DENGAN AUTISME
PEMBIMBING
Ns. NITA EKAWATI, S.Kep., M.Kep
1. Definisi
Autism merupakan salah satu kelompok dari gangguan perkembangan pada
anak.Menurut Veskarisyanti (2008:17) dalam bahasa yunani dikenal kata
autis “auto” berarti sendiri ditujukan pada seseorang ketika menunjukkan
gejala hidup dalam dunianya sendiri atau mempunyai dunia sendiri.Autisme
pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner
mendiskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan
penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adanya
aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan
keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam
lingkungannya.
Autism infantile adalah gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non
verbal, aktivitas imajinatif adalah gangguan kualitatif pada komunikasi
verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi social timbal balik
yang terjadi sebelum usia 30 bulan. (Behrman, 1999: 120)
2. Epidemiologi
Prevalensi 3-4 per 1000 anak.Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit istemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukkan gejala
seperti austik.
3. Klasifikasi
1. Autisme Persepsi
Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme
internal karena kelainan sudah timbul sebelum lahir.
2. Autisme Reaktif
Pada autisme reaktif,penderita membuat gerakkan-gerakkan tertentu
berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang
3. Autisme Yang Timbul Kemudian
Kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit
memberikan pelatihan dan pendidikan untuk mengubah perilakunya
yang sudah melekat,ditambah beberapa pengalaman baru dan mungkin
diperberat dengan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.
Dalam berinteraksi anak autisme dikelompokkan atas 3 kelompok :
1. Menyendiri
a. Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya
b. Bertendensi kurang menggunakan kata-kata dan kadang-kadang
sulit berubah meskipun usianya bertambah lanjut.
c. Menghabiskan harinya berjam-jam sendiri,dan kalau berbuat
sesuatu,melakukannya berulang-ulang.
d. Sangat tergantung pada kegiatan sehari-hari
2. Kelompok anak autisme yang pasif
a. Lebih bisa bertahan pada kontak fisik dan agak mampu bermain
dengan kelompok.
b. Mempunyai pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun
masih agak terlambat biasa berbicarannya.
c. Kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang ada
kata yang kurang tepat
d. Gangguan kelompok ini tidak seberat anak kelompok menyendiri.
e. Kelompok ini bisa diajari dan dilatih
3. Anak autisme kelompok yang aktif tetapi menggunakan cara sendiri
a. Kelompok ini lebih cepat mempunyai pembendaharaan kata paling
banyak dan cepat bisa berbicara masih bisa ikut berbagi rasa dengan
teman
b. Meskipun bisa merangkai kata dengan baik namun masih terselip
kata yang aneh dan kurang dimengerti
c. Menyenangi dan terpaku pada salah satu jenis barang tertentu.
1. Etiologi
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (ketokolamin, serotonin, dopamine belum pasti)
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif reticulum,
keadaan tidak menguntungkan antara factor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebelium, lesi hipokompus
otak depan.
5. Penyakit otak organic dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsy
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.
3. Manifestasi Klinis
1. Penarikan diri, kemampuan komunikasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena
dapat menirukan lagu-lagu yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi
mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan
kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal,
tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non
verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih
dipengaruhi, dapat mempengaruhi kapasitas intelektual yang memadai.
Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat
orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk
bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat
yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada
objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa
dimana anak tercengang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak
menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat
diramalkan.
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin
6. Kontak mata minimal atau tidak ada
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan dapat menggosok permukaan menunjukkan penguatan
kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya
respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara
keras yang mendadak menunjukkan ,menurunnya sensitivitas pada
rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukkan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara
tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang
tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol.
Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa,
kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi
secara fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mnegepakkan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak austik :
1. Defisit keteraturan verbal
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik
3. Kurangnya teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan Kohen 1994 ciri utama anak autism adalah :
1. Interaksi sosial dan perkembangan social yang abnormal
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel
dan tidak imajinatif
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
4. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik
(dendrit).Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu
(korteks).Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel saraf
terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester
ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson,
dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua
tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak
berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps.
Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang
dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak. Makin banyak
sinaps terbentuk, anak makin cerdas.Pembentukan akson, dendrit, dan
sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.Bagian otak yang
digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan
sinaps.Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian
sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps. Kelainan genetis, keracunan
logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan
abnormalitas pertumbuhan sel saraf. Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang
baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh
berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic
factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related
gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab
untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan,
dan perkembangan jalinan sel saraf.Brain growth factors ini penting bagi
pertumbuhan otak.
Autisme
Resiko
terhadap diri
5. Prognosis
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan
marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat,
namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi merupakan hasil
akhir.Prognosis yang lebih baik adalah tingkat intelegensi lebih tinggi,
kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku aneh.
Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua, kejang-kejang dan
kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Autism sebagai spectrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi
bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan.Bila tes-tes secara
behavioural maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autism,
maka beberapa instrument screening yang saat ini telah berkembang dapat
digunakan untuk mendiagnosa autism.
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)
Skala peringkat autisme masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric
Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan
perilaku.Alat menggunakan skala 15 anak dievaluasi berdasarkan
hubungan dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi terhadap
perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi.
2. The Checklist For Autism In Toodlers (CHAT)
Berupa daftar pemeriksaan autism pada balita yang digunakan untuk
mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron
Cohen di awal tahun 1990 an
3. The Autism Screening Questionare
Daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada
anak diatas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi
dan sosial mereka.
4. The Screening For Autism In Two Years Old
Tes screening autism bagia anak 2 tahun yang dikembangkan oleh
Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak,
yaitu bermain, imitasi motorik dan konsentrasi
7. Penatalaksanaan
Orang tuaperlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memberikan perawatan kepada anak termasuk perawat atau staf residen
lainnya.Orang tua sadar adanya Scottish society for austik children dan
national society for austik children yang dapat membantu dan dapat
memberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi bicara,
terapi okupasi, sensori integasi, auditori intregration training (AIT), terapi
keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang
tua, keluarga dan dokter.
1. Terapi Okupasi
Terapi okupasi berguna untuk melatih otot-otot halus anak.Menurut
penelitian, hamper semua kasus anak autistik mempunyai keterlambatan
dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya sangat kaku dan
kasar, mereka kesulitan untuk memegang benda dengan cara yang
benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuapkan makanan ke
dalam mulutnya,dsb. Dengan terapi ini anak akan dilatih untuk
membuat semua otot dalam tubuhnya berfungsi dengan tepat.
2. Terapi Integrasi Sensoris
Terapi ini berguna meningkatkan kematangan susunan saraf pusat,
sehingga lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan
fungsinya.Aktivitas ini merangsang koneksi sinaptik yang lebih
kompleks, dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
3. Terapi Bermain
Terapi bermain adalah pemanfaatan pola permainan sebagai media yang
efektif dari terapis, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.Pada
terapi ini, terapis bermain menggunakan kekuatan terapiutik permainan
untuk membantu klien menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial
dan mencapai pertumbuhan, perkembangan yang optimal.
4. Terapi Perilaku
Terapi ini memfokuskan penanganan pada pemberian reinforcement
positif setiap kali anak berespons benar sesuai intruksi yang diberikan.
Tidak ada punishment dalam terapi ini, akan tetapi bila anak menjawab
salah akan mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai. Terapi ini
digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak pada
aturan.Dari terapi ini hasil yang didapatkan signifikan bila mampu
diterapkan secara intensif.
5. Terapi Fisik
Beberapa penyandang autism memiliki gangguan perkembangan dalam
motorik kasarnya.Kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya
kurang kuat.Keseimbangan tubuhnya juga kurang bagus. Fisioterapi
dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk
menguatkan otot-otot dan memperbaiki keseimbangan tubuh anak.
6. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan asutism mempunyai kesulitan dalam bicara
dan berbahasa. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun
mereka tidak mampu untuk memakai kemampuan bicaranya untuk
berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
7. Terapi Musik
Terapi musik menurut Canadian Association for Music Therapy
(2002) adalah penggunaan music untuk membantu integrasi fisik,
psikologis, dan emosi individu, serta untuk treatment penyakit atau
ketidakmampuan. Sedangkan menurut American Music Therapy
Association (2002) terapi music adalah semacam terapi yang
menggunakan musik yang bersifat terapiutik guna meningkatkan fungsi
perilaku, sosial, psikologis, komunikasi, fisik, sensorik motorik dan
kognitif.
8. Terapi Perkembangan
Terapi ini didasari oleh adanya keadaan bahwa anak dengan autis
melewatkan atau kurang sedikit bahkan banyak sekali kemampuan
bersosialisasi.yang termasuk terapi perkembangan misalnya Floortime,
dilakukan oleh orang tua untuk membantu melakukan interaksi dan
kemampuan bicara.
9. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat.Hal inilah yang
kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar
berkomunikasi melalui gambar-gambar.Beberapa video games bisa juga
dipakai untuk mengembangkan keterampilan komunikasi.
10. Terapi Akupunktur
Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi sistem saraf
pada otak hingga dapat bekerja kembali.
11. Terapi Balur
Banyak yang menyakini autisme disebabkan oleh tingginya zat
merkuri pada tubuh penderita. Terapi balur ini bertujuan mengurangi
kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan
cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit.Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
12. Terapi Lumba-Lumba
Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba
teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan
sensorik penderita autis.Sebab lumba-lumba mempunyai gelombang
sonar (gelombang suara dengan frekuensi tertentu) yang dapat
merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam
tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat
membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri.Selain itu,
gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan
neurotransmitter.
8. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga
b. Riwayat keluarga yang terkena autism
c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan
1) Sering terpapar zat toksik, seperti timbal
2) Cedera otak
d. Status perkembangan anak
1) Anak kurang merespon orang lain
2) Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh
3) Anak mengalami kesulitan dalam belajar
4) Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal
5) Keterbatasan kognitif
e. Pemeriksaan fisik
1) Tidak ada kontak mata pada anak
2) Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh)
3) Terdapat ekolalia
4) Tidak ada ekspresi non verbal
5) Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain
6) Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut
7) Peka terhadap bau
2. Diagnosa
a. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk percaya pada orang lain
b. Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan
rangsangan sensori tidak adekuat, gangguan keterampilan reseptif
dan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan
c. Resiko tinggi cedera : menyakiti diri sendiri berhubungan dengan
kurang pengawasan
d. Kecemasan pada orang tua berhubungan dengan perkembangan anak
3. Intervensi
a. Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk percaya pada orang lain
Tujuan : klien mau memulai interaksi dengan pengasuhnya
Intervensi :
- Batasi jumlah pengasuh anak
- Tunjukkan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada
anak
- Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain
- Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan
orang lain
- Berikan sentuhan, senyuman, dan pelukan untuk menguatkan
sosialisasi
b. Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan
rangsangan sensori tidak adekuat, gangguan keterampilan reseptif
dan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan
Tujuan : klien dapat berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan
kepada orang lain
Intervensi :
- Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami komunikasi
anak
- Gunakan kalimat sederhana dan lambang/maping sebagai media
- Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anak sampai
menguasai
- Anjurkan kepada orang tua/pengasuh untuk melakukan tugas
secara konsisten
- Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi
- Validasi tingkat pemahaman anak tentang pelajaran yang telah
diberikan
- Pertahankan kontak mata dalam menyampaikan ungkapan non
verbal
- Berikan reward pada keberhasilan anak
- Hindari kebisingan saat berkomunikasi
c. Resiko tinggi cedera : menyakiti diri sendiri berhubungan dengan
kurang pengawasan
Tujuan : klien tidak menyakiti dirinya
Intervensi :
- Bina hubungan saling percaya
- Alihkan perilaku menyakiti diri yang terjadi akibat respon dari
peningkatan kecemasan
- Alihkan perhatian dengan hiburan/aktivitas lain untuk
menurunkan tingkat kecemasan
- Lindungi anak ketika perilaku menyakiti diri terjadi
- Siapkan alat pelindung/proteksi
- Pertahankan lingkungan yang aman
d. Kecemasan pada orang tua berhubungan dengan perkembangan
anak
Tujuan : kecemasan berkurang/tidak lanjut
Intervensi :
- Tanamkan pada orang tua bahwa autis bukan aib/penyakit
- Anjurkan orang tua untuk membawa anak ke tempat terapi yang
berkualitas baik serta melakukan secara konsisten
- Berikan motivasi kepada orang tua agar dapat menerima kondisi
anaknya yang special
- Anjurkan orang tua anak untuk mengikuti perkumpulan orang
tua dengan anak autis, seperti kegiatan autis awareness festival
- Berikan informasi mengenai penanganan anak autis
- Beritahukan kepada orang tua tentang pentingnya menjalankan
terapi secara konsisten dan continue.
4. Implementasi
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan
Keperawatan, implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
5. Evaluasi
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan
perkembangan, antara lain sebagai berikut :
a. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi
dan pengkajian ulang.
b. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai
penilaian diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER
merupakan komponen utama dalam catatan perkembangan yang
terdiri atas:
c. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali
pada klien yang afasia.
d. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
e. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien
yang dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena
status klien selalu berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu
pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh
karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
f. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun
yang akan datang (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan
tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan
kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan.
g. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk
memecahkan atau menghilangkan masalah klien. Karena status klien
selalu berubah, intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai
rencana yang telah ditetapkan.
h. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan
analisis respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria
evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang
memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
i. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama
diagnosis dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau
pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk
mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah
ditetapkan
KASUS
2. Keluhan Utama
Tn. M mengatakan bahwa An. I mengalami keterlambatan berbicara,tidak mau
diam, dan sulit untuk di ajak berinteraksi. Tn. M merasa sedih dengan kondisi
An. I yang mengalami autisme karena ketidaktahuan tentang autisme, yang
disebabkan kurangnya pengetahuan tentang autisme dan kebingungan
bagaimana cara menanganinya
3. Diagnosa Medis
Autisme
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Anak tampak apatis dan hiperaktif
b. Berat Badan : 15 Kg
c. BB Ideal Anak : 19,4 Kg
d. Lingkar Kepala : 30 cm
e. Lingkar Dada : 48 cm
f. Lingkar Lengan Atas : 15 cm
g. Tinggi Badan : 90 cm
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1) Pranatal : Sebelum mengalami kehamilan istri Tn. M tidak
mengalami penyakit atau gangguan yang dapat menyebabkan kelainan
pada kehamilannya.
2) Intranatal : Tidak terjadi kelainan yang dapat menyebabkan gangguan
pada kehamilannya
3) Postnatal : Kelahiran istri Tn. M normal dan tidak terjadi gangguan
b. Riwayat Penyakit Lalu : Tidak Ya Penyakit :-
1) Pernah Dirawat : Tidak Ya Diagnosa :-
Kapan :- Di :-
2) Pernah di Operasi : Tidak Ya Jenis Operasi :-
3) Masih dlm Pengobatan : Tidak Ya
4) Imunisasi / vaksin
a) BCG : 0-2 bulan
b) Hepatitis B : 1 bulan
c) Polio : 4 bulan
d) DPT 1 : 2 bulan
e) DPT 2 : 3 bulan
f) DPT 3 : 4 bulan
g) Campak : 6 bulan
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ya Jika Iya:- Hipertensi,
Jantung Paru DM Ginjal
d. Ketergantungan Terhadap : Tidak Ya Jika Iya : Obat-
ObatanRokok Alkohol Lainnya:-
e. Riwayat Alergi : Tidak Ya. Jika Iya : Obat-
obatanMakanan Lainnya:-
Reaksi Alergi : -
1. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – Tanda Vital
Keadaan Umum :
GCS:15 E:4 M:6 V:5
TD:100/70mmHg Suhu : 370C Nadi : 89 x/mnt RR : 22x/mnt
Saturasi Oksigen :- Pada Udara Ruangan Sungkup Nasal
Prong
Lainnya: -
b. Pemeriksaan Umum
1) Kepala : Normal Mikrosefali Makrosefali
Lainnya:-
2) Rambut
a) Warna : Hitam Seperti Rambut Jagung
b) Mudah Di Cabut : Ya Tidak
3) Mata
a) Palpebra : Normal
b) Konjungtiva Pucat : Tidak Ya
c) Hiperemi : Tidak Ya
d) Sekret : Tidak Ya
e) Sclera Ikterik : Tidak Ya
f) Pupil Isokor : Tidak Ya
g) Reflek Cahaya : Tidak Ya
4) THT
a) Telinga : Normal, tidak ada sekret dan darah
b) Hidung : Tidak ada polip, tidak ada cuping hidung
c) Tenggorokan
Faring : Normal
Tonsil : Tidak ada pembengkakan
d) Lidah : Bersih
e) Bibir : Lembab
5) Leher
a) Jvp :-
b) Tunggal :-
c) Mutipel :-
d) Kaku Kuduk :-
e) Pembesaran Kelenjar : -
6) Thoraks : Simetris Asimetris Bentuk Dada
a) Cor : S1,S2 Regular Ireguler
Murmur Lainnya:-
b) Pulmo : Suara Nafas : Vesikuler
Rales Wheezing Lainnya :-
7) Abdomen : Distensi Nyeri Tekan, Lokasi :-
Meteorismus Peristaltik
Tugor Asites
a) Hepar :-
b) Lien :-
c) Ginjal :-
d) Massa :-
8) Ekstermitas: Hangat Dingin Oedema
Crt
Reflek Fisiologi Reflek Patologi
Lainnya:-
9) Kulit : Warna kulit pasien kuning langsat, kuku
pendek dan bersih, tak ada pitting edema, kulit lembab dan
turgor kulit baik, elastisitas kulit baik
a) Genetalia Eksternal :-
b) Status Pubertas: Perempuan : Mammae Pubis:-
Laki- Laki : Gona Pubis:-
a. Nyeri : Ya Tidak
4. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen :-
Laboratorium :-
Lain-lain :-
5. Terapi dan Obat – Obatan
Tidak ada terapi dan obat-obatan yang digunakan
6. Analisa Data
- TTV:
TD :100/70 mmHg
RR : 22 x/menit
N :89 x/menit
S: 37 ℃
- Pasien sudah dua tahun belum ada
kemajuan dalam komunikasi dan
berinteraksi dengan temannya
- Terdapat hambatan edukasisecara
fisiologis tidak mampu belajar
- Motorik kasar pasien melompat-
lompat, tidak bisa diam dan lari
kesana-sini tak terarah.
- Kebutuhan personal sosial tergantung
dengan keluarga
4. DS : Kurang Terpapar Defisit
- Tn. M mengatakan sedih dengan Informasi Pengetahuan
kondisi An. I yang mengalami
autisme
DO :
- Tampak ketidaktahuan orang tua
tentang autisme
- Orang tua pasien tampak
kebingungan bagaimana cara
menanganinya
7. Diagnosa Keperawatan Prioritas
a. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan individu
b. Gangguan interaksi sosial b.d defiensi bicara
c. Gangguan tumbuh kembang b.d defisiensi stimulus
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
8. Discharge Planning
Jam Keperawatan
Jam Keperawatan
05/12/20 Dx 2 S: Listia
- Mengidentifikasi - Orang tua pasien
09.45
kemampuan mengatakan belum
melakukan interaksi ada kemajuan
dengan orang lain dalam berinteraksi
- Mengidentifikasi dengan temannya di
10.00
hambatan melakukan PAUD
interaksi dengan O:
orang lain - Saat diajak
- Memotivasi berbicara
10.15
meningkatkan menghindari kontak
keterlibatan dalam mata
suatu hubungan - Pasien menghindari
10.20 - Memotivasi interaksi socsial
kesabaran dalam - Bila di panggil
mengembangkan tidak mau menoleh.
suatu hubungan - Perilaku yang
10.25 - Memotivasi berlebihan
berpartisipasi dalam (excessive), seperti
aktivitas baru dan melompat-lompat,
kegiatan kelompok tidak bisa diam dan
10.30 - Memotivasi lari kesana-sini tak
berinteraksi di luar terarah.
lingkungan (mis; A:
jalan-jalan, ke toko - Masalah belum
buku) teratasi
10.40 - Mendiskusikan P:
kekuatan dan - Intervensi
keterbatasan dalam dilanjutkan
berkomunikasi - Mengidentifikasi
10.50 dengan orang lain kemampuan
- Mendiskusikan melakukan
perencanaan kegiatan interaksi dengan
11.05 di masa depan orang lain
- Memberikan umpan - Mengidentifikasi
balik positif dalam hambatan
11.10 perawatan diri melakukan
- Memberikan umpan interaksi dengan
balik positif pada orang lain
setiap peningkatan - Memotivasi
11.20 kemampuan meningkatkan
- Menganjurkan keterlibatan dalam
berinteraksi dengan suatu hubungan
orang lain secara - Memotivasi
11.30 bertahap kesabaran dalam
- Menganjurkan ikut mengembangkan
serta kegiatan sosial suatu hubungan
11.45 dan kemasyarakatan - Memotivasi
- Menganjurkan berpartisipasi
berbagi pengalaman dalam aktivitas
12.00 dengan orang lain baru dan kegiatan
- Menganjurkan kelompok
meningkatkan - Memotivasi
kejujuran diri dan berinteraksi di
menghormati hak luar lingkungan
12.10 orang lain (mis; jalan-jalan,
- Menganjurkan ke toko buku)
penggunaan alat - Mendiskusikan
bantu (mis; kacamata kekuatan dan
12.15 dan alat bantu dengar) keterbatasan
- Menganjurkan dalam
membuat berkomunikasi
perencanaan dengan orang lain
kelompok kecil untuk - Mendiskusikan
12.20 kegiatan khusus perencanaan
- Melatih bermain kegiatan di masa
peran untuk depan
meningkatkan - Memberikan
keterampilan umpan balik
12.30 komunikasi positif dalam
- Melatih perawatan diri
mengekspresikan - Memberikan
marah dengan tepat umpan balik
positif pada setiap
peningkatan
kemampuan
- Menganjurkan
berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
- Menganjurkan
ikut serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakatan
- Menganjurkan
berbagi
pengalaman
dengan orang lain
- Menganjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak
orang lain
- Menganjurkan
penggunaan alat
bantu (mis;
kacamata dan alat
bantu dengar)
- Menganjurkan
membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus
- Melatih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
- Melatih
mengekspresikan
marah dengan
tepat
05/12/20 Dx 3 S: Listia
- Mengdentifikasi Orang tua pasien
13.00
kebutuhan khusus mengatakan
anak dan kemampuan kebingungan
13.10
adaptasi anak bagaimana cara
- Memfasilitasi menanganinya
13.15
hubungan anak dengan DO :
teman sebaya
13.20 - TTV:
- Mendukung anak
TD :110/70 mmHg
berinteraksi dengan
13.25 RR : 22 x/menit
anak lain
N :89 x/menit
- Mendukung anak
13.30 S : 36,8 ℃
mengekspresikan
- Pasien sudah dua
perasaannya secara
tahun belum ada
positif
kemajuan dalam
- Mendukung anak
13.40 komunikasi dan
dalam bermimpi dan
berinteraksi dengan
berfantasi sewajarnya
temannya
- Mendukung partisipasi
13.50 - Terdapat hambatan
anak di sekolah,
edukasisecara
ekstrakulikuler dan
fisiologis tidak
aktivitas komunikasi
14.05 mampu belajar
- Memberikan mainan
- Motorik kasar
yang sesuai dengan
pasien melompat-
14.10 usia anak lompat, tidak bisa
- Menyanyi bersama diam dan lari
anak lagu-lagu yang kesana-sini tak
14.20 disukai anak terarah.
- Membacakan - Kebutuhan personal
dongeng/cerita untuk sosial tergantung
14.25 anak dengan keluarga
- Mendiskusikan
A:
bersama remaja tujuan
- Masalah belum
14.30 dan harapannya
teratasi
- Menyediakan
P:
kesempatan dan alat-
- Intervensi
alat untuk
dilanjutkan
14.35 menggambar, melukis,
- Mengdentifikasi
dan mewarnai
kebutuhan khusus
14.40 - Menyediakan mainan
anak dan
puzzle dan maze
kemampuan
- Mengajarkan nama-
adaptasi anak
14.45 nama benda objek
- Memfasilitasi
yang ada dilingkungan
hubungan anak
sekitar
dengan teman
- Mengajarkan
sebaya
14.50 pengasuh milestones
- Mendukung anak
perkembangan dan
berinteraksi
perilaku yang dibentuk
dengan anak lain
- Mengajarkan sikap
- Mendukung anak
14.55 kooperatif, bukan
mengekspresikan
kompetisi diantara
perasaannya
anak
secara positif
15.00 - Mengajarkan anak
- Mendukung anak
meminta bantuan dari
15.05 anak lain, jika perlu dalam bermimpi
- Mengajarkan teknik dan berfantasi
asertif pada anak dan sewajarnya
remaja - Mendukung
- Mendemonstrasikan partisipasi anak di
15.10 kegiatan yang sekolah,
meningkatkan ekstrakulikuler
perkembangan pada dan aktivitas
pengasuh komunikasi
- Merujuk untuk - Memberikan
konseling, jika perlu mainan yang
sesuai dengan usia
anak
- Menyanyi
bersama anak
lagu-lagu yang
disukai anak
- Membacakan
dongeng/cerita
untuk anak
- Mendiskusikan
bersama remaja
tujuan dan
harapannya
- Menyediakan
kesempatan dan
alat-alat untuk
menggambar,
melukis, dan
mewarnai
- Menyediakan
mainan puzzle
dan maze
05/12/20 Dx. 4 S: Listia
- Mengidentifikasi - Tn. M mengatakan
15.15
kesiapan orang tua sedih dengan
dalam menerima kondisi An. I yang
informasi mengalami autisme
15.20
- Mengidentifikasi O:
faktor yang - Tampak
15.25
menghambat ketidaktahuan
keberhasilan edukasi orang tua tentang
- Menyediakan autisme
15.30
materi dan media - Orang tua pasien
pendidikan kesehatan tampak
- Menjadwalkan kebingungan
15.40
pendidikan sesuai bagaimana cara
kesepakatan menanganinya
15.45
- Memberikan A:
kesempatan untuk - Masalah belum
15.50
bertanya teratasi
- Memberikan P:
pujian atas - Intervensi
keberhasilan orang tua dilanjutkan
- Menjelaskan bayi - Mengidentifikasi
15.55
memberikan isyarat kesiapan orang
perilaku yang tua dalam
menunjukkan menerima
kebutuhannya informasi
- Menjelaskan - Mengidentifikasi
16.00
stimulus yang dapat faktor yang
membantu menghambat
mengoptimalkan keberhasilan
perkembangan edukasi
16.05 bayi/anak - Menyediakan
- Mengajarkan cara materi dan media
mengidentifikasi pendidikan
isyarat perilaku kesehatan
bayi/anak (mis; lapar, - Menjadwalkan
16.10 tidak nyaman) pendidikan sesuai
- Mengajarka kesepakatan
n cara stimulus - Memberikan
perkembangan motorik kesempatan untuk
kasar, motorik halus, bertanya
dan bahasa sesuai - Memberikan
tahapan usia bayi/anak pujian atas
keberhasilan
orang tua
- Menjelaskan bayi
memberikan
isyarat perilaku
yang
menunjukkan
kebutuhannya
- Menjelaskan
stimulus yang
dapat membantu
mengoptimalkan
perkembangan
bayi/anak
- Mengajarkan cara
mengidentifikasi
isyarat perilaku
bayi/anak (mis;
lapar, tidak
nyaman)
- Mengajarkan cara
stimulus
perkembangan
motorik kasar,
motorik halus, dan
bahasa sesuai
tahapan usia
bayi/anak
Jam Keperawatan
Jurnal :
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI