atau mempunyai dunia sendiri.Autisme
pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner
mendiskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan
penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adanya
aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan
keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam
lingkungannya.

Autism adalah gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga


tahun pertama kehidupan anak. Gangguan ini berpengaruh pada
komunikasi, interaksi sosial, imajinasi dan sikap (Wright, 2007 :4)

Menurut Yuwono tahun 2009 autis merupakan gangguan perkembangan


neurobiologis yang sangat kompleks/ berat dalam kehidupan yang panjang
yang meliputi gangguan pada aspek interaksi sosial, komunikasi dan bahasa
dan perilaku serta gangguan emosi dan persepsi sensori bahkan pada aspek
motoriknya. Gejala muncul pada usia sebelum 3 tahun.

Autism infantile adalah gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non
verbal, aktivitas imajinatif adalah gangguan kualitatif pada komunikasi
verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi social timbal balik
yang terjadi sebelum usia 30 bulan. (Behrman, 1999: 120)

Autism menurut Rutter 1970 adalah gangguan yang melibatkan kegagalan


untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan
dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistic dan
konvulsif. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)

Autism pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasive (DSM IV,


sadock dan sadock 2000).Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
autism adalah gangguan perkembangan pervasive, atau kualitatif pada
komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial
timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi
(umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan, bahasa,
fenomena ritualistic dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas.

2. Epidemiologi
Prevalensi 3-4 per 1000 anak.Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit istemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukkan gejala
seperti austik.

3. Klasifikasi
1. Autisme Persepsi
Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme
internal karena kelainan sudah timbul sebelum lahir.
2. Autisme Reaktif
Pada autisme reaktif,penderita membuat gerakkan-gerakkan tertentu
berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang
3. Autisme Yang Timbul Kemudian
Kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit
memberikan pelatihan dan pendidikan untuk mengubah perilakunya
yang sudah melekat,ditambah beberapa pengalaman baru dan mungkin
diperberat dengan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.
Dalam berinteraksi anak autisme dikelompokkan atas 3 kelompok :
1. Menyendiri
a. Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya
b. Bertendensi kurang menggunakan kata-kata dan kadang-kadang
sulit berubah meskipun usianya bertambah lanjut.
c. Menghabiskan harinya berjam-jam sendiri,dan kalau berbuat
sesuatu,melakukannya berulang-ulang.
d. Sangat tergantung pada kegiatan sehari-hari
2. Kelompok anak autisme yang pasif
a. Lebih bisa bertahan pada kontak fisik dan agak mampu bermain
dengan kelompok.
b. Mempunyai pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun
masih agak terlambat biasa berbicarannya.
c. Kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang ada
kata yang kurang tepat
d. Gangguan kelompok ini tidak seberat anak kelompok menyendiri.
e. Kelompok ini bisa diajari dan dilatih
3. Anak autisme kelompok yang aktif tetapi menggunakan cara sendiri
a. Kelompok ini lebih cepat mempunyai pembendaharaan kata paling
banyak dan cepat bisa berbicara masih bisa ikut berbagi rasa dengan
teman
b. Meskipun bisa merangkai kata dengan baik namun masih terselip
kata yang aneh dan kurang dimengerti
c. Menyenangi dan terpaku pada salah satu jenis barang tertentu.
1. Etiologi
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (ketokolamin, serotonin, dopamine belum pasti)
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif reticulum,
keadaan tidak menguntungkan antara factor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebelium, lesi hipokompus
otak depan.
5. Penyakit otak organic dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsy
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.

Gambaran autism pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh pada


masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak
berespon saat diangkat dan tampak lemah.Tidak adanya kontak mata,
memberikan kesan jauh atau tidak mengenal.Bayi yang lebih tua
memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan
cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan
terganggu dan tampak berteriak-teriak.Pada masa anak-anak dan remaja,
anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak
takut pada suara tertentu, dan tercengang pada suara lainnya.Bicara dapat
terganggu dan dapat mengalami kebisuan.Mereka yang mampu berbicara
memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik.Dengan
bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri
dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan
persepsi visual dan focus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu
lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat
menggunakan secara luas pasca indera penciuman, kecap dan raba ketika
mengeksplorasi lingkungannya.
Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapat menyita
perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakkan jari
tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keadaan yang menyenangkan
atau stress. Kelainan lain adalah destruktif, marah berlebihan dan
kurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa
inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.

2. Cara Mengetahui Autisme Pada Anak


Anak mengalami autism dapat dilihat dengan :
1. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
2. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autism pada anak.
3. Observasi orang tua, pengasuh guru tentang perilaku anak dirumah,
diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi social dalam kondisi normal .
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya:
1. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi
tegang bila diangkat, cuek menghadapi orang tuanya, tidak bersemangat
dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak
berupaya menggunakan kata-kata. Orang tua perlu waspada bila anak
tidak tertarik pada boneka atau binatang mainan untuk bayi, menolak
makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik
pada kedua tangannya sendiri.
2. Pada usia 2-3 tahun dengan gejala suka mencium atau menjilati benda-
benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
3. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila
anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-
ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama),
dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya
bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), melukai dan merangsang diri sendiri.

3. Manifestasi Klinis
1. Penarikan diri, kemampuan komunikasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena
dapat menirukan lagu-lagu yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi
mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan
kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal,
tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non
verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih
dipengaruhi, dapat mempengaruhi kapasitas intelektual yang memadai.
Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat
orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk
bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat
yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada
objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa
dimana anak tercengang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak
menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat
diramalkan.
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin
6. Kontak mata minimal atau tidak ada
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan dapat menggosok permukaan menunjukkan penguatan
kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya
respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara
keras yang mendadak menunjukkan ,menurunnya sensitivitas pada
rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukkan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara
tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang
tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol.
Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa,
kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi
secara fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mnegepakkan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak austik :
1. Defisit keteraturan verbal
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik
3. Kurangnya teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan Kohen 1994 ciri utama anak autism adalah :
1. Interaksi sosial dan perkembangan social yang abnormal
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel
dan tidak imajinatif
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

4. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik
(dendrit).Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks).Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel saraf
terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester
ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson,
dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak
berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps.
Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang
dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak. Makin banyak
sinaps terbentuk, anak makin cerdas.Pembentukan akson, dendrit, dan
sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.Bagian otak yang
digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan
sinaps.Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian
sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps. Kelainan genetis, keracunan
logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan
abnormalitas pertumbuhan sel saraf. Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang
baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh
berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic
factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related
gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab
untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan,
dan perkembangan jalinan sel saraf.Brain growth factors ini penting bagi
pertumbuhan otak.

Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan


abnormal pada daerah tertentu.Pada gangguan autistik terjadi kondisi
growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati
secara tak beraturan. Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan
pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan
berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera
dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme.Berkurangnya sel Purkinye
diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada
sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara
abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan
sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factor dan
neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye. Gangguan pada sel
Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder.Bila autisme disebabkan
faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang
terjadi sejak awal masa kehamilan. Degenerasi sekunder terjadi bila sel
Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang
menyebabkan kerusakan sel Purkinye.Kerusakan terjadi jika dalam masa
kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.

Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami


aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motor, atensi,
proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil
menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau
membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi
lingkungan. Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar
bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman
menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan
otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan
amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses
memori). Penelitian pada monyet dengan merusak hipokampus dan
amigdala mengakibatkan bayi monyet berusia dua bulan menunjukkan
perilaku pasif-agresif.Mereka tidak memulai kontak sosial, tetapi tidak
menolaknya. Namun, pada usia enam bulan perilaku berubah. Mereka
menolak pendekatan sosial monyet lain, menarik diri, mulai menunjukkan
gerakan stereotipik dan hiperaktivitas mirip penyandang autisme. Selain itu,
mereka memperlihatkan gangguan kognitif.
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain
kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi,
seng, yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.Adapun
hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain alkohol,
keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita
ibu pada masa kehamilan, radiasi, serta ko kain.

Nutrisi ibu Kelainan Ketidakseimbangan Faktor Gangguan


yang buruk neurobiologis biokimia genetic kekebalan

Autisme

Gangguan Hambatan Gangguan Gangguan


komunikasi verbal interaksi social persepsi sensori emosi
& non verbal

Resiko
terhadap diri

5. Prognosis
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan
marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat,
namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi merupakan hasil
akhir.Prognosis yang lebih baik adalah tingkat intelegensi lebih tinggi,
kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku aneh.
Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua, kejang-kejang dan
kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Autism sebagai spectrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi
bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan.Bila tes-tes secara
behavioural maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autism,
maka beberapa instrument screening yang saat ini telah berkembang dapat
digunakan untuk mendiagnosa autism.
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)
Skala peringkat autisme masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric
Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan
perilaku.Alat menggunakan skala 15 anak dievaluasi berdasarkan
hubungan dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi terhadap
perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi.
2. The Checklist For Autism In Toodlers (CHAT)
Berupa daftar pemeriksaan autism pada balita yang digunakan untuk
mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron
Cohen di awal tahun 1990 an
3. The Autism Screening Questionare
Daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada
anak diatas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi
dan sosial mereka.
4. The Screening For Autism In Two Years Old
Tes screening autism bagia anak 2 tahun yang dikembangkan oleh
Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak,
yaitu bermain, imitasi motorik dan konsentrasi

7. Penatalaksanaan
Orang tuaperlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memberikan perawatan kepada anak termasuk perawat atau staf residen
lainnya.Orang tua sadar adanya Scottish society for austik children dan
national society for austik children yang dapat membantu dan dapat
memberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi bicara,
terapi okupasi, sensori integasi, auditori intregration training (AIT), terapi
keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang
tua, keluarga dan dokter.
1. Terapi Okupasi
Terapi okupasi berguna untuk melatih otot-otot halus anak.Menurut
penelitian, hamper semua kasus anak autistik mempunyai keterlambatan
dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya sangat kaku dan
kasar, mereka kesulitan untuk memegang benda dengan cara yang
benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuapkan makanan ke
dalam mulutnya,dsb. Dengan terapi ini anak akan dilatih untuk
membuat semua otot dalam tubuhnya berfungsi dengan tepat.
2. Terapi Integrasi Sensoris
Terapi ini berguna meningkatkan kematangan susunan saraf pusat,
sehingga lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan
fungsinya.Aktivitas ini merangsang koneksi sinaptik yang lebih
kompleks, dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
3. Terapi Bermain
Terapi bermain adalah pemanfaatan pola permainan sebagai media yang
efektif dari terapis, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.Pada
terapi ini, terapis bermain menggunakan kekuatan terapiutik permainan
untuk membantu klien menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial
dan mencapai pertumbuhan, perkembangan yang optimal.
4. Terapi Perilaku
Terapi ini memfokuskan penanganan pada pemberian reinforcement
positif setiap kali anak berespons benar sesuai intruksi yang diberikan.
Tidak ada punishment dalam terapi ini, akan tetapi bila anak menjawab
salah akan mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai. Terapi ini
digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak pada
aturan.Dari terapi ini hasil yang didapatkan signifikan bila mampu
diterapkan secara intensif.
5. Terapi Fisik
Beberapa penyandang autism memiliki gangguan perkembangan dalam
motorik kasarnya.Kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya
kurang kuat.Keseimbangan tubuhnya juga kurang bagus. Fisioterapi
dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk
menguatkan otot-otot dan memperbaiki keseimbangan tubuh anak.
6. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan asutism mempunyai kesulitan dalam bicara
dan berbahasa. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun
mereka tidak mampu untuk memakai kemampuan bicaranya untuk
berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
7. Terapi Musik
Terapi musik menurut Canadian Association for Music Therapy
(2002) adalah penggunaan music untuk membantu integrasi fisik,
psikologis, dan emosi individu, serta untuk treatment penyakit atau
ketidakmampuan. Sedangkan menurut American Music Therapy
Association (2002) terapi music adalah semacam terapi yang
menggunakan musik yang bersifat terapiutik guna meningkatkan fungsi
perilaku, sosial, psikologis, komunikasi, fisik, sensorik motorik dan
kognitif.
8. Terapi Perkembangan
Terapi ini didasari oleh adanya keadaan bahwa anak dengan autis
melewatkan atau kurang sedikit bahkan banyak sekali kemampuan
bersosialisasi.yang termasuk terapi perkembangan misalnya Floortime,
dilakukan oleh orang tua untuk membantu melakukan interaksi dan
kemampuan bicara.
9. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat.Hal inilah yang
kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar
berkomunikasi melalui gambar-gambar.Beberapa video games bisa juga
dipakai untuk mengembangkan keterampilan komunikasi.
10. Terapi Akupunktur
Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi sistem saraf
pada otak hingga dapat bekerja kembali.
11. Terapi Balur
Banyak yang menyakini autisme disebabkan oleh tingginya zat
merkuri pada tubuh penderita. Terapi balur ini bertujuan mengurangi
kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan
cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit.Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
12. Terapi Lumba-Lumba
Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba
teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan
sensorik penderita autis.Sebab lumba-lumba mempunyai gelombang
sonar (gelombang suara dengan frekuensi tertentu) yang dapat
merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam
tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat
membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri.Selain itu,
gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan
neurotransmitter.

Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik


tapi keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan
keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara.Perilaku
destruktif dan agresif dapat diubah dengan management
perilaku.Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan
(operant conditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan dukungan
negative (hukuman).Merupakan metode untuk mengatasi cacat,
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan
praktis.Kesabaran diperlukan karena kemajuan pada anak autis
lambat.Neuroleptic dapat digunakan untuk menangani perilaku
mencelakakan diri sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan
menarik diri dari pergaulan sosial.Antagonis opiate dapat mengatasi
perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi kemampuan
bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan
latihan antar perorangan terstruktur dapat digunakan. Masalah perilaku
yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi
dengan obat klorpromasin atau trioridasin.Keadaan tidak dapat tidur
dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi
dikendalikan dengan obat anti konvulsan.Hiperkinesis yang jika
menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau
pengawet.Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autism dengan
mendeteksi dini dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh
dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autism bertujuan untuk :
1. Mengurangi masalah perilaku
2. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa
3. Anak bisa mandiri
4. Anak bisa bersosialisasi

8. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga
b. Riwayat keluarga yang terkena autism
c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan
1) Sering terpapar zat toksik, seperti timbal
2) Cedera otak
d. Status perkembangan anak
1) Anak kurang merespon orang lain
2) Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh
3) Anak mengalami kesulitan dalam belajar
4) Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal
5) Keterbatasan kognitif
e. Pemeriksaan fisik
1) Tidak ada kontak mata pada anak
2) Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh)
3) Terdapat ekolalia
4) Tidak ada ekspresi non verbal
5) Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain
6) Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut
7) Peka terhadap bau

2. Diagnosa
a. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk percaya pada orang lain
b. Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan
rangsangan sensori tidak adekuat, gangguan keterampilan reseptif
dan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan
c. Resiko tinggi cedera : menyakiti diri sendiri berhubungan dengan
kurang pengawasan
d. Kecemasan pada orang tua berhubungan dengan perkembangan anak

3. Intervensi
a. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk percaya pada orang lain
Tujuan : klien mau memulai interaksi dengan pengasuhnya
Intervensi :
- Batasi jumlah pengasuh anak
- Tunjukkan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada
anak
- Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain
- Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan
orang lain
- Berikan sentuhan, senyuman, dan pelukan untuk menguatkan
sosialisasi
b. Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan
rangsangan sensori tidak adekuat, gangguan keterampilan reseptif
dan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan
Tujuan : klien dapat berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan
kepada orang lain
Intervensi :
- Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami komunikasi
anak
- Gunakan kalimat sederhana dan lambang/maping sebagai media
- Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anak sampai
menguasai
- Anjurkan kepada orang tua/pengasuh untuk melakukan tugas
secara konsisten
- Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi
- Validasi tingkat pemahaman anak tentang pelajaran yang telah
diberikan
- Pertahankan kontak mata dalam menyampaikan ungkapan non
verbal
- Berikan reward pada keberhasilan anak
- Hindari kebisingan saat berkomunikasi
c. Resiko tinggi cedera : menyakiti diri sendiri berhubungan dengan
kurang pengawasan
Tujuan : klien tidak menyakiti dirinya
Intervensi :
- Bina hubungan saling percaya
- Alihkan perilaku menyakiti diri yang terjadi akibat respon dari
peningkatan kecemasan
- Alihkan perhatian dengan hiburan/aktivitas lain untuk
menurunkan tingkat kecemasan
- Lindungi anak ketika perilaku menyakiti diri terjadi
- Siapkan alat pelindung/proteksi
- Pertahankan lingkungan yang aman
d. Kecemasan pada orang tua berhubungan dengan perkembangan
anak
Tujuan : kecemasan berkurang/tidak lanjut
Intervensi :
- Tanamkan pada orang tua bahwa autis bukan aib/penyakit
- Anjurkan orang tua untuk membawa anak ke tempat terapi yang
berkualitas baik serta melakukan secara konsisten
- Berikan motivasi kepada orang tua agar dapat menerima kondisi
anaknya yang special
- Anjurkan orang tua anak untuk mengikuti perkumpulan orang
tua dengan anak autis, seperti kegiatan autis awareness festival
- Berikan informasi mengenai penanganan anak autis
- Beritahukan kepada orang tua tentang pentingnya menjalankan
terapi secara konsisten dan continue.

4. Implementasi
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan
Keperawatan, implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.

5. Evaluasi
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan
perkembangan, antara lain sebagai berikut :
a. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi
dan pengkajian ulang.
b. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai
penilaian diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER
merupakan komponen utama dalam catatan perkembangan yang
terdiri atas:
c. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali
pada  klien yang afasia.
d. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
e. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien
yang dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena
status klien selalu berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu
pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh
karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
f. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun
yang akan datang (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan
tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan
kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan.
g. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk
memecahkan atau menghilangkan masalah klien. Karena status klien
selalu berubah, intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai
rencana yang telah ditetapkan.
h. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan
analisis respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria
evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang
memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
i. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama
diagnosis dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau
pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk
mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah
ditetapkan

KASUS

An. I dengan Autisme di RT 05 RW 03 Kelurahan Berkoh, Kecamatan


Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Pengelolaan keperawatan dilakukan
dengan pendekatan proses keperawatan keluarga yaitu tahap pengkajian,
perumusan masalah, perumusan diagnosakeperawatan, penentuan prioritas
masalah, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan yang dilakukan selama lima kali kunjungan yaitu pada tanggal 29
November – 4 Desember 2020. Pada tanggal 29 November 2020 dilakukan
pengkajian terhadap keluarga Tn. M, Pengkajian dilakukan Rumah Tn. M,
Keluarga Tn. M merupakan keluarga keluarga kecilyang terdiri dari empat
anggota keluarga. An. I adalah anak sulung dari dua bersodara berumur 5 Tahun 7
Bulan, bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sudah dua tahun belum
ada kemajuan dalam komunikasi dan berinterkasi dengan temannya di PAUD dan
beralamat di RT 05 RW 03 Kelurahan Berkoh KecamatanPurwokerto Selatan
Kabupaten Banyumas. Semua keluarga Tn. M beragama Islam dan berasal dari
suku Jawa, Bangsa Indonesia dan tidak ada tradisi dari sukunya yang bertentangan
dengan kesehatan. Secara umum ekonomi keluarga tergolong kecukupan,
pendapatan Tn. M Rp 2.000.000 per bulan.
Penghasilan yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk
membiayai biaya pendidikan kedua anaknya yang masih menempuh pendidikan
paud dan membiayai Pengobatan An. I. Tn. M mengatakan bahwa An. I
mengalami keterlambatan berbicara,tidak mau diam, dan sulit untuk di ajak
berinteraksi. Tn. M merasa sedih dengan kondisi An. I yang mengalami autisme
karena ketidaktahuan tentang autisme. Yang disebabkan kurangnya pengetahuan
tentang autisme dan kebingungan bagaimana cara menanganinya. Dalam
pemeriksaan KPSP (Kuesioner Pra Skiring Perkembangan) pada An. I didapatkan
bahwa An. I pada tahapan perkembangan terjadi penyimpangan pada Gerak
Kasar, berbicara dan bahasa, setra sosialisasi dan kemandirian. Bagaimana
ASKEP yang dilakukan perawat selama 3 hari dalam 3x kunjungan di tanggal di
atas?

PENILAIAN AWAL MEDIS & Nama : An. I


KEPERAWATAN RAWAT INAP No. RM : 10-10-1010
ANAK (Untuk Usia ≥ 29 Hari Sampai Tgl. Lahir : 10Maret 2013
Dengan 18 Tahun)  Laki – Laki 
Perempuan
Tanggal : 4 Desember\
2020 Jam : 10.10 WIB
Sumber data : Pasien Keluarga Lainnya :-
Rujukan : YaTidak
RS Puskesmas
Dokter :-
Diagnosa Rujukan :-

1. Identitas (Orang Tua/Keluarga)


Nama : Tn. M
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Agama : Islam
Suku : Jawa
Gol darah :B
Alamat : RT 05 RW 03 Kelurahan Berkoh, Kecamatan Purwokerto
Selatan, Kabupaten Banyumas

2. Keluhan Utama
Tn. M mengatakan bahwa An. I mengalami keterlambatan berbicara,tidak mau
diam, dan sulit untuk di ajak berinteraksi. Tn. M merasa sedih dengan kondisi
An. I yang mengalami autisme karena ketidaktahuan tentang autisme, yang
disebabkan kurangnya pengetahuan tentang autisme dan kebingungan
bagaimana cara menanganinya

3. Diagnosa Medis
Autisme

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Anak tampak apatis dan hiperaktif
b. Berat Badan : 15 Kg
c. BB Ideal Anak : 19,4 Kg
d. Lingkar Kepala : 30 cm
e. Lingkar Dada : 48 cm
f. Lingkar Lengan Atas : 15 cm
g. Tinggi Badan : 90 cm

5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1) Pranatal    : Sebelum mengalami kehamilan istri Tn. M tidak
mengalami penyakit atau gangguan yang dapat menyebabkan kelainan
pada kehamilannya.
2) Intranatal : Tidak terjadi kelainan yang dapat menyebabkan gangguan
pada kehamilannya
3) Postnatal  : Kelahiran istri Tn. M normal dan tidak terjadi gangguan
b. Riwayat Penyakit Lalu : Tidak Ya Penyakit :-
1) Pernah Dirawat : Tidak Ya Diagnosa :-
Kapan :- Di :-
2) Pernah di Operasi : Tidak Ya Jenis Operasi :-
3) Masih dlm Pengobatan : Tidak Ya
4)  Imunisasi / vaksin
a)  BCG : 0-2 bulan
b) Hepatitis B : 1 bulan
c) Polio : 4 bulan
d)  DPT 1 : 2 bulan
e)  DPT 2 : 3 bulan
f) DPT 3 : 4 bulan
g) Campak  : 6 bulan
c. Riwayat Penyakit Keluarga :  Tidak Ya Jika Iya:-  Hipertensi,
 Jantung  Paru  DM  Ginjal
d. Ketergantungan Terhadap :  Tidak Ya Jika Iya : Obat-
ObatanRokok Alkohol Lainnya:-
e. Riwayat Alergi :  Tidak Ya. Jika Iya :  Obat-
obatanMakanan Lainnya:-
Reaksi Alergi : -

6. Riwayat Psikososial Dan Spiritual


a. Status Psikologis
1) Anak Kandung :  Tidak Ya
2) Penelantaran Fisik/ Mental :  Tidak Ya
3) Penurunan Prestasi Sekolah :  Tidak Ya
4) Gangguan Tumbuh Kembang :  Tidak Ya
5) Kekerasan Fisik :  Tidak Ya Jelaskan:-
Bila terdapat masalah psikologis,pasien dikonsultasikan ke
psikiater/psikolog melalui DPJP
b. Status Sosial
1) Saudara :  Kandung Jumlah : 2 Orang
 Tiri Jumlah : - Orang
2) Tinggal Bersama : Orang Tua  Lainnya:-
Nama : Tn. M
No .Telp. : 089754567666
3) Pendidikan Saat Ini : Belum Sekolah PAUD/ TK  SD
SMP SMA/SMK
c. Spiritual
Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan (untuk anak usia>6 tahun):-

7. Kebutuhan Komunikasi Dan Edukasi


a. Edukasi diberikan Kpd :Pasien Keluarga
b. Bicara : Normal  Gejala Awal  Bicara
Gangguan
Bicara : -
Kapan : Sampai umur 5 tahun 7 bulan An. I
mengalami keterlambatan berbicara.
c. Bahasa Sehari – Hari :Indonesia Daerah, Jelaskan:-
 Inggris Lainnya :
Jelaskan: Sampai umur 5 tahun 7 bulan An. I
mengalami keterlambatan berbicara
d. Perlu Penterjemah :Tidak Ya
e. Bahasa Isyarat : Tidak Ya
f. Hambatan Edukasi (Untuk Usia > 6 Tahun) Cara Edukasi Yang Disukai
(Untuk Usia > 6 Tahun): -
1)  Tidak Ada Hambatan
2) Ada Hambatan  Menulis  Mendengar  Membaca
 Mendengar  Audio Visual/Gambar
Bahasa  Cemas  Diskusi
Demonstrasi  Pendengaran 
Emosi
 Hilang Memori Kesulitan bicara  Motivasi
Buruk
 Kognitif  Masalah Pengelihatan
 Secara Fisiologis Tidak Mampu Belajar
3) Kebutuhan Edukasi :  Proses Penyakit  Pengobatan/Tindakan
 Terapi / Obat  Nutrisi  Lainnya,
Jelaskan:-
4) Bersedia Dikunjungi :  Tidak  Ya ( Keluarga 
Kerabat )
8. Status Gizi Anak
a. Berat Badan : 15 Kg
b. BB Ideal Anak : 19,4 Kg
c. Lingkar Kepala : 30 cm
d. Lingkar Dada : 48 cm
e. Lingkar Lengan Atas :15cm
f. Tinggi Badan : 90 cm
g. Diet Saat Ini :-
h. Porsi Makan yang Dihabiskan : Habis
i. Alergi Makanan :-
9. Kebutuhan Dasar Sehari-hari
No
. Jenis Kebutuhan Di Rumah
1. Makan 3x/hari
2. Minum ± 8 Gelas/hari
3. Tidur ±6 Jam
4. Mandi 3x/hari
5. Eliminasi Normal
6. Bermain Aktif

1. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – Tanda Vital
Keadaan Umum :
GCS:15 E:4 M:6 V:5
TD:100/70mmHg Suhu : 370C Nadi : 89 x/mnt RR : 22x/mnt
Saturasi Oksigen :- Pada  Udara Ruangan  Sungkup Nasal
Prong
 Lainnya: -
b. Pemeriksaan Umum
1) Kepala : Normal Mikrosefali Makrosefali
Lainnya:-
2) Rambut
a) Warna : Hitam  Seperti Rambut Jagung
b) Mudah Di Cabut : Ya Tidak
3) Mata
a) Palpebra : Normal
b) Konjungtiva Pucat :  Tidak Ya
c) Hiperemi :  Tidak Ya
d) Sekret : Tidak Ya
e) Sclera Ikterik : Tidak Ya
f) Pupil Isokor : Tidak Ya
g) Reflek Cahaya : Tidak Ya
4) THT
a) Telinga : Normal, tidak ada sekret dan darah
b) Hidung : Tidak ada polip, tidak ada cuping hidung
c) Tenggorokan
Faring : Normal
Tonsil : Tidak ada pembengkakan
d) Lidah : Bersih
e) Bibir : Lembab
5) Leher
a) Jvp :-
b) Tunggal :-
c) Mutipel :-
d) Kaku Kuduk :-
e) Pembesaran Kelenjar : -
6) Thoraks : Simetris Asimetris Bentuk Dada
a) Cor :  S1,S2 Regular  Ireguler
 Murmur  Lainnya:-
b) Pulmo : Suara Nafas : Vesikuler
 Rales Wheezing Lainnya :-
7) Abdomen :  Distensi  Nyeri Tekan, Lokasi :-
 Meteorismus Peristaltik
Tugor Asites
a) Hepar :-
b) Lien :-
c) Ginjal :-
d) Massa :-
8) Ekstermitas: Hangat Dingin Oedema
Crt
 Reflek Fisiologi  Reflek Patologi
 Lainnya:-
9) Kulit : Warna kulit pasien kuning langsat, kuku
pendek dan bersih, tak ada pitting edema, kulit lembab dan
turgor kulit baik, elastisitas kulit baik
a) Genetalia Eksternal :-
b) Status Pubertas:  Perempuan : Mammae Pubis:-
 Laki- Laki : Gona Pubis:-

2. Tingkat Perkembangan Anak Saat Ini


a. Motorik Halus : Dapat memegang barang menggunakan
tangan dengan baik
b. Motorik Kasar : Melompat-lompat, tidak bisa diam dan lari
kesana-sini tak terarah.
c. Personal Sosial :Tergantung dengan keluarga
d. Komunikasi : Menggunakan komunikasi non verbal,
tidak memahami saat diajak berbicara dan menarik tangan orang
lain bila menginginkan sesuatu.
e. Interaksi social : Saat diajak berbicara menghindari kontak
mata, menghindari interaksi sosial dan bila di panggil tidak mau
menoleh.
f. Tingkah Laku : Asik main sendiri, melompat lompat dan
tidak mau di atur .
g. Bahasa :Echolalia (mengulang-ulang kata/ kalimat)
h. Pengkajian Perilaku : Perilaku yang berlebihan (excessive),
seperti melompat-lompat, tidak bisa diam dan lari kesana-sini tak
terarah.

3. Skala Nyeri Metode Flacc Scale (Khusus Anak Usia 2 Bulan – 7


Tahun)

Kategori Score Nilai


0 1 2
Score
Face Tidak ada Menyeringai, Dagu gemetar,
(Wajah) ekspresi khusus, mengerutkan dahi, gerutu berulang
senyum tampak tidak tertarik (sering )
(kadang – kadang)
Leg (Kaki) Posisi normal atau Gelisah , tegang Menendang,
santai kaki tertekuk
Activity Berbaring tenang, Menggeliat, tidak Kaku atau
(Aktivitas) posisi normal, bisa diam, tegang tegang
gerakan mudah
Cry Tidak meringis Merintih, merengek, Terus menangs,
(Menangis ) kadang- kadang berteriak
mengeluh
Consolability Rileks Dapat ditenangkan Sering
(Kemampu dengan sentuhan, mengeluh, sulit
an Consol) pelukan, bujukan, dibujuk
dapat dialihkan
Total Score
Bila usia diatas 7 tahun menggunakan Numeric Scale (lihat panduan
pengkajian nyeri)

a. Nyeri :  Ya  Tidak

1 – 3 : Nyeri ringan, analgetik oral


4 – 7 : Nyeri sedang, perlu analgetik
Tidak Nyeri Nyeri
injeksi
nyeri sedan berat

b. Nyeri Kronis, Lokasi : - Frekuensi : - Durasi : -


c. Nyeri Akut Lokasi :- Frekuensi : - Durasi : -
d. Skore Nyeri (0-10) :-

4. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen :-
Laboratorium :-
Lain-lain :-
5. Terapi dan Obat – Obatan
Tidak ada terapi dan obat-obatan yang digunakan

6. Analisa Data

No. Data Fokus Etiologi Problem

1. DS : Hambatan Individu Gangguan


- Keluarga mengatakan pasien Komunikasi
mengalami keterlambatan berbicara Verbal
DO :
- Pasien menggunakan komunikasi non
verbal
- Pasien tidak memahami saat diajak
berbicara dan menarik tangan orang
lain bila menginginkan sesuatu.
- Bahasan pasienEcholalia
(mengulang-ulang kata/ kalimat)
2. DS : Defisiensi Bicara Gangguan
- Orang tua pasien mengatakan sudah Interaksi Sosial
dua tahun belum ada kemajuan dalam
berinteraksi dengan temannya di
PAUD
DO :
- Saat diajak berbicara menghindari
kontak mata
- Pasien menghindari interaksi socsial
- Bila di panggil tidak mau menoleh.
- perilaku yang berlebihan (excessive),
seperti melompat-lompat, tidak bisa
diam dan lari kesana-sini tak terarah.
3. DS : Defisiensi Stimulus Gangguan
Orang tua pasien mengatakan Tumbuh
kebingungan bagaimana cara Kembang
menanganinya
DO :

- TTV:
TD :100/70 mmHg
RR : 22 x/menit
N :89 x/menit
S: 37 ℃
- Pasien sudah dua tahun belum ada
kemajuan dalam komunikasi dan
berinteraksi dengan temannya
- Terdapat hambatan edukasisecara
fisiologis tidak mampu belajar
- Motorik kasar pasien melompat-
lompat, tidak bisa diam dan lari
kesana-sini tak terarah.
- Kebutuhan personal sosial tergantung
dengan keluarga
4. DS : Kurang Terpapar Defisit
- Tn. M mengatakan sedih dengan Informasi Pengetahuan
kondisi An. I yang mengalami
autisme
DO :
- Tampak ketidaktahuan orang tua
tentang autisme
- Orang tua pasien tampak
kebingungan bagaimana cara
menanganinya
7. Diagnosa Keperawatan Prioritas
a. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan individu
b. Gangguan interaksi sosial b.d defiensi bicara
c. Gangguan tumbuh kembang b.d defisiensi stimulus
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

8. Discharge Planning

No. Tgl /Jam Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan (PES) Hasil

1. 04/12/20 Gangguan Setelah dilakukan Promosi Komunikasi :


komunikasi verbal b.d kunjungan selama Defisit Bicara
11.00
hambatan individu d.d 3xdiharapakan (I.13492, 373)
WIB
tidak mampu komunikasi verbal - Monitor kecepatan,
berbicara atau meningkatdengan kriteria tekanan, kuantitas,
mendengar, hasil: volume, dan diksi
menunjukkan respon - Kemampuan bicara
tidak sesuai, sulit berbicara meningkat - Monitor proges
memahami (5) kognitif, anatomi, dan
komunikasi, sulit - Kemampuan fisiologis yang
menggunakan mendengar berkaitan dengan
ekspresi wajah atau meningkat (5) bicara (mis; memori,
tubuh, susah - Kesesuaian ekspresi pendengaran dan
menyusun kalimat, wajah dan tubuh bahasa)
verbalisasi tidak tepat, meningkat (5) - Monitor frustasi,
sulit mengungkapkan - Kontak mata marah, depresi, atau
kata-kata meningkat (5) hal lain yang
- Respons perilaku mengganggu bicara
membaik (5) - Identifikasi perilaku
- Pemahaman emosional dan fisik
komunikasi membaik sebagai bentuk
(5) komunikasi
- Gunakan metode
komunikasi alternatif
(mis; menulis, mata
berkedip, papan
komunikasi dengan
gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan
komputer)
- Sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (mis;
berdiri di depan
pasien, dengarkan
dengan seksama,
tunjukkan satu
gagasan atau
pemikiran sekaligus,
bicaralah dengan
perlahan sambil
menghindari teriakan,
gunakan komunikasi
tertulis, atau meminta
bantuan keluarga
untuk memahami
ucapan pasien)
- Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bantuan
- Ulangi apa yang
disampaikan pasien
- Berikan juru bicara,
jika perlu
- Anjurkan bicara
perlahan
- Ajarkan pasien dan
keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara
- Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapis.
2. 04/12/20 Gangguan interaksi Setelah dilakukan Promosi Sosialisasi
sosial b.d defiensi kunjungan selama (I.13498, 385)
11.00
bicara d.d merasa 3xdiharapakan interaksi - Identifikasi
WIB
tidak nyaman dengan sosial meningkatdengan kemampuan
situasi sosial, kurang kriteria hasil: melakukan interaksi
responsive atau 1. Perasaan nyaman dengan orang lain
tertarik pada orang dengan situasi sosial - Identifikasi hambatan
lain, tidak berminat meningkat (5) melakukaninteraksi
melakukan kontak 2. Responsif pada orang dengan orang lain
emosi dan fisik lain meningkat (5) - Motivasi
3. Perasaan tertarik pada meningkatkan
orang lain meningkat keterlibatan dalam
(5) suatu hubungan
4. Minat melakukan - Motivasi kesabaran
kontak mata dalam
meningkat (5) mengembangkan suatu
5. Minat melakukan hubungan
kontak fisik meningkat - Motivasi berpartisipasi
(5) dalam aktivitas baru
6. Ekspresi wajah dan kegiatan kelompok
reaponsif meningkat - Motivasi berinteraksi
(5) kooperatif bermain di luar lingkungan
dengan sebaya (mis; jalan-jalan, ke
meningkat (5) toko buku)
7. Kooperatif dengan - Diskusikan kekuatan
teman sebaya dan keterbatasan dalam
meningkat (5) berkomunikasi dengan
8. Perilaku sesuai usia orang lain
meningkat (5) - Diskusikan
perencanaan kegiatan
di masa depan
- Berikan umpan balik
positif dalam
perawatan diri
- Berikan umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan
- Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
- Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
- Anjurkan berbagi
pengalaman dengan
orang lain
- Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
- Anjurkan penggunaan
alat bantu (mis;
kacamata dan alat
bantu dengar)
- Anjurkan membuat
perencanaan kelompok
kecil untuk kegiatan
khusus
- Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan
komunikasi
- Latih mengekspresikan
marah dengan tepat
3. 04/12/20 Gangguan tumbuh Setelah dilakukan Promosi Perkembangan
kembang b.d kunjungan selama Anak
11.00
defisiensi stimulus 3xdiharapakan status (I.10340, 381)
WIB
d.d tidak mampu perkembangan membaik - Identifikasi kebutuhan
melakukan dengan kriteria hasil: khusus anak dan
keterampilan atau 1. Keterampilan perilaku kemampuan adaptasi
perilaku khas sesuai sesuai usia meningkat anak
usia (fisik, bahasa, (5) - Fasilitasi hubungan
motorik, psikososial) 2. Respons sosial anak dengan teman
meningkat (5) sebaya
3. Kontak mata - Dukung anak
meningkat (5) berinteraksi dengan
anak lain
- Dukung anak
mengekspresikan
perasaannya secara
positif
- Dukung anak dalam
bermimpi dan
berfantasi sewajarnya
- Dukung partisipasi
anak di sekolah,
ekstrakulikuler dan
aktivitas komunikasi
- Berikan mainan yang
sesuai dengan usia
anak
- Bernyanyi bersama
anak lagu-lagu yang
disukai anak
- Bacakan
dongeng/cerita untuk
anak
- Diskusikan bersama
remaja tujuan dan
harapannya
- Sediakan kesempatan
dan alat-alat untuk
menggambar, melukis,
dan mewarnai
- Sediakan mainan
puzzle dan maze
- Ajarkan nama-nama
benda objek yang ada
dilingkungan sekitar
- Ajarkan pengasuh
milestones
perkembangan dan
perilaku yang dibentuk
- Ajarkan sikap
kooperatif, bukan
kompetisi diantara
anak
- Ajarkan anak meminta
bantuan dari anak lain,
jika perlu
- Ajarkan teknik asertif
pada anak dan remaja
- Demonstrasikan
kegiatan yang
meningkatkan
perkembangan pada
pengasuh
- Rujuk untuk konseling,
jika perlu
4. 04/12/20 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Stimulasi
b.d kurang terpapar kunjungan selama Bayi/Anak
11.00
informasi d.d 3xdiharapakantingkat (I.123448, 109)
WIB
menanyakan masalah pengetahuan - Identifikasi kesiapan
yang dihadapi meningkatdengan kriteria orang tua dalam
hasil: menerima informasi
1. Perilaku sesuai - Identifikasi faktor yang
anjuran meningkat (5) menghambat
2. Kemampuan keberhasilan edukasi
menjelaskan tentang - Sediakan materi dan
suatu topik meningkat media pendidikan
(5) kesehatan
3. Perilaku sesuai - Jadwalkan pendidikan
dengan pengetahuan sesuai kesepakatan
meningkat (5) - Berikan kesempatan
4. Pertanyaan tentang untuk bertanya
masalah yang - Berikan pujian atas
dihadapi menurun (5) keberhasilan orang tua
5. Persepsi yang keliru - Jelaskan bayi
terhadap masalah memberikan isyarat
menurun (5) perilaku yang
menunjukkan
kebutuhannya
- Jelaskan stimulus yang
dapat membantu
mengoptimalkan
perkembangan
bayi/anak
- Ajarkan cara
mengidentifikasi
isyarat perilaku
bayi/anak (mis; lapar,
tidak nyaman)
- Ajarkan cara stimulus
perkembangan motorik
kasar, motorik halus,
dan bahasa sesuai
tahapan usia bayi/anak.
9. Implementasi Dan Evaluasi Kunjungan

Tgl& Diagnosa Implementasi Evaluasi Nama

Jam Keperawatan

04/12/20 Dx. 1 S: Listia


- Memonitor - Keluarga
08.05
kecepatan, tekanan, mengatakan pasien
kuantitas, volume, mengalami
dan diksi bicara keterlambatan
08.10
- Memonitor proges berbicara
kognitif, anatomi, O:
dan fisiologis yang - Pasien
berkaitan dengan menggunakan
bicara (mis; memori, komunikasi non
pendengaran dan verbal
bahasa) - Pasien tidak
08.15
- Memonitor frustasi, memahami saat
marah, depresi, atau diajak
hal lain yang berbicara dan
mengganggu bicara menarik tangan
08.20
- Mengidentifikasi orang lain bila
perilaku emosional menginginkan
dan fisik sebagai sesuatu.
bentuk komunikasi - Bahasan pasien
08.25
- Mnggunakan Echolalia
metode komunikasi (mengulang-ulang
alternatif (mis; kata/ kalimat)
menulis, mata A:
berkedip, papan - Masalah belum
komunikasi dengan teratasi
gambar dan huruf, P:
isyarat tangan, dan - Intervensi
komputer) dilanjutkan
08.30 - Menyesuaikan gaya - Memonitor
komunikasi dengan kecepatan,
kebutuhan (mis; tekanan,
berdiri di depan kuantitas,
pasien, dengarkan volume, dan
dengan seksama, diksi bicara
tunjukkan satu - Memonitor
gagasan atau proges kognitif,
pemikiran sekaligus, anatomi, dan
bicaralah dengan fisiologis yang
perlahan sambil berkaitan dengan
menghindari bicara (mis;
teriakan, gunakan memori,
komunikasi tertulis, pendengaran dan
atau meminta bahasa)
bantuan keluarga - Memonitor
untuk memahami frustasi, marah,
ucapan pasien) depresi, atau hal
08.40 - Memodifikasi lain yang
lingkungan untuk mengganggu
meminimalkan bicara
bantuan - Mengidentifikasi
08.50 - Mengulangi apa perilaku
yang disampaikan emosional dan
pasien fisik sebagai
09.05 - Memberikan juru bentuk
bicara, jika perlu komunikasi
09.10 - Menganjurkan - Mnggunakan
bicara perlahan metode
09.20 - Mengajarkan pasien komunikasi
dan keluarga proses alternatif (mis;
kognitif, anatomis, menulis, mata
dan fisiologis yang berkedip, papan
berhubungan dengan komunikasi
kemampuan dengan gambar
berbicara dan huruf,
09.25 - Merujuk ke ahli isyarat tangan,
patologi bicara atau dan komputer)
terapis. - Menyesuaikan
gaya komunikasi
dengan
kebutuhan (mis;
berdiri di depan
pasien,
dengarkan
dengan seksama,
tunjukkan satu
gagasan atau
pemikiran
sekaligus,
bicaralah dengan
perlahan sambil
menghindari
teriakan,
gunakan
komunikasi
tertulis, atau
meminta bantuan
keluarga untuk
memahami
ucapan pasien)
- Memodifikasi
lingkungan
untuk
meminimalkan
bantuan
- Mengulangi apa
yang
disampaikan
pasien
- Memberikan juru
bicara, jika perlu
- Menganjurkan
bicara perlahan
- Mengajarkan
pasien dan
keluarga proses
kognitif,
anatomis, dan
fisiologis yang
berhubungan
dengan
kemampuan
berbicara
- Merujuk ke ahli
patologi bicara
atau terapis.
04/12/20 Dx 2 S: Listia
- Mengidentifikasi - Orang tua pasien
09.45
kemampuan mengatakan sudah
melakukan interaksi dua tahun belum
dengan orang lain ada kemajuan
10.00 - Mengidentifikasi dalam berinteraksi
hambatan melakukan dengan temannya di
interaksi dengan PAUD
orang lain O:
10.15 - Memotivasi - Saat diajak
meningkatkan berbicara
keterlibatan dalam menghindari kontak
suatu hubungan mata
10.20 - Memotivasi - Pasien menghindari
kesabaran dalam interaksi socsial
mengembangkan - Bila di panggil
suatu hubungan tidak mau menoleh.
10.25 - Memotivasi - Perilaku yang
berpartisipasi dalam berlebihan
aktivitas baru dan (excessive), seperti
kegiatan kelompok melompat-lompat,
10.30 - Memotivasi tidak bisa diam dan
berinteraksi di luar lari kesana-sini tak
lingkungan (mis; terarah.
jalan-jalan, ke toko A:
buku) - Masalah belum
10.40 - Mendiskusikan teratasi
kekuatan dan P:
keterbatasan dalam - Intervensi
berkomunikasi dilanjutkan
10.50 dengan orang lain - Mengidentifikasi
- Mendiskusikan kemampuan
perencanaan kegiatan melakukan
11.05 di masa depan interaksi dengan
- Memberikan umpan orang lain
balik positif dalam - Mengidentifikasi
11.10 perawatan diri hambatan
- Memberikan umpan melakukan
balik positif pada interaksi dengan
setiap peningkatan orang lain
11.20 kemampuan - Memotivasi
- Menganjurkan meningkatkan
berinteraksi dengan keterlibatan dalam
orang lain secara suatu hubungan
11.30 bertahap - Memotivasi
- Menganjurkan ikut kesabaran dalam
serta kegiatan sosial mengembangkan
11.45 dan kemasyarakatan suatu hubungan
- Menganjurkan - Memotivasi
berbagi pengalaman berpartisipasi
12.00 dengan orang lain dalam aktivitas
- Menganjurkan baru dan kegiatan
meningkatkan kelompok
kejujuran diri dan - Memotivasi
menghormati hak berinteraksi di
12.10 orang lain luar lingkungan
- Menganjurkan (mis; jalan-jalan,
penggunaan alat ke toko buku)
bantu (mis; kacamata - Mendiskusikan
12.15 dan alat bantu dengar) kekuatan dan
- Menganjurkan keterbatasan
membuat dalam
perencanaan berkomunikasi
kelompok kecil untuk dengan orang lain
12.20 kegiatan khusus - Mendiskusikan
- Melatih bermain perencanaan
peran untuk kegiatan di masa
meningkatkan depan
keterampilan - Memberikan
12.30 komunikasi umpan balik
- Melatih positif dalam
mengekspresikan perawatan diri
marah dengan tepat - Memberikan
umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan
- Menganjurkan
berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
- Menganjurkan
ikut serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
- Menganjurkan
berbagi
pengalaman
dengan orang lain
- Menganjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
- Menganjurkan
penggunaan alat
bantu (mis;
kacamata dan alat
bantu dengar)
- Menganjurkan
membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus
- Melatih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
- Melatih
mengekspresikan
marah dengan tepat
04/12/20 Dx 3 S: Listia
- Mengdentifikasi Orang tua pasien
13.00
kebutuhan khusus mengatakan
anak dan kemampuan kebingungan
13.10
adaptasi anak bagaimana cara
- Memfasilitasi menanganinya
13.15
hubungan anak dengan DO :
teman sebaya
13.20 - TTV:
- Mendukung anak
TD :100/70 mmHg
berinteraksi dengan
13.25 RR : 22 x/menit
anak lain
N :89 x/menit
- Mendukung anak
13.30 S : 37 ℃
mengekspresikan
- Pasien sudah dua
perasaannya secara
tahun belum ada
positif
kemajuan dalam
13.40 - Mendukung anak komunikasi dan
dalam bermimpi dan berinteraksi dengan
berfantasi sewajarnya temannya
13.50 - Mendukung partisipasi - Terdapat hambatan
anak di sekolah, edukasisecara
ekstrakulikuler dan fisiologis tidak
14.05 aktivitas komunikasi mampu belajar
- Memberikan mainan - Motorik kasar
yang sesuai dengan pasien melompat-
14.10 usia anak lompat, tidak bisa
- Menyanyi bersama diam dan lari
anak lagu-lagu yang kesana-sini tak
14.20 disukai anak terarah.
- Membacakan - Kebutuhan personal
dongeng/cerita untuk sosial tergantung
14.25 anak dengan keluarga
- Mendiskusikan
A:
bersama remaja tujuan
- Masalah belum
14.30 dan harapannya
teratasi
- Menyediakan
P:
kesempatan dan alat-
- Intervensi
alat untuk
dilanjutkan
14.35 menggambar, melukis,
- Mengdentifikasi
dan mewarnai
kebutuhan khusus
14.40 - Menyediakan mainan
anak dan
puzzle dan maze
kemampuan
- Mengajarkan nama-
adaptasi anak
14.45 nama benda objek
- Memfasilitasi
yang ada dilingkungan
hubungan anak
sekitar
dengan teman
- Mengajarkan
14.50 pengasuh milestones sebaya
perkembangan dan - Mendukung anak
perilaku yang dibentuk berinteraksi
- Mengajarkan sikap dengan anak lain
14.55 kooperatif, bukan - Mendukung anak
kompetisi diantara mengekspresikan
anak perasaannya
15.00 - Mengajarkan anak secara positif
meminta bantuan dari - Mendukung anak
15.05 anak lain, jika perlu dalam bermimpi
- Mengajarkan teknik dan berfantasi
asertif pada anak dan sewajarnya
remaja - Mendukung
- Mendemonstrasikan partisipasi anak di
15.10 kegiatan yang sekolah,
meningkatkan ekstrakulikuler
perkembangan pada dan aktivitas
pengasuh komunikasi
- Merujuk untuk - Memberikan
konseling, jika perlu mainan yang
sesuai dengan usia
anak
- Menyanyi
bersama anak
lagu-lagu yang
disukai anak
- Membacakan
dongeng/cerita
untuk anak
- Mendiskusikan
bersama remaja
tujuan dan
harapannya
- Menyediakan
kesempatan dan
alat-alat untuk
menggambar,
melukis, dan
mewarnai
- Menyediakan
mainan puzzle
dan maze
- Mengajarkan
nama-nama benda
objek yang ada
dilingkungan
sekitar
- Mengajarkan
pengasuh
milestones
perkembangan
dan perilaku yang
dibentuk
- Mengajarkan
sikap kooperatif,
bukan kompetisi
diantara anak
- Mengajarkan anak
meminta bantuan
dari anak lain, jika
perlu
- Mengajarkan
teknik asertif pada
anak dan remaja
- Mendemonstrasik
an kegiatan yang
meningkatkan
perkembangan
pada pengasuh
- Merujuk untuk
konseling, jika
perlu
04/12/20 Dx. 4 S: Listia
- Mengidentifikasi - Tn. M mengatakan
15.15
kesiapan orang tua sedih dengan
dalam menerima kondisi An. I yang
informasi mengalami autisme
15.20
- Mengidentifikasi O:
faktor yang - Tampak
15.25
menghambat ketidaktahuan
keberhasilan edukasi orang tua tentang
- Menyediakan autisme
15.30
materi dan media - Orang tua pasien
pendidikan kesehatan tampak
- Menjadwalkan kebingungan
15.40
pendidikan sesuai bagaimana cara
kesepakatan menanganinya
15.45
- Memberikan A:
kesempatan untuk - Masalah belum
15.50
bertanya teratasi
- Memberikan P:
pujian atas - Intervensi
keberhasilan orang tua dilanjutkan
15.55 - Menjelaskan bayi - Mengidentifikasi
memberikan isyarat kesiapan orang
perilaku yang tua dalam
menunjukkan menerima
kebutuhannya informasi
16.00 - Menjelaskan - Mengidentifikasi
stimulus yang dapat faktor yang
membantu menghambat
mengoptimalkan keberhasilan
perkembangan edukasi
16.05 bayi/anak - Menyediakan
- Mengajarkan cara materi dan media
mengidentifikasi pendidikan
isyarat perilaku kesehatan
bayi/anak (mis; lapar, - Menjadwalkan
16.10 tidak nyaman) pendidikan sesuai
- Mengajarka kesepakatan
n cara stimulus - Memberikan
perkembangan motorik kesempatan untuk
kasar, motorik halus, bertanya
dan bahasa sesuai - Memberikan
tahapan usia bayi/anak pujian atas
keberhasilan
orang tua
- Menjelaskan bayi
memberikan
isyarat perilaku
yang
menunjukkan
kebutuhannya
- Menjelaskan
stimulus yang
dapat membantu
mengoptimalkan
perkembangan
bayi/anak
- Mengajarkan cara
mengidentifikasi
isyarat perilaku
bayi/anak (mis;
lapar, tidak
nyaman)
- Mengajarkan cara
stimulus
perkembangan
motorik kasar,
motorik halus, dan
bahasa sesuai
tahapan usia
bayi/anak

Implementasi dan Evaluasi Kunjungan Hari ke 2

Tgl& Diagnosa Implementasi Evaluasi Nama

Jam Keperawatan

05/12/20 Dx. 1 S: Listia


- Memonitor - Keluarga masih
08.05
kecepatan, tekanan, mengatakan pasien
kuantitas, volume, mengalami
dan diksi bicara keterlambatan
08.10
- Memonitor proges berbicara
kognitif, anatomi, O:
dan fisiologis yang - Pasien
berkaitan dengan menggunakan
bicara (mis; memori, komunikasi non
pendengaran dan verbal
08.15 bahasa) - Pasien tidak
- Memonitor frustasi, memahami saat
marah, depresi, atau diajak
hal lain yang berbicara dan
08.20 mengganggu bicara menarik tangan
- Mengidentifikasi orang lain bila
perilaku emosional menginginkan
dan fisik sebagai sesuatu.
08.25 bentuk komunikasi - Bahasan pasien
- Mnggunakan Echolalia
metode komunikasi (mengulang-ulang
alternatif (mis; kata/ kalimat)
menulis, mata A:
berkedip, papan - Masalah belum
komunikasi dengan teratasi
gambar dan huruf, P:
isyarat tangan, dan - Intervensi
08.30 komputer) dilanjutkan
- Menyesuaikan gaya - Memonitor
komunikasi dengan kecepatan,
kebutuhan (mis; tekanan,
berdiri di depan kuantitas,
pasien, dengarkan volume, dan
dengan seksama, diksi bicara
tunjukkan satu - Memonitor
gagasan atau proges kognitif,
pemikiran sekaligus, anatomi, dan
bicaralah dengan fisiologis yang
perlahan sambil berkaitan dengan
menghindari bicara (mis;
teriakan, gunakan memori,
komunikasi tertulis, pendengaran dan
atau meminta bahasa)
bantuan keluarga - Memonitor
untuk memahami frustasi, marah,
ucapan pasien) depresi, atau hal
08.40 - Memodifikasi lain yang
lingkungan untuk mengganggu
meminimalkan bicara
bantuan - Mengidentifikasi
08.50 - Mengulangi apa perilaku
yang disampaikan emosional dan
pasien fisik sebagai
09.05 - Memberikan juru bentuk
bicara, jika perlu komunikasi
09.10 - Menganjurkan - Mnggunakan
bicara perlahan metode
09.20 - Mengajarkan pasien komunikasi
dan keluarga proses alternatif (mis;
kognitif, anatomis, menulis, mata
dan fisiologis yang berkedip, papan
berhubungan dengan komunikasi
kemampuan dengan gambar
berbicara dan huruf,
09.25 - Merujuk ke ahli isyarat tangan,
patologi bicara atau dan komputer)
terapis. - Menyesuaikan
gaya komunikasi
dengan
kebutuhan (mis;
berdiri di depan
pasien,
dengarkan
dengan seksama,
tunjukkan satu
gagasan atau
pemikiran
sekaligus,
bicaralah dengan
perlahan sambil
menghindari
teriakan,
gunakan
komunikasi
tertulis, atau
meminta bantuan
keluarga untuk
memahami
ucapan pasien)
- Memodifikasi
lingkungan
untuk
meminimalkan
bantuan
- Mengulangi apa
yang
disampaikan
pasien
- Memberikan juru
bicara, jika perlu
- Menganjurkan
bicara perlahan
- Mengajarkan
pasien dan
keluarga proses
kognitif,
anatomis, dan
fisiologis yang
berhubungan
dengan
kemampuan
berbicara
- Merujuk ke ahli
patologi bicara
atau terapis.

05/12/20 Dx 2 S: Listia
- Mengidentifikasi - Orang tua pasien
09.45
kemampuan mengatakan belum
melakukan interaksi ada kemajuan
dengan orang lain dalam berinteraksi
- Mengidentifikasi dengan temannya di
10.00
hambatan melakukan PAUD
interaksi dengan O:
orang lain - Saat diajak
- Memotivasi berbicara
10.15
meningkatkan menghindari kontak
keterlibatan dalam mata
suatu hubungan - Pasien menghindari
10.20 - Memotivasi interaksi socsial
kesabaran dalam - Bila di panggil
mengembangkan tidak mau menoleh.
suatu hubungan - Perilaku yang
10.25 - Memotivasi berlebihan
berpartisipasi dalam (excessive), seperti
aktivitas baru dan melompat-lompat,
kegiatan kelompok tidak bisa diam dan
10.30 - Memotivasi lari kesana-sini tak
berinteraksi di luar terarah.
lingkungan (mis; A:
jalan-jalan, ke toko - Masalah belum
buku) teratasi
10.40 - Mendiskusikan P:
kekuatan dan - Intervensi
keterbatasan dalam dilanjutkan
berkomunikasi - Mengidentifikasi
10.50 dengan orang lain kemampuan
- Mendiskusikan melakukan
perencanaan kegiatan interaksi dengan
11.05 di masa depan orang lain
- Memberikan umpan - Mengidentifikasi
balik positif dalam hambatan
11.10 perawatan diri melakukan
- Memberikan umpan interaksi dengan
balik positif pada orang lain
setiap peningkatan - Memotivasi
11.20 kemampuan meningkatkan
- Menganjurkan keterlibatan dalam
berinteraksi dengan suatu hubungan
orang lain secara - Memotivasi
11.30 bertahap kesabaran dalam
- Menganjurkan ikut mengembangkan
serta kegiatan sosial suatu hubungan
11.45 dan kemasyarakatan - Memotivasi
- Menganjurkan berpartisipasi
berbagi pengalaman dalam aktivitas
12.00 dengan orang lain baru dan kegiatan
- Menganjurkan kelompok
meningkatkan - Memotivasi
kejujuran diri dan berinteraksi di
menghormati hak luar lingkungan
12.10 orang lain (mis; jalan-jalan,
- Menganjurkan ke toko buku)
penggunaan alat - Mendiskusikan
bantu (mis; kacamata kekuatan dan
12.15 dan alat bantu dengar) keterbatasan
- Menganjurkan dalam
membuat berkomunikasi
perencanaan dengan orang lain
kelompok kecil untuk - Mendiskusikan
12.20 kegiatan khusus perencanaan
- Melatih bermain kegiatan di masa
peran untuk depan
meningkatkan - Memberikan
keterampilan umpan balik
12.30 komunikasi positif dalam
- Melatih perawatan diri
mengekspresikan - Memberikan
marah dengan tepat umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan
- Menganjurkan
berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
- Menganjurkan
ikut serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
- Menganjurkan
berbagi
pengalaman
dengan orang lain
- Menganjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
- Menganjurkan
penggunaan alat
bantu (mis;
kacamata dan alat
bantu dengar)
- Menganjurkan
membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus
- Melatih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
- Melatih
mengekspresikan
marah dengan
tepat
05/12/20 Dx 3 S: Listia
- Mengdentifikasi Orang tua pasien
13.00
kebutuhan khusus mengatakan
anak dan kemampuan kebingungan
13.10
adaptasi anak bagaimana cara
- Memfasilitasi menanganinya
13.15
hubungan anak dengan DO :
teman sebaya
13.20 - TTV:
- Mendukung anak
TD :110/70 mmHg
berinteraksi dengan
13.25 RR : 22 x/menit
anak lain
N :89 x/menit
- Mendukung anak
13.30 S : 36,8 ℃
mengekspresikan
- Pasien sudah dua
perasaannya secara
tahun belum ada
positif
kemajuan dalam
- Mendukung anak
13.40 komunikasi dan
dalam bermimpi dan
berinteraksi dengan
berfantasi sewajarnya
temannya
- Mendukung partisipasi
13.50 - Terdapat hambatan
anak di sekolah,
edukasisecara
ekstrakulikuler dan
fisiologis tidak
aktivitas komunikasi
14.05 mampu belajar
- Memberikan mainan
- Motorik kasar
yang sesuai dengan
pasien melompat-
14.10 usia anak lompat, tidak bisa
- Menyanyi bersama diam dan lari
anak lagu-lagu yang kesana-sini tak
14.20 disukai anak terarah.
- Membacakan - Kebutuhan personal
dongeng/cerita untuk sosial tergantung
14.25 anak dengan keluarga
- Mendiskusikan
A:
bersama remaja tujuan
- Masalah belum
14.30 dan harapannya
teratasi
- Menyediakan
P:
kesempatan dan alat-
- Intervensi
alat untuk
dilanjutkan
14.35 menggambar, melukis,
- Mengdentifikasi
dan mewarnai
kebutuhan khusus
14.40 - Menyediakan mainan
anak dan
puzzle dan maze
kemampuan
- Mengajarkan nama-
adaptasi anak
14.45 nama benda objek
- Memfasilitasi
yang ada dilingkungan
hubungan anak
sekitar
dengan teman
- Mengajarkan
sebaya
14.50 pengasuh milestones
- Mendukung anak
perkembangan dan
berinteraksi
perilaku yang dibentuk
dengan anak lain
- Mengajarkan sikap
- Mendukung anak
14.55 kooperatif, bukan
mengekspresikan
kompetisi diantara
perasaannya
anak
secara positif
15.00 - Mengajarkan anak
- Mendukung anak
meminta bantuan dari
15.05 anak lain, jika perlu dalam bermimpi
- Mengajarkan teknik dan berfantasi
asertif pada anak dan sewajarnya
remaja - Mendukung
- Mendemonstrasikan partisipasi anak di
15.10 kegiatan yang sekolah,
meningkatkan ekstrakulikuler
perkembangan pada dan aktivitas
pengasuh komunikasi
- Merujuk untuk - Memberikan
konseling, jika perlu mainan yang
sesuai dengan usia
anak
- Menyanyi
bersama anak
lagu-lagu yang
disukai anak
- Membacakan
dongeng/cerita
untuk anak
- Mendiskusikan
bersama remaja
tujuan dan
harapannya
- Menyediakan
kesempatan dan
alat-alat untuk
menggambar,
melukis, dan
mewarnai
- Menyediakan
mainan puzzle
dan maze
05/12/20 Dx. 4 S: Listia
- Mengidentifikasi - Tn. M mengatakan
15.15
kesiapan orang tua sedih dengan
dalam menerima kondisi An. I yang
informasi mengalami autisme
15.20
- Mengidentifikasi O:
faktor yang - Tampak
15.25
menghambat ketidaktahuan
keberhasilan edukasi orang tua tentang
- Menyediakan autisme
15.30
materi dan media - Orang tua pasien
pendidikan kesehatan tampak
- Menjadwalkan kebingungan
15.40
pendidikan sesuai bagaimana cara
kesepakatan menanganinya
15.45
- Memberikan A:
kesempatan untuk - Masalah belum
15.50
bertanya teratasi
- Memberikan P:
pujian atas - Intervensi
keberhasilan orang tua dilanjutkan
- Menjelaskan bayi - Mengidentifikasi
15.55
memberikan isyarat kesiapan orang
perilaku yang tua dalam
menunjukkan menerima
kebutuhannya informasi
- Menjelaskan - Mengidentifikasi
16.00
stimulus yang dapat faktor yang
membantu menghambat
mengoptimalkan keberhasilan
perkembangan edukasi
16.05 bayi/anak - Menyediakan
- Mengajarkan cara materi dan media
mengidentifikasi pendidikan
isyarat perilaku kesehatan
bayi/anak (mis; lapar, - Menjadwalkan
16.10 tidak nyaman) pendidikan sesuai
- Mengajarka kesepakatan
n cara stimulus - Memberikan
perkembangan motorik kesempatan untuk
kasar, motorik halus, bertanya
dan bahasa sesuai - Memberikan
tahapan usia bayi/anak pujian atas
keberhasilan
orang tua
- Menjelaskan bayi
memberikan
isyarat perilaku
yang
menunjukkan
kebutuhannya
- Menjelaskan
stimulus yang
dapat membantu
mengoptimalkan
perkembangan
bayi/anak
- Mengajarkan cara
mengidentifikasi
isyarat perilaku
bayi/anak (mis;
lapar, tidak
nyaman)
- Mengajarkan cara
stimulus
perkembangan
motorik kasar,
motorik halus, dan
bahasa sesuai
tahapan usia
bayi/anak

Implementasi dan Evaluasi Kunjungan Hari ke 3

Tgl& Diagnosa Implementasi Evaluasi Nama

Jam Keperawatan

06/12/20 Dx. 1 S: Listia


- Memonitor - Keluarga masih
08.05
kecepatan, tekanan, mengatakan pasien
kuantitas, volume, mengalami
dan diksi bicara keterlambatan
08.10
- Memonitor proges berbicara
kognitif, anatomi, O:
dan fisiologis yang - Pasien terlihat
berkaitan dengan menggunakan
bicara (mis; memori, komunikasi non
pendengaran dan verbal
bahasa) - Pasien tidak
08.15 - Memonitor frustasi, memahami saat
marah, depresi, atau diajak
hal lain yang berbicara dan
mengganggu bicara menarik tangan
08.20 - Mengidentifikasi orang lain bila
perilaku emosional menginginkan
dan fisik sebagai sesuatu.
bentuk komunikasi - Bahasan pasien
08.25 - Mnggunakan Echolalia
metode komunikasi (mengulang-ulang
alternatif (mis; kata/ kalimat)
menulis, mata A:
berkedip, papan - Masalah belum
komunikasi dengan teratasi
gambar dan huruf, P:
isyarat tangan, dan - Intervensi
komputer) dilanjutkan
08.30 - Menyesuaikan gaya - Mengulangi apa
komunikasi dengan yang
kebutuhan (mis; disampaikan
berdiri di depan pasien
pasien, dengarkan - Memberikan juru
dengan seksama, bicara, jika perlu
tunjukkan satu - Menganjurkan
gagasan atau bicara perlahan
pemikiran sekaligus, - Mengajarkan
bicaralah dengan pasien dan
perlahan sambil keluarga proses
menghindari kognitif,
teriakan, gunakan anatomis, dan
komunikasi tertulis, fisiologis yang
atau meminta berhubungan
bantuan keluarga dengan
untuk memahami kemampuan
ucapan pasien) berbicara
08.40 - Memodifikasi - Merujuk ke ahli
lingkungan untuk patologi bicara
meminimalkan atau terapis.
bantuan
08.50 - Mengulangi apa
yang disampaikan
pasien
09.05 - Memberikan juru
bicara, jika perlu
09.10 - Menganjurkan
bicara perlahan
09.20 - Mengajarkan pasien
dan keluarga proses
kognitif, anatomis,
dan fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan
berbicara
09.25 - Merujuk ke ahli
patologi bicara atau
terapis.
06/12/20 Dx 2 S: Listia
- Mengidentifikasi - Orang tua pasien
09.45
kemampuan mengatakan sudah
melakukan interaksi dua tahun belum
dengan orang lain ada kemajuan
10.00 - Mengidentifikasi dalam berinteraksi
hambatan melakukan dengan temannya di
interaksi dengan PAUD
orang lain O:
10.15 - Memotivasi - Saat diajak
meningkatkan berbicara
keterlibatan dalam menghindari kontak
suatu hubungan mata
10.20 - Memotivasi - Pasien menghindari
kesabaran dalam interaksi socsial
mengembangkan - Bila di panggil
suatu hubungan tidak mau menoleh.
10.25 - Memotivasi - Perilaku yang
berpartisipasi dalam berlebihan
aktivitas baru dan (excessive), seperti
kegiatan kelompok melompat-lompat,
10.30 - Memotivasi tidak bisa diam dan
berinteraksi di luar lari kesana-sini tak
lingkungan (mis; terarah.
jalan-jalan, ke toko A:
buku) - Masalah belum
10.40 - Mendiskusikan teratasi
kekuatan dan P:
keterbatasan dalam - Intervensi
berkomunikasi dilanjutkan
10.50 dengan orang lain - Menganjurkan
- Mendiskusikan meningkatkan
perencanaan kegiatan kejujuran diri dan
11.05 di masa depan menghormati hak
- Memberikan umpan orang lain
balik positif dalam - Menganjurkan
11.10 perawatan diri membuat
- Memberikan umpan perencanaan
balik positif pada kelompok kecil
setiap peningkatan untuk kegiatan
11.20 kemampuan khusus
- Menganjurkan - Melatih bermain
berinteraksi dengan peran untuk
orang lain secara meningkatkan
11.30 bertahap keterampilan
- Menganjurkan ikut komunikasi
serta kegiatan sosial - Melatih
11.45 dan kemasyarakatan mengekspresikan
- Menganjurkan marah dengan tepat
berbagi pengalaman
12.00 dengan orang lain
- Menganjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
12.10 orang lain
- Menganjurkan
penggunaan alat
bantu (mis; kacamata
12.15 dan alat bantu dengar)
- Menganjurkan
membuat
perencanaan
kelompok kecil untuk
12.20 kegiatan khusus
- Melatih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
12.30 komunikasi
- Melatih
mengekspresikan
marah dengan tepat
06/12/20 Dx 3 S: Listia
- Mengdentifikasi Orang tua pasien
13.00
kebutuhan khusus mengatakan
anak dan kemampuan kebingungan
13.10
adaptasi anak bagaimana cara
- Memfasilitasi menanganinya
13.15
hubungan anak dengan DO :
teman sebaya
13.20 - TTV:
- Mendukung anak
TD :110/70 mmHg
berinteraksi dengan
13.25 RR : 23x/menit
anak lain
N :85x/menit
- Mendukung anak
13.30 S : 37,2 ℃
mengekspresikan
- Pasien sudah dua
perasaannya secara
tahun belum ada
positif
kemajuan dalam
- Mendukung anak
13.40 komunikasi dan
dalam bermimpi dan
berinteraksi dengan
berfantasi sewajarnya
temannya
- Mendukung partisipasi
13.50 - Terdapat hambatan
anak di sekolah,
edukasisecara
ekstrakulikuler dan
fisiologis tidak
aktivitas komunikasi
14.05 mampu belajar
- Memberikan mainan
- Motorik kasar
yang sesuai dengan
pasien melompat-
14.10 usia anak lompat, tidak bisa
- Menyanyi bersama diam dan lari
anak lagu-lagu yang kesana-sini tak
14.20 disukai anak terarah.
- Membacakan - Kebutuhan personal
dongeng/cerita untuk sosial tergantung
14.25 anak dengan keluarga
- Mendiskusikan
A:
bersama remaja tujuan
- Masalah belum
14.30 dan harapannya
teratasi
- Menyediakan
P:
kesempatan dan alat-
- Intervensi
alat untuk
dilanjutkan
14.35 menggambar, melukis,
- Mendiskusikan
dan mewarnai
bersama remaja
14.40 - Menyediakan mainan
tujuan dan
puzzle dan maze
harapannya
- Mengajarkan nama-
- Menyediakan
14.45 nama benda objek
kesempatan dan
yang ada dilingkungan
alat-alat untuk
sekitar
menggambar,
- Mengajarkan
melukis, dan
14.50 pengasuh milestones
mewarnai
perkembangan dan
- Menyediakan
perilaku yang dibentuk
mainan puzzle
- Mengajarkan sikap
dan maze
14.55 kooperatif, bukan
- Mengajarkan
kompetisi diantara
nama-nama benda
anak
objek yang ada
15.00 - Mengajarkan anak
dilingkungan
meminta bantuan dari
15.05 anak lain, jika perlu sekitar
- Mengajarkan teknik - Mengajarkan
asertif pada anak dan pengasuh
remaja milestones
- Mendemonstrasikan perkembangan
15.10 kegiatan yang dan perilaku yang
meningkatkan dibentuk
perkembangan pada - Mengajarkan
pengasuh sikap kooperatif,
- Merujuk untuk bukan kompetisi
konseling, jika perlu diantara anak
- Mengajarkan anak
meminta bantuan
dari anak lain, jika
perlu
- Mengajarkan
teknik asertif pada
anak dan remaja
- Mendemonstrasik
an kegiatan yang
meningkatkan
perkembangan
pada pengasuh
06/12/20 Dx. 4 S: Listia
- Mengidentifikasi - Tn. M mengatakan
15.15
kesiapan orang tua masih sedih dan
dalam menerima memikirkan
informasi kondisi An. I yang
15.20
- Mengidentifikasi mengalami autisme
faktor yang O:
15.25
menghambat - Orang tua pasien
keberhasilan edukasi sudah mulai
15.30 - Menyediakan mengerti tentang
materi dan media autism
pendidikan kesehatan A:
15.40 - Menjadwalkan - Masalah belum
pendidikan sesuai teratasi
15.45 kesepakatan P:
- Memberikan - Intervensi
15.50 kesempatan untuk dilanjutkan
bertanya - Menjelaskan
- Memberikan bayi/anak
pujian atas memberikan
keberhasilan orang tua isyarat perilaku
15.55 - Menjelaskan bayi yang
memberikan isyarat menunjukkan
perilaku yang kebutuhannya
menunjukkan - Menjelaskan
kebutuhannya stimulus yang
16.00 - Menjelaskan dapat membantu
stimulus yang dapat mengoptimalkan
membantu perkembangan
mengoptimalkan bayi/anak
perkembangan - Mengajarkan cara
16.05 bayi/anak mengidentifikasi
- Mengajarkan cara isyarat perilaku
mengidentifikasi bayi/anak (mis;
isyarat perilaku lapar, tidak
bayi/anak (mis; lapar, nyaman)
16.10 tidak nyaman) - Mengajarkan cara
- Mengajarka stimulus
n cara stimulus perkembangan
perkembangan motorik motorik kasar,
kasar, motorik halus, motorik halus, dan
dan bahasa sesuai bahasa sesuai
tahapan usia bayi/anak tahapan usia
bayi/anak

Tanggal 6 Desember 2020, Jam 15.00 WIB


Perawat Yang Melakukan Pengkajian

(Listia Rahman Mayhesti)

Dampak hospitalisasi pada anak :


kecemasan, merasa asing akan lingkungan yang baru, berhadapan dengan
sejumlah individu yang belum dikenal, perubahan gaya hidup dari yang biasa,
serta harus menerima tindakan medik atau perawatan yang menyakitkan.

Jurnal :
DAFTAR PUSTAKA

Gooyaabi, 2017.Autis Pada Anak yang diakses melalui


https://asuhankebidanan29.blogspot.com/2017/09/autis-pada
anak.htmlPada Tanggal 10 November 2020, Jam 10.00 WIB
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indicator

Diagnostic Keperawatan.Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2015. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan

Keperawatan.Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Urangkurai. 2012. Asuhan Keperawatan Anak Autis yang diakses melalui


https://perawathati.blogspot.com/2012/06/askep-anak-autis.htmlPada Tanggal 10
november 2020, Jam 12.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai